Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KENAIKAN TEMPERATUR SEBAGAI UKURAN KECEPATAN REAKSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktikum Kimia Fisika

Disusun oleh:

Kelompok V(Lima)A3

Nabilla Hera Sanjaya NIM.200140068

Syifaul Khaira NIM.200140070

Marselius Surya NIM.200140074

Cut Setia Azistie NIM.200140081

Ranti Rahayu NIM.200140088

Gita Ayu Ilhami NIM.200140095

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2021
ABSTRAK

Reaksi kimia menyatakan perubahan suatu zat menjadi zat lain, yaitu perubahan
suatu pereaksi menjadi hasil reaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya
pereaksi atau laju terbentuknya produk. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan
konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan waktu. Laju dengan molaritas tertentu dapat
dibuat dari padatan murni atau larutan pekatnya membuat larutan dari padatan murni
dilakukan dengan mencampurkan zat tertentu. Sementara itu, untuk membuat larutan
dengan konsentrasi tertentu dari larutan pekatnya dapat dilakukan dengan cara
pengenceran. Percobaan ini dilakukan dengan mengamati waktu yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu sebesar 1C pada larutan HCl yang memiliki konsentrasi berbeda-beda
dengan serbuk Mg yang kemudian diaduk hingga homogen. Hasil yang didapat yaitu pada
konsentrasi 0,1 N hingga 0,5 N waktu rata-rata yang didapat yaitu 17,33 s, 6,34 s, 4,78 s,
3,19 s, dan 2,303 s. Terlihat dari hasil yang didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi
HCl, maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan menaikkan suhu sebesar 1C. Hal ini
dipengaruhi oleh kecepatan reaksi yang mengakibatkan semakin banyaknya tumbukan yang
terjadi pada larutan HCl. Maka tetapan kecepatan baru pada reaksi antara HCl dengan Mg
adalah 0,9731 dan harga tingkat reaksi (n) antara HCl dengan Mg adalah 1,2070.

Kata Kunci: Kecepatan Reaksi, Laju Reaksi, Reaksi Kimia, HCl, Mg.
Kenaikan temperatur sebagai ukuran

kecepatan reaksi
a. Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2021

b. Pelaksana Praktikum : 1. Nabilla Hera NIM.200140068

2. Syifaul Khaira NIM.200140070

3. Marselius Surya NIM.200140074

4. Cut Setia NIM.200140081

5. Ranti Rahayu NIM.200140088

6. Gita Ayu NIM.200140095

1. Tujuan Praktikum : Menentukan tingkat reaksi dan tetapan

kecepatan reaksi dengan menggantikan

dan mengamati perubahan temperature

sistem reaksi.

II. Dasar Teori

Teori kinetik gas digunakan untuk memperkirakan benturan gas antara satu
dengan molekul lainnya.Jika setiap benturan menghasilkan reaksi,maka secara praktis reaksi
akan selesai dalam waktu 10⁻⁹ s.Beberapa reaksi memang berlangsung dengan laju reaksi
secepat itu.Contohnya yaitu reaksi Bimolekuler antara dua radiasi CH2 menghasilkan C2H6.

2CH2→C2H6…………………..……………………………………………………………………………(2.1)

lebih umum reaksi berlangsung dengan laju yang 10 kali (atau lebih)jauh
rendah.Gagasan bahwa setiap benturan menghasilkan reaksi harus dimodifikasi jika harus
laju reaksi seperti ini diterima.(Sukardjo,1985)

Suatu penunjuk dapat ditentukan dan pengamatan tetapan ketergantungan laju


reaksi pada suhu.Kebanyakan laju reaksi sumber meningkat tajam sejalan dengan naiknya
suhu secara khusus. Peningkatan suhu 10⁰C dapat meliputi dua kali lajunya.Pada tahun 1889
Arheniuss,menyarankan bahwa tetapan laju bervariasi secara eksponensial dengan
kebalikan, dengan persamaan sebagai berikut:

K=Aₑ⁻Ea/RT…………………………………………………....……….………………………………………(2.2)
E adalah tetapan dengan dimensi energi,A adalah tetapan dengan dimensi yang
sama dengan K, logaritma alami dari persamaan ini didapat:

In K=In A-Ea/RT ……….……………………………………………..………………………………………(2.3)

Dengan demikian, plot In K terhadap I/T seharusnya menghasilkan garis lurus


dengan Ea/RT dan perpotongan In A,banyak tetapan laju yang menunjukkan jenis
ketergantungan terhadap suhu. Arheniuss percaya bahwa agar molekul bereaksi setelah
benturan molekul itu harus menjadi teraktivasi dan parameter Ea kemudian dikenal dengan
energy aktivasi.Gagasannya disempurnakan oleh ilmuwan pengikutnya,pada tahun 1915. A.
Marcelin menunjukkan bahwa meskipun membuat banyak banyak benturan reaktiv hanya
benturan yang energi benturan (artinya energi kinetik translasi dari molekul yang
berbenturan) melebihi energi kristislah yang menghasilkan reaksi.

Ketergantungan tetapan laju yang kuat pada suhu seperti yang dinyatakan oleh
hukum Arrheniuss dapat dikaitkan dengan distribusi Maxwell-Boltzman mengenai energi
molekul, Jika Ea merupakan energy benturan relative yang kritis yaitu yang harus dimiliki
oleh sepasang molekul agar reaksi dapat terjadi, hanya sebagian kecil molekul saja yang
mempunyai energi sebesar itu (atau lebih) Jika suatu cukup rendah.

Liquid yang volatil pada temperature kamar akan menguap persatuan waktu
sebanding dengan banyaknya molekul liquid permukaan secara kinetika kimia, kecepatan
reaksi mengubah liquid untuk uap, sebanding dengan jumlah spesies yang terlibat di
dalamnya.

Persamaa dapat ditulis:

V=-dL/dT=K(L)………………………………………..……………………………….…………………………(2.4)

2.1 Pengertian laju reaksi

Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses


berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan
waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari, atau tahun. Reaksi kimia adalah proses
perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka
jumlah zat pereaksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi
dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk. Laju reaksi
didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan waktu
(Bird,1987).

2.2 Ungkapan Laju Reaksi Untuk Sistem Homogen

Laju reaksi pada sistem homogen umumnya diinyatakan sebagai laju pengurangan
konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu
satuan waktu. Jika diketauhi satuan dari konsentrasi molar adalah mol/L, maka satuan dari
laju reaksi tersebut adalah mol/L.det (Sukardjo,1985).
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dari tiap satuan volume zat
pelarut.Hubungan dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat ,maka
semakin cepat suatu reaksi berlangsung,Dengan demikian,pada molaritas yang rendah suatu
reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju
reaksi dengan molaritas adalah:

Dimana :

V= Laju reaksi

K= Konstanta kecepatan reaksi

m= Ordereaksi zat A

n=Ordereaksi zat B

Laju reaksi molaritas tertentu dapat dibuat dari padatan murni atau larutan
pekatnya membuat larutan padatan murni dilakukan dengan mencampur zat tertentu.
Sementara itu, untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari larutan pekatnya
dapat dilakukan dengan cara pengenceran menggunakan rumus berikut:

V1 X M1 =V2 X V2..................................................................................................(2.6)

Dimana:

V1=Volume larutan pekat

M1=Molaritas larutan pekat

V2=Volume larutan encer

M2=Molaritas larutan encer

2.3 Orde Reaksi

Orde reaksi selalu ditentukan dengan melakukan eksperimen. Orde reaksi di


tentukan dengan melihat persamaan reaksi,yang terjadi pada laju reaksi dengan satuan laju
reaksi sebagai perubahan konsentrasii satu zat pereaksi. Hal yang memungkinkan besar
akan ditemukan adalah :

1 Kemungkinan pertama yaitu laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi.


Berarti jika menggandakan konsentrasi A, laju reaksi akan dua kali lebih besar
juga. Jika meningkatkan konsentrasi A dengan kelipatan 4, Kecepatan juga akan
meningkat 4 kali lipat.
2 Kemungkinan kedua yaitu laju reaksi sebanding dengan kuadrat dari konsentrasi
A. Ini berarti jika menggandakan konsentrasi A, maka laju reaksi akan 4 kalinya.
Jika dilipat 3 konsentrasi dari A maka laju akan menjadi 9 kalinya. Konsentrasi A
dan B merupakan penentu dan laju reaksi tersebut,Jadi merupakan variabel
bebas diri menjadi variable terikat.
3 Jika dalam reaksi, orde reaksi A bernilai 0(nol), itu berarti konsentrasi A tidak
mempengaruhi reaksi, jika orde reaksi nol maka pernyataannya menghilang dari
persamaan laju. Kenaikan suhu ysng dapat mempercepat laju reaksi karena
dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga
memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan. Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya
sederhana dan kita tidak perlu memikirkan tentang orientasi dan tumbukan.
Reaksi yang melibatkan tumbukan antara dua atau lebih partikel akan membuat
mekanismenya menjadi lebih rumit.

2.4 Orientasi dari Tumbukan

Suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua molekul etanan
CH2=CH2 dan hidrogen kior, HCL sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk menghasilkan
kloroetan. Sebagai hasil dari tumbukan yang terjadi antara dua molekul, ikatan rangkap
diantara dua molekul, ikatan rangkap diantara dua karbon berubah menjadi ikatan tunggal.
Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon lainnya. Reaksi hanya dapat terjadi bila
hidrogen yang merupakan ujung dari ikatan H-Cl mendekati ikatan rangkap karbon-karbon.
Tumbukan selain dari pada itu tidak bekerja karena kedua molekul tersebut nantinya akan
saling bertolak (Smith dkk,1999).

2.5 Energi Tumbukan Antivasi Energi

Walaupun partikel-pertikel itu berorientasi dengan baik,tidak akan mendapatkan


reaksi jika partikel-partikel tersebut tidak dapat bertumbukan melampaui energi minimum
yang disebut dengann aktivasi energy reaksi. Aktivasi energi adalah energi minimum yang
diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi. Contoh yang sederhana adalah
reaksi eksotermalya itu jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang lebih rendah
dari energi aktivasi, tidak akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali kekeadaan semula,
dapat dibayangkan energi aktivasi sebagai tembok dari aktivasi energi yang dapat
menghasilkan terjadinya reaksi.

Didalam reaksi kimia, ikatan-ikatan diceraikan (membutuhkan energi) dan


membentuk ikatan-ikatan baru (melepaskan energi). Umumnya ikatan-ikatan baru harus
diceraikan sebelum yang baru terbentuk. Energi aktivasi dilibatkan dalam menceraikan
beberapa dari ikatan-ikatan tersebut. Ketika tumbukan-tumbukan tersebut relative lemah,
dan tidak cukup energi untuk memulai proses penceraian ikatan mengakibatkan partakel-
partikel tersebut tidak bereaksi (Smith dkk,1999).
2.6 Distribusi Maxwell-Boltzmaan

Karena energi aktivasi memegang peranan penting dalam menentukan suatu


tumbukan reaksi,hal ini tentu aman berguna untuk menentukan bagaimana macam bagian
partikel berada untuk mendapatkan energi yang cukup ketika mereka bertumbukan.
Didalam berbagai variasi sistem, keberadaan partikel-partikel akan memiliki berbagai variasi
besar energi. Untuk gas, dapat diperlihatkan melalui diagram yang disebut dengan Distribusi
Maxwell-Boltzmann dimana setiap kumpulan beberapa partikel memiliki energinya masing-
masing.

Ketika reaksi berlangsung, partikel-partikel harus bertumbukan guna memperoleh


energi yang sama atau lebih besar daripada aktivitas energi untuk melangsungkan reaksi.
Sebagian besar dari partikel-partikel tidak memiliki energi yang cukup untuk bereaksi ketika
mereka bertumbukan, untuk membuat mereka bereaksi kita dapat mengubah bentuk dari
kurva atau memindahkan aktivasi energi lebih kekanan (Sukardjo,1985).

2.7.1 Konsentrasi

Pengaruh konsentrasi dapat diperjelas dengan mereaksikan zat A dan B tersebut


akan mengalami tumbukan antara partikelnya dan terjadi reaksi. Makin besar konsentrasi
tersebut makin banyak partikel-partikelnya. Hal ini sangat memungkinkan untuk
meningkatkan kecepatan reaksi. Dalam sebuah eksperimen reaksi antara gas hidrogen dan
gas nitrogen manoksida dengan reaksi:

2H2(g)+2NO(g)→2H2O+N2………………………………..…………………………………….……………(2.7)

Diperoleh kecepatan reaksinya V=K[H 2].[NO]2 …………………………………………..………..(2.8)

Ketika eksperimen diubah dimana konsentrasi nitrogen monoksida diperbesar dua


kali lipat, maka kecepatan reaksi pun berubah besarnya.

2.7.2 Temperatur

Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila temperature dinaikan.
Dengan menaikkan temperature maka energi kinetic molekul-molekul zat yang bereaksi
akan bertambah sehingga akan lenih banyak molekul yang memiliki energi kebih besar dari
Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau
dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara
nilai tetapan laju realsi (K) terhadap suhu dinyatakan oleh Arhenius:

K=A.e-A/RT……………………………………………………………………………………………………….….(2.9)
Dimana:

K=Tetapan Laju reaksi

A=Tetapan Arheniuss yang harganya khas untuk setiap reaksi

E=Energi Pengaktifan

R=Tetapan gas universal =0,0821.atm/mol 0K

T=Suhu reaksi (oK)

2.7.3 Katalisator

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan
dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis dapat dibedakan
kedalam dua golongan yaitu katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Katalis
homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu
produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan (Brady,1999).

2.8 Ciri-ciri Terdapat Reaksi Kimia

Kebanyakan reaksi-reaksi kimia dapat diketahui dari peristiwa yang sering


menyertai yang disebut ciri-ciri reaksi kimia. Ciri-ciri adanya reaksi kimia atau syarat-syarat
reaksi itu berlangsung yaitu:

1. Perubahan Warna
Contoh reaksi yang disertai perubahan warna, antara lain larutan kalium
permanganate yang berwarna merah-ungu akan berubah menjadi bening atau
merah muda jika ditetesi dengan asam sulfat.
2. Terjadi endapan
Contoh reaksi yang menghasilkan endapan yaitu larutan perak nitrat ditambah
natrium klorida akan menghasilkan endapan putih.
3. Terbentuk Gas
Contoh rekasi yang menghasilkan gas yaitu besi atau seng ditambah larutan
asam klorida akan menghasilkan gas hidrogen.
4. Perubahan Suhu
Contoh rekasi yang disertai perubahan suhu, antara lain Barium Hidroksida
ditambah ammonium klorida akan menyebabkan penurunan suhu.

Beberapa reaksi kimia dapat menghasilkan dua atau lebih perubahan yang
terjadi secara bersamaan. Misalnya ada reaksi yang menghasilkan gas,
perubahan temperature dan ada yang menghasilkan warna sekaligus
didapatkan atau terjadinya endapan (dian wuri astute, 2009).

Tingkat reaksi didefinisikan sebagai jumalh spesifik yang terlibat di dalam


reaksi, yakni spesies yang mempengaruhi kecepatan rekasi. Misalnya reaksi
antara serbuk Mg dengan larutan HCl atau lempengan Al dengan larutan HCl :
Mg+2H-→Mg2+ +H2…..………..……………………………………………………………………..(2.10)
Al+HCl→AlCl3+H2…………………….…………………………………………………………………(2.11)

Karena kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh ion H + maka kecepatan reaksi
sama dengan kecepatan pengurangan konsentrasi ion H + sebagai berikut :

V=-d(H)/dt=K(H+)………………………………………………………………………………………..(2.1)

Dengan :
V = Kecepatan Reaksi
K = Tetapan kecepatan reaksi
N = Tingkat reaksi
Secara pendekatan persamaan (2.12) dapat ditulis sebagai :
1
/t= K1(H+)n…………………………………………………………………………………………………(2.13)

Dimana K1= Tetapan baru


Persamaan (2.13) dilogaritmakan :
Log1/t=logK1+n.log [H+]………………………………..…………………………………………….(2.14)

Dari persamaan (2.14) harga n dan K 1 dapat dihitung (Team penyusun jurusan
teknik kimia Unimal, 2021)
2.9 Orde Reaksi
Umumnya harga orde reaksi merupakan bilangan bulat sederhana, yaitu 1.2,
atau 3, tetapi kadang-kadang juga terdapat reaksi yang mempunyai reaksi D,-
atau bahkan negative. Beberapa orde reaksi yang umum terdapat pada
persamaaan reaksi kimia beserta maknanya sebagai berikut :
2.9.1 orde rekasi nol
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol jika besarnya laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya seberapa pun peningkatan
konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
2.9.2. orde reaksi Satu
Suatu reaksi kimia dinyatakan mempunyai orde satu apabila besarnya laju
reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan
meningkat besarnya sebanyak 2 (1) atau 2 kali semula juga.
2.9.3 orde reaksi dua
Suatu rekasi dikatakan mempunyai orde dua apabila besarnya laju reaksi
merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat 4
kali semula. Apabila konsentrasi dinaikkan 3 kali semula maka laju rekasi akan
menjadi 9 kali semula (utami dkk, 2009).

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Tabung reaksi 3 buah
2. Rak tabung reaksi 1 buah
3. Thermometer 1000C 1 buah
4. Pipet volume 10 ml 1 buah
5. Stop watch 1 buah
6. Ball pipet 1 buah
7. Labu ukur 100 ml 1 buah
8. Labu ukur 50 ml 1 buah
3.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Lempengan Al (Alumunium) 8 buah
2. Larutan HCl (Asam klorida) 3 M 10 ml
3. Larutan HCl (Asam klorida) 3,5 M 10 ml
4. Larutan HCl (Asam klorida) 4 M 10 ml
5. Larutan HCl (Asam klorida) 4,5 10 ml

IV. prosedur kerja

adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu :

1. Sebanyak 5 ml HCl 3 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


2. Temperaturnya diamati dengan teliti.
3. Lempengan Al dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Waktu yang diperlukan untuk menaikkan temperature campuran sebanyak 2 0C
diamati.
5. Percobaan diulangi sebanyak 2X untuk setiap konsentrasi Asam Klorida (HCl) yang
ada.

V. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Hasil percobaan kenaikkan temperature sebagai ukuran kecepatan reaksi.

5.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan tingkat reaksi dan tetapan kecepatan
reaksi dengan menggantikan dan mengamati perubahan temperature sistem reaksi.
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan lempengan Al (Alumunium) ke dalam
larutan HCl (Asam Klorida) dengan konsentrasi yang berbeda pada setiap
percobaannya. Berdasarkan hasil yang didapat, waktu yang diperlukan setiap
konsentrasi larutan HCl (Asam Klorida) untuk menaikkan 2 0C temperaturnya ketika
dimasukkan lempengan Al (Alumunium) hasilnya berbeda.

Percobaan pertama dilakukan dengan memasukkan 5 ml larutan HCl (Asam Klorida)


3 M dengan suhu awal 310C dan dilakukan 2 kali pengulangan didapat waktu rata-
rata 106 sekon untuk menaikkan 200 0C percobaan kedua dilakukan dengan
menggunakan larutan HCl (Asam Klorida) 3,5 M didapatkan rata-rata waktu untuk
menaikkan temperature 20C adalah 89 sekon. Percobaan ketiga dilakukan
menggunakan larutan HCl (Asam Klorida) 4 M, didapatkan temperature awalnya
yaitu 300C. waktu rata-rata yang didaptkan pada percobaan ketiga yaitu 86,5.
Percobaan terakhir mendapatkan waktu rata-rata untuk menaikkan temperature
20C yaitu 76 sekon.

Setiap lempengan Al (Alumunium) dimasukkan ke dalam larutan HCl (Asam Klorida)


selalu terdapat gelembung gas pada larutan yang disertai perubahan warna menjadi
keruh. Hal itu menandakan lempengan Alumunium (Al) yang bereaksi membentuk
AlCl3 dan gelembung yang ditimbulkan dari terbentuknya Hidrogen. Reaksi yang
terjadi adalah :
Al + HCl →AlCl 3 + H 2.......................................(4.1)
(Alumunium)(Asam klorida)(Alumunium klorida)(Hidrogen)

Terdapat perbedaan suhu awal Asam Klorida (HCl) yaitu pada HCl awal percobaan
dengan konsentrasi 3 M dan 3,5 M didapat 31 0C sedangkan pada percobaan
selanjutnhya dengan konsentrasi HCl (Asam Klorida) 4 M dan 4,5 M didapatkan suhu
awal 300C. hal ini dapat terjadi karena kurang telitinya kami sebagai praktikan ketika
melakukan pengukuran suhu atau factor eror dari alat yang digunakan.

Hubungan konsentrasi dengan waktu dapat digunakan untuk menentukan orde


reaksi yang dapat dilihat pada grafik berikut :
Berdasarkan data grafik diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara konsentrasi
dan waktu adalah semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin cepat waktu
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebanyak 2 0C.Hal ini berarti konsentrasi
berpengaruh pada pada laju reaksi yang mana semakin besar konsentrasi pereaksi laju
reaksinya semakin besar atau cepat.

Orde reaksi pada percobaan ini adalah orde reaksi 2,hal ini karena nilai konsentrasi
pereaksi berpengaruh terhadap kecepatan laju reaksi.seperti yang ditunjukkan pada grafik
sebelumnya,dimana semakin besar konsentrasi pereaksi laju reaksinya semakin
cepat.Percobaan ini melibatkan reaksi lempengan Al dan larutan HCl oleh karena itu maka
kecepatan reaksi hanya di pengaruhi oleh ion H + maka kecepatan reaksi sama dengan
kecepatan reaksi sama dengan kecepatan pengurangan konsentrasi ion H +.Maka melalui
percobaan ini didapat nilai K atau tetapan kecepatan reaksi sebagai berikut:

Orde 2

1/[A]=K.t + 1/[A]0

Y =0,0038x-0,0632

Y =mx + b

Y =K.t

K =0,0038

Maka nilai ketetapan kecepatan reaksi diperolehbsebesar 0,0038 dan merupakan


orde reaksi ke 2.
VI. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa:

1. Waktu yang paling cepat untuk menaikan suhu 2 0C yaitu pada konsentrasi 4,5 M
sebesar 76 sekon.
2. Waktu yang paling lambat untuk menaikan suhu 2 0C yaitu pada konsentrasi 3 M
sebesar 106 sekon.
3. Kecepatan reaksi akan semakin cepat apabila konsentrasi yang digunakan semakin
tinggi.
4. Lempangan Al(Alumunium)tidak berpengaruh pada kecepatan reaksi karena
kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh ion H+ dalam HCl.
5. Dalam percobaan ini didapat nilai K yaitu 0,0038,dengan orde reaksi yang terjadi
adalah orde 2

6.2 Saran

Akan lebih baik pada praktikum selanjutnya digunakan dua larutan berbeda sebagai
perbandingan hasil yang yang di dapat. Contohnya asam kuat yaitu HCl (asam klorida)
dibandingkan dengan asam lemah yaitu CH 3COOH (asam asetat), sebagai pembelajaran
baru.
DAFTAR PUSTAKA

Bird,Tony.1987.Kimia Fisik untuk Univertasitas. Jakarta : Erlangga.

Brady,James E.1999.Kimia Univrsitas Jilid Edisi 5.Jakarta : Binarupa Aksara.

Dian Wuri Astuti.2009.Cepat Tuntas Kuasai Kimia in cepat Tuntas Kuasai


Kimia.Yogyakarta :Indonesia Cerdas.

Smith,C.Julian,peter Harriot and warren I.MC.Cabe.1999,Operasi Teknik


Kimia.Jakarta : Erlangga.

Sukardjo.1985.Kimia Fikia.Jakarta Erlangga.

Team penyusun Teknik kimia Unimal.2021.Penuntun praktikum Kimia H -


jika.Lhoksemawe:Unimal.

Utami,Budi.2009 Kimia untuk SMA/MA kelas X.Jakarta : Pusat perbukuan Jakarta.


LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

1. Konsentrasi ion H+HCl 3 M


a. Log[H+] =log 3
=0,477121
b. HCl 3,5M=[H+]= 3,5 M
=0,544068
c. HCl 4M = [H+]= 4M
=0,602059
d. HCl 4,5M =[H+]=4,5M
Log[H+] =log 4,5
0,653212
2. Mencari rata-rata waktu (t)
a. Percobaan 1
t1= 102 ;t2 =110 s
t rata-rata =120 s+ 110s/2
=:106 s
b. Percobaan 2
t1= 80s ;t2 =98 s
t rata-rata=80s+98s/2
=89s
c. Percobaan 3
t1= 93s ;t2 =80s
t rata-rata=93s +80s/2
86,5 s
d. Percobaan 4
t1 =80s ;t2 =72 s
t rata-rata =902 + 72 s/2
=76 s
3. Mencari 1/t da log 1/t
a. Percobaan 1
1/t =1/106 s =0,009433 s
log 0,009433 = -2,02530
b. Percobaan 2
1/t=1/89 s =0,011235 s
log 0,011235= -1,949390
c. Percobaan 3
1/t =1/86,5 s =0,011560 s
Log = -937016
d. Percobaan 4
1/t= 1//76 s =0,0131578 s
Log = -1,880813
4. Mencari persamaan linear data

Dengan metode ‘Least Square’


a. Slope = ∑ Xi.Yi -∑ Xi-Yi/n
________________
∑(Xi)2-∑(Xi)2/n
= -4,42169 – 2,2764618-(-7,792525)/4
= -4,,75002
________
3,886709
= -1,22212
b. Intecept = ∑yi – xi
______
n
= -7,792525 – 2,2764618
___________________
4
= -8,36164
Log 1/t = log k1+n log [H+]
-6,3257238 = log k1+ 7,35081976
log k1 =7,35081976 – 6,3257128
log k1 = 1,02510696
k1 = 10-1,02510696
k1 = 0,94383
Maka tetapan kecepatan baru pada reaksi antara HCl dengan Al adalah 0,94383

n log[H+] = 7,3508176
n = 7,3508176
__________
1,83770494
n =4
Maka harga tingkat reaksi (n) antara HCl dan Al adalah 4
LAMPIRAN C

TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksuud dengan kecepatan reaksi?

Jawab:Kecepatan reaksi adalah banyaknya reaksi kimia yang berlangsung persatuan


waktu

2. Mengapa kecepatan reaksi tergantung dari konsentrasi zat yang bereaksi?

Jawab:Karna semakin besar konsentrasi zat yang terlihat dalam suatu reaksi berarti
semakin banyak partikel/molekul yang bertumbukan akibatnya kecepatan reaksi juga
semakin cepat.

3. Mengapa banyaknya serbuk Mg tidak mempengaruhi kecepatan dari reaksi?

Jawab:Karena kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi HCl atau ion H + dan
suhu yang terdapat pada reaksi tersebut,bukan dipengaruhi banyaknya serbuk Mg.

4.Tentukan kecepatan reaksi (v)!

Jawab :a. HCl 3 M (t :106 sekon)

Mol = M x Volume/1

3x 0,005/1= 0,015 mol

V = 0,015 mol/106 sekon = 0,000142 mol/sekon

b HCl 3,5 M (t :89 sekon)

mol = M x Volume/1

= 3,5 x 0,005/1 = 0.0175 mol

V = 0,0175 m0l/89 sekon = 0,000197 mol/sekon

c. HCl 4M (t :86,5 sekon)

mol = M x Volume/1

= 4 x 0,005/1 = 0,02 mol

V = 0,02 mol/86,5 sekon =0,000231 mol/sekon


d HCl 4,5 M (t : 76 sekon)
mol M x Volume/1
= 4,5 x 0,005/1= 0,0225 mol
V = 0,0225 mol/76 sekon = 0,000296/ sekon.
5. Buat grafik log 1/t Vs log K !

Anda mungkin juga menyukai