Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sinta Rahmanita

Nim 1911102413082

Kelas : 4 B

Tugas Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

1. Apa yang dapat anda simpulkan dari artikel publikasi tersebut?


Jawab :
Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau progresif serta
terdapat gangguan fungsi luhur. Demensia alzheimer ditandai dengan atrofi dan gliosis progresif
dari lobus temporal dan hipokampus lalu disertai oleh korteks lain yang berhubungan dan
akhirnya pada korteks motor primer dan sensorik. Demensia alzheimer memiliki karakteristik
histopatologi, yaitu ditemukannya deposit eosinofilik ekstraseluler amiloid yang terdiri dari
peptida Aβ (produk bersihan APP) yang disebut plak amiloid serta agregat intraneuronal dari
mikrotubule terkait protein (neurofibrillary tangles). Demensia yang paling sering dijumpai yaitu
demensia tipe Alzheimer (Alzheimer’s diseases). Faktor risiko yang mempengaruhi demensia
alzheimer antara lain faktor genetik yang salah satunya adalah apolipoprotein E, faktor usia,
hipertensi, depresi dan gangguan, serta faktor aktivitas sosial.

2. Apa saja faktor risiko penyebab Alzheimer? (dapat mencari pada literatur lainnya)
Jawab :
Sejauh ini, tidak ada satu faktor utama yang telah diidentifikasi sebagai penyebab penyakit
Alzheimer. Sangat mungkin bahwa kombinasi beberapa faktor mempengaruhi seperti usia,
pembawaan genetik, faktor lingkungan, gaya hidup dan kesehatan umum. Pada beberapa orang,
penyakit ini dapat berkembang diam-diam selama bertahun-tahun sampai gejalanya muncul.
a. Usia
Usia merupakan faktor risiko terbesar untuk demensia. Demensia mempengaruhi satu dari 14
orang di atas usia 65 tahun dan satu dari enam di atas usia 80 tahun.
b. Pembawaan genetik
Kita tahu bahwa ada beberapa keluarga yang jelas mempunyai pembawaan penyakit dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam keluarga, hal ini sering terjadi dimana penyakit
muncul relatif lebih awal. Dalam sebagian besar kasus, pengaruh gen penyakit Alzheimer
yang diwariskan oleh orang tua tampaknya kecil. Jika orang tua atau anggota keluarga lain
cenderung terkena Alzheimer, kemungkinan Anda sendiri terserang Alzheimer yang hanya
sedikit lebih tinggi daripada orang yang tidak memiliki kasus Alzheimer pada keluarga
dekatnya.
c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berkontribusi pada timbulnya penyakit Alzheimer masih harus
diidentifikasi. Beberapa tahun yang lalu, ada kekhawatiran bahwa paparan aluminium dapat
menyebabkan penyakit Alzheimer. Namun, ketakutan ini sebagian besar telah diabaikan.
d. Faktor lain
Dapat dikarenakan oleh perbedaan kromosom, orang dengan down sindrom memiliki
peningkatan risiko berkembangnya penyakit Alzheimer. Orang yang memiliki cedera kepala
berat atau leher (whiplash injuries) juga memiliki peningkatan risiko mengalami
perkembangan demensia. Petinju yang menerima pukulan terus menerus di kepala juga
memiliki risiko tersebut.

Penelitian juga menunjukan bahwa orang yang merokok, memiliki tekanan darah tinggi,
kadar kolesterol tinggi atau diabetes memiliki peningkatan risiko perkembangan penyakit
Alzheimer. Anda dapat membantu mengurangi risiko dengan tidak merokok, makan diet
seimbang yang sehat dan melakukan pemeriksaan tekanan darah serta kolesterol secara rutin
di usia pertengahan. Menjaga berat badan dan gaya hidup sehat serta menggabungkan
kegiatan mental dan sosial juga akan membantu.

3. Kelompok apa yang berisiko terkena alzheimer? Jelaskan kenapa kelompok tersebut
berisiko (dapat berdasarkan umur, JK atau lainnya)
Jawab :
Usia tua merupakan kelompok yang mempunyai faktor risiko terbesar terhadap kejadian
alzheimer. Kebanyakan orang usia 65 tahun atau lebih tua memiliki risiko yang lebih tinggi.
Seseorang dengan riwayat orangtua, saudara laki-laki maupun perempuan dengan penyakit
alzheimer memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit alzheimer. Karena wanita
umumnya memiliki umur lebih panjang dibanding pria, angka kejadian pada wanita menjadi lebih
banyak. Selain itu, juga terdapat beberapa faktor risiko demensia, dan secara khusus penyakit
Alzheimer, yang lebih memengaruhi wanita dibanding pria. Sebagai contoh, angka kejadian
depresi lebih tinggi pada wanita, dan kondisi depresi juga dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
Beberapa faktor risiko lainnya hanya terjadi pada wanita, seperti menopause akibat pembedahan
dan komplikasi kehamilan seperti preeklamsia. Keduanya memiliki kaitan dengan penurunan
kognitif pada usia lanjut.

4. Bagaimana kondisi alzheimer di Indonesia saat ini? (dapat cari pada artikel publikasi atau
literatur lainnya)
Jawab :
Prevalensi pada 2016 (penderita Alzheimer) mencapai 1,2 juta jiwa dan akan terus meningkat
hingga 1,9 juta jiwa sampai 2030 dan hampir 4 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2016, demensia
diperkirakan memiliki biaya sebesar USD 818 milyar per tahun, dan diprediksi meningkat
menjadi USD 1 triliun pada tahun 2018 dan menjadi USD 2 triliun pada tahun 2030. Ada
beberapa faktor yang memicu tingginya biaya penanganan di Asia disebabkan antara lain oleh
kurangnya pemahaman atas penyakit ini dan kurangnya sumber daya serta pelatihan bagi para
pendamping Orang dengan Demensia (ODD). Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan
nasional di Indonesia ditandai dengan tiga hal, yakni, penurunan angka kesakitan, penurunan
angka kematian dan peningkatan harapan usia hidup.

5. Bagaimana bentuk upaya pemerintah dalam menanggulangi alzheimer di Indonesia? dapat


cari pada literatur lainnya
Jawab :
Indonesia perlu strategi yang jitu untuk menghadapi masalah ini agar produktivitas negara tidak
terancam. Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Strategi
Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya sejak tahun 2016.

Beberapa Pemerintah Daerah atau pun Pemerintah Provinsi telah ikut menyatakan dukungannya
dalam isu ini. Di antaranya, inisiatif Pemprov DKI Jakarta di bulan Alzheimer dunia September
2015 yang berkomitmen mewujudkan Jakarta ramah demensia dan ramah lansia melalui
kerjasama dengan ALZI terbentuknya Pasukan Ungu, tim dinas sosial maupun dinas kesehatan
yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan untuk lansia hilang, terlantar dan lainnya serta
melalui dicanangkannya Perda Lansia di Provinsi Bali dan diresmikannya Kawasan Ramah
Lansia dan Demensia di Ketewel, Gianyar, Bali, tahun 2018.

Bekerjasama dengan ALZI, pemerintah memberikan pelatihan bagi para tenaga kesehatan, dinas
sosial baik di Jakarta maupun di Bali untuk memastikan kesiapan mereka dalam memberikan
dukungan bagi orang dengan demensia dan keluarganya melalui informasi, tip perawatan, dan
pendampingan.

6. Apa dampak alzheimer dimasa mendatang?


Jawab :
Demensia alzheimer ini memberikan dampak psikologis, sosial, dan beban ekonomi. Tidak hanya
bagi penderita, keluarga, dan lingkungan tapi juga bangsa dan negara.

Kerugian Ekonomi Akibat Demensia/Alzheimer :

Sebagaimana kita ketahui orang dengan Demensia/Alzheimer akan mengalami gangguan dalam
beberapa hal. Oleh karena itu dalam kehidupannya sehari-hari orang dengan Demensia/Alzheimer
tidak mampu menjalan-kan aktifitas ekonominya secara maksimal bahkan tidak mampu sama
sekali. Hal ini akan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan untuk penderita sendiri
maupun keluarganya. Penderita sendiri tidak mampu bekerja sehingga tidak mempunyai pengha-
silan dan penghidupannya tergantung kepada orang disekitarnya terutama keluarganya,
sedangkan keluarganya akan mengalami keru-gian ekonomi karena harus mengeluar biaya
caregiver atau perawat atau bahkan keluarga-nya sendiri yang akan berhenti bekerja untuk
menjaga orang dengan demensia. Kerugian ekonomi yang timbul diakibatkan hilangnya
penghasilan bagi orang dengan demensia itu sendiri dan biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengurus orang dengan demensia meliputi biaya obat-obatan dan pendamping-nya (caregiver).
Dan apabila pendampingnya adalah anggota keluarganya maka kerugian ekonomi yang timbul
berupa hilangnya penghasilan dari anggota keluarga yang berubah fungsi dari pekerja menjadi
caregiver.

Anda mungkin juga menyukai