DISUSUN OLEH :
NIM : PO5303212200199
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kelimpahan
rahmat dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalh PENSTAFAN DALAM
MANAJEMEN KEPERAWATAN dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah manajemen
keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran-
saran dan kritik yang kondusif sangat saya harapkan dari pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengembangan staf
B. Metode penugasan
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana
orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan seefisien mungkin (H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar,
2009). Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013). Fungsi
manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara umum yaitu
pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar,
2009).Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya
mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi
perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi (Hasibuan, 2014).
Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen antara lain sebagai
berikut: top manager, middle manager, dan nursing low manager. Kepala ruang keperawatan
merupakan bagian darinursing low manager yang mempunyai peranan penting dalam
pelayanan di suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan bagian
dari manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka untuk memajukan staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam, 2013).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGEMBANG STAF
1. Pengembangan staf
Adalah factor dimana dengan jalan menarik perhatian individu untuk melihat suatu
obyek
2. Education need
Adalah kebutuhan yang dapat dilihat dan diukur dengan jalan membandingkan
kompetensi pekerjaan seseorang dengan kompetensi tertentu yang diharapkan dalam
pekerjaan
3. Informasi learning
Adalah perubahan perilaku baik kogniif maupun psikomotor sebagai respon dari
stimulais yang dilakukan oleh guru.
2. Tujuan
a. Induction training
b. Orientasi
Adalah training individu yang ditujukan pada staf yang baru masuk
c. Inservice training
4. Cara mendisain
Pengkajian
Mempelajari karakteris
Input narasumber
Perencanaan
Menentukan tujuan
Implementasi
B. METODE PENUGASAN
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan.
Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan keperawatan
yang paling banyak di gunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan kliennya. (Situros, 2006).Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan
dari berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar
pemamfaatan tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang
diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian
dikembangkan metode fungsional. (Situros, 2006)
3. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan.
Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala
ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional
mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi
klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya. (Situros, 2006)
1. Sederhana
2. Efisien
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk keterampilan tertentu
1. Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan
pada pemenuhan kebutuhan holistik
3. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepada
ruangan
Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat pemimpin (nurse
leader) mulai mempertanyakan keefektifan metode tersebut dalam memberikan asuhan
keperawatan profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim digunakan untuk menjawab
hal tersebut. (Situros, 2006).
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim di
dasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung
jawab yang tinggi. (Situros, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Situros, 2006) : Ketua tim,
sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan.
Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan
evaluasi asuhan keperawatan.
2. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
3. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
4. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung pada anggota tim yang mampu atau ketua tim
Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonoi, otoritas,
advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuetas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi dan
komitmen. (Situros, 2006). Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan bertanggung
jawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat dirumah sakit atau di suatu unit. Perawat
akan melakukan wawancara mengkaji secara komprehensif , dan merencanakan asuhan
keperawatan. perawat yang paling mengetahui keadaan klien. Jika PP tidak sedang bertugas,
kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated nurse). PP
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan klien dan menginformasikan keadaan klien
kepada kepala ruangan, dokter, dan staf keperawatan. (Situros, 2006).
1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi
asuhan keperawatan
1. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus
& Yulia, 2006).Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996).
1. Kepala Ruangan:
b) Memimpin rapat
2. Perawat Primer
a) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
d) Mendelegasikan tugas
3. Perawat asosiate
1. Self-care
2. Minimal care
3. Intermediate care
Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24
jam.
5. Intensive care
Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24
jam.
Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut Donglas (1984),
yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga kategori, yaitu perawatan
miniaml, perawatan intermediate, dan perawatan maksimal atau total.
1. Perawatan minamal
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien
masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum.
Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain
pada klien dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan
minimal, status psikologis stabil, dan persiapan pprosedur memerlukan pengobatan.
2. Perawatan intermediate
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah
klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan minum. Ambulasi serta
perlunya observasi tanda vital setiap 4 jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan
pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien dengan
pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien
harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam,
makan memerlukan selang NGT (Naso Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena,
pemakaian alat penghisap (suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepadaketua tim (penanggung jawab) dinas sore atau
dinas malam secara tertulis dan lisan. Manfaat timbang terima yaitu:
Bagi perawat
Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
Perawat dapat mengikuti perkerbangan pasien secara paripurna.
Bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap
(Nursalam, 2014).
1. Pengertian
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum
atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. Konferensi merupakan metode pembelajaran dengan bentuk diskusi kelompk mengenai
aspek praktik klinik. Konferensi dibagi menjadi 2 yaitu pra konferensi dan pasca konferensi. Konferensi
mempunyai 3 tahapan yaitu persiapan, diskusi dan evaluasi. Manfaat metode konferensi adalah
meningkatkan berpikir kritis dan pengambilan keputusan klinik.
2. Jenis-jenis Conference
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab
tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan
PJ tim(Modul MPKP, 2006)
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep
tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh
katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
C.Tujuan Conference
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan
menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan
yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan staf Pada umumnya program pengembangan staf ditujukan untuk
meningkatkan kompetensi pekerja
Tujuan
Daftar pustaka
Douglass, L.M. (1992). The effective nurse: Leader and manager. St. Louis: Mosby.
Gillies, D.A. (1996). Nursing management: A system approach . 3rd ed. Philadelphia: W.B. Saunder
Company.
Huber, D.L. (2010). Leaderhip and nursing care management, ed 4. Philadelphia: W.B. Saunder
Company.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2009). Leadership Roles and management functions in nursing: Theory
and application. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : Teori dan aplikasi,
edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter , P.A., & Perry, A.G., (2005). Fundamental of nursing : Concepts, process & practice, 4nd ed., Vol.
1. St. Louis: Mosby.
Sitorus, R. (2006) Model praktek keperawatan professional di Rumah Sakit: Penataan struktur dan
proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. Jakarta: EGC.
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen keperawatan di ruang rawat.
Jakarta: Sagung Seto.
Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses: an interactive text.
Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan untuk perawat klinis
terjemahan. Alih bahasa Suharyati Samba, editor Monica Ester. Jakarta: EGC.
Sullivan, E.J. dan Phillip J.D. (2005). Effective leadership and management in nursing. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Tomey, A. M. (2009). Nursing management and leadership, 8th ed. St. Louis: Mosby.