Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer,
2002). Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna
pertumbuhan yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga
mempengaruhi produksi sel-sel darah merah lainnya.
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu
pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel
darah tapi sel darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan
produksi sel-sel darah normal terhambat.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan
yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya,
memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat membuat
penyakit leukemia yang pasien derita bertambah parah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa  yang dimaksud dengan leukemia?
2. Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia?
3. Apa patofisiologi dari leukemia?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan  bagi pasien leukemia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang  leukemia.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
3. Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
4. Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.

BAB II
LANDASAN TEORI
LEUKEMIA
A. Definisi
Leukimia adalah keganasan hematologic akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkatan selinduk hemopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok (clone) sel ganas tersebut dalam sumsum
tulang, kemudian leukimia beredar secara sistemik (Bakta, 2006).
Leukimia adalah poliferasi sel luekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian. (Soeparman dan Sarwono W,2001)
Secara sederhana leukimia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel
asal yaitu:
1. Leukimia akut
Leukimia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai
dengan penyebaran organ-organ lain. Leukimia akut memiliki perjalanan klinis yang
cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a) Leukimia limfositik (LLA)
b) Leukimia mielositik akut (LMA)
2. Leukimia kronik
Leukimia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari
salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
a) Leukimia limfositik kronis (LLK)
b) Leukimia Granulositik/ mielositik kronik (LGK/LMK)

B. Etiologi.
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu (sibuea,2009)
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcellleukimia-lhymohoma virus/HLTV).
2. Radiasi
3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diet hystilbestrol
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar mono zigot
5. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom
C. Tanda dan gejala

D. Patofisiologi
ALL meningkat dari sel batang limfoid tunggal dengan kematangan lemah dan
pengumpalan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tingkat pengembangan limfoid yang berbeda dalam sumsum tulang, mulai
dari yang premature hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kematangannya
merupakan petunjuk untuk menentukan atau meramalkan kelanjutannya. Pada
pemeriksaan darah tepi, ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya terdapat
leukositosis, kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrophil sering
kali rendah, demikian pula kadar haemoglobin dan trombosit.
Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blast yang
dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari stem sel pluripoten, kemudian stem sel
limfoid, pre-B, early B, SEL b intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid, dan sel
plasma. Limfosit T juga berasal dari stem sel pluritopen, berkembang menjadi stem
sel limfoid, sel timosit imatur, cimmomthymosit,  timosit matur, serta menjadi sel
limfosit T helper dan limfosit T supresor.Peningkatan produksi leukosit juga
melibatkan tempat-tempat ekstra medular sehingga anak-anak menderita pembesaran
kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang jugasering dijumpai. Juga
timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu: sakit kepala, muntah-muntah,
kejang, dan gangguan penglihatan. 
E. Patway
F. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi : adanya pensitopenia yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik utk leukimia.
2. Sum-sum tulang :dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis. Sedangkan dari
pemeriksaan.
3. Pemeriksaan lain:
a) Biopsi limpa
b) Kimia darah
c) Cairan cerebrospinal
d) Sitogenik
G. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita LLA : pengobatan umumnya terjadi  secara bertahap,
meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.
b) Kemoterapi pada penderia LMA
Fase induksi : fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan
untuk mengeradikasi sel-sel leukimia secar maksimal sehingga tercapai remisi
komplit.
Fase konsolidasi: dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
c) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena mementukan strategi terapi dan
progosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi :
- Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sum-sum tulang.
- Stadium 1 : limfositosis dan limfadenopati
- Stadium 2 : limfositosis dan splenomegali/hepatomegali.
- Stadium 3 : limfositosis dan anemia  ( Hb<11gr/dl)
- Stadium 4 : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm 3 dengan/tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
d) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
- Fase kronik      : busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
- Fase akselerasi : sama dengan terapi leukemia akut, tetapirespon sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukimia.

3. Transplantasi sumsum tulang


Dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak karena dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi.
4. Terapi suportif
Berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit leukimia dan
mengatasi efek samping obat.
H. Asuhan keperawatan
A . Pengkajian

Anda mungkin juga menyukai