Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM IV

ANTIHISTAMIN

DosenPengampu :
apt. Elasari Dwi Pratiwi, M.Farm

Nama Kelompok3 :
1. Abdullah Argo A (1902050289)
2. Cindy Rista S (1902050253)
3. Diyah Elly Safitri (1902050250)
4. Lainia Hani F (1902050246)
5. Mita Faizah Putri (1902050271)
6. Novita Indah C (1902050265)
7. Rengga Jaluh Wahyudi (1902050288)
8. Selvia Indah (1902050294)
9. Shofa Fitrotul Laili (1902050252)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
1.1 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sampel golongan antihistamin.

1.2 Dasar teori


Histamin adalah suatu senyawa amina yang didalam tubuh dibentuk dari
asam amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekarboksilase. Histamin
merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kelainan akut dan kronis,
sehingga perlu diteliti lebih lanjut mekanisme antihistamin pada pengobatan
penyakit alergi (Pohan SS, 2007). Antihistamin adalah zat-zat yang dapat
mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan
memblok reseptor- histamin (Tjay Tan Hoan & Rahardja Kirana,
2007).Hampir semua organ dijaringan tubuh mengandung histamin ini. Zat
tersebut terdapat terutama dalam sel-sel tertentu yaitu mastcell, dalam keadaan
terikat dan tidak aktif.
Antihistamin pertama kali dikembangkan pada tahun 1930-an. Prevalensi
penggunaan antihistamin yang dilaporkan berkisar antara 4- 10% selama
kehamilan trimester pertama dan 8-15% setiap saat selama kehamilan (Gilboa,
et al., 2009). Antihistamin banyak digunakan untuk pengobatan berbagai
kondisi, termasuk reaksi alergi akut, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, asma
alergi, urtikaria dan dermatitis atopik (Anagnostou K, et al., 2016). ).
Antihistamin generasi pertama telah dikaitkan dengan efek samping, terutama
sedasi. Sedangkan antihistamin generasi kedua lebih disukai dari pada obat
generasi pertama, karena memiliki efek samping yang lebih sedikit, terutama
sedasi (Poluzzi et al., 2015). Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi
atau menghalangi efek histamin yang berlebihan didalam tubuh, dengan jalan
memblok reseptornya. Atas dasar jenis reseptor histamin, dibedakan menjadi 2
macam histamin, yaitu :
1. Antihistamin H1 (H1 blocker)
Zat ini menekan reseptor H1 dengan efek terhadap penciutan bronchi,
usus dan uterus, terhadap ujung saraf dan untuk sebagian terhadap
sistem pembuluh darah (vasodilatasi dan naiknya permeabilitas).
2. Antihistamin H2 (H2 blocker)
Menekan reseptor H2 dengan efek terhadap hipereksi asam klorida dan
untuk sebagian terhadap vasoldilatasi dan turunnya tekanan darah.
Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin dan ranitidin.

Obatantihistamin yang pertamadigunakanadalallepinefrin,


danantaratahun 1937-1972, beratus-
ratusantihistaminditemukandansebagiandigunakandalamterapi,
tetapiefeknyatidakbanyakberbeda.AntihistaminmisalnyaAntergan,
Neoantergan, Difenhidramin,
danTripelenamindalamdosisterapiefektifuntukmengobatiudem, eritema,
danprurituspadapenderitaurtikaria,
tetapitidakdapatmelawanefekhipersekresiasamlambungakibathistamin.
Antihistamintersebutdiatasdigolongkandalamantihistaminpenghambatreseptor
HI(AHI).

Sesudahtahun 1972, ditemukankelompokantihistaminbaru,


yaituBurinamid, Metiamid, danSimetidin yang
dapatmenghambatsekresiasamlambungakibathistamin.Kelompokobatantihista
mintersebutdigolongkandalamantihistaminpenghambatreseptorH2(AH2)CUdi
n.S, Hedi. RD, 1995).

Pengujian organoleptik yaitu cara pengujian dengan menggunakan indra


manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk meliputi warna, bau, dan rasa (Soekarto, 2008). Kelarutan adalah
keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas berada pada fase terlarut
atau tercampur seluruhnya yang membentuk suatu larutan homogeny baru.
Kelarutan juga dapat diartikan sebagai suatu besaran kuantitatif konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu konstan, dan secara kualitatif dapat
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua zat atau lebih yang bertujuan
membentuk disperse molecular. Dalam kelarutan juga dikenal istilah solvent
(pelarut) dan solute (zat terlarut). Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. pH (Power of Hydrogen) adalah
derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.

1.3 Uraian bahan


1. Aquadest (National Library of Medicine, 2020),(FI edisi III hal 96, 1979)
Namaresmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air Suling
Synonim : Hydrogen Oxide, water
Rumusmolekul : H2O
Beratmolekul : 18,02
Pemerian : cairanjernih, tidakbewarna, tidakberbau,
tidakmempunyai rasa.
Kelarutan : Benar-benar tercampur, air melarutkan
sejumlah zat padat atau gas yang bersentuhan dengannya, sangat larut
dalam etanol, metanol, aseton, 55.5 mol/L
Titiklebur : 100˚C (273 K, 32 F)
Stabilitas dan reaktivitas :
a. Reaksi udara dan air
Tidak ada reaksi cepat dengan udara. Tidak ada reaksi cepat dengan
air.
b. Grup reaktif
Solusi air dan air
c. Profil reaktivitas
Air bereaksi dengan banyak zat, termasuk tetapi tidak terbatas pada
logam alkali, hidrida, zat halogenasi kuat, dan klorosilan. Reaksi ini
dapat berbahaya dan dapat mengakibatkan produksi gas yang mudah
terbakar atau beracun, atau timbulnya panas berlebihan yang dapat
menyebabkan terjadinya tekanan. Bahaya reaktif lainnya adalah panas
pencampuran. Mencampur zat seperti asam sulfat atau natrium
hidroksida dengan air dapat menghasilkan panas yang signifikan.
Selain itu, air merupakan pelarut yang baik untuk molekul polar,
sehingga dapat membentuk larutan encer jika bersentuhan dengan
molekul tersebut.

Kegunaan : sebagaipelarut universal

Penyimpanan : Dalamwadahtertutupbaik.

2. AgNO3 (National Library of Medicine, 2020), (FI Edisi III Hal 97, 1979)
Namaresmi : ArgentiNitras
Nama lain : Perak Nitrat, perak (1+) nitrat, perak
mononitrate
Rumusmolekul : AgNOᴣ
Beratmolekul : 169,87
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur
berwarna putih, tidak berbau, menjadi gelap, jika terkena cahaya
Kelarutan : Sangatmudahlarutdalam air,
larutdalametanol (95%) p, lebih dari atau sama dengan 100 mg / mL pada
suhu 61 ° F (NTP, 1992), 122 glarutdalam air 100 CC 0°C, 952 glarut
dalam air100 CC190°C, 1 g larut dalam 30 ml alkohol, 1 g larut dalam 6,5
ml alkohol mendidih, 1 g larut dalam 253 ml aseton, mudah larut dalam
air amonia, larut di eter, gliserol, 245 g/100 air, kelarutan dalam air sangat
baik.
Titiklebur : 212˚C
Kegunaan :Antiseptikumekstern, kaostikum
Penyimpanan : Dalamwadahtertutupbaik
3. H2SO4 pekat (National Library of Medicine, 2020), (FI Edisi III hal 58,
1979)
Namaresmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asamsulfat, asam belerang, Asam sulfur,
Minyak vitriol, Dihidrogen sulfat
Rumusmolekul : H2SO4
BM : 98,07
Pemerian : Cairankentalsepertiminyak, korosif,
tidakberwarna, jikaditambahkankedalam air menimbulkanpanas
Kelarutan : Dapat bercampur, dapat bercampur dengan
air, dengan menghasilkan banyak panas, juga dengan etanol, dapat
bercampur dengan air dan alkohol dengan menghasilkan banyak panas dan
dengan volume yang menyusut, kelarutan dalam air pada suhu 20 ° C
larut.
Kegunaan : pereaksi
Penyimpanan : dalamwadahtertutuprapat

4. K₂Cr₂O₇(National Library of Medicine, 2020)


Nama lain :POTASSIUMDICHROMATE,
Potassiumbichromate 7778-50-9, KaliumdichromatIopezite
Rumus Molekul : K2CrO7
Berat molekul :294,18 g/mol
Pemerian : Kalium bikromat muncul sebagai kristal
merah jingga, lebih padat dari air dan larut dalam air, tidak ada bau yang
khas, dapat menyebabkan iritasi parah pada mata dan saluran pernapasan,
hindari kontak dengan bahan organik, tidak mudah terbakar, digunakan
dalam tampilan pyrotehnic dengan tungsten dan besi, kristal jeruk
kemerahan.
Kelarutan : 10 sampai 50 mg / mL pada 68 ° F (NTP,
1992), dalam air45.000 mg / L pada 25 ° C, kelarutan dalam air: 4,9 g /
100 cc pada 0 ° C; 102 g / 100 cc pada 100 ° C, tidak larut dalam alkohol,
larutan berair jenuh mengandung 4,3% pada 0 ° C; 11,7% pada 20 ° C;
20,9% pada 40 ° C; 50,2% pada 100 ° C, Kelarutan dalam air, g / 100ml
pada 20 ° C: 12 (sedang).

5. Chlorampheniramine Maleate (CTM) (Farmakope Indonesia edisi IV


halaman 210 , Martindale edisi 36 hal 571).
Nama Resmi : Chlorpheniramin Maleat
Rumus molekul : C16H19ClN2.C4H4O4
Berat Molekul : 390,87
Pemerian : serbuk hablur  putih, tidak berbau. Larutan
mempunyai ph antara 4 dan 5.
Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam etanol
dan kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena.
Titik Lebur : Antara 1300 dan 1350 C.
Stabilitas  : Mengalami peruraian pada suasana asam.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan kalsium klorida,
kanamisin sulfat, noradrenalinacid tartrat, pentobarbital sodium, dan
meglumineadipiodone
Khasiat  : Antihistamin
pKa dan koefisien partisi : 9,2
Penyimpanan  : Wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.

6. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi Edisi III ,65), (HOPE 6th , hal 17)
Nama resmi          :   AETHANOLUM
Nama lain            :   Alkohol ; Etanol
Rumus molekul    :   C2H6OH
Berat molekul      :   46,068 g/mol
Rumus struktur    :   CH3 – CH2 – OH
Pemerian              :   Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap,dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan             :   sangat mudah larut dalam air, dalam P,
dan dalam eter P
Penyimpanan        :   dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan             :   sebagai pereaksi
Stabilitas : Mudah terbakar dengan adanya nyala biru
tak berasap.
Inkompatibilitas : dalam kondisi asam, etanol bereaksi keras
dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menggelapkan
warna karena reaksi dengan jumlah sisa aldehid.

7. Asam Klorida (FI Edisi III Hal 53), (National Library of Medicine, 2020)
Nama Resmi             :   ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain                :   Asam Klorida
Rumus Molekul         :   HCl
Berat Molekul          :   36,46
Pemerian                  :   Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan             :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                  :   Zat tambahan
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air; larut dalam
dietil eter, etanol (95%), dan metanol.
Stabilitas dan Penyimpanan : Asam klorida sebaiknya disimpan
dalam wadah tertutup rapat, gelas atau lainnyawadah inert pada suhu di
bawah 308C. Penyimpanan di dekatkedekatan dengan alkali pekat, logam,
dan sianida harus dihindari.
Inkompatibilitas : Asam klorida bereaksi hebat dengan basa,
dengan evolusi panas dalam jumlah besar. Asam klorida juga bereaksi
dengan banyak zat logam, membebaskan hidrogen.

8. Natrium Hidroksida (FI Edisi III Hal 412), (HOPE 6th , hal 648 - 649)
Nama Resmi             :   NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain              :   Natrium Hidroksida
Rumus Molekul          :   NaOH
Berat Molekul          :   40,00
Pemerian                 :  Bentuk batang, butiran, massa hablur
atau keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih,
mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan                 :   Sangat mudah larut dalam air dan etanol
(95%) P.
Penyimpanan dan stabilitas : NaOH sebaiknya disimpan di bawah
nonmetallic kedap udara sejuk, dan kering. Ketika terkena udara NaOH
dengan cepqt menyerap uap udara, namun kemudian menjadi padatan
kembali karena menyerap karbon dioksida dan membentuk natrium
karbonat (HOPE edisi 6, hal. 648-649)

1.4 Alat dan bahan


Alat:
1. Rak tabung Reaksi
2. Gelas Ukur
3. Spiritus
4. Batang Pengaduk
5. Gelas kimia
6. Pipet Tetes
Bahan:
1. Aquadest
2. Ag NO3
3. H2SO4 Pekat
4. K2Cr2O7
5. Chlorampheniramine Maleate (CTM)
6. Etanol
7. Asam Klorida
8. Natrium Hidroksida

1.5 Metode kerja

1. Uji Orgnaleptis

Bentuk

Rasa

Warna

Bau

2. Ujikelarutan
Larut dalam air : Sampel CTM + aquadest, kemudian tambahkan H2SO4
dan K2Cr2O7. Hasil positif bila larutan berwarna hijau

Larut dalam etanol : sampel CTM + etanol

Larut dalam pelarut asam : sampel CTM + HCl

Larut dalam pearut basa : sampel CTM + NaOH


3. Pengamatan pH

Ambil sampel yang mau di ukur kadar pHnya (letakkan dalam


beaker glaas).

Nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter.

Masukkan pH meter ke dalam beaker glass yang berisi sampel


yang akan di uji.

Pada saat di celupkan ke dalamsampel, skala angka akan bergerak acak.

Tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah


atau stabil.

Hasil akan terlihat di display digital.

Lakukan cara kerja tersebut secara berulang dengan sampel


berbeda, sebelum mencelupkan pH meter pada sampel yang
berbede pH meter dibilas dengan aquadest terlebihdahulu.
1.6 Hasil pengamatan
a. Uji Organoleptis

Organoleptis CTM (serbuk) CTM (tablet)


Bentuk Serbuk hablur Bulatpipih
Warna Kuning Kuning
Bau Tidakberbau Tidakberbau
Rasa Pahit Pahit

b. Uji kelarutan

Kelarutan CTM
Aquadest Larut orange (-)
Etanol Larutkuning
Asam (HCl) Tidakl arutkuning bening
Basa (NaOH) Tidak larutkental, menggumpal,
kuning

c. pH

pH CTM
Aquadest 2,21
Etanol 6,90
Asam (HCl) 1,27
Basa ( NaOH) -

1.7 Pembahasan
Telah dilakukan praktikum antihistmin, praktikum ini bertujuan untuk
mengidentifikasi sampel golongan Antihistamin. Antihistamin adalah obat
atau zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap
tubuh dengan jalan memblok reseptor- histamin
Pada praktikum kali ini, telah dilakukan tiga kali uji percobaan. Pada
pengujian pertama yaitu dengan dilakukan pengujian organoleptis. Pengujian
organoleptik yaitu cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai
alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk meliputi
warna, bau, dan rasa, dan bentuk (Soekarto, 2008). Uji organoleptis ini
dilakukan menggunakan tablet Chlopheniramine Maleate (CTM). Menurut
struktur kimianya, CTM merupakan obat antihistamin generasi satu golongan
alkilamin (Buku Ajar Farmakologi, 2013). CTM merupakan antihistamin
golongan antagonis reseptor histamin H1 yang mempunyai mekanisme kerja
menekan reseptor H1 dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus dan
uterus, terhadap ujung saraf dan untuk sebagian terhadap sistem pembuluh
darah (vasodilatasi dan naiknya permeabilitas). Dilakukan pengujian
organoleptis menggunakan dua sampel dengan zat aktif yang sama yaitu CTM
akan tetapi dengan bentuk sediaan yang berbeda, yaitu CTM serbuk dan tablet.
Pada serbuk CTM, di dapatkan hasil uji organileptis dengan serbuk hablur,
berwarna kuning, tidak berbau, dan rasa pahit. Pada pengujian ini tidak sesuai
dengan Farmakope Edisi III hal 153, karena warna yang dihasilkan ialah
kuning, sedangkan pada pemerian Farmakope warna yang dihasilkan ialah
putih. Sebenarnya bahan baku CTM berwarna putih, warna kuning pada CTM
merupakan hasil penambahan bahan pewarna kuning. Bahan pewarna kuning
yang biasanya digunakan ialah tartrazin. Pada tablet CTM di dapatkan hasil uji
organoleptis berupa bentuk tablet bulat pipih, warna kuning, tidak berbau, dan
rasa pahit.

Pengujian kedua yang dilakukan adalah uji kelarutan, pengujian ini


dilakukan agar dapat diketauhi jenis pelarut yang cocok dan dapat diketauhi sifat
kelarutan suatu senyawa. Digunakan empat macam pelarut yaitu aquadest
ditambah H2SO4 dan K2Cr2O7, etanol, pelarut asam berupa HCL, pelarut basa
berupa NaOH. Pada saat CTM dilarutkan dengan aquadest ditambah H 2SO4 dan
K2Cr2O7, di dapatkan hasil CTM larut dalam aquadest dan berubah warna menjadi
orange kemerahan. Warna orange kemerahan dihasilkan dari percampuran dengan
K2Cr2O7, karena Potasium Dikromat adalah senyawa anorganik berwarna orange
sampai merah atau merah jingga (National Library of Medicine, 2020). Artinya,
CTM tidak menghasilkan hasil yang positif, karena jika sampel positif akan
menunjukan warna hijau . Selanjutnya ketika CTM dilarutkan dalam etanol, di
dapatkan hasil bahwa CTM merupakan obat antihistmin yang dapat larut, dan
warnanya tetap menjadi kuning. Hal ini sesuai dengan kiteratur yan disebutkan
bahwa CTM larut dalam 4 bagian air dan 10 bagian etanol (Farmakope indonesia
Ed III, hal 153). Ketika CTM dilarutkan dalam pelarut asam yaitu HCL, hasil
yang diperoleh adalah CTM tidak larut , dan warnanya berubah menjadi warna
kuning bening dan menghasilkan uap dengan bau yang menyengak. Pada pelarut
basa yaitu NaOH, di dapatkan hasil bahwa CTM tidak larut dalam NaOH,
konsistensi CTM menjdi kental dan terdapat serbuk CTM yang menggumpal.
Natrium hidroksida adalah padatan kristal putih tidak berbau yang menyerap
kelembapan dari udara (pubchem,2017).

Pengujian yang terakhir adalah pengujian pH pada CTM yang telah


dilarutkan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sebuah alat yaitu pH
meter.Nilai pH memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dan
perlu dipantau bagi kontrol kualitas produk farmasi, kosmetik, dan makanan
(Schaude et al., 2017).Pada pengujian ini dilakukan dengan tiga sampel yaitu
sampel CTM yang telah larut dalam aquadestditambah H 2SO4 dan K2Cr2O7,
sampel CTM yang telah dilarutkan dalam etanol, sampel CTM yang telah
dilarutkan dalam pelarut asam (HCL). Pada pengujian pH ini tidak dilakukan
pengujian pada sampel CTM yang telah dilarutkan dalam pelarut basa
(NaOH) karena sampel dalam keadaan menggumpal dan kental menyerupai
gel. Didapatkan hasil sampel pertama CTM yang telah dilarutkan aquadest
ditambah H2SO4 dan K2Cr2O7 mempunyai pH sebesar 2,21. Sampel kedua
CTM yang telah dilarutkan dalam etanol, mempunyai pH sebesar 6,9 dan
sampel yang ketiga CTM yang telah dilarutkan dalam pelarut basa (HCL)
mempunyai pH sebesar 1,27. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa CTM
stabil pada pH 4-5 (Martindale ed 28). Jadi hasil pada praktikum ini diketahui
bahwa hasil pH tidak sesuai dengan literatur .

1.8 Kesimpulan dan Saran


- Kesimpulan
Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor- histamin. Atas dasar
jenis reseptor antihistamin dibagi menjadi 2 yaitu : Antihistamin H1 blocker
dan Antihistamin H2 Blocker
2. Dalam pengujian organoleptis serbuk CTM, di dapatkan hasil uji bahwa
serbuk hablur, berwarna kuning, hampir tidak berbau, dan rasa pahit. Uji
organoleptis tablet ctm didapatkan hasil uji berbentuk bukat pipih, berwarna
kuning, tidak berbau, dan rasa pahit
3. Pengujian kelarutan dilakukan empat kali pengujian, pada sampel pertama
CTM dicampurkan dengan aquadest kemudian ditambahkan dengan H2SO4
dan K2Cr2O7 memiliki hasil larut dan larutan bewarna orange kemerahan
(hasil negative) , pada sampel kedua CTM dengan etanol juga larut dan
berwarna kuning , pada sampel ketiga CTM dengan HCL memiliki hasil yang
tidak larut dan menghasilkan uap serta bau yang menyengak , dan yang
terakhir CTM dengan NaOH memiliki hasil yang tidak larut dan menggumpal.
Sesuai dengan literatur, dapat disimpulkan bahwa CTM hanya larut pada air
dan etanol (Farmakope Indonesia ed III, 153)
4. Pada pengujian didapatkan hasil bahwa sampel pertama CTM dengan
aquadest, H2SO4 dan K2Cr2O7 mempunyai Ph 2,21, pada CTM
menggunakan etanol memiliki Ph 6,90 pada sampel ketiga CTM dengan HCL
memiliki Ph 1,27.
- Saran
Dalam praktikum ini diharapkan para praktikan melakukan pengujian dengan
hati hati dan teliti selama praktikum agar didapatkan hasil yang akurat.

1.9 Daftar Pustaka

Pohan, S. S., 2006, Dermatitis Atopik : Permasalahan dan Penatalaksanaan, Ilmu


Kesehatan Kulit dan Kelamin, Vol. 18 No.2, hal 165-171.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.

Gilboa, S. M., Strickland, M. J., Olshan, A. F., Werler, M. M., & Correa, A.
(2009). Use of antihistamine medications during early pregnancy and isolated
major malformations. Birth Defects Research Part A - Clinical and Molecular
Teratology, 85(2), 137–150. https://doi.org/10.1002/bdra.20513.

Anagnostou, K., Swan, K. E., & Brough, H. (2016). The use of antihistamines in
children. Paediatrics and Child Health (United Kingdom),
https://doi.org/10.1016/j.paed.2016.02.00 6Baxter, K., (2008). Stockley’s Drug
Interactions 8th edition, London: Pharmaceutical Press.
Buske M. Laurance Du. 2002. International Journal on Immunorehabilitation..
Sicthburg, USA: I.R.E.N.EM.C. Widjaja. 2002. Mencegah dan Mengatasi Alergi
dan Asma Pada Balita. p 1-2, 56-58.

Poluzzi, E., C. Piccinni, E. Raschi, et al. (2015), Phytoestrogens in


postmenopause: the state of the art from a chemical, pharmacological and
regulatory perspective, Current medicinal chemistry, 21(4), 417-436.

Sweetman, S. C. 2009. The 36th edition of Martindale: The Complete Drug


Reference. London, England, UK: Pharmaceutical Press pp. 1088-1089.

Udin Sjamsudin dan Hedi R. Dewoto. 1995. Histamin dan Antialergi.

Soekarto, 2008. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

National Toxicology Program, Institute of Environmental Health Sciences,


National Institutes of Health (NTP). 1992. National Toxicology Program
Chemical Repository Database. Research Triangle Park, North Carolina.

Ashford, R.D. Ashford's Dictionary of Industrial Chemicals. London, Inggris:


Wavelength Publications Ltd., 1994., hal. 755

Weast, R.C. (ed.). Buku Pegangan Kimia dan Fisika. Edisi ke-66. Boca Raton,
Florida: CRC Press Inc., 1985-1986., Hal. B-127

O'Neil, M.J. (ed.). Indeks Merck - Ensiklopedia Bahan Kimia, Obat-obatan, dan
Biologi. Cambridge, Inggris: Royal Society of Chemistry, 2013., hal. 1419

Snoeyink VL, Jenkins D; Water Chemistry.New York, NY: John Wiley & Sons
hal.463 (1980)

Haynes, W.M. (ed.). CRC Handbook of Chemistry and Physics. 94th Edition.
CRC Press LLC, Boca Raton: FL 2013-2014, p. 4-98

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai