Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan pada umumnya didirikan dengan maksud agar perusahaan

tersebut dapat berkembang serta mampu menjaga dan mempertahankan

kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang. Kelangsungan hidup

perusahaan merupakan ukuran kinerja perusahaan sebagai perlawanan dari

kebangkrutan. Akan tetapi, dengan kondisi ekonomi yang terus menerus

mengalami perubahan, maka keadaan ini dapat mempengaruhi kinerja perusahaan

(Asniwati, 2020).

Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang sama yakni untuk mendapatkan

laba. Perusahaan manufaktur bergerak dalam mengelola barang mentah menjadi

barang setengah jadi maupun barang jadi. Keadaan ekonomi yang terus

berkembang ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan, hal ini dapat

berpengaruh terhadap kelangsungan usaha suatu perusahaan. Fenomena tersebut

mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Namun persaingan

tersebut bisa berpengaruh positif maupun negatif terhadap perusahaan.

Kinerja keuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan setiap perusahaan

dalam mengukur dan menilai keberhasilan yang dicapai dalam menghasilkan laba.

Kinerja keuangan dapat dikatakan baik jika memiliki keseimbangan antara

pendapatan bersih yang dimiliki dengan seluruh jumlah aset yang dimiliki oleh

perusahaan. Dengan kinerja keuangan, perusahaan akan lebih mudah mengetahui

kondisi keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Menurut Fahmi (2012a)

1
2

kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana

suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan kaidah penggunaan

keuangan secara baik dan benar. Kondisi kinerja perusahaan dapat dilihat dari

laporan keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan menjadi salah satu

dasar untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan.

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang dapat menggambarkan

kondisi keuangan suatu perusahaan, dan selanjutnya akan menjadi informasi yang

menggambarkan bagaimana keadaan kinerja suatu perusahaan (Fahmi, 2012b).

Setiap perusahaan membuat laporan keuangan pada umumnya sebagai bentuk

pertangungjawaban manajemen atas aktifitas yang dilakukan perusahaan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan selama suatu periode tertentu. Berkenaan

dengan laporan keuangan tersebut, pengertian laporan keuangan menurut

Jumingan, (2011) merupakan hasil pemikiran atau gambaran dari sekian banyak

transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan

salah satu faktor penting dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena

perusahaan mengambil berbagai keputusan menggunakan laporan keuangan,

melakukan pencatatan laporan keuangan dengan baik dan benar sangat diperlukan

untuk memperlancar suatu usaha yang dilakukan (Siregar, 2019)

Untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi yang terdapat dalam laporan

keuangan diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan. Maka dari itu laporan

keuangan perlu untuk dianalisa agar dapat mengetahui kondisi kinerja keuangan

suatu perusahaan. Dalam mengukur keberhasilan perusahaan dapat menggunakan


3

beberapa rasio salah satunya yaitu rasio solvabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan.

Untuk mengetahui perusahaan dalam memenuhi semua hutang dapat

menggunakan rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan

dalam membayar hutang jangka panjang dan jangka pendeknya. Rasio solvabilitas

adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka panjangnya (Hanafi & Halim, 2012). Semakin besar

penggunaan hutang dibandingkan modal sendiri menyebabkan penurunan nilai

perusahaan. Pengertian solvabilitas menurut Harahap (2013) yaitu kemampuan

suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan, baik itu utang jangka

pendek maupun utang jangka panjang. Silalahi, (2017) menyatakan semakin

tinggi nilai solvabilitas menunjukan bahwa jumlah hutang yang dimiliki

perusahaan lebih besar dari modal sehingga biaya yang harus ditanggung oleh

perusahaan untuk memenuhi kewajiban akan semakin besar, dan berdampak pada

penurunan nilai profitabilitas perusahaan. Rasio ini dihitung dengan cara

membandingkan semua utang, termasuk utang jangka pendek dengan total ekuitas

yang dimiliki oleh perusahaan (Kasmir, 2013a)

Likuiditas merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar

hutang jangka pendeknya. Menurut (Harahap, 2011:301) rasio likuiditas adalah

rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Likuiditas ialah kemampuan perusahaan dalam melunasi

kewajiban jangka pedek dengan menggunakan aktiva lancarnya secara tepat

waktu atau sudah jatuh tempo. Menurut (Widyastuti, 2019) nilai likuiditas
4

perusahaan yang semakin tinggi maka semakin kecil dampak kegagalan suatu

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Semakin tinggi likuiditas

maka semakin tinggi keberhasilan yang dimiliki oleh perusahaan dalam

pemenuhan hutang jangka pendek.

Ukuran perusahaan menurut (Sagita et al., 2015) Ukuran perusahaan

merupakan ukuran atau skala besarnya aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

Dalam melakukan keputusan investasi, investor seringkali melihat dari total aset

yang dimiliki perusahaan atau biasa disebut dengan ukuran perusahaan.

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki peluang lebih untuk

mendapat sumber modal darineksternal, karena perusahaan dengan ukuran lebih

besar memiliki kesempatan lebih banyak untuk memenangkan persaingan atau

bertahan dalam industri (Sugiono & Christiawan, 2013)

Dengan demikian, investor akan mempertimbangkan untuk menanamkan

modalnya di perusahaan dengan ukuran besar tersebut. Ukuran perusahaan dapat

dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan. Total aset yang tinggi akan

menyebabkan modal perusahaan meningkat dan mendorong para investor

menanam modal. Modal perusahaan yang meningkat berpengaruh terhadap

penjualan serta meningkatnya laba perusahaan.

Dari beberapa penelitian sebelumnya ditemukan perbedaan dari hasil

penelitian. Terdapat beberapa peneliti yang mengambil solvabilitas sebagai

variabel penelitiannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Siallagan &

Ukhriyawati, 2019) menyatakan dalam penelitiannya bahwa solvabilitas tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Kedua hasil diatas berbeda dengan hasil
5

penelitian yang dilakukan oleh (Solihin, 2019) menyatakan di dalam penelitiannya

bahwa solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan.

Variabel likuiditas juga diambil dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Eprilia & Siregar, (2020 ) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh

terhadap kinerja keuangan, hasil penelitian yang sama dilakukan oleh (Diana &

Osesoga, 2020) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Namun dari hasil kedua penelitian tersebut berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2020) menyatakan bahwa likuiditas tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Ukuran perusahaan menjadi variabel dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh (Silalahi & Ardini 2017) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian atas ukuran perusahaan

juga dilakukan oleh Diana & Osesoga, (2020) menyatakan dalam penelitiannya

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Dengan adanya perbedaan dari hasil penelitian terdahulu maka penelitian ini

akan menguji kembali variabel solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan

dalam memberikan hasil keuntungan terhadap kinerja keuangan. Karena hal itulah

yang menjadi dasar peneliti untuk menilai apakah solvabilitas, likuiditas dan

ukuran perusahaan merupakan yang paling optimal sehingga dapat mempengaruhi

kinerja keuangan. Selain perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya perbedaan

juga ada pada objek penelitian dan tahun penelitian.

Dari pemaparan diatas membuat peneliti tertarik untuk menganalisis

pengaruh solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi


6

kinerja keuangan. Penelitian ini akan membuktikan pengaruh solvabilitas,

likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan dan mengambil judul

Pengaruh Solvabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja

Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia

Tahun 2017-2019.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas perumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah solvabilitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2017-2019 ?

2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2017-2019 ?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada

perusahaan manufaktur yang teraftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2017-

2019 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah yang telah di sebutkan diatas maka

tujuan penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui apakah solvabilitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun

2017-2019.
7

2. Untuk mengetahui apakah likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keungan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun

2017-2019.

3. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia

pada tahun 2017-2019.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat

antara lain :

1. Bagi peneliti

Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas terkait

pengaruh solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kinerja

keuangan.

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan bagi perusahaan dalam

meningkatkan kinerja dan memperoleh laba secara maksimal.

3. Bagi Investor

Informasi, rekomendasi serta sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi dan memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja keuangan.


8

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan

pengetahuan serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang serupa di

masa yang akan datang.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar akuntansi Keuangan No. 1 (Ikatan Akuntansi

Indonesia: (Revisi 2011) mengatakan bahwa : “Laporan Keuangan adalah suatu

penyajian struktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.”.

Dapat disimpulkan laporan keuangan adalah kumpulan aktifitas atau suatu

informasi yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam jangka

waktu tertentu. Menurut Hery, (2014) Menyatakan laporan keuangan adalah

catatan informasi keuangan atau proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

alat untuk mengetahui data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan ada dua macam, yaitu pihak

internal seperti manajemen perusahaan dan karyawan dan yang kedua adalah

pihak eksternal seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.

Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan informasi kepada

investor maupun kreditur sebagai acuan dalam mengambil keputusan. Dengan

begitu laporan keuangan diharapkan dapat membantu para investor atau kreditur

dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan sebagai sumber informasi yang

sangat penting bagi para pengambil keputusan Ini dikarenakan laporan keuangan

berisikan data-data informasi keuangan perusahaan dimana untuk

menggambarkan kondisi kinerja perusahaan dalam suatu periode.

9
10

Dalam praktiknya laporan keuangan terdiri dari beberapa komponen sebagai

berikut :

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4. laporan Arus Kas

5. Catatan Atas laporan Keuangan

a. Analisis Laporan Keuangan

Analisis rasio adalah cara untuk menganalisis laporan keuangan suatu

perusahaan. Baik atau burukya suatu perusahaan atau kinerja keuangan penilaian

dapat dilakukan dengan cara menganalisis rasio salah satunya rasio solvabilitas,

likuiditas dan ukuran perusahaan. Rasio keuangan dapat memberi gambaran

terkait kondisi keuangan suatu perusahaan. Untuk bisa mencapai tujuan

perusahaan, maka dapat dilakukan analisis laporan keuangan agar dapat

membantu pihak manajemen untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan yang

ada, llu kmeudian membuat keputusan yang masuk akal dalam memperbaiki

kinerja keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan juga berguna bagi

investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit, (Hery,

2015:132).

b. Jenis-jenis rasio keuangan

1) Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam membayar

hutang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan. Pengertian solvabilitas


11

menurut (Riyanto, 2013) adalah dapat menggambarkan kemampuan suatu

perusahaan dalam melunasi semua kewajiban finansialnya jika seandainya

perusahaan tersebut dilikuidasikan. Solvabilitas menurut (Hery, 2012) adalah

kemampuan organisasi bisnis dalam membayar hutang perusahaan dengan tepat

waktu. Rasio solvabilitas diukur dengan Dept To Equity Ratio (DER). Debt To

Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur hutang dalam

equitas. Rasio ini dapat dihitung dengan cara membandingkan semua utang,

termasuk utang jangka pendek dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan

(Kasmir, 2013). Nilai Debt to Equtiy Ratio yang tinggi menyebabkan tingkat

utang semakin tinggi. Tingkat utang yang tinggi akan mengurangi keuntungan

sehingga mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan. Sebaliknya,

tingkat Debt to Equity Ratio yang rendah menyebabkan tingkat pengembalian

yang semakin tinggi, sehingga menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin

baik. Tinggi rendahnya nilai Debt to Equity Ratio akan mempengaruhi tingkat

Return On Equity yang dicapai oleh perusahaan. Rumus dari DER adalah sebagai

Total Kewajiban
berikut: DER=
Total Ekuitas

2) Rasio likuiditas

Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam membayar

hutang jangka pendeknya. Menurut (Utami & Pardanawati, 2016) Rasio likuiditas

adalah suatu rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kebutuhan keuangan berjangka pendek tepat pada waktunya. Semakin


12

besar asset yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan mampu untuk

membayarkan hutang lancarnya. Menurut (Mansur, 2015) Rasio likuiditas

merupakan rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Perhitungan rasio likuiditas

ini memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan.

Rasio likuiditas ini diukur dengan CR (Current Rasio). Current Rasio yaitu

rasio yang menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan melunasi hutang jangka

pendeknya dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki, Semakin tinggi

Current Ratio maka semakin tinggi juga tingkat kemampuan perusahaan dalam

melunasi utang jangka pendek menggunakan aset lancar yang dimiliki. (Carolina

& Tobing, 2019) menyatakan bahwa Current Rasio mencerminkan kemampuan

perusahaan untuk membayar utang jangka pendek menggunakan aset lancar, atau

jumlah asset lancar yang tersedia untuk menutup setiap rupiah utang jangka

pendek. Current ratio yang rendah biasanya menunjukkan kemungkinan

perusahaan berada dalam masalah keuangan untuk memenuhi utang lancarnya

atau dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang

bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya

dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan (Hantono, 2016).

Rumus dari Current Ratio sebagai berikut:

Aktiva Lancar
CR=
Hutang Lancar

3) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam peningkatan kinerja


13

keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan

melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh perusahaan. Aset yang dimiliki

oleh perusahaan menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan

perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian

lebih dari khalayak ramai dan tentunya para investor. Perusahaan diharapkan akan

selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan. Ukuran perusahaan

merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat berbagai

pilihan yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu total

aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar perusahaan dan

luasan usahanya, mengakibatkan pemilik tidak bisa mengelola sendiri

perusahaannya secara langsung (Indarti & Extaliyus, 2013).

Kategori ukuran perusahaan menurut Badan Standarisasi Nasional dalam

(Sulistyo, 2011) ukuran perusahaan terbagi menjadi 3 jenis yaitu; 1) Perusahaan

yang memiliki kekayaan bersih senilai Rp. 10 milyar termasuk tanah dan

bangunan maka dapat dikategorikan perusahaan yang besar. 2) Perusahaan yang

memiliki kekayaan bersih sebesar Rp. 1-10 milyar termasuk tanah dan bangunan

maka dapat dikategorikan dengan perusahaan menengah. 3) Dan perusahaan yang

memiliki kekayaan bersih paling banyak sebesar Rp. 200 juta namun tidak

termasuk tanah dan bangunan dapat dikategorikan perusahaan kecil. Perusahaan

yang memiliki ukuran lebih besar lebih menjanjikan kinerja yang lebih baik dari

pada perusahaan dengan ukuran yang kecil. Tidak hanya itu, untuk meningkatkan

kemakmuran para pemegang saham ukuran perusahaan juga dapat menunjukkan

kemampuan dan pengalaman dalam mengelola tingkat resiko investasi pemegang


14

saham. Daya saing perusahaan dengan ukuran yang lebih besar lebih tinggi dari

pada pesaing dengan ukuran perusahaan yang kecil karena adanya respon positif

dari investor yang akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan

(Mahaputeri & Yadnyana, 2014).

Rumus yang digunakan dalam ukuran perusahaan adalah Lognatural (total

aktiva)

2.1.2. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,

sehingga dapat diketahui mengenai baik atau buruknya keadaan keuangan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Kinerja keuangan

menggambarkan perusahaan yang telah berlangsung dengan menggunakan tata

cara keuangan dan membuat laporan keuangan yang telah memenuhi standar

akuntansi keuangan (Fahmi, 2017). Kinerja keuangan perusahaan merupakan

salah satu indikator untuk menilai efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam

rangka mencapai tujuan utamanya. Analisis laporan keuangan perusahaan

dilakukan untuk mengetahui nilai kinerja keuangan perusahaan. Laporan

keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha

perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode

tertentu (Harahap, 2016). Dari laporan keuangan dapat diperoleh informasi

tentang posisi keuangan, aliran kas, dan informasi yang berkaitan dengan kinerja

keuangan perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat menghasilkan

keuntungan merupakan suatu prestasi yang dilakukan oleh pihak manajemen.


15

Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan rasio profitabilitas, karena

profitabilitas dapat menggambarkan suatu perusahaan dalam memperoleh laba,

dengan penjualan maupun total modal sendiri (Pardanawati, 2016). Kinerja

keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan

dalam satu waktu tertentu dan tersaji dalam laporan keuangan perusahaan

sehingga dapat dievaluasi dan ditingkatkan untuk tahun berikutnya. Dalam

menentukan kinerja keuangan perusahaan biasa menggunakan laporan keuangan

sebagai alat untuk menganalisis penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Dalam penelitian ini kinerja keuangan di ukur dengan Return On Asset

(ROA). ROA menunjukan kemampuan operasional perusahaan untuk

menghasilkan laba dari asset yang dimiliki. Hal ini menandakan bahwa kinerja

keuangan perusahaan yang baik berbanding lurus dengsan tingkat ROA yang

tinggi. Rumus ROA sebagai berikut :

Laba Bersih
ROA=
Total Aset
16

2.2. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Penelitian Judul Variabel Hasil
penelitian penelitian

1. Puji Lestari Pengaruh Independen : Secara simultan


(2020) Likuiditas, Likuiditas likuiditas (CR), (DER),
Der, Firm size Der, Firm dan Firm Size dan Asset
dan Asset Size dan Turnover berpengaruh
turnover Asset terhadap kinerja
terhadap Turnover keuangan (ROA). Secara
kinerja parsial hanya struktur
keuangan modal yang memiliki
Dependen : pengaruh terhadap
Kinerja kinerja keuangan (ROA)
Keuangan

2 Intan Pengaruh Independen : Secara simultan


Eprilia, Rasio Likuiditas dan likuiditas (CR) dan
Dian Lestari Likuiditas dan aktivitas aktivitas (TATO)
Siregar Rasio berpengaruh terhadap
(2020) Aktivitas kinerja keuangan (ROA)
Terhadap Dependen : secara parsial hanya
Kinerja Kinerja likuiditas (CR) yang
Keuangan Keuangan berpengaruh terhadap
Perusahaan kinerja keuangan (ROA).
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia

3 Lely Diana Pengaruh Independen : Likuiditas (CR)


Maria Likuiditas, Likuiditas, berpengaruh signifikan
Stefani Solvabilitas, Solvabilitas, terhadap kinerja
Osesoga Manajemen Manajemen keuangan (ROA),
(2020) Aset dan Aset dan solvabilitas (DTA) tidak
ukuran Ukuran berpengaruh terhadap
Perusahaan Perusahaan kinerja keuangan (ROA),
terhadap aset manajemen (TATO)
Kinerja berpengaruh terhadap
17

keuangan Dependen : kinerja keuangan (ROA),


Kinerja dan ukuran perusahaan
Keuangan (UP) berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan (ROA)

4 Henny Pengaruh Independen : Likuiditas (CR)


Anita Likuiditas, Likuiditas, berpengaruh terhadap
Siallagan Solvabilitas Solvabilitas kinerja keuangan (ROA)
dan Catur dan Aktivitas dan Aktivitas solvabilitas (DER) tidak
Fatchu Terhadap berpengaruh terhadap
Ukhriyawati Kinerja kinerja keuangan (ROA)
(2019) Keuangan Dependen : dan aktivitas (TAT)
Pada Kinerja berpengaruh terhadap
Perusahaan Keuangan kinerja keuangan (ROA)
Rokok Yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Tahun 2010-
2014

5 Dede Pengaruh Independen : Secara simultan Current


Solihin Current Ratio Current Ratio Ratio dan Dept To
(2019) dan Dept To dan Dept To Equity Ratio secara
Equity Ratio Equity Ratio parsial hanya likuiditas
terhadap (CR) tidak berpengaruh
Return On dan Dept To Equity
Asset (ROA) Dependen : Ratio berpengaruh
pada PT. ROA terhadap (ROA)
Kalbe Farma
Tbk

6 Adelina Pengaruh Independen : Corporate social


Christin pengungkapan pengungkapan responsibility
Silalahi dan corporate corporate berpengaruh positif
Lilis Ardini social social signifikan terhadap
(2017) responsibility, responsibility, kinerja keuangan (ROA),
leverage dan leverage dan leverage (DER)
ukuran Ukuran berpengaruh negative
perusahaan Perusahaan signifikan terhadap
terhadap kinerja keuangan dan
18

kinerja ukuran perusahaan tidak


keuangan berpengaruh terhadap
Dependen : kinerja keuangan
Kinerja
Keuangan

Sumber : Hasil olah data 2021

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sebuah rencana yang akan dilakukan oleh

peneliti dan dibuat dalam bentuk alur dan apakah solvabilitas, likuiditas dan

ukuran perusahaan memiliki pengaruh atau tidak terhadap kinerja keuangan.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019 yang memiliki laporan

keuangan, perusahaan manufaktur yang mengalami keuntungan pada tahun

penelitian, perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang rupiah. Lalu

selanjutnya laporan keuangan dari perusahaan tersebut dianalisis dengan

menggunakan rasio solvabilitas yang diukur dengan menggunakan Debt To

Equity Ratio (DER) yang apabila solvabilitas yang tinggi maka akan semakin

besar hutang perusahaan dan akan berdampak buruk bagi kinerja keuangan

begitupun sebaliknya apabila solvabilitas yang rendah maka akan semakin baik

perusahaan tersebut. Rasio likuiditas di ukur dengan menggunakan Current Ratio

(CR) semakin tinggi likuiditas maka akan semakin baik kemampuan perusahaan

dalam membayar utang jangka pendek perusahaan tersebut, sebaliknya apoabila

nilai likuiditas yang rendah maka diperkirakan adanya masalah pada likuidasi.

Dan ukuran perusahaan di ukur dengan menggunakan lognatural. Analisis tersebut

dilakukan untuk mengetahui pengaruh nya terhadap kinerja keuangan.


19

2.4. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu metode yang menjelaskan

bagaimana hubungan dengan faktor-faktor penting yang mencerminkan

keterkaitannya anatara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk

menyelesaikan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Kerangka

konseptual dalam hal ini akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian,

yakni variabel independen dengan variabel dependen.

Solvabilitas (X1)

Likuiditas (X2) Kinerja


Keuangan (Y)

Ukuran Perusahaan
(X3)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Sumber : Data Diolah, 2021

2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan perumusan jawaban sementara terhadap suatu masalah

yang akan diteliti kemudian rumusan jawaban sementara diuji terlebih dahulu,

untuk membuktikan kebenarannya sesuai fakta yang didapat oleh peneliti. Maka

berdasarkan kerangka konseptual yang sudah dijelaskan diatas, dapat dirumuskan

sementara hipotesis sebagai berikut:

2.5.1. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kinerja Keuangan

Penelitian yang dilakukan oleh (Siallagan & Ukhriyawati, 2019) menyatakan

dalam penelitiannya bahwa solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap


20

kinerja keuangan. Penelitian yang sama dilakukan oleh (Solihin, 2019)

menyatakan didalam penelitiannya bahwa solvabilitas berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja keuangan. Solvabilitas merupakan kemampuan

perusahaan dalam membayar utang jangka pendek dan jangka panjangnya.

Tingkat hutang yang tinggi salah satunya disebabkan oleh penerapan strategi yang

kurang tepat penggunaanya dan adanya kesalahan pengelolaan keuangan oleh

manajemen perusahaan.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penelitian menarik hipotesis:

H1 : Solvabilitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan

2.5.2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Eprilia & Siregar 2020)

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Didalam

penelitian (Lestari, 2020) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi likuiditas maka semakin

tinggi kinerja perusahaan.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penelitian menarik hipotesis:

H2 : Likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan

2.5.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Silalahi & Ardini 2017)

menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Penelitian atas ukuran perusahaan juga dilakukan oleh (Diana &

Osesoga, 2020) menyatakan dalam penelitiannya bahwa ukuran perusahaan


21

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Ukuran Perusahaan merupakan ukuran

atau besarnya aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penelitian menarik hipotesis:

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang dikategorikan penelitian

kuantitatif dimana dalam penelitian kuantitatif akan diketahui sejauh mana

variabel independen dapet mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini

kinerja keuangan menjadi variabel dependen. Solvabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan menjadi variabel independen. pengujian menekankan pada pengujian

dan pembuktian terhadap data yang diambil dari data laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-

2019.

3.2. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian ini terdapat tiga objek yang digunakan, yaitu

solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan. Dalam penelitian ini objek yang

menjadi variabel independen adalah solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan

sedangkan variabel dependennya yaitu kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenis dan sumber data penelitian, data yang diperoleh untuk

dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

22
23

3.3.1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder ini

berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek

Indonesia tahun 2017-2019.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data eksternal. Data

eksternal yang digunakan diperoleh dari media internet dengan situs

www.idx.co.id. Dan Galeri Bursa Efek Indonesia Stie Widya Gama Lumajang

periode 2017-2019.

3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian sebanyak sampel dari perusahaan,

Teknik penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-

2019.

2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan secara

lengkap dan berturut-turut pada tahun 2017-2019.

3. Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba selama periode penelitian

2017-2019.

4. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah


24

Tabel 3.1.
Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 182


Indonesia tahun 2017-2019

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan (57)


keuangan secara berturut-turut pada tahun 2017-2019

Perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2017- (56)


2019

Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang (8)


rupiah

Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel 61

Total sampel perusahaan manufaktur 61 x 3 183

Sumber : Hasil olah data 2021

3.5. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel independen sering juga disebut variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (terikat) menurut (Sugiyono, 2015:64). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel bebas adalah sebagai berikut:

1 = Solvabilitas

2 = Likuiditas

3 = Ukuran Perusahaan

Varibel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (variabel bebas)

menurut (Sugiyono, 2015:64) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen atau variabel terikat (Y) adalah kinerja keuangan.


25

3.5.2. Definisi Konseptual

a. Solvabilitas (X1)

Rasio solvabilitas yaitu kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar

utang jangka pendek dan jangka panjangnya. Solvabilitas adalah kemampuan

yang dapat mengukur perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya atau

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan yang

dibiayai oleh utang (Kasmir, 2012:113)

b. Likuiditas (X2)

Rasio likuidias yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutang

jangka pendeknya. Menurut (Fahmi, 2014:65) rasio likuiditas adalah kemampuan

suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya secara tepat

waktu.

c. Ukuran Perusahaan (X3)

Ukuran perusahaan dapat menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan

(Sawitri et al., 2017)Semakin besar aset yang dimiliki suatu perusahaan, maka

semakin besar pula dana yang dikelola sehingga perusahaan akan terus

meningkatkan kinerja keuangannya atas pertanggungjawaban dalam kegiatan

operasionalnya.

d. Kinerja Keuangan (Y)

Kinerja keuangan menurut Fahmi (2013) adalah suatu analisis yang dilakukan

untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan aturan-

aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Penilaian terhadap kinerja

keuangan dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui bagaimana kondisi
26

perusahaan tersebut. (Rudianto, 2013) menyatakan bahwa kinerja keuangan

sebagai suatu pencapaian dan hasil yang didapatkan oleh manajemen didalam

perusahaan yang digunakan untuk menjalankan fungsinya, salah satunya dalam

mengelola aset yang ada dalam perusahaan dengan efektif dalam beberapa periode

tertentu.

3.5.3. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel dependen

1). Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan kinerja keuangan yang

diukur oleh Return On Equity (ROA). ROA didapat dengan cara

membandingkan antara rasio laba bersih terhadap total aktiva.

Laba Bersih
ROA=
Total Aset

b. Variabel independen

Dalam penelitian ini menggunakan solvabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan sebagai variabel independennya.

1) Solvabilitas dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER didapat

dari hasil bagi total kewajiban dengan total ekuitas

Total Kewajiban
DER=
Total Ekuitas

2) Likuiditas dapat diukur dengan menggunakan Current Ratio (CR). CR didapat

dari membandingkan aktiva lancar dan kewajiban lancar.

Aktiva Lancar
CR=
Hutang Lancar

3) Ukuran perusahaan didapat dengan melihat dari jumlah aset perusahaan


27

SIZE = LN (Total Assets)

3.6. Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran

Tabel 3.2.
Instrumen penelitian
No Variabel Indikator Pengukuran Skala

1 Solvabilitas DER (Dept To Total Kewajiban Rasio


Equity Ratio) Total Equitas

2 Likuiditas CR (Current Ratio Aktiva Lancar Rasio


Hutang lancar
3 Ukuran Total Asset ln total assets Rasio
Perusahaan
4 Kinerja ROA (Return On Laba Bersih Rasio
Keuangan Asset) Total Aset

Sumber : Hasil olah data 2021

3.7. Metode Pengumpulan Data

1. Metode studi pustaka

Peneliti mempelajari, melakukan pendalaman pustaka, mengumpulkan dan

mengkaji teori-teori berbagai literatur pustaka, jurnal dan sumber-sumber lain

yang bersangkutan dengan penelitian.

2. Metode Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulan data dan mencatat data

dokumen yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang sudah di

publikasikan tahun 2017-2019 dari situs resmi Bursa efek Indonesia

www.idx.co.id.
28

3.8. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data untuk menguji dan mengetahui

pengaruh solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kinerja

keuangan, pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda yang

membutuhkan asumsi-asumsi yaitu uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji

autokorelasi dan uji heterokesdastisitas.

3.8.1. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas,

uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heterokesdastisitas

a. Uji normalitas data

Ghozali (2016) menyatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji

apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan untuk

melakukan uji ini dengan menggunakan metode uji One Sample Kolmogorov –

Smirnov (Gunawan, 2018). Uji normalitas data ini bisa dilakukan dengan

menggunakan one sample kolmogatrov smirnov pada nilai residual. Apabila nilai

signifikan > 0,05 maka data terdistribusi normal, begitupun sebaliknya apabila

nilai signifikan < 0,05 maka data tidak terdistribusi dengan normal.
29

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolineritas adalah terjadinya korelasi atau hubungan yang hampir

sempurna diantara variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

atau independen (Ghozali, 2016). Biasanya pengujian ini digunakan untuk

medekteksi hubungan antara beberapa variabel dalam model regresi sehingga

keadaan dimana satu atau lebih independen dinyatakan sebagai kondisi linier

dengan variabel lainnya. Pada model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Untuk mengatahui adanya multikolonieritas yaitu

dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Jika nilai tolerance solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan < 0,10

dan VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas

(2) Jika nilai tolerance solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan > 0,10

dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolonieritas

c. Uji Autokorelasi

Ghozali (2016) autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Metode pengujian ini menggunakan

Uji Durbin-Waston. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun

negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2011).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, sebagai berikut :

1) Jika DW ˂ dL artinya terdapat autokorelasi positif dalam model regresi.


30

2) Jika 4 ˃ DW ˃ 4-dL yang artinya terdapat autokorelasi negatif dalam model

regresi.

3) Jika dU ˂ DW ˂ 4-dU yang artinya tidak terdapat autokorelasi dalam model

regresi.

4) Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL maka tidak ada keputusan atau

tidak dapat disimpulkan

d. Uji Heterokesdastisitas

Heterokesdastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk

semua pengamatan pada model regresi (Basuki & Prawoto, 2017:63). Jika varian

dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokesdastisitas dan jika berbeda disebut heterokesdastisitas (Ghozali, 2016).

Model yang baik adalah tidak ada atau tidak terjadi heterokesdastisitas. Dasar

pengambilan keputusannya sebagai berikut:

1) Jika terdapat pola tertentu, titik-titik yang membentuk pola teratur

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit) dapat dikatakan terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas atau dibawah

angka 0 di sumbu Y maka dapat dikatakan tidak terjadi heterokesdastisitas.

3.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

dengan menggunakan model regresi berganda. (Siregar, 2015:301) Regresi

berganda adalah pengembangan dari regresi linier sederhana, yaitu sama–sama

alat yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan dimasa akan datang
31

berdasarkan data masa lalu untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel

bebas terhadap variabel terikat. Variabel independen yaitu solvabilitas, likuiditas

dan ukuran perusahaan (X1, X2, dan X3) terhadap variabel dependen/terikat yaitu

kinerja keuangan (Y) digunakan metode analisis regresi berganda. dengan SPSS

24 for windows. Model regresi linear berganda penelitian ini sebagai berikut:

Y =a+ β 1 X 1+ β 2 X 2+ β 3 X 3+ e

Keterangan:

γ = Kinerja keuangan

a = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

X1 = Solvabilitas

X2 = Likuiditas

X3 = Ukuran Perusahaan

e = standart error

3.8.3. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Tahapan berikutnya adalah pengujian hipotesis dengan pengujian t. Pada

umumnya uji T menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen

secara individu dalam menerangkan variabel dependen. Nilai sigifikan uji t adalah

α = 0.05 (5%). Berikut adalah prosedur yang digunakan :

1) Hipotesis H1

- Jika nilai signifikan > 0,05 maka H1 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh

solvabilitas terhadap kinerja keuangan.


32

- Jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 diterima yang berarti ada pengaruh

solvabilitas terhadap kinerja keuangan.

2) Hipotesis H2

- Jika nilai signifikan > 0,05 maka H2 ditolak yang berarti bahwa tidak ada

pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan.

- Jika nilai signifikan < 0,05 maka H2 diterima yang berarti ada pengaruh

likuiditas terhadap kinerja keuangan.

3) Hipotesis H3

- Jika nilai signifikan > 0,05 maka H3 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh

ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan.

- Jika nilai signifikan < 0,05 maka H 3 diterima yang berarti ada pengaruh ukuran

perusahaan terhadap kinerja keuangan.

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) Tahap selanjutnya adalah melakukan uji

koefisien determinasi (R2) Tujuan dilakukan pengujian ini adalah mencari

kekuatan persentase pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y. Nilai koefisien

determinasi adalah nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan pada perusahaan

manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh solvabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Obyek penelitian ini terdiri

dari variabel independen yaitu solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan,

sedangkan variabel dependennya yaitu kinerja keuangan. Solvabilitas adalah

kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar semua hutangnya. Semakin

tinggi nilai solvabilitas maka akan menyebabkan tingkat utang yang semakin

tinggi pula dan akan berdampak buruk pada kinerja keuangan perusahaan.

Likuiditas adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar hutang

jangka pendeknya. Jika nilai likuiditas tinggi maka akan semakin baik terhadap

kinerja keuangan perusahaan dikarenakan keberhasilan perusahaan dalam

membayar hutang jangka pendek dengan tepat waktu. Ukuran perusahaan adalah

skala besar kecilnya perusahaan yang dilihat dari total asset perusahaan. Semakin

tinggi nilai total asset perusahaan maka semakin banyak peluang invenstor untuk

memasukan dananya dalam perusahaan tersebut yang nantinya akan berpengaruh

terhadap profitabilitas perusahaan.

Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

33
34

Data perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memenuhi


kriteria sampel :

Tabel 4.1.
Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahan
1. AUTO PT. ASTRA OTOPARTS
2. BOLT PT. GARUDA METALINDO
3. INDS PT. INDOSPRING
4. INDR PT. INDO-RAMA SYNTHETICS
5. RICY PT. RICKY PUTRA GLOBALINDO
6. STAR PT. STAR PETROCHEM
7. TRIS PT. TRISULA INTERNATIONAL
8. UNIT PT. NUSANTARA INTI CORPORA
9. AMIN PT. ATELIERS MECANIQUE D'INDONESIE
10. JECC PT. JEMBO CABLE COMPANY
11. KBLI PT. KMI WIRE & CABLE
12. KBLM PT. KABELINDO MURNI
13. VOCK PT. VOKSEL ELECTRIC
14. BATA PT. SEPATU BATA
15. INTP PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
16. SMBR PT. SEMEN BATURAJA
17. WSBP PT. WASKITA BETON PRECAST
18. WTON PT. WIJAYA KARYA BETON
19. ARNA PT. ARWANA CITRAMULIA
20. TOTO PT. SURYA TOTO INDONESIA
21. AKPI PT. ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY
22. IMPC PT. IMPACK PRATAMA INDUSTRI
23. TALF PT. TUNAS ALFIN
24. ALDO PT. ALKINDO NARATAMA
25. FASW PT. FAJAR SURYA WISESA
26. KDSI PT. KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL
27. SPMA PT. SUPARMA
28. AGII PT. ANEKA GAS INDUSTRI
29. EKAD PT. EKADHARMA INTERNATIONAL
30. INCI PT. INTANWIJAYA INTERNASIONAL
31. SRSN PT. INDO ACIDATAMA
32. BTON PT. BETONJAYA MANUNGGAL
33. ISSP PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA
34. PICO PT. PELANGI INDAH CANINDO
35. CPIN PT. CHAROEN POKPHAND
36. MAIN PT. MALINDO FEEDMILL
37. ADES PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL
38. CEKA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA
39. CLEO PT. SARIGUNA PRIMATIRTA
35

40. HOKI PT. BUYUNG POETRA SEMBADA


41. ICBP PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR
42. INDF PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR
43. MYOR PT. MAYORA INDONESIA
44. ROTI PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO
45. SKBM PT. SEKAR BUMI
46. SKLT PT. SEKAR LAUT
47. STTP PT. SIANTAR TOP
48. TBLA PT. TUNAS BARU LAMPUNG
49. ULTJ PT. ULTRA JAYA MILK INDUSTRY & TRADING
COMPANY
50. GGRM PT. GUDANG GARAM
51. WIIM PT. WISMILAK INTI MAKMUR
52. DVLA PT. DARYA VARIA LABORATORIA
53. KAEF PT. KIMIA FARMA
54. KLBF PT. KALBE FARMA
55. PYFA PT. PYIDAM FARMA
56. SIDO PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL
57. TSPC PT. TEMPO SCAN PACIFIC
58. KINO PT. KINO INDONESIA
59. TCID PT. MANDOM INDONESIA
60. CINT PT. CHITOSE INTERNASIONAL
61. WOOD PT. INTEGRA INDOCABINET
Sumber : Hasil olah data 2021

4.1.2. Hasil Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari website

resmi www.idx.co.id. Dan Galeri Bursa Efek Indonesia STIE Widya Gama

Lumajang. Data yang dikumpulkan berupa laporan keuangan perusahaan tahun

2017-2019 dari sampel perusahaan dan data yang akan diteliti merupakan data

dari variabel masing-masing. Penelitian ini akan menguji variabel independen

yaitu solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan sedangkan variabel

dependennya yaitu kinerja keuangan.


36

4.1.3. Hasil Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukan uji statistik, maka hasil

statistik yang diperoleh dari data variabel–variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk melihat nilai minimal, maksimal, rata-rata

(mean) dan standar deviasi pada masing-masing variabel.

Berikut hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini :

Tabel 4.2.
Data Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Solvabilita 183 0.09 2.74 0.7826 0.58004
s
Likuiditas 183 0.40 7.81 2.4116 1.44820
Ukuran 183 6.71 30.64 24.8050 5.16055
Perusahaan
Kinerja 183 0.04 26.05 6.6734 4.76159
Keuangan
Sumber: SPSS, Data diolah peneliti 2021

Dari hasil analisis data deskriptif pada tabel 4.2 dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1) Solvabilitas (X1)

Berdasarkan hasil dari uji deskriptif pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa

nilai solvabilitas memiliki nilai terendah sebesar 0,09 dan nilai maksimal

solvabilitas yaitu sebesar 2,74. Dengan nilai rata-rata solvabilitas sebesar 0.7826

dan standar deviasi sebesar 0.58004. Artinya bahwa solvabilitas yang diukur
37

dengan DER memiliki variasi antar perusahaan dengan tingkat sebaran data

sebesar 0.58004

2) Likuiditas (X2)

Likuiditas memiliki nilai minimal 0,40 dan niali maksimal likuiditas sebesar

7,81. Dengan nilai rata-rata sebesar 2,4116 dan standar diviasi sebesar 1,44820.

Artinya bahwa likuiditas yang diukur dengan CR memiliki variasi antar

perusahaan dengan tingkat sebaran data sebesar 1,44820.

3) Ukuran Perusahaan (X3)

Ukuran perusahaan memiliki nilai minimal sebesar 6,71 dan nilai maksimal

sebesar 30,64. Dengan rata-rata sebesar 24,8050 dan standar deviasi sebesar

5.16055. Artinya bahwa variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan log

natural asset (ln) memiliki variasi antar perusahaan dengan tingkat sebaran data

sebesar 5,16055.

4) Kinerja Keuangan (Y)

Kinerja keuangan memiliki nilai minimal sebesar 0,04 dan nilai maksimal

sebesar 26,05. Dengan rata-rata sebesar 6,6734 dan standar deviasi sebesar

4,76159 Artinya bahwa variabel kinerja keuangan yang diukur dengan ROA

memiliki variasi antar perusahaan dengan tingkat sebaran data sebesar 4,76159.

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan bagian utama sebelum melakukan analisis

regresi linear berganda. Pada pengujian asumsi klasik terdapat 4 asumsi yang

harus terpenuhi, berikit hasil dari pengujian asumsi klasik :


38

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan one sample

kolmogorov smirnov adalah apabila nilai signifikan lebih dari 0,05 maka data

terdistribusi normal, begitupun sebaliknya apabila nilai signifikan kurang dari

0,05 maka data tidak terdistribusi dengan normal.

Berikut adalah hasil yang telah dilakukan dalam pengujian One Sample

Kolmogorov – Smirnov:

Tabel 4.3.
Uji Kolmogorov smirnov
Unstandardized Kesimpulan
Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,053 Normal
Sumber: SPSS, Data diolah peneliti 2021

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.3 hasil uji normalitas Asymp Sig (2-

tailed) yaitu 0,053 (0,053 > 0,05) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data

berdistribusi normal.

2) Uji Multikolonieritas

Uji Multikoloniearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi antar

variabel independen. Uji multikolonieritas dapat dilihat pada nilai tolerance atau

dapat juga dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai > 0,10 dan

VIF < 10 maka tidak terjadi multikolonieritas.

Berikut hasil output SPSS yang menunjukkan uji multikoliniearitas:


39

Tabel 4.4.
Uji Multikolonieritas
Variabel Tolerance VIF Kesimpulan
Solvabilitas 0,594 1,685 Tidak terjadi Multikolonieritas
Likuiditas 0,591 1,691 Tidak terjadi Multikolonieritas
Ukuran 0,992 1,008 Tidak terjadi Multikolonieritas
Perusahaan
Sumber: SPSS, Data diolah peneliti 2021

Berdasarkan tabel 4.4. uji multikolonieritas menunjukkan bahwa variabel

bebas tidak saling berkorelasi. Hasil nilai VIF untuk masing-masing variabel

kurang dari 10 dan nilai tolerance dari masing-masing variabel > 0,10. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat

multikolonieritas antara sesama variabel.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data

yang ada pada variabel-variabel penelitian. Untuk mengetahui apakah terdapat

autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), berikut ini

merupakan hasil pengujian autokorelasi:

Tabel 4.5.
Uji Autokorelasi
Mode Durbin-Watson Kesimpulan
l
1 1,811 Tidak terdapat Autokorelasi

Berdasarkan dari hasil uji autokorelasi, dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwasannya

nilai D-W sebesar 1,811. Nilai DU pada tabel Durbin Watson dengan n = 183 dan

k = 3 yang didapat dari dU = 1,7249. 4 – dU = 4 - 1,7249 = 2,2751.


40

Berdasarkan hasil output SPSS tabel 4.5. dapat diketahui nilai Durbin-Watson

(DW) sebesar 1,811 dengan demikian dU < D-W < 4-dU atau 1,7249 < 1,811 <

2,2751. Maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji Durbin-

Watson (D-W) dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

4) Uji Heterokesdastisitas

Dengan dilakukannya uji heterokesdastisitas yaitu untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual satu ke pengamatan

lain. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokesdastisitas

adalah dengan melihat metode grafik scatter plot, jika titik-titik menyebar diatas

dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola maka dapat

diambil kesimpulan bahwa uji regresi bebas dari heterokesdastisitas.

Hasil dari uji heterokesdastisitas yang terlampir pada lampiran 13

menunjukkan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y serta

tidak membentuk pola, artinya tidak ada heterokesdastisitas.

c. Hasil Pengujian Hipotesis

Dari data yang telah diolah menggunakan program SPSS kemudian

melakukan analisis regresi linier berganda bisa diketahui dari output SPSS

dibawah ini:
41

Tabel 4.6
Regresi Linear Berganda
Unstandardized
Model Coefficients
B Std. Error
(Constant) 8.688 1.953
Solvabilitas -0.865 0.749
Likuiditas 0.779 0.301
Ukuran Perusahaan -0.130 0.065

Sumber : SPSS, Data diolah peneliti 2021


Setelah melihat tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa hasil output SPSS diatas

dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda seperti dibawah ini:

Y = 8.688 - 0.865 (X1) + 0. 779 (X2) - 0.130 (X3) + e

Persamaan diatas menunjukkan bahwa variabel solvabilitas memiliki nilai

koefisien kearah negatif, variabel likuiditas memiliki nilai koefisian kearah positif

dan variabel ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien dengan arah yang negatif.

1) Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Signifikan yang

digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 berarti ada pengaruh dari

solvabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan.

Sedangkan apabila nilai signifikansi > 0,05 berarti tidak ada pengaruh solvabilitas,

likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan. Berikut output dari

program SPSS untuk uji parsial (uji t) :


42

Tabel 4.7
Uji Parsial (Uji t)
Variabel T Sig. Kesimpulan
Solvabilitas -1,154 0,250 Tidak berpengaruh
Likuiditas 2,590 0,010 Berpengaruh
Ukuran Perusahaan -1,991 0,048 Berpengaruh

Sumber : SPSS, Data diolah peneliti 2021

Berdasarkan hasil dari uji t pada tabel 4.7 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengujian H1 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.7, nilai signifikan yang ditunjukkan pada

kolom sig variabel solvabilitas memiliki nilai sebesar 0,250 lebih besar dari pada

nilai yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.

2. Pengujian H2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.7, nilai signifikan yang ditunjukkan pada

kolom sig variabel likuiditas memiliki nilai 0,010 tidak lebih besar dari pada nilai

yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

likuiditas memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.

3. Pengujian H3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil dari uji t pada tabel 4.7, bahwasannya nilai signifikan yang

ditunjukkan pada kolom sig variabel ukuran perusahaan memiliki nilai sebesar

0,048 tidak melebihi nilai yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

2) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi yang semakin besar yang terletak pada output

SPSS di tabel model yang tertulis R square maka semakin baik kemampuan
43

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya. Kriteria yang diberikan

dalam penelitian ini nol dan satu, nilai yang mendekati 1 berarti variabel

independennya hampir memberikan informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi varibel dependennya. Berikut hasil output SPSS dari penelitian ini

yang menunjukkan nilai koefisien determinasi:

Tabel 4.8.
Hasil Koefisien Determinasi
R Square Adjusted R Square
0,115 0,100
Sumber : SPSS, Data diolah peneliti 2021
Berdasarkan tabel 4.8 bisa dilihat bahwa nilai koefisien determinasi sebesar

0,115 atau sebesar 11,5 % yang berarti bahwa besarnya pengaruh variabel

independen yang meliputi solvabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap

variabel dependen yaitu kinerja keuangan sebesar 11,5 % dan sisanya sebesar

0,885 atau sebesar 88,5 % dipengaruhi oleh variabel di luar variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kinerja Keuangan

Dari hasil uji hipotesis pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa solvabilitas tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Prihadi (2014) menyatakan bahwa

solvabilitas merupakan rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

melunasi semua utang perusahaan. Dalam penelitian ini solvabilitas diukur

dengan Dept to Equity Ratio (DER) yang membandingkan antara total kewajiban

dan total ekuitas.


44

Solvabilitas menelaah mengenai kebijakan hutang perusahaan termasuk

sumber dana jangka panjang maupun jangka pendek (Wilistiyaningsih, 2014).

Jika perusahaan lebih banyak menggunakan hutang dibanding modal maka tingkat

solvabilitas akan buruk karena beban bunga yang harus di tanggung semakin

besar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Siallagan &

Ukhriyawati, 2019) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa solvabilitas

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dikarenakan juka DER semakin

besar menunjukkan bahwa struktur modal yang berasal dari utang semakin besar

digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Semakin besar DER maka semakin

besar pula resiko yang ditanggung atas kegagalan yang terjadi dalam perusahaan.

Namun penelitian ini tidak mendukung hasil dari penelitian yang dilakukan oleh

(Solihin, 2019) yang menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Karena DER yang rendah perusahaan akan mampu membayarkan

semua hutangnya.

Dapat diketahui bahwa solvabilitas menunjukkan seberapa besar pendanaan

perusahaan yang dibiayai oleh utang dibanding dengan ekuitas yang dimiliki oleh

perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan kurang mampu dalam

memenuhi hutang jangka panjangnya. Karena semakin tinggi nilai solvabilitas

menunjukkan bahwa jumlah hutang yang dimiliki perusahaan lebih besar dari

pada modal sehingga biaya yang harus ditanggung perusahaan akan semakin

meningkat dan akan berdampak pada penurunan laba perusahaan.


45

4.2.2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan

Dari hasil uji hipotesis pada tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa likuiditas

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Menurut Hani (2015) likuiditas

merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan

yang sudah jatuh tempo atau secara tepat waktu. Likuiditas dapat menggambarkan

ketersediaan dana yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi hutang yang jatuh

tempo.

Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini

likuiditas dihitung menggunakan Current Ratio (CR) yang membandingkan antara

total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Nilai current ratio yang tinggi

berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar hutang lancarnya.

Artinya perusahaan tersebut dapat membayar hutang jangka pendeknya dengan

tepat waktu. Semakin tinggi nilai likuiditas perusahaan maka akan semakin tinggi

pula keberhasilan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek dan

semakin kecil kegagalan untuk memenuhi hutang jangka panjangnya yang

nantinya akan berdampak pada peningkatan profitabilitas perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Eprilia

& Siregar 2020) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa likuiditas

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa

besar kecilnya CR dapat menggambarkan dan memprediksi kinerja keuangan

perusahaan. Karena semakin tinggi asset lancar maka perusahaan mampu

membayar hutang jangka panjang dengan menggunakan asset lancar tersebut.


46

Namun penelitian ini tidak mendukung hasil dari penelitian yang dilakukan oleh

(Lestari, 2020) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa likuiditas tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Karena perusahaan yang rendah dengan

tingkat likuiditasnya berarti perusahaan tersebut tidak mampu dalam

membayarkan hutang jangka pendeknya.

Likuiditas dapat menggambarkan atau mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo artinya, apabila

perusahaan ditagih hutangnya, perusahaan mampu untuk membayar utang tersebut

terutama utang yang sudah jatuh tempo. Karena semakin tinggi likuiditas maka

semakin likuid kondisi keuangan perusahaan. Apabila tingkat likuiditas tinggi,

maka kebutuhan jangka pendek perusahaan pun akan terpenuhi yang nantinya

akan berpengaruh terhadap perolehan laba perusahaan.

4.2.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan

Hasil uji hipotesis pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Barus & leliani (2013) mengatakan jika

semakin besar ukuran perusahaan dapat mempengaruhi peningkatan nilai

profitablitas. Besarnya jumlah asset yang dimiliki oleh perusahaan berarti semakin

besar pula dana yang dikelola oleh perusahaan tersebut. Artinya semakin tinggi

total asset perusahaan memiliki peluang yang besar untuk investor

menginvestasikan dananya terhadap perusahaan, karena perusahaan dengan

ukuran besar memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan persaingan atau

bertahan dalam industri.


47

Menurut Kumar (2015) untuk mengukur besar kecilnya perusahaan dapat

dilihat dari total asset perusahaan yang dapat menggambarkan keseluruhan asset

perusahaan yang terdiri dari modal dan seluruh kewajiban perusahaan. Semakin

tinggi nilai total asset menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tergolong

perusahaan besar. Dan sebaliknya, semakin rendah total asset memiliki arti bahwa

perusahaan tersebut tergolong perusahaan kecil.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Diana

& Osesoga, 2020) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Karena semakin besar ukuran

suatu perusahaan menunjukkan semakin banyak jumlah total aset yang dimiliki,

yang berarti semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan mengelola asetnya

dalam kegiatan operasional perusahaan untuk menghasilkan laba. Tingginya

tingkat laba yang dihasilkan disertai pengelolaan aset yang efisien maka akan

menghasilkan ROA yang tinggi. Dengan demikian, semakin besar ukuran

perusahaan maka semakin efisien kinerja keuangan perusahaan. Namun penelitian

ini tidak mendukung hasil dari penelitian yang dilakukan oleh (Silalahi & Ardini

2017) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan. Karena perusahaan yang besar belum tentu berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Hal ini dapat disebabkan perusahaan yang besar

tersebut belum didukung pengelolaan yang bagus. Ukuran perusahaan tidak dapat

digunakan sebagai jaminan bahwa perusahaan yang besar memiliki kinerja yang

bagus.
48

Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total

asset perusahaan (log natural). Ukuran perusahaan ditunjukkan oleh seberapa

besar aset yang dihasilkan perusahaan dalam kinerja keuangannya. Perusahaan

yang memiliki ukuran besar akan dipandang baik oleh investor. Maka ukuran

perusahaan memiliki peran yang cukup penting dalam menghasilkan laba sebuah

perusahaan.
49

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian serta

pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dapat

ditarik beberapa kesimpulan dari penelitin ini sebagai berikut:

1. Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan karena nilai solvabilitas

yang tinggi menunjukkan hutang yang dimiliki perusahaan lebih besar dari pada

modal, sehingga biaya yang harus ditanggung untuk memenuhi kewajiban juga

semakin besar.

2. Likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan karena tingkat nilai likuiditas

yang tinggi menunjukkan keberhasilan yang dimiliki perusahaan dalam

membayarkan hutang jangka pendeknya dengan tepat waktu.

3. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan karena perusahaan

dengan ukuran yang besar lebih menarik minat investor untuk menginvestasikan

dananya terhadap perusahaan yang nantinya dapat meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil@penelitian@yang@telah@dilakukan, penulis mencoba

memberikan saran-saran sebagai pelengkap terhadap penelitian yang diberikan

sebagai berikut:
50

1. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan mengganti

atau menambah variabel lain yang mempengaruhi kinerja keuangan agar

mendapatkan hasil yang beraneka ragam serta memperkaya teori yang ada atau

menambah tahun penelitian, karena penelitian ini memiliki ketebatasan jangka

waktu 2017 – 2019.

2. Bagi investor yang akan berinvestasi disarankan untuk melakukan analisis terlebih

dahulu terhadap kinerja perusahaan dalam beberapa periode sebelumnya, guna

untuk mengetahui kegiatan operasional perusahaan

Anda mungkin juga menyukai