3. Seorang ḥākim boleh langsung memutuskan 9. Hukum menjadi saksi bagi orang yang memikulnya
perkara apabila sudah ada bukti. jika dipanggil untuk memberikan kesaksian dan
dikhawatirkan kebenaran akan hilang adalah …
Di bawah ini yang bukan termasuk bukti adalah… .
a. Farḍu kifāyah
a. Sumpah penggugat
b. Mandūb
b. Bayyinah
c. Sunah
c. Saksi yang menguatkan
d. Haram
d. Pengkuan terdakwa
e. Farḍu ’ain
e. Keyakinan para ḥākim
10. Sebagian ulama berpendapat bahwa perempuan
4. Kesaksian orang buta bisa diterima dalam hal-hal
tidak boleh menjadi ḥākim mereka beralasan dengan
berikut ini kecuali ....
hadis … .
a. Masalah nasab
a. وهللا آلغزون قريشا ثالث مرات
b. Hal-hal yang diketahui sebelum buta
c. Kematian b. البينة على المدعى واليمين على المدعى عليه
d. Pembunuhan
c. اليقضى القاضى بين اثنين وهو غضبان
e. Hak milik
d. خدى ما يكفيك
5. Saksi yang diterima kesaksiannya antara lain… .
e. لن يفلح قوم ولوا امرهم امرآة
a. Saksi yang diminta
b. Saksi dari anak kepada ayahnya
c. Orang yang menumpang di rumah terdakwa
d. Saksi dari pihak musuh
e. Saksi dari ayah kepada anaknya
a. Urf
b. Istishāb
c. Istiḥsān
d. Dalalatul iqtiran
e. Maṣlaḥah mursalah
a. Ijab
b. Ucapan penerima
c. Qabul
d. Ikrar
e. Ijab dan qabul
a. Nikah taḥlīl
b. Nikah silang
c. Nikah khadan
d. Nikah syīgār
e. Nikah mut’ah
a. Agar manusia patuh terhadap hukum Allah a. Suami, anak laki-laki, dan bapak
dalam pembagian harta warisan b. Bapak, anak laki-laki dan saudara laki-laki
b. Agar tidak terjadi sengketa/permusuhan c. Suami, anak laki-laki dan cucu laki-laki dari
karena pembagian harta warisan anak laki-laki
c. Agar para ahli waris semuanya mendapat d. Suami saudara dan bapak
bagian yang merata e. Suami anak laki-laki dan paman
d. Agar bagian orang tua dapat didahulukan
8. Berikut adalah ahli waris yang mendapat bagian 1/2
daripada bagian ahli waris lain
adalah….
e. Agar orang yang meninggal tidak
menanggung beban di akhirat a. Anak perempuan tunggal
b. Ibu
3. Penghapusan hak waris seseorang, baik
c. Suami (jika tdk ada anak )
penghapusan sama sekali ataupun pengurangan
d. Jawaban a dan b benar
bagian harta warisan karena ada ahli waris yang kebih
e. Istri
dekat pertaliaannya ( hubungannya ) denganorang
yang meninggal disebut ..... 9. Yang dimaksud ashabah ma’alghair adalah ….
a. Asabah a. Anak permpuan jika bersama anak laki-laki
b. dzawil al-furūd b. Cucu perempuan jika bersama cucu laki-aki
c. Ashab furudh c. Anak laki-laki dan ayah
d. Al-furūd al-muqaddarah d. Saudara perempuan kandung jika bersama
e. Hijab anak perempuan
e. Kakek jika bersama anak laki-laki
4. Bagian-bagian tertentu dalam warisan yang telah
ditetapkan besaranya oleh Al-Qur’an disebut …. 10. Seorang meninggal dunia, meninggalkan suami,
ibu, ayah, seorang anak laki-laki dan dua orang anak
a. Al-furūd al-muqaddarah
perempuan. Harta peninggalannya sebesar Rp.
b. Far’ul mayit
24.000.000,-. Bagian masing-masing ahli waris adalah
c. Ashab al-furūd
d. furudhul mayit a. Suami Rp. 6 juta, ibu Rp. 4 juta, ayah Rp. 4
e. Al-mīrās juta anak laki-laki Rp. 5 juta, dan dua anak
perempuan masing-masing Rp. 2,5 juta
5. Hal-hal yang menggugurkan hak mewarisi adalah ….
b. Suami Rp. 6 juta, ibu Rp. 4 juta, ayah Rp. 4
a. Membunuh, perceraian, pencurian, budak juta anak laki-laki Rp. 5 juta, dan dua anak
belian perempuan masing-masing Rp.5 juta
b. Dibunuh, murtad, hamba sahaya, dicerai c. Suami Rp. 4 juta, ibu Rp. 4 juta, ayah Rp. 4
c. Pindah agama, berbeda agama, tidak juta anak laki-laki Rp. 6 juta,dan dua anak
beragama, hamba sahaya perempuan masing-masing Rp. 3 juta
d. Membunuh, murtad, berbeda agama, hamba d. Suami Rp. 4 juta, ibu Rp. 5 juta, ayah Rp. 5
sahaya juta anak laki-laki Rp. 5 juta, dan dua anak
e. Membunuh, sama-sama kafir, murtad, perempuan masing-masing Rp. 2,5 juta
mengangkat anak e. Suami Rp. 3.5juta, ibu Rp. 2,5 juta, ayah Rp.
2,5 juta, anak alki-laki Rp. 2,5 juta dan 2 anak
6. Ada beberapa sebab seseorang tidak dapat saling
perempuan 1.5 juta
mewarisi. Salah satu sebab seseorang tidak dapat
saling mewarisi adalah ….
1. Khiṭāb syar’i yang berhubungan dengan perbuatan 6. Perbuatan mukhallaf yang terkait dengan titah
orang mukhallaf baik bersifat tuntunan, takhyir Allah disebut dengan... .
(membolehkan) atau waḍ’i/menetapkan adalah
a. Ḥākim
pengertian dari....
b. Hukum
a. Hukum syar’i c. Maḥkūm ’Alaih
b. Hukum waḍ’i d. Maḥkūm fih
c. Hukum taklīfi e. Mukhallaf
d. Hukum Muamalah
7. Segala sesuatu yang dijadikan oleh syar’i sebagai
e. Hukum bagi orang Islam
alasan bagi ada dan tidak
2. Hukum syar’iy menurut ulama ushul fiqih dibagi
adanya hukum.
atas dua macam yaitu....
a. Sebab
a. Hukum wajib dan sunnah
b. Syarat
b. Hukum taklīfi dan hukum waḍ’i
c. Māni’
c. Hukum karahah dan ibāḥah
d. Ḥākim
d. Hukum taklīfi dan hukum 'amali
e. Maḥkūm alaih
e. Hukum qur’ani dan hukum fi’liyyah
8. Tuntutan Allah yang menuntut untuk melakukan
3. Yang di sebut Al-ḥākim dalam ushul fiqih adalah
suatu perbuatan dengan
a. Allah SWT
tuntuan tidak pasti di sebut
b. Mukhallaf
c. Kitab-kitab Allah a. Ījāb
d. Parad Malaikat Allah b. Nadb
e. Hukum-hukukm Allah c. Karāha
d. Makrūh
4. Berkenaan dengan hukum-hukum Allah SWT,
e. Taḥrīm
mazhab Mu’tazilah berpendapat bahwa... .
9. Tuntutan Allah yang menuntut untuk melakukan
a. Akal dapat mengetahui hukum-hukum Allah
suatu perbuatan dengan tuntuan pasti di sebut
SWT tanpa perantara
a. Rasulnya dan kitab-Nya, karena adanya a. wajib
manfaat atau bahaya b. Haram
b. Akal tidak dapat mengetahui baik dan buruk c. Ījāb
kecuali dengan perantara d. Nadb
c. rasul dan kitab-Nya e. Karāhāh
d. Baik dan buruk ditentukan oleh akal serta
Rasul dan kitab-Nya 10. Segala sesuatu yang dengan adanya dapat
e. Akal manusia kadang mengetahui baik dan meniadakan hukum atau dapat membatalkan sebab
buruk dan kadang tidak dapat hukum di sebut …
f. Baik dan buruk perbuatan mukhallaf a. Sebab
tergantung dari pendapat imam madzhabnya b. Syarat
5. Fungsi dari al ḥākim dalam ushul fiqih adalah c. Taklīfi
d. Waḍ’i
a. Mengadili terdakwa di dalam pengadilan e. Māni’
agama
b. Mengadili mukhallaf atas perbuatan dosanya
c. Menetapkan hukum yang harus dipatuhi oleh
setiap mukhallaf
d. Mengatur penerapan hukum wadh’i agar
sejalan dengan hukum syar’i
e. Membatasi seluruh perbuatan dan perkataan
mukhallaf agar terhindar dari dosa