Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS DAMPAK PERSAINGAN EKONOMI PADA TOKO

KELONTONG TERHADAP KEHADIRAN USAHA RITEL YANG


MENJAMUR DI MASYARAKAT
(Studi Kasus di Desa Sunggal Kanan)

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Dyanra Eka Pramudya ( 1914370925)


Etti Puspita Sari ( 1914370061)
Fadia Alvionika ( 1914370034)
Farhan Aulia Lubis ( 1914370092)
Fauzi Habibillah (1914370053)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI MEDAN


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
PRODI SISTEM KOMPUTER
2021/2022
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Dunia industri yang berkembang dengan pesat membuat para pengusaha menciptakan ide-ide
yang cemerlang demi mendapatkan rezeki. Seperti halnya industri perdagangan yang sedang
marak di Indonesia yaitu minimarket. Hampir di setiap sudut kota maupun desa ada minimarket
yang dikembangkan oleh masyarakat secara mandiri atau seorang pengusaha besar. Indomaret
dan Alfamart merupakan salah satu perusahaan waralaba swalayan yang menyajikan bahan-
bahan pokok dijual untuk keperluan seharihari. Alfamart merupakan minimarket milik
perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Alfamart merupakan perusahaan dagang aneka
produk yang Pendahuluan Dunia industri yang berkembang dengan pesat membuat para
pengusaha menciptakan ide-ide yang cemerlang demi mendapatkan rezeki.
Seperti halnya industri perdagangan yang sedang marak di Indonesia yaitu minimarket.
Hampir di setiap sudut kota maupun desa ada minimarket yang dikembangkan oleh masyarakat
secara mandiri atau seorang pengusaha besar. Indomaret dan Alfamart merupakan salah satu
perusahaan waralaba swalayan yang menyajikan bahan-bahan pokok dijual untuk keperluan
seharihari. Alfamart merupakan minimarket milik perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
Alfamart merupakan perusahaan dagang aneka produk yang dipimpin oleh Djoko Susanto
sekeluarga dan pertama beroperasi di Karawaci Tangerang Banten yang didirikan pada 27 Juni
1999. Sahamnya semula dipegang oleh PT. Alfa Mitramart Utama (AMU) yang kemudian
dipindah tangankan ke PT. Sumber Alfaria Trijaya pada tanggal 15 Januari 2009.
Tahun 2010 sejumlah penghargaan diraih oleh Alfamart seperti Top Brand Award dan
Indonesia Best Brand Ward 2009. Hal ini mencerminkan bahwa kinerja dalam marketnya
memuaskan pelanggan. Hal ini terbukti dengan jumlah toko dari tahun 2008 yang memiliki
2.157 meningkat menjadi 3.000 toko pada tahun 2009 dan setelah tahun 2010 memiliki lebih
dari 4.000 gerai toko. Peningkatan ini mencerminkan bahwa toko Alfamart diterima oleh
masyarakat.
Seperti halnya Alfamart maka Indomaret pun tidak ingin kalah bersaing, di mana Indomaret
juga mengembangkan gerai tokonya. Dari tahun 2008 sejumlah 650 toko kemudian tahun 2009
menjadi 3.134 toko. Bahkan di tahun 2010 ini sudah ada lebih dari 4000 gerai toko dibuka.
Persaingan antar kedua minimarket tersebut sangat tajam. Hal ini dapat dilihat dari persaingan
pembukaan gerai toko. Bahkan kedua minimarket tersebut selalu berdampingan dalam
membuka toko. Ada persaingan penjualan di antara keduanya namun seakan-akan tidak peduli
adanya persaingan. Persaingan yang terjadi ada dalam pembentukan harga, promosi, diskon,
penataan tempat, pemberian kartu smart multifungsi bahkan sampai pelayanan. Semua itu pada
dasarnya adalah demi tujuan ekonomi dan sosial. Tujuan ekonominya adalah untuk mencari
keuntungan dan tujuan sosialnya adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Dari latar belakang tersebut dapat kita diketahui bahwa persaingan yang terjadi di kedua
minimarket tersebut tidak memerdulikan toko-toko di sekitar minimarket yang ada seperti toko
kelontong. Dari hasil wawancara sementara peneliti dapat disimpulkan bahwa ada kurang lebih
5-10 pelanggan toko kelontong yang lari ke Indomaret dan Alfamart untuk berbelanja. Padalah
dilihat dari harga dan kualitas barang nilainya sama. Demikian pula dilihat dari letak lokasi
antara toko kelontong dan kedua minimarket tersebut justru lebih dekat toko kelontong ke
pembeli.
Menurunnya jumlah pelanggan di toko kelontong dapat mengakibatkan matinya usaha kecil
masyarakat. Namun, di sisi lain, pemilik toko kelontong seharusnya belajar atas munculnya
kedua mini market tersebut. Hal ini perlu dilakukan supaya toko-toko kelontong milik
masyarakat tidak mati pertumbuhannya karena hal ini berkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat. Sebagai civitas akademik kita harus mencari solusi untuk masyarakat agar
kesejahteraannya meningkat, sehingga tujuan akhir penelitian ini adalah langkah apa yang
harus diambil para toko kelontong agar mampu bersaing dengan minimart yang semakin
menjamur. Segi-segi apa dan strategi apa yang harus ditingkatkan oleh para penjual toko
kelontong.
Dari hasil survey sementara peneliti diketahui bahwa sebagian besar toko kelontong
memiliki tempat strategis, yaitu di pinggir jalan. Namun dalam penentuan harga jauh lebih
mahal dibandingkan Indomaret/Alfamart. Penataan produknya kurang rapi dan dari segi
kenyamanan tempat pun kurang bersih dan kurang terawat. Ada strategi yang dipakai oleh mini
market Indomaret/Alfamart tersebut yaitu strategi pemasaran dan strategi penjualan. Dalam
ekonomi istilah tersebut dapat diprediksi dengan melihat sisi konsumen dan produksi.
Kepuasan konsumen/pelanggan (customer satisfaction) dan mempertahankan loyalitas
pelanggan (customer loyality) merupakan salah satu metode yang digunakan oleh kedua mini
market tersebut
Ada strategi yang dipakai oleh mini market Indomaret/Alfamart tersebut yaitu strategi
pemasaran dan strategi penjualan. Dalam ekonomi istilah tersebut dapat diprediksi dengan
melihat sisi konsumen dan produksi. Kepuasan konsumen/pelanggan (customer satisfaction)
dan mempertahankan loyalitas pelanggan (customer loyality) merupakan salah satu metode
yang digunakan oleh kedua mini market tersebut. Customer Satisfaction (CS) merupakan
analisis tingkat kepuasan pelanggan yang senang pada suatu produk. CS diperlukan untuk
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan secara keseluruhan dengan memerhatikan tingkat
kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa. Menjamurnya usaha ritel sekarang ini
mengakibatkan toko kelontong terpuruk dalam pendapatan. Sebagai praktisi akademik maka
wajib bagi kita mencarikan solusi agar ekonomi masyarakat dapat bertahan dan meningkat
dalam masyarakat sehingga kesejahteraan dapat tercapai

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mencoba mengidentifikasi permasalahan
untuk memfokuskan masalah yang diteliti dan dianalisis, sebagai berikut:
1. Perkembangan minimarket berdampak pada eksistensi usaha toko kelontong dan
usaha sejenisnya. Keberadaan toko kelontong sangat terancam dengan hadirnya
minimarket modern.
2. Pembangunan minimarket terus meningkat, sedangkan usaha toko mulai
menghilang.
3. Keberadaan minimarket menimbulkan persepsi yang berbeda-beda bagi
masyarakat. Persepsi tersebut, dapat berupa persepsi positif dan persepsi negatif
4. Keberadaan minimarket mengubah pola konsumsi masyarakat di sekitarnya.
Sebagian masyarakat berpindah dari berbelanja di toko kelontong ke minimarket
modern.
5. Keberadaan minimarket memiliki dampak terhadap usaha toko kelontong. Dampak
tersebut dapat berupa perubahan omset, keuntungan, jumlah konsumen, dan bahkan
berdampak pada eksistensi usaha mereka yang cenderung menurun

C. Rumusan masalah
Masalah penelitian dibatasi pada pembahasan mengenai:
1. Persepsi pelaku usaha toko kelontong terhadap keberadaan minimarket ?
2. Dampak keberadaan minimarket terhadap usaha toko kelontong dilihat dari segi omset,
pendapatan dan jumlah konsumen?
3. Upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha toko kelontong untuk menjaga eksistensi
usahanya?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :


1. Persepsi pelaku usaha toko kelontong terhadap keberadaan minimarket.
2. Dampak keberadaan minimarket terhadap usaha toko kelontong dilihat dari segi omset,
keuntungan, dan jumlah konsumen.
3. Upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha toko kelontong untuk menjaga eksistensi
usahanya.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan baru dalam
bidang ekonomi. Terutama bagi penelitian lainya, pembuatan kebijakan, dan Masyarakat
daerah.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat terutama bagi :
a. Bagi Masyarakat
Semoga menjadi bahan motivasi dan informasi dalam membuka usaha
b. Pemerintah Daerah
Agar pemerintah daerah khususnya dapat mengambil kebijakan dengan tepat dalam
menangani masalah pasar modern di wilayahnya agar kesejahteraan, pembangunan
ekonomi berjalan dengan baik.
F. Metodologi
Jenis penelitian ini adalah library reseach dimana hasil penelitian akan menganalisis
dari beberapa hasil penelitian orang lain yang kemudian disimpulkan.
Bab II
Tinjauan Pustaka

1. Ritel
a. Pengertian Ritel
Menurut Christian Whidya Utami “Usaha eceran atau ritel dapat dipahami sebagai semua
kegiatan yang terlibat di dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen
akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis”14
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Philip Kotler dalam buku manajemen pemasaran.
“Ritel atau pengecer adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara
langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis”15. Ritailer
atau ritail store adalah perusahaan yang fungsi utamanya menjual produk kepada konsumen
akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha ritel merupakan usaha yang menjual
barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir. Bisnis ritel merupakan bagian dari
saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam rangkaian kegiatan pemasaran dan
merupakan perantara serta penghubung antara kepentingan produsen dan konsumen.
konsumen dapat menikmati barang/jasa sesuai ukuran uang yang dimilikinya dan
mendapatkan barang yang beragam.
Untuk memenuhi target penjualannya maka ritel menyediakan persediaan barang (holding
inventory) agar pada saat konsumen membutuhkan suatu barang maka barang tersebut telah
tersedia di toko.
Persediaan barang ini akan mempengaruhi biaya operasional. Untuk mengkompensasi biaya
operasional akibat adanya persediaan barang, maka ritel akan menambah sedikit margin
keuntungan atau menambah sedikit harga jualnya.
b. Jenis-jenis Usaha Ritel
Menurut Chirstina W. Utami usaha ritel dapat dibedakan menjadi dua yaitu16:
1) Ritel Tradisional
Ritel tradisional merupakan usaha ritel yang menekankan pada pengelolaan usaha dengan
pendekatan konvensional dan tradisional.
Ciri-ciri pengelolaan ritel tradisional adalah sebagai berikut:
a) Kurang memilih lokasi karena sering terkendala permodalan. Pengelola ritel
tradisional lebih sering memutuskan untuk memilih lokasi yang saat itu telah dimiliki.
b) Tidak memperhitungkan potensi pembeli. Potensi pembeli sering diabaikan dalam
pengelolaan ritel tradisional.
c) Jenis barang dagangan yang tidak terarah. Jenis barang dagangan sering terabaikan
karena terkendala kurangnya kemampuan dan kemampuan tawar menawar peritel
dalam membangun relasi bisnis dengan suplier.
d) Tidak ada seleksi merek. Para peritel tradisional terkendala dalam penyediaan barang
dagangan dengan merek-merek favorit pelanggan.
e) Kurang memperhatikan pemasok. Para pelaku ritel tradisional biasanya hanya
memperhatikan lunaknya mekanisme pembayaran barang dagangan daripada kualitas
dan kesinambungan pengiriman barang dagangan di tokonya.
f) Melakukan pencatatan penjualan secara sederhana bahkan banyak peritel tradisional
yang tidak melakukan pencatatan penjualan sama sekali.
g) Tidak melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk. Cash flow tidak
terencana. Banyak peritel tradisional yang menjual barang dagangannya tidak secara
tunai, sehingga sering terkendala pada aliran dana tunai. Selain itu, peritel tradisional
tidak memisahkan pembukuan toko dengan keluarga sehingga modal toko sering
tersedot untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
h) Pengembangan bisnis tidak terencana. Peritel tradisional sering tidak mampu
melakukan perencanaan pengembangan usaha karena terkendala rendahnya kontrol
dan mekanisme untuk melakukan evaluasi usaha.

2) Ritel Modern
Ritel modern merupakan usaha ritel yang menekankan pengelolaannya secara modern.
Ciri-ciri ritel modern yaitu :
a) Lokasi strategis merupakan faktor penting dalam bisnis ritel modern. Peritel modern
akan memilih lokasi yang strategis dengan memperhatikan kemudahan akses
pelanggan, keamanan, dan fasilitas yang lebih terjamin.
b) Prediksi cermat terhadap potensi pembeli. Dalam memutuskan pemilihan lokasi,
peritel juga mempertimbangkan potensi pembeli di lokasi tersebut.
c) Pengelolaan jenis barang dagangan terarah. Pengelolaan barang dagangan disesuaikan
dengan segmen pasar yang dilayani oleh peritel modern.
d) Seleksi merek sangat ketat. Ritel modern sering mematok untuk menyiapkan merek-
merek produk barang dagangan yang mempunyai pangsa pasar yang cukup besar. Hal
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal penyediaan
merek-merek favorit pelanggan.
e) Seleksi ketat terhadap pemasok. Peritel modern selalu memperhatikan kualitas barang
dagangan, kesinambungan pengiriman barang dagangan, dan mekanisme
pembayarannya dalam memilih pemasok.
f) Melakukan pencatatan penjualan dengan cermat. Peritel modern melakukan
pencatatan dengan sangat cermat bahkan dengan bantuan software yang
memungkinkan melakukan pencatatan ribuan transaksi penjualan setiap harinya.
g) Melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk. Melalui evaluasi produk, peritel
dapat mengklasifikasikan produk yang tergolong cepat terjual dan produk yang agak
lambat terjualnya.
h) Cash flow terencana. Peritel modern menjual barang dagangannya secara tunai
sehingga aliran dana tunai dapat terencana dengan baik.
i) Pengembangan bisnis terencana. Arah pengembangan bisnis ritel modern
direncanakan dengan baik dan berkesinambungan dalam jangka panjang..
2. Minimarket
a. Pengertian Minimarket

Dalam definisi minimarket menurut Hendri ma’ruf adalah: “Toko yang


mengisi kebutuhan masyarakat akan warung yang berformat modern yang dekat
dengan permukiman penduduk sehingga dapat mengungguli toko atau warung”18.
Sebagai minimarket yang menyediakan barang kebutuhan seharihari suasana dan
keseluruhan minimarket sangat memerlukan suatu penanganan yang profesional
dan khusus agar dapat menciptakan daya tarik pada minimarket.
Minimarket sebagai perana kebutuhan masyarakat sehari-hari menjadi
tempat belanja favorit masyarakat yang ingin belanja ringan tetapitidak perlu pergi
jauh seperti ke supermarket. Pada era modern kini sudah mulai banyak tumbuh
minimarket-minimarket yang sudah menyediakan fasilitas yang memadai guna
memanjakan konsumennya.
b. Sasaran Minimarket Indomaret dan Alfamart

Sasaran pemasaran Indomaret adalah konsumen semua kalangan


masyarakat, lokasi gerai yang strategis dimaksudkan untuk
memudahkan Indomaret melayani sasaran demografinya yaitu
keluarga. Sistem distribusi dirancang seefisien mungkin denganjaringan
pemasok yang handal dalam menyediakan produk terkenal dan
berkualitas serta sumber daya manusia yang kompeten, menjadikan
Indomaret memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.
Indomaret berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan
belanja konsumen dengan menerapkan sistem check out yang
menggunakan scanner di setiap kasir dan pemasangan fasilitas
pembayaran Debit BCA. Pada setiap pusat distribusi diterapkan digital
picking system (DPS). Sistem teknologi informasi ini memungkinkan
pelayanan permintaan dan suplai barang dari pusat distribusi ke toko-
toko dengan tingkat kecepatan yang tinggi dan efisiensi yang optimal.
Visi Indomaret sendiri adalah menjadi aset nasional dalam
bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global.
Sedangkan mottonya adalah “mudah & hemat”. Budaya yang
diterapkan dalam tubuh perusahaan Indomaret adalah Dalam bekerja
kami menjunjung tinggi nilai-nilai:
a) Kejujuran, kebenaran dan keadilan
b) Kerja sama tim
c) Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis
d) Kepuasan pelanggan

Sedangkan visi dari Alfamart adalah menjadi jaringan distribusi


retail terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi kepada
pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan
konsumen, serta mampu bersaing secara global, sedangkan misinya
adalah:
a. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen
dengan berfokus pada produk dan pelayanan yang berkualitas
unggul.
b. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan
selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.
c. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan
menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.

d. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus


bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan , pemasok, karyawan,
pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.
Budaya yang dijunjung dalam bekerja adalah:
a. Integritas yang tinggi.
b. Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik.
c. Kualitas & Produktivitas yang tertinggi.
d. Kerjasama Team.
Yang menjadi target dari pemasaran Alfamart adalah area
perumahan, fasilitas publik, dan gedung perkantoran, sedangkan motto
yang digunakan Alfamart adalah “belanja puas harga pas”.

3. Warung Kelontong
a. Pengertian Warung Kelontong
Kata warung kelontong terdiri dari dua suku yaitu warung dan
kelontong. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “warung adalah tempat
berjualan makanan dan minuman. sedangkan kelontong adalah barang-
barang untuk keperluan seharihari”.26 Menurut Kotler, “Toko kelontong
yaitu toko kecil di daerah perumahan, sering buka 24 jam 7 hari, lini terbatas
produk kelontong dengan perputaran tinggi”.27
Warung kelontong yaitu warung yang menyediakan kebutuhan
rumah tangga seperti sembilan bahan pokok (sembako), makanan dan
barang rumah tangga. Warung ini ditemukan berdampingan dengan pemilik
rumah yang tidak jauh dengan masyarakat seperti perkampungan, dan
perumahan. Warung kelontong merupakan pertama kali yang melayani
kebutuhan masyarakat sebelum minimarket.
Bab III
Hasil Pembahasan

1. Persepsi Pelaku Usaha Toko Kelontong Terhadap keberadaan Minimarket


Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu atau
sebuah proses saat individu mengatur dan menginterepretasikan kesan-
kesan sensorik mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
Persepsi lahir dari proses yang didahului oleh penginderaan yangmerupakan
stimulus yang diperoleh seseorang individu melalui alat penerimaan indra,
kemudian stimulus itu diteruskan oleh syaraf ke otak kemudian akan
memicu munculnya persepsi. Adapun persepsi terhadap minimarket seperti
yang di ungkapkan oleh informan Sucipto
“ya, bagi saya banyak orang yang berbelanja diminimarket karna
pandangan mereka minimarket lebih lengkap barangnya dibandingkan
dengan warung kelontong”

“biasanya orang yang berbelanja di minimarket, belanja untuk


kebutuhan dalam waktu seminggu sampai sebulan. Karna minimarket
sering mengeluarkan promosi dan diskon. Saya juga sering berbelanja
di minimarket untuk kebutuhan rumah tangga saya, yang tidak ada
diwarung saya”

Persepsi terhadap mini market dapat dilihat dari 2 aspek yaitu positif
dan negatif. Aspek positif yaitu minimarket yang ada di Srengseng telah
menandakan ekonomi masyarakat telah berkembang pesat, minimarket
membawa perubahan besar pada masyarakat. Minimarket telah
menunjukkan masyarakat telah maju. Masyarakat Kelurahan yang awalnya
terkenal Sederhana sekarang telah bergeser seiring dengan kemajuan
teknologi, ilmu pengetahuan, konsumsi, modernisasi dan globalisasi,
masyarakat mulai terbuka dan menerima hal baru.Keterbukaan masyarakat
terhadap minimarket ditandai dengan mereka berbondong untuk masuk dan
berbelanja di minimarket.
Tempat yang bagus dilengkapi fasililitas-fasilitas merupakan
pendorong utama masyarakat untuk berbondong-bondong untuk berbelanja
di minimarket dibandingkan toko Kelontong yang fasilitasnya
masih minim. Sehingga melahirkan persepsi masyarakat bahwaminimarket
merupakan pasar modern dengan fasilitas yang kompleks.
Bu Nurjannah mengatakan bahwa “kehadiran minimarket sangat
mengurangi pendapatannya biasanya penghasilan bisa Rp. 3.000.000,00/ Hari
akan tetapi sekarang dibawah itu, akibat dari omset yang berkurang usahanya
dapat gulung tikar” bagi bu nurjannah Berjualan merupakan satu-satunya
penghasilan utama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Aspek negatif dari minimarket yaitu, persepsi masyarakat pedagang


menganggap kehadiran minimarket membuat kelesuan pada pedagang kecil
yang semakin terpuruk akibat adanya minimarket mereka sulit bersaing.
Beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang sempat mengeluh
akan kehadiran minimarket karena mengurangi omset.

1. Dampak Keberadaan Minimarket terhadap Warung Kelontong


1) Omset Warung Kelontong
Untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu bagaimana
dampak keberadaan minimarket modern terhadap usaha toko
kelontong dilihat dari segi omset dan pendapatan. Agar lebih jelas
dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan informan sebagai
berikut :
Dari beberapa informan menyatakan kurang setuju atau
menolak dan mengeluh adanya minimarket di Kelurahan Srengseng
Jakarta Barat, seperti halnya yang dikatakan oleh seorang informan
saat peneliti melakukan wawancara.
“Aku sih.. menolak kehadiran minimarket tapi yah mau
bagaimana, namanya sama-sama jualan” 1

Hal yang sama disampaikan oleh informan lain, seperti yang


dikatakan bapak Wahyono (46 tahun)

“Sebenernya yah.. kurang setuju, karena minimarket inikan


lebih memadai fasilitasnya ketimbang kami ini, kalau
masalah harga memang masih sama sih, paling beda-beda
sedikit.”2
Kemudian informan lain juga menyampaikan hal yang sama
seperti yang dikatakan oleh Bapak Sucipto (43 tahun)
“Kalau bapak sih, kurang setuju soalnya makin banyak
saingan jualan.”3

Akan tetapi beberapa informan yang telah peneliti


wawancarai tidak semua informan menolak adanya minimarket di
Kelurahan Srengseng. Beberapa informan menyampaikan seperti
IbuMuslimah (50 tahun)
“Ibu sih tidak ada penolakan, mau ditolak juga ga bisakan!
Ya disyukuri saja, namanya juga jualan pasti ada
persaingan.”4

Serupa halnya dengan yang disampaikan oleh informan lain


yaitu bapak Hendrawan (33 tahun)
“Menurut saya sih sah sah saja, karna itu kan sudah
termasuk dari perkembangan zaman.” 5

Hasil dari wawancara yang peneliti lakukan dengan


pedagang toko kelontong, beberapa pedagang setuju dan
beranggapan bahwa sejak kehadiran minimarket di Desa Sunggal
Kanan ini merupakan bagian dari kemajuan zaman yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya dan sejauh ini menjadi perbincangan
yang cukup hangat disebabkan tuntutan gaya hidup.

Dalam kegiatan bisnis, pedagang harus bisa


menghadapi

persaingan usaha yang lazim terjadi dalam dunia bisnis. Ketika


pedagang bersikap kompetitif maka pedagang memiliki sikap siap
serta berani bersaing dengan orang lain. Namun bukan berarti dapat
menghalalkan segala cara, akan tetapi bersaing dengan cara yang
baik. Hal yang demikian telah tampak pada beberapa pedagang
kelontong di Desa Sunggal Kanan, siap tidak siap mereka harus tetap
bersaing dengan minimarket seperti pemaparan masing-masing
informan.
Hampir semua informan mengatakan hal yang sama
bahwasanya minimarket yang ada di Kelurahan Srengseng ini
memberikan dampak negatif, sebab para pedagang sudah merasakan
langsung adanya penurunan penjualan untuk beberapa tahun terakhir
ini. Hal ini juga dibarengi dengan adanya penurunan pendapatan
tiap-tiap pedagang. Akan tetapi dari beberapa informan yang peneliti
wwancarai tidak semua beranggapan berdampak negatif, 1
diantaranya mengatakan berdampak positif karna bentuk dari
kemajuan zaman dan sudah semestinya.

2. Upaya yang Dilakukan Pelaku Usaha Warung Kelontong dalam


Mempertahankan Eksistensi Usahanya
Upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha warung kelontong untuk
mempertahankan eksistensi usahanya masih belum terlihat. Mereka
hanya berjualan seperti biasanya, dan mengikuti arus pasar yang ada.
Para pelaku usaha warung kelontong mengaku tidak ada strategi
pemasaran baru dalam kegiatan usahanya. Mereka hanya menjual
dengan cara yang selama ini telah mereka lakukan.
Mereka juga tidak terpikirkan untuk mengubah strategi pemasaran
pada usahanya. Dari segi strategi pemasaran, mereka menjual
dagangannya secara tradisional yaitu melayani pembeli satu persatu,
tidak ada harga yang tertera di masing-masing barang dagangan, dan
penataan barang dagangan yang kurang menarik. Mereka tidak
menerapkan strategi pemasaran baru dalam perkembangan bisnisnya.

Dari segi harga barang, mereka tidak menjual barang dagangan


dengan harga lebih murah dari minimarket. Akan tetapi, ada beberapa
barang yang lebih murah seperti beras, tepung terigu, dan telur.
Sedangkan untuk produk makanan dan kebutuhan sehari-hari, mereka
menjual dengan harga sama dan kadang lebih mahal dari pasar modern.
Pelaku usaha toko kelontong juga tidak memberikan diskon kepada
para pelanggannya. Potongan harga kadang diberikan kepada
pelanggan/ konsumen yang berbelanja dalam jumlah besar. Akan tetapi,
pada umumnya tidak ada potongan harga atau diskon yangdiberikan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Pemilik warung kelontong di Kelurahan Srengseng umumnya
hanya bersaing dengan pedagang Kelontong lainnya saat sebelum adanya
minimarket dan hal ini tidak begitu terlalu berpengaruh terhadap pendapatan
mereka. Pendapatan pedagang merupakan pendapatan per hari yang
dihasilkan oleh pedagang yang terbilang cukup stabil bahkan mengalami
peningkatan, kebutuhan sehari-haripun tercukupi karena terbilang lumayan,
bahkan tidak sedikit dari pemilik toko eceran dan grosir bisa memberikan
pendidikan pada anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi dan dapat
menopang perekonomian dalam keluarga untuk memenuhi segala bentuk
kebutuhan hidup.
Terlebih peneliti akui banyaknya jumlah toko Kelontong di
Kelurahan Srengseng akan tetapi hal ini tidak menyurutkan usaha para
pedagang kelontong walaupun banyaknya saingan, kalaupun berpengaruh
tidak terlalu berdampak bagi para pedagang. Usaha ini juga terbilang tidak
terlalu sulit sebab hanya memerlukan modal dan tempat untuk usaha tidak
perlu menyewa atau membeli cukup mendirikan usaha di rumah sendiri,
oleh karena itu semakin banyak orang membuka usaha yang sama. Namun
sekarang ini, para pedagang cukup merasakan dampak secara langsungdari
minimarket, dan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh toko kelontong
tidak memungkinkan untuk bisa bersaing secara baik, yang ada pedagang
kelontong akan tersingkir.
Hasil wawancara dan observasi terhadap pemilik toko yang telah
peneliti lakukan, dari beberapa informan mengatakan sebelum adanya
seperti indomaret dan alfamart, pendapatan mereka dapat dikatakan
lumayan. Akan tetapi sekarang tidak lagi demikian. Awalnya toko
kelontong yang ada pun dahulu mengalami perkembangan dengan baik,
memiliki pelanggan tetap, namun adanya perubahan gaya hidup seperti
pandangan konsumen terhadap minimarket adalah sebagai tempat yang
nyaman, harga terjangkau sudah terlihat dengan jelas. Dan tidak perlu
bertanya berulang kali mengenai harga, dan fasilitas yang memadai untuk
berbelanja, dari pada di toko eceran. Seperti halnya yang kita ketahui bahwa
masyarakat merasa lebih puas jika berbelanja ke minimarket, dan mungkin
lebih mudah dijangkau.
Seperti yang di ungkapkan Herman Malano, pasar modern yang
dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan,
sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik
kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas
menengah keatas22 begitu pula sama seperti yang diungkapkan oleh Eis
dalam jurnalnya yang menyatakan “tempat penjualan barang-barang
kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), di mana
penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan (konsumen
mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir)”23.
Tampak jelas bahwa saat adanya bangunan-bangunan minimarket,
sangat memberikan pengaruh terhadap kelangsungan usaha toko kelontong
di kelurahan Srengseng. Dari hasil wawancara terhadap para pedagang,
mereka mengakui untuk beberapa tahun terakhir ini minimarket
memberikan dampak yang cukup terasa. Pendapatan merekapun kian
menurun seperti yang dirasakan oleh salah satu informan yaitu sebesar 40-
50% per harinya, persentase tersebut adalah yang paling tinggi tingkat
penurunannya.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai perubahan omset
penjualan, perubahan keuntungan dan jumlah konsumen, dimana turunnya
omset penjualan secara dahsyat dan signifikan jika toko kelontong berada
pada jarak dibawah 1 kilometer dengan minimarket. Hal tersebutdidasarkan
pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mudrajad Kuncoro, anggota Tim
Ekonomi Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia dalam Bisnis
Indonesia (2008) mengemukakan bahwa turunnya omset penjualan
pedagang kecil secara dahsyat dan makin signifikan, jika jarak kios atau
tokonya dengan toko modern dibawah satu kilometer. Samahalnya menurut
Wijayanti, bahwa kehadiran pasar modern memberikan pengaruh yang
negatif salah satunya terhadap UMKM sektor perdagangan salah satunya
toko tradisional yang jaraknya kurang dari satu kilometer dari minimarket.
Berdasarkan hasil observasi jarak toko kelontong dengan minimarket
menunjukan, toko kelontong yang jaraknya dari mulai 0-1000 meter dengan
minimarket berjumlah 4, sedangkan toko kelontong yang jaraknya dari
mulai 1001 sampai 2000 meter dengan minimarket berjumlah 1 toko.
Uraian diatas menunjukan bahwa hasil penelitian menunjukan
penurunan omset dan keuntungan toko kelontong dipengaruhi oleh
berdirinya minimarket yang berdiri dalam rentang jarak satu hingga dua
kilometer. Setiawan25 menyatakan dampak dari adanya minimarket
terhadap Toko tradisional akan berpengaruh terhadap modal, pola kegiatan
usaha, omset penjualan, konsumen, dan pendapatan. Menurut Nully dan
Irawati26. Dampak dari kebijakan diperbolehkan berdirinya minimarket
adalah menurunnya omset pedagang tradisional karna Banyak pasal yang
dilanggar dalam peraturan tersebut, antara lain yang mengatur tentang
persetujuan pedagang kecil sejenis, penggunaan tenaga kerja, harga jual
barang, kemitraan dengan usaha kecil dan koperasi, waktu pelayanan
penyelenggaraan minimarket, penyediaan ruang usaha untuk pedagang lain,
dan penempatan/ penataan usaha informal.
Penentukan lokasi minimarket tergantung dari kebijakan
perencanaan yaitu memastikan di suatu kawasan boleh mendirikan
minimarket terlebih dahulu harus berkonsultasi dengan perencana lokal
serta melihat tata guna lahan pada kawasan tersebut. Ini dilakukan untuk
memastikan bahwa lokasi yang akan didirikan minimarket diproyeksikan
bagi area perdagangan. Menurut Christina Widya Utami27, “ lokasi adalah
faktor utama dalam pemilihan toko konsumen.” Jika otoritas perencana
lokal membatasi dan melarang dibangunnya minimarket pada lokasi
tersebut karena struktur perdagangan di area tersebut sudah tidak terbuka
BAB IV
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diteliti pada bab III, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaku toko kelontong memiliki persepsi negatif yang tinggi
terhadap keberadaan Minimarket. Mereka menganggap bahwa
keberadaan Minimarket berdampak negatif terhadap usaha
mereka.
2. Keberadaan minimarket memiliki dampak negatif terhadap omset,
pendapatan, dan jumlah pelanggan pada usaha toko kelontong.
Penurunan omset pada toko kelontong masing-masing sebesar
25%-50%. Pendapatan pada toko kelontong sebelum hadirnya
Minimarket di wilayah Sunggal Kanan cukup stabil, terlihat dengan
persaingan antar pedagang toko kelontong saja, dan tidak begitu
berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Bahkan sebelum
adanya minimarket pendapatan para pedagang lumayan
meningkat sebesar 2-5 juta per hari yang dihasilkan oleh 5
pedagang toko kelontong. Kemudian hal inilah menjadi tolak ukur
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari usaha tersebut, terlebih
mata pencaharian utama masyarakat di Wilayah Srengseng adalah
membuka usaha kecil seperti pedagang warung kelontong.Selain
penurunan omset dan pendapatan, usaha toko kelontong juga
mengalami penurunan jumlah pelanggan.
3. Upaya yang dilakukan oleh pemilik usaha toko kelontong masih
sangat minim, bahkan tidak ada upaya yang berarti dalam usaha
mempertahankan eksistensi usahanya.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada


para pemilik usaha kelontong dan pemerintah mengenai peran pemilik
usaha kelontong dalam mengatasi dampak yang terjadi dari minimarket
di daerah srengseng. Sehingga pemerintah dapat lebih memperhatikan
setiap pemberian izin usaha minimarket dan letak lokasi yang berjarak
dengan para pedagang agar terciptanya situasi persaingan yang tidak
merugikan antara minimarket dengan warung kelontong. Dengan
diketahuinya dampak minimarket terhadap kelangsungan usaha
kelontong maka baik pemilik warung kelontong maupun pemerintah
kota Jakarta diharapkan dapat mengadakan kerja sama dalam
meningkatkan kesejahteraan warung kelontong sebagai salah satu
pilihan mata pencaharian masyarakat yang tidak memiliki akses dalam
sektor formal dalam mengurangi pengangguran di kota Jakarta.
C. Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pelaku Usaha Kelontong
 sebaiknya melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan
eksistensi usahanya, misalnya dengan memperbaiki
manajemen usaha, menambah modal usaha dan
meningkatkan kualitas pelayan usahanya agar mampu
bersaing dengan Minimarket.

 Kelengkapan produk harus diberikan sehingga konsumen


tidak akan lari ke toko ritel.

 Memberikan bonus/promosi atas pembelian produk di


tokonya

 Meningkatkan pelayanan yang ramah dan baik.

 Dalam penentuan harga harus terjangkau karena sebagian


hasil jawaban kuesioner responden menyatakan harga di
toko kelontong jauh lebih mahal dibanding di toko ritel

 Toko kelontong harus membuat inovasi-inovasi dalam


rangka meningkatkan penjualan.

 Dalam pengaturan produk sebaiknya rapi sehingga


konsumen mudah melihat kelengkapan produk yang dijual.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah seharusnya membuat peraturan daerah tentang
minimarket agar pendirian minimarket tidak merugikan pihak- pihak
lain, seperti usaha mikro, usaha ritel, dan pedagang pasar tradisional.
Selain itu, dari peraturan yang telah ada seharusnya dapat
diimplementasikan dengan sebaik mungkin agar perekonomian dapat
berjalan seimbang. Pemerintah seharusnya berpihak pada pedagang
kecil dan berupaya turut melestarikan usaha mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Ahvie, Alvi Furwanti dan Deny Danar Rahayu, “Analisis Kepuasan Pelanggan (Customer
Satisfaction) Terhadap Layanan Hypermart Pekanbaru”, Jurnal Ekonomi, Volume 17,
Nomor 2, Agustus 2009.

Bisnis.com dalam https://bisnisukm.com/cara-meningkatkan-penjualantoko-kelontong.html


Syatibi, “Model Strategi Pengembangan Usaha Ritel Tradisional Ditengah Munculnya Usaha
Minimarket Modern di Bandar Lampung”, Laporan Penelitian Dosen, Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung, 2008.

Dick, Alan S and Basu, “Customer Loyality: Toward An Integrated Conceptual


Framework”, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 22. Ghozali, Imam,
Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Semarang: BP Universitas
Diponegoro, 2011. http://indomaret.co.id/korporat/seputar-indomaret/peduli-dan-berbagi/
2014/ 01/16/pemasaran-dan-promosi/ Johan, Suwito, Studi Kelayakan Pengembangan
Bisnis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Kusuma, Paramitra Putri, “Analisis Pengaruh Ekspektasi Pelanggan dan Aplikasi Bauran
Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Mediator
(Studi Kasus Pada Hypermarket Carrefour Di Sukoharjo)”, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2010. Levy, Michael, dan Barton, Retailing Management, 2nd
edition, Richard D. Irwin, Inc, 1995.

Pohandry, Arie, Sidarto dan Winarni, “Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Dengan
Menggunakan Metode Customer Satisfaction Index dan Importance Performance: Analysis
serta Service Quality”, Jurnal REKAVASI, Vol. 1, No.1, Desember 2013.

Rianto, Yatim, Metodologi Penelitian Suatu Tujuan Dasar, Surabaya: Gaung Persada Press,
1996. Sarwono, Jonathan, Marketing Intelligence, Jogjakarta: Graha Ilmu, 2011. Sugiyono,
Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.

Anda mungkin juga menyukai