Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI DAN BALITA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak

Dosen Pembimbing:
Nur Eva Aristina,S.SiT., M.Keb

DISUSUN OLEH :
1. APRILLIA RHEAMANDA A (P17311215001)
2. ANGELLIA NOOR AZIZAH (P17311215002)
3. IRZA WIDYA ASTUTI (P17311215003)
4. NIKE PRADINI (P17311215004)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG D-IV KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 1 tahun dan mengalami proses
tumbuh kembang. Tumbuh kembang merupakan proses yang berbeda tetapi keduanya
tidak dapat berdiri sendiri, terjadi secara simultan, saling berkaitan dan berkesinambungan
dari masa konsepsi hingga dewasa (Fitri et al., 2014). Pertumbuhan (growth) adalah
perubahan besar dalam hal jumlah dan ukuran pada tingkat sel, organ maupun individu.
Perkembangan (deveopment) adalah peningkatan kemampuan hal struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan memiliki pola teratur dan dapat di prediksi, yang
merupakan hasil dari proses pematangan (Suhud, 2013).
Proses pertumbuhan dan perkembangan diawali pada masa bayi dan balita, dan ini
merupakan proses yang amat penting, karena pada masa inilah proses tumbuh kembang
menentukan masa depan bayi baik secara fisik, mental maupun perilaku. Laju pertumbuhan
dan perkembangan pada setiap tahapan usia tidak selalu sama, tergantung dari faktor
keturunan, konsumsi gizi, perlakuan orang tua dan dewasa, dan lingkungan (Soetjiningsih,
2014).
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin dan kelainan kromosom.
Sedang faktor eksternal meliputi faktor prenatal, faktor persalinan dan faktor pasca
persalinan (Suhud, 2013). Salah satu dari faktor pasca persalinan yaitu faktor gizi. Unsur
gizi menjadi pengaruh yang dominan dalam pertumbuhan anak, terutama pada awal
kehidupan sampai umur 12 bulan (Fitri et al., 2014).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apasaja Yang Dimaksud Dengan Pertumbuhan?
1.2.2 Apasaja Yang Dimaksud Dengan Perkembangan Anak?
1.2.3 Apasaja Ciri-Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak?
1.2.4 Apasaja Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak?
1.2.5 Apasaja Aspek-Aspek Perkembangan yang Dipantau?
1.2.6 Apasaja Tujuan Penilaian Perkembangan Anak?
1.2.7 Apasaja Tahap-Tahap Penilaian Perkembangan Anak?
1.2.8 Apasaja Perkembangan Anak Balita?
1.2.9 Apasaja Tahap Perkembangan Anak usia 1-3 Tahun?
1.2.10 Apasaja Stimulasi anak usia 2-3 tahun?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Dari Pertumbuhan
1.3.2 Mengetahui Pengertian Dari Perkembangan Anak
1.3.3 Mengetahui Ciri-Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak
1.3.4 Mengetahui Apasaja Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1.3.5 Mengetahui Apasaja Aspek-Aspek Perkembangan yang Dipantau
1.3.6 Mengetahui Apasaja Tujuan Penilaian Perkembangan Anak
1.3.7 Mengetahui Apasaja Tahap-Tahap Penilaian Perkembangan Anak
1.3.8 Mengetahui Apasaja Perkembangan Anak Balita
1.3.9 Mengetahui Apasaja Tahap Perkembangan Anak usia 1-3 Tahun
1.3.10 Mengetahui Apasaja Stimulasi anak usia 2-3 tahun
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


2.1.1 Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes
RI, 2012).
2.1.2 Pengertian Perkembangan Anak
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Kemenkes RI,
2016).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan.
Perkembangan menyangkut porses diferensiasi sel tubuh, organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya, termasuk
juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan
perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu. Progresif mengandung arti
bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju
kedepan, tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini,
sebelumnya dan berikutnya (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini menyangkut adanya
proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ yang berkembang
sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Cakupan
tahap ini termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi terhadap lingkungan. (Sulistyawati, 2016).
Perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati.
Perubahanperubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut
fisik maupun psikis. (Marmi & Margiyati, 2017).
2.1.3 Ciri-Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai perubahan otak dan serabut
saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahap sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan fisik mempunyai kecepatan
yang berbeda-beda, baik pertumbuhan fisik maupun perkembangan
masingmasing anak.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak
sehat, bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi terlebih dahulu didaerah kepala, kemudian menuju
kearah anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak dasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal).
f. Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap-tahap tersebut tidak bisa terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kota, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. Ciri-ciri perkembangan fisik-
motorik anak usia tiga tahun adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan stabil meskipun lebih lambat dibandingkan dalam dua tahun
pertama.
2) Pertumbuhan kaki lebih cepat daripada lengan.
3) Lingkar kepala dan dada sama, ukuran kepala proposional.
4) Kemontokan bayi menghilang dan leher terlihat lebih jenjang.
5) Postur lebih tegak, perut menonjol lagi.
6) Bisa melompat dari langkah rendah.
7) Bisa berjalan-jalan berjinjit.
8) Keterampilan motorik kasar: naik sepeda roda tiga, melepas pakaiannya
sendiri.
9) Keterampilan motorik halus: menggambar garis tegak, menggambar
lingkaran
(Chomaria, 2015)
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang
saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui
belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
2) Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan (Kemenkes RI, 2016).
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal
yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak lakilaki
lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
(Adriana, 2017)
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endrokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin: katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan
kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pascasalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, dperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan janin.
c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari ,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak
d) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
diketahui oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
(Kemenkes RI, 2012)
4) Faktor adat istiadat meliputi :
a) Pekerjaan dan pendapatan keluaraga
b) Pendidikan ayah dan ibu
c) Jumlah saudara
d) Jenis kelamin dalam keluaraga
e) Stabilitas rumah tangga
f) Kepribadian ayah dan ibu
g) Adat istiadat, norma-norma, dan tabu-tabu
h) Agama
i) Urbanisasi
j) Kehidupan politik dalam masyarakat yang memengaruhi kepentingan
anak, anggaran, dan lain-lain (Sulistyawati, 2016)
2.1.5 Aspek-Aspek Perkembangan yang Dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya.
2.1.6 Tujuan Penilaian Perkembangan Anak
Tujuan dari penilaian perkembangan anak, adalah agar para tenaga kesehatan :
a. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan
risiko.
b. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan
konseling genetik.
c. Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke pusat yang lebih tinggi.
2.1.7 Tahap-Tahap Penilaian Perkembangan Anak
a. Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena
kelainan tumbuh kembang dapat disebabkan oleh berbagai faktor: melalui
anamnesis yang teliti, maka salah satu penyebabnya dapat diketahui.
b. Skrining gangguan perkembangan anak
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining
guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan
DDST, tes IQ dan tes psikologi lainnya.
c. Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik dengan
lingkungan bio-fisiko-psikososial. Oleh karena itu, untuk deteksi dini, kita juga
harus melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut, misalnya dapat digunakan
HSQ (Home Screening Questionaire).
d. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes
fiksasi, umur 2,5 tahun-3 tahun dengan kartu gambar dari Allen dan diatas umur
3 tahun dengan huruf E juga diperiksa apakah ada strabismus dan selanjutnya
periksa kornea dan retinanya. Sedangkan screening pendengaran anak, melalui
anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada alatnya. Di samping itu,
dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan
untuk mengetahui adanya kelainan bawaan.
e. Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan anak
berbicara masih dalam batas normal atau tidak. Karena kemampuan berbicara
menggambarkan kemampuan SSP, endokrin ada atau tidaknya kelainan pada
hidung, mulut dan pendengaraan, stimulasi yang diberikan, emosi, dsb.
f. Pemeriksaan fisik
Untuk melengkapi anamnesis dibutuhkan pemeriksaan fisik, agar diketahui
apabila terdapat kelainan fisik yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tand-tanda penyakit
defisiensi, dll.
g. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan-keadaan yang
diduga dapat mengakibatkan gangguan neurologi, seperti trauma lahir,
persalinan yang lama, asfiksia berat, dsb. Kemudian dilakukan tes atau
pemeriksaan neurologi yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu
kelainan, misalnya kalau ada lesi intrakranial, palsi sereblasis, neuropati perifer,
penyakit-penyakit degenerative, dsb. Untuk mengetahui secara dini adanya palsi
serebralis dianjurkan menggunakan pemeriksaan neurologi menurut Milani
Compareti, yang merupakan cara untuk evaluasi perkembangan motorik dari
lahir sampai umur 2 tahun.
2.1.8 Perkembangan Anak Balita
Frankenburg, dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental Screening Test)
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita, yaitu:
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Perkembangan kepribadian atau tingkah laku sosial pada bayi dan balita
merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sejak awal perkembangan, seorang
bayi/anak akan menjalani hubungan yang serasi dengan alam sekitarnya dan
dengan orang-orang yang bermakna untuknya. Dimulai dalam lingkungan
keluarga sendiri dan kemudian akan meluas ke lingkungan teman sebaya,
tentangga, sekolah, dan akhirnya ke dalam lingkungan masyarakat yang lebih
luas. Ikatan hubungan ini sangat berguna dan berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak.
b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda, dll.
c. Language (Bahasa)
Perkembangan bahasa merupakan aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan. Fungsi bicara yang sangat berkaitan dengan
perkembangan bahasa seorang anak untuk berkomunikasi dengan orang lain,
merupakan fungsi yang paling kompleks dalam perkembangan anak, dan
merupakan petunjuk yang paling akurat bagi perkembangan anak di kemudian
hari. Untuk dapat berbicara, anak harus dapat mendengar, dapat mengartikan
mampu menggerakkan alat bicara dengan baik.
Fungsi bicara dapat dibagi lagi menjadi bicara reseptif, yang berarti anak
dapat mengerti apa yang didengarnya, dan bicara ekspresif, yang berarti anak
dapat mengucapkan kata-kata. Tahapan bicara ekspresif dapat dibagi pula
menjadi fase pre-linguistik yaitu mengeluarkan suara tanpa linguistik yaitu kata
yang berarti.
Tabel 1
Tahapan perkembangan bicara pada bayi dan balita yang sangat berkaitan
dengan perkembangan bahasa bayi dan balita tersebut.

RESEPTIF
Bereaksi terhadap bunyi Lahir
Tersenyum social 5 minggu
Menoleh ke arah suara 4 bulan
Mengerti “jangan” 8 bulan
Mengerti perintah yang diberikan sambil merubah 11 bulan
Mengerti perintah yang diberikan tanpa merubah mimic 14 bulan
Mengidentifikasi 5 bagian tubuh 17 bulan
EKSPRESIF
6 minggu – 6
Mengoceh tanpa arti
bulan
Mama tanpa arti 8 bulan
Mama dengan arti 11 bulan
Bicara 20 kata 17 bulan
Kalimat 2 kata, perbendaharaan 50 kata 2 tahun
Kalimat 3 kata, perbendaharaan 250 kata 3 tahun
Kalimat 4 kata 4 tahun
Sumber : Buku Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, 2012
d. Gross motor (perkembangan motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Perkembangan motorik kasar merupakan aspek perkembangan yang menarik
perhatian, karena mudah diamati. Seorang ibu biasanya mengetahui saat
bayinya dapat tengkurap, duduk atau berdiri dan berjalan. Ibu atau orang tua
sangat bangga bila perkembangan motorik cepat, yang perlu diingat oleh bidan
dan para orang tua adalah perkembangan motorik kasar sangat sedikit
hubungannya dengan intelegasi di kemudian hari. Anak dengan perkembangan
motorik cepat belum tentu merupakan anak yang pintar, sebaliknya anak dengan
perkembangan motorik yang lambat belum tentu merupakan anak yang bodoh.
Terlebih lagi, range (rentang) perkembangan sangat lebar, misalnya seorang
anak belum bisa berjalan pada usia 14 bulan, belum dapat dikatakan sebagai
seorang anak yang terlambat perkembangannya.
Tabel 2.
Patokan umum umur rata-rata perkembangan motorik bayi/balita.

Tahapan perkembangan motorik Sampai dengan


Umur
kasar (±)
Tengkurep dari posisi terlentang 3,3 bulan 1,3 bulan
Terlentang dari posisi tengkurep 4,6 bulan 1,3 bulan
Duduk dibantu 5,4 bulan 1 bulan
Duduk sendiri 6,2 bulan 1,3 bulan
Merayap 6,5 bulan 1,4 bulan
Duduk setelah ditarik 7,4 bulan 1,7 bulan
Merangkak 7,6 bulan 1,7 bulan
Berdiri setelah ditarik 8 bulan 1,4 bulan
merembet 8,8 bulan 1,5 bulan
Berjalan 11, 6 bulan 1,6 bulan
Berjalan mundur 14,5 bulan 2,3 bulan
lari 14,8 bulan 2,5 bulan
Sumber : Buku Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, 2012
Pada prinsipnya cara membagi aspek perkembangan anak di atas sama
saja, hanya penjabarannya yang berbeda. Frenkenburg membagi lebih sederhana,
sedangkan yang pada program KB tersebut lebih dijabarkan lagi.
Banyak “milestone” perkembangan anak yang penting, tetapi dibawah ini
akan disajikan beberapa “milestone” pokok yang harus kita ketahui dalam
mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan
“milestone” perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai
anak pada umur tertentu). (Anik Maryunani, 2010)
2.1.9 Tahap Perkembangan Anak usia 1-3 Tahun
Tahap perkembangan anak menurut Indiarti (2009) adalah sebagai berikut:
a. Umur 13-14 bulan
Pemahaman akan kata-kata umumnya dimulai saat bayi berusia delapan
bulan. Bayi menghasilkan kata-kata pertamanya pada umur 10-20 bulan.
Namun, bayi hanya akan berbicara pada konteks tertentu yang mudah dipahami,
mudah diucapkannya dan sudah diketahui oleh bayi. Kata-kata yang diucapkan
merujuk pada kejadian secara keseluruhan, misalnya mengucapkan “bapak” saat
ia melihat bapaknya. Secara aktif, bayi sudah memperluas arti sebuah kata
untuk menerima perhatian ibunya dan bayi merasa yakin bahwa ibunya paham
apa yang dimaksudkan.
b. Umur 15-17 bulan
Dalam usia ini bayi akan senang melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyimak adegan di TV.
2) Melaksanakan instruksi sederhana, seperti segera memberikan mainan yang
dipegang jika ibu memintanya.
3) Mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata misalnya “dah
bis” (sudah habis).
4) Menyebutkan tiga anggota tubuhnya seperti mata, rambut, dan telinga.
c. Umur 18-20 Bulan
Perkembangan aktivitas dan motorik anak 18-20 bulan antara lain yaitu:
Berjalan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah tanpa bantuan.
1) Menyusun 2-3 kotak.
2) Mampu mengatakan 5-10 kata.
3) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa saing.
d. Umur 20-24 Bulan
Sementara pada umur 20-24 bulan perkembangan aktivitas dan motorik yang
terjadi pada anak adalah sebagai berikut:
1) Mampu menyusun dua kata.
2) Menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang dewasa.
3) Naik dan turun tangga.
4) Menunjuk mata dan hidungnya.
5) Belajar makan sendiri.
6) Menggaris di kertas atau pasir.
7) Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.
e. Umur 24 -36 bulan
Saat memasuki umur tiga tahun anak terus mengalami perkembangan aktivitas
dan motorik antara lain sebagai berikut:
1) Belajar meloncat, memanjat, serta melompat dengan satu kaki.
2) Mempergunakan kata-kata “saya”, “bertanya” serta mengerti katakata yang
ditujukan kepadanya.
3) Mampu menggambar lingkaran.
4) Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain
diluar keluarganya.
5) Mampu membuat jembatan dengan tiga kotak.
6) Mampu menyusun kalimat
2.1.10 Stimulasi anak usia 2-3 tahun
Anak akan mulai meningkatkan potensi motorik kasar, motorik halus, bicara
bahasa, dan kemampuan personal sosialnya. Anak di usia ini sudah mulai lebih
aktif dari sebelumnya. Di usia ini, orang tua dapat membantu memberi stimulasi
sesuai dengan usianya. Stimulasi untuk anak usia 2-3 tahun:
a. Ajari berpakaian sendiri
b. Ajak melihat buku bergambar
c. Bacakan cerita anak
d. Ajari makan dipiring sendiri
e. Ajari cuci tangan
f. Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya
g. Ajari anak untuk menghormati orang lain
h. Ajari anak untuk beribadah
i. Bawa anak ke PAUD
j. Menyebutkan nama-nama warna yang ditunjuk
k. Kata sifat (besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi-rendah, panas-dingin)
l. Sebutkan nama teman, saudara
m. Hitung jumlah benda
n. Pakai baju, sikat gigi, buang air di kakus
o. Main kartu, boneka, masak-masakan
p. Gambar garis, lingkaran, manusia
q. Berdiri satu kaki
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari
rahim seorang ibu. Setelah melewati proses menjadi bayi akan tumbuh menjadi balita dan
anak prasekolah. Masa-masa inilah merupakan masa yang paling penting bagi orangtua
memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Pada masa ini pula kebutuhan fisik dan
psikologi harus dipenuhi secara maksimal. Untuk membentuk pribadi yang baik di masa
yang akan datang.
Pertumbuhan dan perkembangan anak harus sesuai dengan tahapan usianya.
Orangtua harus memantau pertumbuhan dan perkembangan agar dapat diketahui ada
tidaknya gangguan pada anak.
Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik
seseorang yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu
faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil
akhir yang berbeda-beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap anak.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2017). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak (2nd ed.). Salemba
Medika.

Chomaria, N. (2015). Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun. Cinta Menebar Cinta Menuai
Hikmah.

Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014). Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh
Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo.

Kemenkes RI. (2012). Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi. Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2016). Informasi Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi
Balita Pendek. INFODATIN.

Marmi, & Margiyati. (2017). Pengantar Psikologi Kebidanan Buku Ajar Psikologi Kebidanan.
Pustaka Pelajar.

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak (Penerbit Buku Kedokteran (ed.)). EGC.

Soetjiningsih, & Ranuh, G. (2013). Tumbuh Kembang Anak (2nd ed.). EGC.

Suhud, C. (2013). Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Tumbuh Kembang Anak Usia
Toddler Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamangapa Antang Makassar.

Sulistyawati, A. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai