Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Jalannya Penelitian

2. Analisis Univariat

a. Distribusi Lama Penyembuhan Luka Perineum

Tabel 4.1 Distribusi Lama Penyembuhan Luka Perineum


Variabel N Mean ± SD Min-Max
Lama Penyembuhan Luka 30 5.30 ± 0.65 5-7
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa pada penelitian ini lama

penyembuhan luka tercepat adalah 5 hari dan lama penyembuhan luka

terlambat adalah 7 hari dengan rata-rata penyembuhan luka selama 5.3

hari dan jarak lama penyembuhan luka antar pasien selama 0.65 hari.

b. Distribusi Usia, Paritas, Pendidikan, Jenis Luka, dan Asupan Zat

Gizi

Tabel 4.2 Distribusi Usia, Paritas, Pendidikan, Jenis Luka, dan Asupan
Zat Gizi
Variabel N %
Usia
Tidak Berisiko (20-35 Tahun) 26 86.7
Berisiko (<20 & >35 Tahun) 4 13.3
Paritas
Primipara 16 53.3
Multipara 14 46.7
Pendidkan
Pendidikan Rendah (SD, SMP) 3 10
Pendidikan Menengah (SMA) 17 56.7
Pendidikan Tinggi (Perguruan 10 33.3
Tinggi)
Jenis Luka
Episiotomi 13 43.3
Ruptur Spontan 17 56.7
Asupan Energi
Tidak Baik 28 93.3
Baik 2 6.7
Asupan Protein
Tidak Baik 17 56.7
Baik 13 43.3
Asupan Lemak
Tidak Baik 28 93.3
Baik 2 6.7
Asupan Karbohidrat
Tidak Baik 30 100
Baik 0 0
Asupan Vitamin A
Tidak Baik 30 100
Baik 0 0
Asupan Vitamin C
Tidak Baik 21 70
Baik 9 30
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa hampir seluruh pasien

dalam rentang usia tidak berisiko (86.7%), sebagian besar pasien

dengan tingkat paritas primipara (53.3%), sebagian besar pasien

dengan tingkat pendidikan menengah (56.7%), sebagian pasien dengan

jenis luka ruptur spontan (56.7%), dan hampir seluruh pasien dengan

asupan gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A dan C)

yang tidak baik.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui efektifitas pemberian

putih telur rebus terhadap lama penyembuhan luka perineum dan untuk

mengetahui hubungan antara usia, jenis luka, pendidikan, paritas, serta

asupan zat gizi dengan lama penyembuhan luka. Sebelum dilakukan

analisis bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data dengan


menggunakan uji shapiro-wilk (sampel <50) yang dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.3 Uji Kenormalan Data Lama Penyembuhan Luka Perineum,


Paritas dan Asupan Zat Gizi
Variabel p-value
Lama Penyembuhan Luka Perineum 0.0001
Asupan Energi 0.318
Asupan Protein 0.634
Asupan Lemak 0.598
Asupan Karbohidrat 0.335
Asupan Vitamin A 0.829
Asupan Vitamin C 0.267
*Uji Shapiro-Wilk

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa variabel lama penyembuhan

luka perineum yang merupakan variabel dependent tidak berdistribusi

normal dengan p-value 0.0001 <0.05, sehingga dapat diambil keputusan

untuk mengetahui efektifitas pemberian putih telur rebus terhadap lama

penyembuhan luka perineum perineum dilakukan dengan menggunakan

uji satu sampel non parametrik chi-square, sedangkan untuk mengetahui

hubungan antara asupan zat gizi dengan lama penyembuhan luka perineum

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi spearman.

Kemudian untuk mengetahui hubungan antara usia, paritas,

pendidikan, dan jenis luka dengan lama penyembuhan luka perineum

dilakukan dengan menggunakan uji chi-square.

a. Efektifitas Pemberian Putih Telur Rebus Terhadap Lama

Penyembuhan Luka Perineum

Tabel 4.4 Efektifitas Pemberian Putih Telur Rebus Terhadap Lama


Penyembuhan Luka Perineum
Variabel N Mean ± SD p-value
Lama Penyembuhan Luka 30 5.30 ± 0.651 0.0001
*Uji One Sample T-Test

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa rata-rata lama

penyembuhan luka perineum adalah 5.30 hari dengan standar deviasi

0.651. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0.0001 <0.05 artinya

terdapat perbedaan lama penyembuhan luka perineum yang signifikan,

dapat disimpulkan bahwa terdapat efektifitas konsumsi putih telur

rebus terhadap proses penyembuhan luka perineum.

b. Hubungan Usia, dan Jenis Kelamin dengan Lama Penyembuhan

Luka Perineum

Tabel 4.5 Hubungan Usia, Paritas, Pendidikan, dan Jenis dengan Lama
Penyembuhan Luka Perineum
Lama Penyembuhan Luka p-
Total OR
Variabel ≤6 Hari >6 Hari value
N % n % n %
Usia
Tidak Berisiko (20-35 25 96.2 1 3.8 26 100
Tahun)
0.039 25.000
Berisiko (<20 & >35 2 50 2 50 4 100
Tahun)
Total 27 90 3 10 30 100
Paritas
Primipara 15 93.8 1 6.2 16 100 0.586 25.000
Multipara 12 85.7 2 14.3 14 100
Total 27 90 3 10 30 100
Pendidikan
Pendidikan Rendah 1 33.3 2 66.7 3 100
(SD-SMP)
Pendidikan Menengah 16 94.1 1 5.9 17 100
0.018 0.029
(SMA)
Pendidikan Tinggi 10 100 0 0 10 100
(Perguruan Tinggi)
Total 27 90 3 10 30 100
Jenis Luka
Episiotomi 12 92.3 1 7.7 13 100
1.000 1.600
Ruptur Spontan 15 88.2 2 11.8 17 100
Total 27 90 3 10 30 100
*Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa pada variabel usia ada

25 pasien dari rentang usia tidak berisiko yang lama penyembuhan

luka perieneumnya ≤6 hari dan ada 2 pasien dari rentang usia berisiko

yang lama penyembuhan luka perineumnya ≤6 hari. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p-value 0.039 <0.05 artinya ada hubungan antara usia

dengan lama penyembuhan luka perineum ibu post partum dan nilai

OR 25.000 artinya pasien dengan usia 20-35 tahun lebih berisiko 25

kali lipat memiliki waktu lama penyembuhan luka perineum ≤6 hari.

Pada variabel pendidikan ada 1 pasien dengan pendidikan

rendah yang lama waktu penyembuhan luka perineumnya ≤6 hari, ada

16 pasien dengan pendidikan menengah yang lama waktu

penyembuhan luka perineumnya ≤6 hari, dan ada 10 pasien dengan

pendidikan tinggi yang lama waktu penyembuhan luka perineumnya

≤6 hari. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0.018 <0.05 artinya

ada hubungan antara pendidikan dengan lama penyembuhan luka

perineum ibu post partum dan nilai OR 0.029 pasien dengan pendidkan

rendah lebih berisiko 0.029 kali lipat memiliki waktu lama

penyembuhan luka perineum ≤6 hari.

Sedangkan pada variabel paritas dan jenis luka didapatkan hasil

uji statistik p-value >0.05 yang artinya tidak ada hubungan antara

paritas dan jenis luka dengan lama penyembuhan luka perineum.


c. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Lama Penyembuhan Luka

Perineum

Tabel 4.6 Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Lama Penyembuhan


Luka Perineum
Lama Penyembuhan
Variabel n r Luka
p-value
Asupan Energi 30 -0.283 0.129
Asupan Protein 30 -0.286 0.126
Asupan Lemak 30 -0.262 0.162
Asupan Karbohidrat 30 -0.095 0.617
Asupan Vitamin A 30 -0.025 0.896
Asupan Vitamin C 30 -0.190 0.314
*Uji Korelasi Spearman

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara asupan zat gizi (energi, protein, lemak,

karbohidrat, vitamin A dan C) dengan lama penyembuhan luka

perineum ibu post partum (p-value >0.05).

4. Analisis Multivariat

Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda

untuk mengetahui variabel yang paling mempengaruhi lama penyembuhan

lukan perineum. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11 Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Lama Penyembuhan


Luka Perineum
Variabel B Wald p-value OR CI 95%
Usia 1.802 1.088 0.297 6.061 0.205-179.069
Pendidikan -2.862 2.954 0.086 0.057 0.002-1.495
*Uji Regresi Logistik Berganda

Berdasarkan tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel

yang paling berpengaruh terhadap lama penyembuhan luka perineum

dengan p-value >0.05.


B. Pembahasan

1. Efektifitas Pemberian Putih Telur Rebus Terhadap Lama

Penyembuhan Luka Perineum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan lama

penyembuhan luka perineum yang signifikan dengan p-value 0.0001,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas konsumsi putih telur

rebus terhadap proses penyembuhan luka perineum. Berdasarkan 30 pasien

yang diberikan putih telur rebus sebanyak 27 orang sembuh dalam waktu

≤6 hari (23 pasien sembuh dalam waktu 5 hari dan 3 pasien sembuh dalam

waktu 6 hari) dan sebanyak 3 orang sembuh dalam waktu >6 hari (7 hari).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Aisya, dkk (2018), yang

menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan lama penyembuhan

luka perineum antara kelompok yang diberikan putih telur rebus dan

kelompok yang tidak diberikan putih telur rebus dengan p-value 0.000,

sebanyak 16 (94,12%). responden yang diberikan putih telur mengalami

proses penyembuhan dengan cepat hari pertama pemberian putih telur.

Dewi (2019), juga menyebutkan bahwa ada perbedaan secara

signifikan lama penyembuhan luka perineum dengan konsumsi putil telur

rebus dan tanpa konsumsi putih telur rebus pada ibu nifas dengan p-value

0.000, sebanyak 15 ibu nifas yang diberikan telur rebus 6 diantaranya

sembuh dalam waktu 6 hari, dan 3 orang lainnya sembuh dalam waktu 5

hari. Sedangkan 15 ibu nifas yang tidak diberikan telur rebus 7 orang
diantaranya sembuh dalam waktu 12 hari dan hanya 2 orang yang sembuh

dalam waktu 10 hari.

Percepatan penyembuhan luka jahitan perineum dalam masa nifas

sangat diharapkan untuk menghindarkan ibu nifas dari bahaya infeksi atau

keluhan fisiologis yaitu dengan cara penambahan asupan atau konsumsi

tinggi protein dalam menu makanan sehari-hari (Aisya, dkk, 2018).

Pemenuhan protein bertujuan untuk membantu penyembuhan luka pada

jalan lahir yang yang mengalami jahitan. Protein utama yang disintesis

selama fase penyembuhan luka adalah kolagen. Kekuatan kolagen

menentukan kekuatan kulit seusai sembuh. Kekurangan intake protein saat

proses penyembuhan luka, secara signifikan menunda penyembuhan luka

(Setyowati, 2014).

Salah satu makanan tinggi protein yang dapat diberikan adalah

putih telur, dimana dalam 100 g putih telur mengandung 10.8 g protein

(Kemenkes RI, 2017). Protein dari telur dibutuhkan sebagai zat

pembangun yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat

pulihnya kembali kembali luka jahitan pada perineum ataupun jalan lahir

(Walyani dan Purwoastuti, 2015). Telur rebus juga mengandung zat kolin

yang mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga

jaringan baru dan sehat akan lebih mudah terbentuk menggantikan

jaringan yang sudah haus (Indrawan, dkk, 2012).

Protein atau zat putih telur merupakan bahan utama dalam

pembentukan sel jaringan yang rusak dan disebut sebagai unsur atau zat
pembangun, mengandung protein bermutu tinggi karena terdapat susunan

asam amino esensial lengkap sehingga telur dijadikan patokan dalam

menentukan mutu protein berbagai bahan pangan (Indrawan, dkk, 2012).

2.

Anda mungkin juga menyukai