Anda di halaman 1dari 20

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No.

1, Maret ISSN 2503-5088


2018
Tugas
Analisa Jurnal/Artikel Penelitian

Nama : Fenia Yolanda


Mata Kuliah : Analisis Jurnal
Program : Kebidanan Konversi Bengkulu / Kelas Lebong
Judul Jurnal : Pengaruh Konsumsi Ikan Lele Terhadap Lama Penyembuhan Luka
Jahitan Perineum

FORMAT ANALISIS JURNAL


No. Item Ringkasan Jurnal Analisis
1 Abstrak Tulis secara ringkas berdasarkan ringkasan Apakah abstrak sudah menjelaskan hal yang
dari jurnal melatarbelakangi penelitian, metode, hasil
dan kesimpulan
Tujuan: Pada persalinan pervaginam
sekitar 90% mengalami trauma pada jalan Pada jurnal tersebut abstraknya sudah
lahir (Fitri, 2013). Perlukaan jalan lahir ini menjelaskan latar belakang dari penelitian
menjadi wadah masuknya bakteri yang dimana yang menjadi latar belakang dalam
dapat menyebabkan infeksi. Gizi yang baik penelitian ini adalah angka trauma pada
dan cukup diperlukan untuk proses jalan lahir yang cukup tinggi dan diperlukan
penyembuhan. Protein merupakan penyembuhan yang efektif agar lama
komponen dalam pembentukan Asam amino penyembuhan bisa lebih efektif dan cepat.
untuk sintesis protein dan untuk Gizi yang baik dan cukup diperlukan untuk
pembentukan struktural kolagen yang proses penyembuhan. Protein merupakan
berperan dalam respon imun dan diperlukan komponen dalam pembentukan Asam amino
untuk sintesis serta pembelahan sel. Tujuan untuk sintesis protein dan untuk
penelitian ini untuk megetahui pengaruh pembentukan struktural kolagen yang
konsumsi ikan lele terhadap lama berperan dalam respon imun dan diperlukan
penyembuhan luka jahitan perineum di untuk sintesis serta pembelahan sel terjadi
Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tujuan penelitian ini untuk megetahui
Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama
Metode: Metode dalam penelitian ini adalah penyembuhan luka jahitan perineum di
praeksperimen, populasi yang didapatkan Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
sebanyak 32 dengan sampel 30 responden, Kecamatan Wates Kabupaten Kediri
dan menggunakan tehnik purposive Metode penelitian yang digunakan dalam
sampling. Pengumpulan data menggunakan penelitian adalah praeksperimen, populasi
format recall 24 jam untuk mengetahui yang didapatkan sebanyak 32 dengan sampel
jumlah asupan protein yang di konsumsi ibu 30 responden, dan menggunakan tehnik
nifas selama 4 hari. Metode peneliti juga purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi menggunakan format recall 24 jam untuk
penyembuhan luka perineum dan mengetahui jumlah asupan protein yang di
wawancara. Hasil: Ibu nifas yang di beri konsumsi ibu nifas selama 4 hari. Metode
perlakuan ikan lele memiliki lama peneliti juga menggunakan lembar observasi
penyembuhan luka perineum yang cepat penyembuhan luka perineum dan
(kurang dari 4 hari), sedangkan ibu nifas wawancara. Hasil: Ibu nifas yang di beri
dengan yang tidak di beri perlakuan perlakuan ikan lele memiliki lama
memiliki lama penyembuhan luka yang penyembuhan luka perineum yang cepat
lama (lebih dari 4 hari). Kesimpulan: Ada (kurang dari 4 hari), sedangkan ibu nifas
pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama dengan yang tidak di beri perlakuan memiliki
penyembuhan luka jahitan perineum. lama penyembuhan luka yang lama (lebih
Rekomendasi penelitian ini untuk petugas dari 4 hari).

1 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
kesehatan supaya meningkatkan kegiatan Hasil dalam penelitian Ibu nifas yang di beri
penyuluhan tentang tarak pada ibu nifas. perlakuan ikan lele memiliki lama penyembuhan
Kata Kunci: Ikan lele, Lama luka perineum yang cepat (kurang dari 4 hari),
penyembuhan, Luka jahitan, Perineum sedangkan ibu nifas dengan yang tidak di beri
perlakuan memiliki lama penyembuhan luka
yang lama (lebih dari 4 hari).
Kesimpulan: Ada pengaruh konsumsi
ikan lele terhadap lama penyembuhan luka
jahitan perineum. Rekomendasi penelitian
ini untuk petugas kesehatan supaya
meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang
tarak pada ibu nifas.
Kata Kunci: Ikan lele, Lama
penyembuhan, Luka jahitan, Perineum

Semua komponen dari abstrak tertuang


seperti dari latar belakang penelitian, metode,
hasil dan kesimpulan.
2 Latar Tuliskan secara ringkas sesuai yang ada di • Apakah data yang disajikan dalam latar
Belakang dalam jurnal belakang akurat dan relevan dengan
masalah penelitian
Persalinan adalah proses dimana bayi, Data yang ditampilkan dalam jurnal
plasenta dan selaput ketuban keluar dari tersebut sudah cukup akurat karena
uterus ibu. Persalinan dimulai sejak uterus memuat situasi atau asal dari kutipan
berkontraksi dan menyebabkan perubahan tersebut diambil, data tersebut juga
pada serviks (membuka dan menipis) dan relevan dengan judul yang disajikan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara karena membahas mengenai kejadian
lengkap (Damayanti, 2014). Hampir persalinan pervaginam dan angka
sebagian besar persalinan merupakan kejadian trauma persalinan dengan
persalinan normal, hanya 12-15 % laserasi dengan studi kasus..
merupakan persalinan patologis. Dikatakan
patologis apabila terjadi kesalahan ketika • Apakah masalah penelitian cukup
penilaian keadaan ibu dan janin serta terjadi jelas dirumuskan
kesalahan ketika memimpin persalinan.
Persalinan sering mengakibatkan perlukaan Masalah penelitian tergambar cukup
jalan lahir karena terjadi proses pengeluaran jelas dalam penelitian dimana Persalinan
kepala janin melalui jalan lahir ibu. adalah proses dimana bayi, plasenta dan
Pada proses persalinan terkadang jalan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
lahir ibu mengalami perlukaan atau Persalinan dimulai sejak uterus
mengalami kesulitan saat penurunan kepala berkontraksi dan menyebabkan perubahan
janin sehingga dilakukannya pelebaran jalan pada serviks (membuka dan menipis) dan
lahir atau episiotomi. Perlukaan pada jalan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lahir biasa disebut laserasi, laserasi perineum lengkap (Damayanti, 2014). Hampir
hampir pada semua persalinan pertama. sebagian besar persalinan merupakan
Laserasi umumnya terjadi di garis tengah persalinan normal, hanya 12-15 %
dan bisa meluas, bisa karena kepala janin merupakan persalinan patologis.
lahir terlalu cepat. Sudut arkus pubis lebih Luka pada jalan lahir yang dikarenakan
kecil dari masanya. Kepala janin masuk episiotomi maupun ruptur dapat
pintu bawah panggul dengan ukuran yang menyebabkan perdarahan yang hebat.
lebih besar dari pada sirkum forensia sub Untuk menghindari terjadinya perdarahan
oksipito bregmatika (Suherni, 2009). Atau perlu dilakukan proses penjahitan. Pada
bisa karena penggunaan induksi persalinan proses penjahitan selalu di dahului dengan
yaitu dengan menggunakan forcep, ekstraksi proses pembiusan karena mengingat
vakum, atau karena mengalami penyulit saat asuhan sayang ibu untuk mengurangi rasa
2 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
kelahiran karena sungsang atau distosia nyeri pada saat penjahitan.
bahu. Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang
Jalan lahir yang dilalui bayi biasanya lengkap dengan tambahan kalori sebelum
mengalami peregangan, lebam, dan trauma. hamil yang akan mempercepat pemulihan
Luka perineum ini membutuhkan waktu kesehatan dan kekuatan, serta
untuk bertaut yaitu 2- 4 hari (Boyle, 2009). meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI,
Derajad robekan dibedakan menjadi 4 yaitu serta mencegah terjadinya infeksi.
derajad I: perlukaan pada mukosa vagina, Tambahan kalori ini terdiri dari
komisura posterior, kulit perineum, derajad karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan
II: perlukaan pada mukosa vagina, komisura protein
posterior, kulit perineum dan otot perineum, Pada masa nifas ini protein sangat
derajat III: perlukaan pada mukosa vagina, berperan penting untuk proses
komisura posterior, kulit perineum, otot penyembuhan luka pada perineum atau
perineum, otot sfingter ani, derajad IV: luka jalan lahir. Untuk itu pada ibu post
perlukaan pada mukosa vagina, komisura partum ini perlunya diet tinggi protein
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot dengan kadar sesuai kebutuhan dalam satu
sfingter ani, dinding depan rektum hari untuk menekan angka terjadinya
(Prawiroharjo, 2011). infeksi, selain itu bila ibu nifas melakukan
Luka pada jalan lahir yang dikarenakan perawatan luka yang benar dan di tambah
episiotomi maupun ruptur dapat dengan diet tinggi protein akan
menyebabkan perdarahan yang hebat. Untuk mempercepat penyembuhan luka pada
menghindari terjadinya perdarahan perlu perineum.
dilakukan proses penjahitan. Pada proses
penjahitan selalu di dahului dengan proses
pembiusan karena mengingat asuhan sayang • Apakah masalah penelitian aktual
ibu untuk mengurangi rasa nyeri pada saat dan penting untuk diteliti
penjahitan. Namun dari sebuah penelitian Masalah penelitian merupakan aktual dan
ditemukan bahwa proses pembiusan itu penting untuk diteliti karena untuk
mempengaruhi penyembuhan luka yaitu mengurangi angka kejadian trauma pada
penelitian yang dilakukan oleh Eny Astuti, persalinan pervaginam dengan luka
2014 di sebuah Rumah Sakit (Surabaya ) di perineum dengan memberikan salah satu
temukan bahwa sebanyak 50% luka yang faktor yaitu pemberian gizi yang baik
tidak dianastesi sembuh dengan kurang baik. agar terjadinya percepatan penyembuhan
Dan sebanyak 46% luka yang di anastesi luka perineum.
juga sembuh dengan kurang baik tapi ada
4% responden yang dilakukan anastesi • Apakah menantang
memiliki hasil kesembuhan luka yang jelek. Penelitian tersebut cukup menantang
Selain karena proses pembiusan luka karena untuk mengetahui pengaruh
pada jalan lahir membutuhkan perawatan pemberian ikan lele terhadap
yang khusus karena bila terjadi kesalahan penyembuhan luka perineum.
pada perawatan serta nutrisi yang tidak tepat
luka tersebut dapat mengalami infeksi.
Infeksi pada masa nifas masih berperan
sebagai penyebab tertinggi angka kematian
ibu terutama di negara berkembang seperti
Indonesia ini, masalah itu terjadi akibat dari
pelayanan kebidanan yang masih jauh dari
sempurna. Faktor penyebab lain terjadinya
infeksi nifas di antaranya, adanya beberapa
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
pasca persalinan, daya tahan tubuh yang
kurang, perawatan nifas yang kurang baik,
kurang gizi/malnutrisi, anemia, hygiene yang
kurang baik, serta kelelahan. Upaya yang
3 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
dilakukan dengan memberikan asuhan pada
ibu dan bayi dengan baik pada masa nifas
diharapkan dapat mencegah kejadian infeksi
yang akan berakibat menjadi komplikasi
lebih lanjut untuk itu perlu diperhatikannya
kebersihan, nutrisi, dan perawatan pada luka
perineum (Bahiyatun, 2009).
Hakikatnya, setelah proses persalinan yang
dialami oleh ibu, ibu akan mengalami
perubahan disebut masa nifas. Masa nifas
adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu (Pitriani,
2014).
Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang
lengkap dengan tambahan kalori sebelum
hamil yang akan mempercepat pemulihan
kesehatan dan kekuatan, serta meningkatkan
kualitas dan kuantitas ASI, serta mencegah
terjadinya infeksi. Tambahan kalori ini
terdiri dari karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin, dan protein (Bahiyatun, 2009). Pada
masa nifas ini protein sangat berperan
penting untuk proses penyembuhan luka
pada perineum atau luka jalan lahir. Untuk
itu pada ibu post partum ini perlunya diet
tinggi protein dengan kadar sesuai kebutuhan
dalam satu hari untuk menekan angka
terjadinya infeksi, selain itu bila ibu nifas
melakukan perawatan luka yang benar dan di
tambah dengan diet tinggi protein akan
mempercepat penyembuhan luka pada
perineum.
Angka Kejadian KEK (Kekurangan
Energi Kronik) di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 24,2% sedangkan di Jawa Timur
sebesar 29,8 % pada tahun 2013 dan di
wilayah Kediri sebesar 7,4% pada tahun
2016.
Sebuah penelitian tentang gizi oleh
(Hayu, dkk, 2013) dalam penyembuhan luka
perineum di Kabupaten Jombang
menunjukkan bahwa 7,4% ibu postpartum
kurang gizi mengalami penyembuhan luka
yang lama. Selain itu di Banda Aceh oleh
(Fitri, 2013) 64,9% ibu postpartum dengan
keadaan gizi yang kurang juga mengalami
penyembuhan luka yang lama. Selain itu di
Kabupaten Klaten oleh (Purwaningsih, dkk,
2015) sebanyak 71,4% ibu postpartum yang
memiliki gizi yang kurang mengalami
kesembuhan luka yang lama dan berpotensi
4 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
untuk terjadi infeksi.
Jumlah kasus maternal yang disebabkan
karena infeksi di kabupaten Kediri dari tahun
2013 mencapai 29 jiwa dan tahun 2014
meningkat menjadi 31 jiwa, walaupun pada
tahun 2015 masih tetap 31 jiwa yang
mengalami infeksi seharusnya tenaga
kesehatan bisa menurunkan angka kejadian
terjadinya infeksi.
Idealnya proses penyembuhan luka
memerlukan nutrisi sebagai dasar untuk
pembentukan sel. Sebagai contohnya vitamin
A diperlukan untuk membantu proses
epitelasi atau penutupan luka dan sintesis
kolagen, vitamin B kompleks sebagai
kofaktor pada sistem enzim yang mengatur
metabolisme protein, karbohidrat, dan
lemak, selain itu vitamin C juga berfungsi
pada pembentukan fibroblas, dan mencegah
adanya infeksi, serta membentuk kapiler-
kapiler darah, dan vitamin K yang membantu
sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat
pembeku darah (Damayanti, 2015).
Ibu nifas juga sangat memerlukan
protein dalam pembangunan sel di dalam
tubuh. Selain itu protein juga berperan dalam
sistem imun karena protein dibutuhkan
dalam pembelahan sel yang ada di dalam
tubuh. Kekurangan protein dapat
mengakibatkan penurunan pada proses
angiogenesis, penurunan proliferasi fibroblas
dan sel endotel, serta penurunan sintesis
kolagen dan remodeling (Boyle, 2009).
Pada dasarnya protein terbagi atas dua
(protein hewani dan protein nabati), protein
hewani lebih unggul dalam proses
pembentukan jaringan baru untuk itu peneliti
akan melakukan penelitian terhadap protein
hewani dalam lele karena dalam ikan lele
mengandung kadar air 78,5gr, kalori 90 gr,
protein 18,7 gr, lemak 1,1 gr, Kalsium (Ca)
15 gr, Phosphor (P) 260gr, Zat besi (Fe) 2gr,
Natrium 150gr, Thiamin 0,10gr, Riboflavin
0,05gr, Niashin 2,0 gr per 100gram (Priliana,
2013).
Setelah dilakukan studi pendahuluan oleh
peneliti di wilayah kerja Puskesmas
Sidomulyo di dapatkan data persalinan
Tahun 2016-2017 pada bulan Oktober
sebanyak 28, November 30, Desember 17,
Januari 43 dan di temukan bahwa pada
proses penjahitan luka perineum baik dengan
episiotomi maupun dengan ruptur di wilayah
tersebut selalu menggunakan pembiusan
5 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
karena mengingat asuhan sayang ibu padahal
diketahui dalam teori mengatakan bahwa
pembiusan akan berpengaruh terhadap
penyembuhan luka.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dilakukan penelitian di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Kabupaten Kediri
tentang “Pengaruh Konsumsi Ikan Lele
Terhadap Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum”.
3 Metodologi Tuliskan secara ringkas sesuai yang ada di • Apakah metode yang digunakan sesuai
dalam jurnal dengan masalah penelitian
praeksperimen sedangan rancangan
Design dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini adalah Static Group
praeksperimen sedangan rancangan dalam comparison yaitu ada kelompok kontrol
penelitian ini adalah Static Group dan ada kelompok eksperimen di mana
comparison yaitu ada kelompok kontrol dan pada kelompok eksperimen diberikan
ada kelompok eksperimen di mana pada perlakuan, setelah itu dilakukan posttest
kelompok eksperimen diberikan perlakuan, pada kelompok eksperimen tersebut
setelah itu dilakukan posttest pada kelompok setelah beberapa waktu, menggunakan
eksperimen tersebut setelah beberapa waktu, variabel independen atau variabel bebas
menggunakan variabel independen atau (Konsumsi ikan lele), dan variabel
variabel bebas (Konsumsi ikan lele), dan dependen atau variabel terikat (lama
variabel dependen atau variabel terikat (lama penyembuhan luka jahitan perineum) dan
penyembuhan luka jahitan perineum) dan dilakukan pemeriksaan sesudah
dilakukan pemeriksaan sesudah diberikan diberikan perlakuan setelah itu diteliti
perlakuan setelah itu diteliti pada saat yang pada saat yang bersamaan. Selanjutnya
bersamaan. Selanjutnya dilakukan observasi dilakukan observasi lama penyembuhan
lama penyembuhan luka jahitan perineum, luka jahitan perineum, hal ini bertujuan
hal ini bertujuan untuk mengetahui lama untuk mengetahui lama penyembuhan
penyembuhan luka jahitan perineum dengan luka jahitan perineum dengan pemberian
pemberian ikan lele ikan lele

• Apakah instrumen atau perlakuan yang


digunakan sesuai
Instrument atau perlakuan yang
digunakan sesuai dimana pengumpulan
data dan intervensi menggunakan
panduan wawancara berupa kuesioner.
Dan recall 24 jam makanan. Namun
dalam jurnal tidak dijelaskan lebih detail
dan menyeluruh mengenai pemberian
lele, dan cara penyajiannya dan berapa
berat dan berapa kali pemberian dan cara
pengolahannya. Namun instrumen ada
sedikit dibahas di abstrak yaitu
Pengumpulan data menggunakan format
recall 24 jam untuk mengetahui jumlah
asupan protein yang di konsumsi ibu
nifas selama 4 hari. Metode peneliti juga
menggunakan lembar observasi
penyembuhan luka perineum dan
wawancara.

6 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
• Apakah sampelnya memadahi/mewakili
Populasi yang didapatkan sebanyak 32
dengan sampel 30 responden, dan
menggunakan tehnik purposive
sampling. Hal ini tidak dijelaskan
dibagian metode namun dijelaskan di
bagian abstrak.

 Apakah analisis data yang digunakan


sesuai
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian sudah sesuai dimana analisis
yang digunakan dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu ahapan editing,
coding, entry dan cleaning dan
tabulating, dilakukan secara
komputerisasi.
Analisis data secara univariat untuk
mengetahui deskripsi karekteristik
responden. Analisis bivariat dilakukan uji
Mann Whitney U Test (lampiran) karena
skala data bertipe ordinal dan digunakan
untuk menguji hipotesisi komparatif
independen. Hasil penghitungan
diperoleh U hitung 37,5. Nilai U tabel
dengan n1=15 dan n2=15 adalah 56.
Karena U hitung (37,5) lebih kecil dari U
tabel (56) maka H1 diterima dan H0
ditolak artinya dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh konsumsi ikan lele
terhadap lama penyembuhan luka jahitan
perineum.

4 Hasil Sebutkan hasil-hasil penelitian yang - Apakah hasil disajikan dengan menarik
Penting dan mudah dipahami
Hasil penelitian sudah disampaikan
dengan menarik dan mudah dipahami
Lama Penyembuhan Luka Jahitan
dimana hasil disajikan dalam bentuk
Perineum dengan Konsumsi Ikan Lele
tabel sehingga memudahkan pembaca
Berdasarkan hasil dari penelitian artikel. Selain itu juga telah dibuat narasi
menunjukkan bahwa responden di Wilayah Kerja yang memudahkan pembaca dalam
Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Wates mengartikan tabel yang disajikan.
Kabupaten Kediri memiliki distribusi lama
penyembuhan luka jahitan perineum dengan
konsumsi ikan lele sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Hasil Pengukuran Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum dengan
Konsumsi Ikan Lele
Hasil Penilaian Frekuensi %
< 2 hari 0 0
2-4 hari 12 80
> 4 hari 3 20
Total 15 100

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa, hampir seluruh responden (80%) sembuh pada hari
antara 2-4 hari.

7 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri memiliki distribusi lama
penyembuhan luka jahitan perineum dengan tanpa konsumsi ikan lele sebagai berikut.

Tabel 2. Distribusi Hasil Pengukuran Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum Tanpa
Konsumsi Ikan Lele
Hasil Penilaian Frekuensi %
< 2 hari 0 0
2-4 hari 4 26,67
> 4 hari 11 73,33
Total 15 100
Dari tabel 2 didapatkan bahwa, sebagian besar responden (73,33%) sembuh > 4 hari.

Pengaruh Konsumsi Ikan Lele Terhadap Lama penyembuhan Luka Jahitan Perineum
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri memiliki distribusi pengaruh
konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka jahitan perineum sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Hasil Pengaruh Konsumsi Ikan Terhadap Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum

Dari tabel 3 ditemukan hampir seluruh responden (80%) pada kelompok yang diberi perlakuan
mengalami penyembuhan luka yang cepat yaitu kurang dari 4 hari. Sedangkan pada kelompok
yang tidak diberi perlakuan sebagian besar responden (73,33%) mengalami penyembuhan luka
yang lama yaitu lebih dari 4 hari.
Untuk menguji pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka jahitan
perineum dilakukan uji Mann Whitney U Test (lampiran) karena skala data bertipe ordinal dan
digunakan untuk menguji hipotesisi komparatif independen. Hasil penghitungan diperoleh U
hitung 37,5. Nilai U tabel dengan n1=15 dan n2=15 adalah 56. Karena U hitung (37,5) lebih kecil
dari U tabel (56) maka H1 diterima dan H0 ditolak artinya dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka jahitan perineum.

5 Pembahasan Tuliskan secara ringkas sesuai yang ada di • Apakah konsep/teori yang mendasari
dalam jurnal penelitian ini
Tentang pemulihan luka, protein
 Lama Penyembuhan Luka Jahitan memiliki peranan utama dalam mengatur
Perineum dengan Konsumsi Ikan Lele fungsi sistem kekebalan tubuh, sebab
Berdasarkan tabel 1 tentang Lama kebutuhan untuk pembelahan sel normal
penyembuhan luka jahitan perineum dengan dalam menghasilkan komponen seluler.
konsumsi ikan lele, dapat diketahui bahwa Antibody dan agen penting juga dalam
hampir seluruh responden (80%) ibu nifas penyusunan asam amino. Asam amino
dengan luka jahitan perineum sembuh pada diperlukan untuk sintesis dan
hari ke 3, sebagian kecil responden (20%) pembelahan sel yang sangat penting
ibu nifas sembuh pada hari ke > 4. untuk penyembuhan luka
Djaeni (2010) menyatakan protein adalah
komponen dasar sel dan sangat dibutuhkan • Apakah pembahasan sesuai dengan hasil
untuk pertumbuhan, pengantian dan penelitian
perbaikan sel untuk proses penyembuhan Pembahasan yang dilakukan sesuai
luka. Selain itu menurut John (2011) protein dengan hasil penelitian yang disajikan

8 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
memiliki peranan utama dalam mengatur yaitu membahas mengenai pengaruh
fungsi sistem kekebalan tubuh, sebab konsumsi ikan lele terhadapa lama
kebutuhan untuk pembelahan sel normal penyembuhan luka jahitan perineum
dalam menghasilkan komponen seluler.
Protein diperlukan untuk sintesis dan • Apakah membandingkan dengan hasil
pembelahan sel yang sangat penting untuk penelitian lain
penyembuhan luka. Dari penelitian Hestianingrum (2010)
Hasil penelitian didapatkan hampir tentang Hubungan Tingkat Kecukupan
seluruh responden (80%) ibu nifas Protein dengan Lama Penyembuhan Luka
memenuhi asupan protein dalam kategori Perineum pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
sedang sehingga luka perineum lebih cepat Puskesmas Tawangharjo Kabupaten
sembuh yaitu dalam waktu 3 hari. Hal ini Grobongan, bahwa luka perineum sangat
dikarenakan, ibu nifas mendapatkan protein dipengaruhi oleh konsumsi protein terutama
yang terkandung didalam ikan lele yang protein hewani. Protein sangat dibutuhkan
diolah menjadi bothok dan pepes. Daging pada ibu nifas dalam mempercepat proses
ikan lele merupakan makanan yang penyembuhan luka jahitan perineum. Setiap
berprotein lebih tinggi dari ikan lain, selain proses persalinan sebagian besar ibu akan
itu harga ikan lele juga lebih terjangkau mengalami luka jahitan perineum sehingga
untuk kelas ekonomi rendah maupun tinggi sangat dibutuhkan kebersihan yang baik,
dan mudah ditemukan dipasar. Selain itu, ibu cairan yang cukup serta nutrisi yang tepat
nifas mengkonsumsi tambahan protein lain terutama protein yang dapat membantu
seperti tahu, tempe, ayam, daging, ikan mempercepat proses penyembuhan luka,
untuk menu kesehariannya, sehingga dapat namun selain protein juga harus tetap
mencapai tingkat konsumsi protein 80-90%. mencukupi nutrisi lainnya seperti vitamin,
Sebagian kecil responden (20%) ibu nifas serat, kalori, dll sehingga proses
tidak mengkonsumsi protein hewani lain penyembuhan luka tidak terhambat.
selain yang di berikan oleh penelitin dalam Pada penelitian ini, didapatkan sebagian
penyembuhan luka perineum, oleh karena itu ibu mengkonsumsi protein hewani dengan
penyembuhan luka lebih lama yaitu lebih tambahan protein nabati namun konsumsi
dari 4 hari. protein nabati lebih besar dari pada protein
Hasil penelitian Endah Purwaningsih hewani, sehingga mempengaruhi lama
(2015) tentang Hubungan Konsumsi percepatan penyembuhan luka. Ini terjadi
Makanan Protein Hewani Pada Ibu Nifas karena lebih banyak ibu nifas yang makan
dengan Penyembuhan Luka Perineum di dengan seadanya sesuai dengan menu yang
Wilayah Kerja Puskesmas Klaten Tengah. disiapkan oleh keluarga, pemenuhan nutrisi
Diperoleh hasil bahwa konsumsi protein ibu nifas sebagian besar kurang memenuhi
hewani pada ibu nifas mempercepat lama konsumsi protein yang cukup dalam
penyembuhan luka. kebutuhan gizi ibu sehari- hari dalam masa
Dari pengukuran makanan recall 24 jam nifas, sehingga proses penyembuhan luka
ditemukan bahwa konsumsi makanan ibu menjadi terganggu, sebaiknya dalam
setiap hari (ikan lele) yang diberikan oleh pemenuhan gizi ibu nifas yang benar ibu
peneliti, namun ibu nifas kurang harus mendapat dukungan baik dari diri ibu
mengkonsumsi makanan tambahan yang maupun dari keluarga serta suami agar
mengandung protein hewani, sehingga lama diharapkan nutrisi yang cukup dan tepat
penyembuhan luka lebih lama. Dari hasil dapat membantu dalam proses penyembuhan
penelitian didapatkan lama penyembuhan luka.
luka sangat dipengaruhi oleh nutrisi cukup
selain itu, juga didukung dengan kebersihan • Apakah ada hasil penelitian sejenis
yang baik pada luka perineum serta lain yang Anda ketahui.
konsumsi cairan yang cukup. Protein Hasil penelitian Endah Purwaningsih
mempengaruhi nutrisi yang dibutuhkan oleh (2015) tentang Hubungan Konsumsi
ibu nifas dalam penyembuhan luka jahitan Makanan Protein Hewani Pada Ibu Nifas
perineum, karena protein yang berasal dari dengan Penyembuhan Luka Perineum di
makanan dibutuhkan dalam perbaikan sel. Wilayah Kerja Puskesmas Klaten
9 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
 Lama Penyembuhan Luka Jahitan Tengah. Diperoleh hasil bahwa konsumsi
Perineum Tanpa Konsumsi Ikan Lele protein hewani pada ibu nifas
Berdasarkan tabel 2 tentang lama mempercepat lama penyembuhan luka.
penyembuhan luka jahitan perineum tanpa Dari pengukuran makanan recall 24
konsumsi ikan lele, dapat diketahui bahwa jam ditemukan bahwa konsumsi makanan
sebagian besar (73,33%) ibu nifas ibu setiap hari (ikan lele) yang diberikan
mengalami penyembuhan luka jahitan oleh peneliti, namun ibu nifas kurang
perineum lebih dari 4 hari. Hampir setengah mengkonsumsi makanan tambahan yang
dari (26,67%) ibu nifas mengalami mengandung protein hewani, sehingga
penyembuhan luka jahitan perineum kurang lama penyembuhan luka lebih lama. Dari
dari 4 hari. hasil penelitian didapatkan lama
Dalam bukunya Boyle (2009) tentang penyembuhan luka sangat dipengaruhi
pemulihan luka, protein memiliki peranan oleh nutrisi cukup selain itu, juga
utama dalam mengatur fungsi sistem didukung dengan kebersihan yang baik
kekebalan tubuh, sebab kebutuhan untuk pada luka perineum serta konsumsi cairan
pembelahan sel normal dalam menghasilkan yang cukup. Protein mempengaruhi
komponen seluler. Antibody dan agen nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu nifas
penting juga dalam penyusunan asam amino. dalam penyembuhan luka jahitan
Asam amino diperlukan untuk sintesis dan perineum, karena protein yang berasal
pembelahan sel yang sangat penting untuk dari makanan dibutuhkan dalam
penyembuhan luka. Selain itu menurut hasil perbaikan sel.
penelitian dari Rini Hayu (2013) tentang
Hubungan Antara Status Nutrisi Pada Ibu
Nifas Dengan Penyembuhan Luka Perineum
di Wilayah Kerja Puskesmas Cukir
Kabupaten Jombang bahwa nutrisi pada ibu
nifas sangat mempengaruhi lama
penyembuhan luka.
Hasil penelitian sebagian besar
(73,33%) ibu nifas memenuhi asupan protein
dalam kategori defisit sehingga mengalami
penyembuhan luka yang lama yaitu lebih
dari 4 hari. Hal ini terjadi karena pada saat
penelitian, peneliti menemui ibu nifas
dengan konsumsi nutrisi dalam kategori
kurang dan ibu nifas juga kurang
mengkonsumsi protein yang berasal dari
protein hewani meskipun sudah
mengonsumsi protein nabati namun bila
belum mengcukupi angka kecukupan protein
pada ibu nifas dapat mempengaruhi lama
proses penyembuhan luka.
Hampir setengah dari (26,67%) ibu
nifas mengkonsumsi protein hewani dan juga
tambahan protein nabati sehingga dalam
penyembuhan luka jahitan perineum
mengalami penyembuhan luka yang cepat
yaitu kurang dari 4 hari.
Dari penelitian Hestianingrum (2010)
tentang Hubungan Tingkat Kecukupan
Protein dengan Lama Penyembuhan Luka
Perineum pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Tawangharjo Kabupaten
Grobongan, bahwa luka perineum sangat
10 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
dipengaruhi oleh konsumsi protein terutama
protein hewani. Protein sangat dibutuhkan
pada ibu nifas dalam mempercepat proses
penyembuhan luka jahitan perineum. Setiap
proses persalinan sebagian besar ibu akan
mengalami luka jahitan perineum sehingga
sangat dibutuhkan kebersihan yang baik,
cairan yang cukup serta nutrisi yang tepat
terutama protein yang dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan luka,
namun selain protein juga harus tetap
mencukupi nutrisi lainnya seperti vitamin,
serat, kalori, dll sehingga proses
penyembuhan luka tidak terhambat.
Pada penelitian ini, didapatkan sebagian
ibu mengkonsumsi protein hewani dengan
tambahan protein nabati namun konsumsi
protein nabati lebih besar dari pada protein
hewani, sehingga mempengaruhi lama
percepatan penyembuhan luka. Ini terjadi
karena lebih banyak ibu nifas yang makan
dengan seadanya sesuai dengan menu yang
disiapkan oleh keluarga, pemenuhan nutrisi
ibu nifas sebagian besar kurang memenuhi
konsumsi protein yang cukup dalam
kebutuhan gizi ibu sehari- hari dalam masa
nifas, sehingga proses penyembuhan luka
menjadi terganggu, sebaiknya dalam
pemenuhan gizi ibu nifas yang benar ibu
harus mendapat dukungan baik dari diri ibu
maupun dari keluarga serta suami agar
diharapkan nutrisi yang cukup dan tepat
dapat membantu dalam proses penyembuhan
luka.

 Pengaruh Konsumsi Ikan Lele Terhadap


Lama penyembuhan Luka Jahitan
Perineum
Hasil analisa data dengan menggunakan
uji statistik Mann Whitney U test didapatkan
nilai U hitung 37,5 dengn n1 = 15 dan n2 =
15 dan ditemukan U tabel = 56. Karena U
hitung (37,5) lebih kecil dari U tabel (56)
maka hipotesis diterima artinya ada
pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama
penyembuhan luka jahitan perineum.
Menurut Boyle (2009), penyembuhan
luka akan sembuh pada hari ke 2-4 dimana
pada hari tersebut akan memproduksi
matriks kolagen di sekitar luka yang akan
membentuk pembuluh darah baru. Fibroblas
di stimulasi untuk memproduksi kolagen
dalam pembentukan sel darah baru tersebut.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Irfana
11 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
Tri Wijayanti (2015) tentang Hubungan
Antara Perawatan Luka Perineum, Tarak
Makan dan Persepsi Tentang Tarak Makan
pada Ibu Nifas terhadap lamanya
Penyembuhan Luka Perineum di Desa
Wukirsari Kecamatan Todanan Kabupaten
Blora, tarak makan sangat mempengaruhi
penyembuhan luka. Jurnal menurut
Lorincyna Nammu (2014) tentang
Pemenuhan Nutrisi terhadap Penyembuhan
Luka Perineum pada Asuhan Keperawatan,
tertulis bahwa nutrisi sangatlah
mempengaruhi proses penyembuhan luka
pada ibu nifas.
Hasil penelitian dari 15 ibu nifas sebagian
besar (80%) mengkonsumsi ikan lele dan
makanan sehari-hari mengalami
penyembuhan luka yang lebih cepat. Dalam
penelitian ini ditemukan pada lembar recall
24 jam ibu mengkonsonsumsi ikan lele, dan
tambahan protein lain yang berasal dari
protein hewani, sehingga lama penyembuhan
luka lebih cepat dari pada ibu nifas dengan
konsumsi ikan lele namun tidak
mengkonsumsi tambahan protein hewani
lain. Hal ini dapat terlihat pada ibu nifas
dengan lama penyembuhan luka jahitan
perineum dengan asupan protein sedang
mengalami penyembuhan luka yang cepat
yaitu pada hari ke 3, sedangkan ibu nifas
dengan asupan protein dalam kategori defisit
mengalami tingkat penyembuhan luka yang
lebih lama yaitu lebih dari 4 hari.
Peneliti mendapatkan bahwa proses
penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh
protein yang cukup. Kebutuhan nutrisi juga
harus diikuti dengan perawatan luka
perineum yang adekuat terutama kebersihan
pembalut, personal hygiene, BAK, BAB,
bukan hanya kebersihan namun pemenuhan
cairan juga harus diperhatikan. Penelitian
tentang konsumsi ikan lele terhadap lama
penyembuhan luka ini sangat di pengaruhi
oleh nutrisi, kebersihan, dan kebutuhan
cairan dalam tubuh serta motivasi dan
dukungan, keluarga, suami maupun tenaga
kesehatan agar selain proses penyembuhan
luka lebih cepat dan lebih terpantau juga
menurunkan angka kejadian terjadinya
infeksi pada ibu nifas, ini terjadi karena pada
ibu nifas sangat rawan terhadap kejadian
infeksi karena pada ibu nifas terdapat luka
yang memicu perkembangbiakan bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi, sehingga
12 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
harus selalu dijaga nutrisi, kebersihan, serta
kecupukan cairan yang cukup.
6 Kesimpulan Sebutkan kesimpulan yang ditulis oleh • Apakah kesimpulan sudah sesuai dengan
peneliti tujuan penelitian

1. Lama penyembuhan luka jahitan Kesimpulan tersebut sudah sesuai


perineum dengan konsumsi ikan lele pada dengan tujuan penelitian dimana tujuan
ibu nifas sembuh dalam waktu kurang dari penelitian adalah ingin mengidentifikasi
4 hari yaitu sebanyak 80%. adanya pengaruh konsumsi ikan lele
2. Lama penyembuhan luka jahitan perineum
terhadap lama penyembuhan luka
tanpa konsumsi ikan lele pada ibu nifas
sembuh dalam waktu lebih dari 4 hari
perineum.
sebanyak 73,33%.
Ada pengaruh konsumsi ikan lele terhadap
lama penyembuhan luka jahitan perineum pada
ibu nifas karena ditemukan bahwa U hitung
(37,5) < U tabel (56).
Implikasi • Apakah hasil penelitian bisa diterapkan
dalam praktek keperawatan
Hasil penelitian tersebut bisa diterapkan
dalam praktek kebidanan dimana
diharapkan agar dapat menjadikan
sebagai referensi sebagai terapi non
farmakologi untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum pada ibu
bersalin untuk mengurangi trauma pada
ibu nifas.
• Apa saran Anda terhadap hasil penelitian
tersebut bagi penelitian selanjutnya atau
bagi pelayanan kebidanan
Saran terhadap hasil penelitian tersebut
bagi penelitian selanjutnya dapat
menambahkan hasil lab dan recall harus
di kontrol dengan cara observasi
partisipan serta dapat mengkaji faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi
penyembuhan luka jahitan perineum

13 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
PENGARUH KONSUMSI IKAN LELE TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA JAHITAN
PERINEUM
Mustika Putri Fadelika (Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang)
Dwi Estuning Rahayu
(Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, e-mail: dwier2006@gmail.com)
Eny Sendra
(Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang)
ABSTRAK
Tujuan: Pada persalinan pervaginam sekitar 90% mengalami trauma pada jalan lahir (Fitri, 2013).
Perlukaan jalan lahir ini menjadi wadah masuknya bakteri yang dapat menyebabkan infeksi. Gizi yang
baik dan cukup diperlukan untuk proses penyembuhan. Protein merupakan komponen dalam
pembentukan Asam amino untuk sintesis protein dan untuk pembentukan struktural kolagen yang
berperan dalam respon imun dan diperlukan untuk sintesis serta pembelahan sel. Tujuan penelitian ini
untuk megetahui pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka jahitan perineum di
Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Metode: Metode dalam
penelitian ini adalah praeksperimen, populasi yang didapatkan sebanyak 32 dengan sampel 30 responden,
dan menggunakan tehnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan format recall 24 jam
untuk mengetahui jumlah asupan protein yang di konsumsi ibu nifas selama 4 hari. Metode peneliti juga
menggunakan lembar observasi penyembuhan luka perineum dan wawancara. Hasil: Ibu nifas yang di
beri perlakuan ikan lele memiliki lama penyembuhan luka perineum yang cepat (kurang dari 4 hari),
sedangkan ibu nifas dengan yang tidak di beri perlakuan memiliki lama penyembuhan luka yang lama (lebih
dari 4 hari). Kesimpulan: Ada pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka jahitan
perineum. Rekomendasi penelitian ini untuk petugas kesehatan supaya meningkatkan kegiatan
penyuluhan tentang tarak pada ibu nifas.
Kata Kunci: Ikan lele, Lama penyembuhan, Luka jahitan, Perineum
PENDAHULUAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Damayanti, 2014). Hampir sebagian besar persalinan
merupakan persalinan normal, hanya 12-15 % merupakan persalinan patologis. Dikatakan patologis
apabila terjadi kesalahan ketika penilaian keadaan ibu dan janin serta terjadi kesalahan ketika memimpin
persalinan. Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir karena terjadi proses pengeluaran
kepala janin melalui jalan lahir ibu.
Pada proses persalinan terkadang jalan lahir ibu mengalami perlukaan atau mengalami kesulitan saat
penurunan kepala janin sehingga dilakukannya pelebaran jalan lahir atau episiotomi. Perlukaan pada jalan
lahir biasa disebut laserasi, laserasi perineum hampir pada semua persalinan pertama. Laserasi umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa meluas, bisa karena kepala janin lahir terlalu cepat. Sudut arkus pubis
lebih kecil dari masanya. Kepala janin masuk pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari
pada sirkum forensia sub oksipito bregmatika (Suherni, 2009). Atau bisa karena penggunaan induksi
persalinan yaitu dengan menggunakan forcep, ekstraksi vakum, atau karena mengalami penyulit saat
kelahiran karena sungsang atau distosia bahu.
Jalan lahir yang dilalui bayi biasanya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Luka perineum ini
membutuhkan waktu untuk bertaut yaitu 2- 4 hari (Boyle, 2009). Derajad robekan dibedakan menjadi 4
yaitu derajad I: perlukaan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, derajad II: perlukaan
pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum, derajat III: perlukaan pada
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani, derajad IV:
perlukaan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani,
dinding depan rektum (Prawiroharjo, 2011).
Luka pada jalan lahir yang dikarenakan episiotomi maupun ruptur dapat menyebabkan perdarahan
yang hebat. Untuk menghindari terjadinya perdarahan perlu dilakukan proses penjahitan. Pada proses
penjahitan selalu di dahului dengan proses pembiusan karena

74 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
mengingat asuhan sayang ibu untuk mengurangi rasa nyeri pada saat penjahitan. Namun dari sebuah
penelitian ditemukan bahwa proses pembiusan itu mempengaruhi penyembuhan luka yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Eny Astuti, 2014 di sebuah Rumah Sakit (Surabaya ) di temukan bahwa sebanyak
50% luka yang tidak dianastesi sembuh dengan kurang baik. Dan sebanyak 46% luka yang di anastesi
juga sembuh dengan kurang baik tapi ada 4% responden yang dilakukan anastesi memiliki hasil
kesembuhan luka yang jelek.
Selain karena proses pembiusan luka pada jalan lahir membutuhkan perawatan yang khusus karena
bila terjadi kesalahan pada perawatan serta nutrisi yang tidak tepat luka tersebut dapat mengalami infeksi.
Infeksi pada masa nifas masih berperan sebagai penyebab tertinggi angka kematian ibu terutama di
negara berkembang seperti Indonesia ini, masalah itu terjadi akibat dari pelayanan kebidanan yang masih
jauh dari sempurna. Faktor penyebab lain terjadinya infeksi nifas di antaranya, adanya beberapa bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan, daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang
kurang baik, kurang gizi/malnutrisi, anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan. Upaya yang
dilakukan dengan memberikan asuhan pada ibu dan bayi dengan baik pada masa nifas diharapkan dapat
mencegah kejadian infeksi yang akan berakibat menjadi komplikasi lebih lanjut untuk itu perlu
diperhatikannya kebersihan, nutrisi, dan perawatan pada luka perineum (Bahiyatun, 2009).
Hakikatnya, setelah proses persalinan yang dialami oleh ibu, ibu akan mengalami perubahan disebut
masa nifas. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Pitriani, 2014).
Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori sebelum hamil yang akan
mempercepat pemulihan kesehatan dan kekuatan, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta
mencegah terjadinya infeksi. Tambahan kalori ini terdiri dari karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan
protein (Bahiyatun, 2009). Pada masa nifas ini protein sangat berperan penting untuk proses
penyembuhan luka pada perineum atau luka jalan lahir. Untuk itu pada ibu post partum ini perlunya diet
tinggi protein dengan kadar sesuai kebutuhan dalam satu hari untuk menekan angka terjadinya infeksi,
selain itu bila ibu nifas melakukan perawatan luka yang benar dan di tambah dengan diet tinggi protein
akan mempercepat penyembuhan luka pada perineum.
Angka Kejadian KEK (Kekurangan Energi Kronik) di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 24,2%
sedangkan di Jawa Timur sebesar 29,8 % pada tahun 2013 dan di wilayah Kediri sebesar 7,4% pada tahun
2016.
Sebuah penelitian tentang gizi oleh (Hayu, dkk, 2013) dalam penyembuhan luka perineum di
Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa 7,4% ibu postpartum kurang gizi mengalami penyembuhan
luka yang lama. Selain itu di Banda Aceh oleh (Fitri, 2013) 64,9% ibu postpartum dengan keadaan gizi
yang kurang juga mengalami penyembuhan luka yang lama. Selain itu di Kabupaten Klaten oleh
(Purwaningsih, dkk, 2015) sebanyak 71,4% ibu postpartum yang memiliki gizi yang kurang mengalami
kesembuhan luka yang lama dan berpotensi untuk terjadi infeksi.
Jumlah kasus maternal yang disebabkan karena infeksi di kabupaten Kediri dari tahun 2013 mencapai
29 jiwa dan tahun 2014 meningkat menjadi 31 jiwa, walaupun pada tahun 2015 masih tetap 31 jiwa yang
mengalami infeksi seharusnya tenaga kesehatan bisa menurunkan angka kejadian terjadinya infeksi.
Idealnya proses penyembuhan luka memerlukan nutrisi sebagai dasar untuk pembentukan sel. Sebagai
contohnya vitamin A diperlukan untuk membantu proses epitelasi atau penutupan luka dan sintesis
kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein,
karbohidrat, dan lemak, selain itu vitamin C juga berfungsi pada pembentukan fibroblas, dan mencegah
adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah, dan vitamin K yang membantu sintesis protombin
dan berfungsi sebagai zat pembeku darah (Damayanti, 2015).
Ibu nifas juga sangat memerlukan protein dalam pembangunan sel di dalam tubuh. Selain itu protein
juga berperan dalam sistem imun karena protein dibutuhkan dalam pembelahan sel yang ada di dalam
tubuh. Kekurangan protein dapat mengakibatkan penurunan pada proses angiogenesis, penurunan
proliferasi fibroblas dan sel endotel, serta penurunan sintesis kolagen dan remodeling (Boyle, 2009).
Pada dasarnya protein terbagi atas dua (protein hewani dan protein nabati), protein hewani lebih
unggul dalam proses pembentukan jaringan baru untuk itu peneliti akan melakukan penelitian terhadap
protein hewani dalam lele karena dalam ikan lele mengandung kadar air 78,5

75 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
gr, kalori 90 gr, protein 18,7 gr, lemak 1,1 gr, Kalsium (Ca) 15 gr, Phosphor (P) 260gr, Zat besi (Fe) 2gr,
Natrium 150gr, Thiamin 0,10gr, Riboflavin 0,05gr, Niashin 2,0 gr per 100gram (Priliana, 2013).
Setelah dilakukan studi pendahuluan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo di dapatkan
data persalinan Tahun 2016-2017 pada bulan Oktober sebanyak 28, November 30, Desember 17, Januari
43 dan di temukan bahwa pada proses penjahitan luka perineum baik dengan episiotomi maupun dengan
ruptur di wilayah tersebut selalu menggunakan pembiusan karena mengingat asuhan sayang ibu padahal
diketahui dalam teori mengatakan bahwa pembiusan akan berpengaruh terhadap penyembuhan luka.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kabupaten Kediri tentang “Pengaruh Konsumsi Ikan Lele Terhadap Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum”.
METODE PENELITIAN
Design dalam penelitian ini adalah praeksperimen sedangan rancangan dalam penelitian ini adalah
Static Group comparison yaitu ada kelompok kontrol dan ada kelompok eksperimen di mana pada
kelompok eksperimen diberikan perlakuan, setelah itu dilakukan posttest pada kelompok eksperimen
tersebut setelah beberapa waktu, menggunakan variabel independen atau variabel bebas (Konsumsi ikan
lele), dan variabel dependen atau variabel terikat (lama penyembuhan luka jahitan perineum) dan
dilakukan pemeriksaan sesudah diberikan perlakuan setelah itu diteliti pada saat yang bersamaan.
Selanjutnya dilakukan observasi lama penyembuhan luka jahitan perineum, hal ini bertujuan untuk
mengetahui lama penyembuhan luka jahitan perineum dengan pemberian ikan lele.
HASIL PENELITIAN
Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum dengan Konsumsi Ikan Lele
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri memiliki distribusi lama penyembuhan luka jahitan
perineum dengan konsumsi ikan lele sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Hasil Pengukuran Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum dengan Konsumsi
Ikan Lele
Hasil Penilaian Frekuensi %
< 2 hari 0 0
2-4 hari 12 80
> 4 hari 3 20
Total 15 100

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa, hampir seluruh responden (80%) sembuh pada hari antara 2-4
hari.
Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum Tanpa Konsumsi Ikan Lele
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri memiliki distribusi lama penyembuhan luka jahitan
perineum dengan tanpa konsumsi ikan lele sebagai berikut.

Tabel 2. Distribusi Hasil Pengukuran Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum Tanpa
Konsumsi Ikan Lele
Hasil Penilaian Frekuensi %
< 2 hari 0 0
2-4 hari 4 26,67
> 4 hari 11 73,33
Total 15 100
Dari tabel 2 didapatkan bahwa, sebagian besar responden (73,33%) sembuh > 4 hari.

76 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
Pengaruh Konsumsi Ikan Lele Terhadap Lama penyembuhan Luka Jahitan Perineum
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri memiliki distribusi pengaruh konsumsi ikan lele
terhadap lama penyembuhan luka jahitan perineum sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Hasil Pengaruh Konsumsi Ikan Terhadap Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum

Dari tabel 3 ditemukan hampir seluruh responden (80%) pada kelompok yang diberi perlakuan
mengalami penyembuhan luka yang cepat yaitu kurang dari 4 hari. Sedangkan pada kelompok yang tidak
diberi perlakuan sebagian besar responden (73,33%) mengalami penyembuhan luka yang lama yaitu lebih
dari 4 hari.
Untuk menguji pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka jahitan perineum
dilakukan uji Mann Whitney U Test (lampiran) karena skala data bertipe ordinal dan digunakan untuk
menguji hipotesisi komparatif independen. Hasil penghitungan diperoleh U hitung 37,5. Nilai U tabel
dengan n1=15 dan n2=15 adalah 56. Karena U hitung (37,5) lebih kecil dari U tabel (56) maka H1 diterima
dan H0 ditolak artinya dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama
penyembuhan luka jahitan perineum.

PEMBAHASAN
Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum dengan Konsumsi Ikan Lele
Berdasarkan tabel 1 tentang Lama penyembuhan luka jahitan perineum dengan konsumsi ikan lele,
dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden (80%) ibu nifas dengan luka jahitan perineum sembuh
pada hari ke 3, sebagian kecil responden (20%) ibu nifas sembuh pada hari ke > 4.
Djaeni (2010) menyatakan protein adalah komponen dasar sel dan sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan, pengantian dan perbaikan sel untuk proses penyembuhan luka. Selain itu menurut John
(2011) protein memiliki peranan utama dalam mengatur fungsi sistem kekebalan tubuh, sebab kebutuhan
untuk pembelahan sel normal dalam menghasilkan komponen seluler. Protein diperlukan untuk sintesis
dan pembelahan sel yang sangat penting untuk penyembuhan luka.
Hasil penelitian didapatkan hampir seluruh responden (80%) ibu nifas memenuhi asupan protein
dalam kategori sedang sehingga luka perineum lebih cepat sembuh yaitu dalam waktu 3 hari. Hal ini
dikarenakan, ibu nifas mendapatkan protein yang terkandung didalam ikan lele yang diolah menjadi
bothok dan pepes. Daging ikan lele merupakan makanan yang berprotein lebih tinggi dari ikan lain, selain
itu harga ikan lele juga lebih terjangkau untuk kelas ekonomi rendah maupun tinggi dan mudah
ditemukan dipasar. Selain itu, ibu nifas mengkonsumsi tambahan protein lain seperti tahu, tempe, ayam,
daging, ikan untuk menu kesehariannya, sehingga dapat mencapai tingkat konsumsi protein 80-90%.
Sebagian kecil responden (20%) ibu nifas tidak mengkonsumsi protein hewani lain selain yang di
berikan oleh penelitin dalam penyembuhan luka perineum, oleh karena itu penyembuhan luka lebih lama
yaitu lebih dari 4 hari.
Hasil penelitian Endah Purwaningsih (2015) tentang Hubungan Konsumsi Makanan Protein Hewani
Pada Ibu Nifas dengan Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas Klaten Tengah.
Diperoleh hasil bahwa konsumsi protein hewani pada ibu nifas mempercepat lama penyembuhan luka.
Dari pengukuran makanan recall 24 jam ditemukan bahwa konsumsi makanan ibu setiap hari (ikan
lele) yang diberikan oleh peneliti, namun ibu nifas kurang mengkonsumsi makanan tambahan yang
mengandung protein hewani, sehingga lama penyembuhan luka lebih lama. Dari hasil penelitian
didapatkan lama penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh nutrisi cukup selain itu, juga didukung
dengan kebersihan yang baik pada luka perineum serta konsumsi cairan yang

77 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
cukup. Protein mempengaruhi nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu nifas dalam penyembuhan luka jahitan
perineum, karena protein yang berasal dari makanan dibutuhkan dalam perbaikan sel.
Lama Penyembuhan Luka Jahitan Perineum Tanpa Konsumsi Ikan Lele
Berdasarkan tabel 2 tentang lama penyembuhan luka jahitan perineum tanpa konsumsi ikan lele, dapat
diketahui bahwa sebagian besar (73,33%) ibu nifas mengalami penyembuhan luka jahitan perineum lebih
dari 4 hari. Hampir setengah dari (26,67%) ibu nifas mengalami penyembuhan luka jahitan perineum
kurang dari 4 hari.
Dalam bukunya Boyle (2009) tentang pemulihan luka, protein memiliki peranan utama dalam
mengatur fungsi sistem kekebalan tubuh, sebab kebutuhan untuk pembelahan sel normal dalam
menghasilkan komponen seluler. Antibody dan agen penting juga dalam penyusunan asam amino. Asam
amino diperlukan untuk sintesis dan pembelahan sel yang sangat penting untuk penyembuhan luka. Selain
itu menurut hasil penelitian dari Rini Hayu (2013) tentang Hubungan Antara Status Nutrisi Pada Ibu
Nifas Dengan Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang
bahwa nutrisi pada ibu nifas sangat mempengaruhi lama penyembuhan luka.
Hasil penelitian sebagian besar (73,33%) ibu nifas memenuhi asupan protein dalam kategori defisit
sehingga mengalami penyembuhan luka yang lama yaitu lebih dari 4 hari. Hal ini terjadi karena pada saat
penelitian, peneliti menemui ibu nifas dengan konsumsi nutrisi dalam kategori kurang dan ibu nifas juga
kurang mengkonsumsi protein yang berasal dari protein hewani meskipun sudah mengonsumsi protein
nabati namun bila belum mengcukupi angka kecukupan protein pada ibu nifas dapat mempengaruhi lama
proses penyembuhan luka.
Hampir setengah dari (26,67%) ibu nifas mengkonsumsi protein hewani dan juga tambahan protein
nabati sehingga dalam penyembuhan luka jahitan perineum mengalami penyembuhan luka yang cepat
yaitu kurang dari 4 hari.
Dari penelitian Hestianingrum (2010) tentang Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Lama
Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangharjo Kabupaten
Grobongan, bahwa luka perineum sangat dipengaruhi oleh konsumsi protein terutama protein hewani.
Protein sangat dibutuhkan pada ibu nifas dalam mempercepat proses penyembuhan luka jahitan
perineum. Setiap proses persalinan sebagian besar ibu akan mengalami luka jahitan perineum sehingga
sangat dibutuhkan kebersihan yang baik, cairan yang cukup serta nutrisi yang tepat terutama protein yang
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka, namun selain protein juga harus tetap mencukupi
nutrisi lainnya seperti vitamin, serat, kalori, dll sehingga proses penyembuhan luka tidak terhambat.
Pada penelitian ini, didapatkan sebagian ibu mengkonsumsi protein hewani dengan tambahan protein
nabati namun konsumsi protein nabati lebih besar dari pada protein hewani, sehingga mempengaruhi
lama percepatan penyembuhan luka. Ini terjadi karena lebih banyak ibu nifas yang makan dengan
seadanya sesuai dengan menu yang disiapkan oleh keluarga, pemenuhan nutrisi ibu nifas sebagian besar
kurang memenuhi konsumsi protein yang cukup dalam kebutuhan gizi ibu sehari- hari dalam masa nifas,
sehingga proses penyembuhan luka menjadi terganggu, sebaiknya dalam pemenuhan gizi ibu nifas yang
benar ibu harus mendapat dukungan baik dari diri ibu maupun dari keluarga serta suami agar diharapkan
nutrisi yang cukup dan tepat dapat membantu dalam proses penyembuhan luka.
Pengaruh Konsumsi Ikan Lele Terhadap Lama penyembuhan Luka Jahitan Perineum
Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney U test didapatkan nilai U hitung
37,5 dengn n1 = 15 dan n2 = 15 dan ditemukan U tabel = 56. Karena U hitung (37,5) lebih kecil dari U
tabel (56) maka hipotesis diterima artinya ada pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan
luka jahitan perineum.
Menurut Boyle (2009), penyembuhan luka akan sembuh pada hari ke 2-4 dimana pada hari tersebut
akan memproduksi matriks kolagen di sekitar luka yang akan membentuk pembuluh darah baru.
Fibroblas di stimulasi untuk memproduksi kolagen dalam pembentukan sel darah baru tersebut. Hal ini
sesuai dengan penelitian oleh Irfana Tri Wijayanti (2015) tentang Hubungan Antara Perawatan Luka
Perineum, Tarak Makan dan Persepsi Tentang Tarak Makan pada Ibu Nifas terhadap lamanya
Penyembuhan Luka Perineum di Desa Wukirsari Kecamatan Todanan Kabupaten Blora, tarak makan
sangat mempengaruhi penyembuhan luka. Jurnal menurut Lorincyna Nammu (2014) tentang Pemenuhan
Nutrisi terhadap Penyembuhan Luka Perineum

78 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
pada Asuhan Keperawatan, tertulis bahwa nutrisi sangatlah mempengaruhi proses penyembuhan luka
pada ibu nifas.
Hasil penelitian dari 15 ibu nifas sebagian besar (80%) mengkonsumsi ikan lele dan makanan sehari-
hari mengalami penyembuhan luka yang lebih cepat. Dalam penelitian ini ditemukan pada lembar recall
24 jam ibu mengkonsonsumsi ikan lele, dan tambahan protein lain yang berasal dari protein hewani,
sehingga lama penyembuhan luka lebih cepat dari pada ibu nifas dengan konsumsi ikan lele namun tidak
mengkonsumsi tambahan protein hewani lain. Hal ini dapat terlihat pada ibu nifas dengan lama
penyembuhan luka jahitan perineum dengan asupan protein sedang mengalami penyembuhan luka yang
cepat yaitu pada hari ke 3, sedangkan ibu nifas dengan asupan protein dalam kategori defisit mengalami
tingkat penyembuhan luka yang lebih lama yaitu lebih dari 4 hari.
Peneliti mendapatkan bahwa proses penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh protein yang cukup.
Kebutuhan nutrisi juga harus diikuti dengan perawatan luka perineum yang adekuat terutama kebersihan
pembalut, personal hygiene, BAK, BAB, bukan hanya kebersihan namun pemenuhan cairan juga harus
diperhatikan.
Penelitian tentang konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka ini sangat di pengaruhi oleh
nutrisi, kebersihan, dan kebutuhan cairan dalam tubuh serta motivasi dan dukungan, keluarga, suami
maupun tenaga kesehatan agar selain proses penyembuhan luka lebih cepat dan lebih terpantau juga
menurunkan angka kejadian terjadinya infeksi pada ibu nifas, ini terjadi karena pada ibu nifas sangat rawan
terhadap kejadian infeksi karena pada ibu nifas terdapat luka yang memicu perkembangbiakan bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi, sehingga harus selalu dijaga nutrisi, kebersihan, serta kecupukan cairan
yang cukup.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
3. Lama penyembuhan luka jahitan perineum dengan konsumsi ikan lele pada ibu nifas sembuh
dalam waktu kurang dari 4 hari yaitu sebanyak 80%.
4. Lama penyembuhan luka jahitan perineum tanpa konsumsi ikan lele pada ibu nifas sembuh dalam
waktu lebih dari 4 hari sebanyak 73,33%.
5. Ada pengaruh konsumsi ikan lele terhadap lama penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu nifas
karena ditemukan bahwa U hitung (37,5) < U tabel (56).
Saran
Saran yang dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menambahkan hasil lab dan recall harus di kontrol
dengan cara observasi partisipan serta dapat mengkaji faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
penyembuhan luka jahitan perineum.
2. Bagi tempat penelitian
Diharapkan agar petugas kesehatan dapat melakukan upaya untuk membudayakan konsumsi protein
pada ibu nifas dengan cara memberikan penyuluhan tentang tarak dan meyakinkan ibu nifas bahwa
tarak dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu nifas. Selain
penyuluhan bisa ditunjang dengan pemberian leaflet.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan dapat menambah buku referensi tentang gizi untuk
memudahkan dalam mengkaji kandungan gizi lain yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka
perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Eny. 2016. Studi Komparasi Hasil Penyembuhan Luka Episiotomi yang Dianastesi dan yang
Tidak Dianastesi Di Ruang Bersalin Rs.William Booth Surabaya. Surabaya: AKPER William Booth
Aziz, Septian.2016. Hubungan Tingkat Konsumsi Protein, Zat Besi (Fe) dan Zinc (Zn) dengan Kondisi
Penyembuhan Luka Perineum Derajat II pada Ibu Nifas. Malang: FKUB. Diakses pada tanggal 15
Desember 2016. < http:majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/102
>

79 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs


GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No. 1, Maret ISSN 2503-5088
2018
Baroroh, Dewi. 2011. Konsep Luka. PSIK FIKES: UMM. Diakses pada tanggal 15 Desember 2016. <
https://www.scribd.com/document/145256486/Konsep-Luka >
Bahiyatun. 2009. Buku AjarAsuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC Boyle,
Maureen. 2009. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC
Ellya, Eva. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media. Dewi,
Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi dan Keluarga.Jakarta: Kompas Djaelani,
Achmad. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC Hartono,
Andry. 2008. Rawat Ginjal Cegah Cuci Darah. Yogyakarta: Kanisius
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Hidayat, Rysky. 2010. Hubungan Tingkat Konsumsi Protein, Zat Besi (Fe) Dan Zinc (Zn) Dengan
Kondisi Penyembuhan Luka Perineum Derajat II Pada Ibu Nifas.Yogyakarta: Univ Sanata Dharma.
Diakses tanggal 15 Desember 2016.<
https://www.usd.ac.id/fakultas/ekonomi/mmusd/f1l3/PANDUAN/0%20DRAFT%20PEDOMAN
%20PENULISAN%20TESIS%20MMUSD-Edited%20-%20ok.pdf>
Istiyani, Ari. 2014. Gizi Terapan. Bandung: Remaja Rosdakarya
John, Sonny. 2011. Peran Integrin Pada Angiogenesis penyembuhan Luka. Manado: FK USR. Diakses
pada tanggal 15 Desember 2016. <
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_184Peranintegrin.pdf >
Kurniarum, Ari. 2015. Keefektifan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas
Menggunakan Daun Sirih. Klaten: Politeknik Surakarta. Diakses tanggal 15 Desember 2016.
<
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=403714&val=6664&title=KEEFEKTIFAN
%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20PERINEUM%20PADA%20IBU%20NIFAS%20MENGG
UNAKAN%20DAUN%20SIRIH >
Maghfuri, Ari. 2015. Keterampilan Dasar Perawatan Luka Bagi Pemula. Jakarta: TIM
Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III).
Yogyakarta: Deepublish
Putri, Ika, dkk. 2015. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan II. Yogyakarta: Depubhlish.
Ramayuli, Risa. 2013. Makanan Sehat Atasi Berbagai Macam Penyakit.Jakarta: Penebar Plus
Saleha,Siti.2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Nonparametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Gramedia
Sarwono. 2009. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Sarwono. 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono.
2015. Metode Statistik. Bandung: Alfabeta
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya Suryaningrum, dkk.
2012. Aneka Bahan Olahan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya. Soekidjo. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Triana, Ani,dkk. 2015. Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Depubhlish.
Nanny,Vivian.2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Yuniarti, Desi. 2013. Pengaruh Suhu Pengeringan Vakum Terhadap Kualitas Serbuk
Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus). Malang: UB. Diakses tanggal 15 Desember 2016. <
http://thpi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/thpi/article/viewFile/1/1>

80 GLOBAL HEALTH SCIENCE---------http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs

Anda mungkin juga menyukai