Anda di halaman 1dari 2

USIA

Semuanya dimulai dari titik nol dalam hitungan waktu dan semakin hari kian bertambah
dalam penghabisan yang sebenar-benarnya sangat nyata. Detik demi menit menghitung jam
berganti hari muncul bulan melewati tahun, semuanya akan terlihat amat sangat jelas, betapa
hidup ini hanyalah menanti keputusan sang waktu yang selalu berlalu menghitung mundur.

Keberadaan insan di muka bumi mempunyai keterikatan yang sangat erat dalam dimensi
ruang dan waktu, tidak ada seorangpun yang dapat menghindarinya dan menunda
kedatangannya, suka atau tidak, siap atau tidak. Usia bertambah seiring tahun berganti
menjadikan sebuah ketegasan didalam kehidupan yang sudah kita jalani, berdasarkan
hitungan waktu dan masa. Usia menjadi pembeda yang nyata, bukan membeda-bedakan
sebagai tujuan, semuanya kembali pada pengelompokan sebagai dasar hitungan dalam setiap
awalan yang selalu berbeda, namun itu bukanlah menjadi sebuah keutamaan dalam ukuran
hidup dan kehidupan itu sendiri.

Usia bisa menjadi kebanggaan dan juga dapat menjadi kesia-siaan, kita semua tahu siapa
manusia yang pertama diciptakan, jadi untuk selanjutnya bukan persoalan siapa yang terlahir
duluan dan belakangan, karena itu hanyalah sebuah risiko dari sebuah eksistensi, hanya
sebuah tatanan budaya sesuai perintah untuk menghormati yang lebih tua dalam ruang waktu
tertentu.

Adalah sebuah kenyataan bahwa usia bukanlah penentu segalanya, bukan hanya dalam
kematangan dan kemapanan, tetapi lebih dari itu mampu menjadi motivasi dan memberi
inspirasi dalam menjalani serta memaksimalkan rentang waktu kehidupan yang telah
ditentukan bagi masing-masing diri, juga mampu menjadi soko guru untuk mengejar
ketertinggalan dan membangun sebuah kehidupan yang lebih ideal dengan norma dan tatanan
etika budaya yang beragama ditengah-tengah perbedaan dan kemajemukan ciptaan.

Istilah USIA biasanya identik dengan kepanjangan “jika tidak Untung pasti SIA-sia,”
sementara manusia dijelaskan menjadi “MANFAATKAN USIA” semaksimal mungkin untuk
kepentingan diri sendiri, sesama dan alam. Salahkah jika yang muda lebih mendapat restu
dan rida dari yang tua? Di manakah letak kesalahan yang sesungguhnya, jika itu memang
sebuah kesalahan yang jadi permasalahan? Usia bukanlah jaminan kebijakan dan kebajikan,
semua akan terlihat jelas dari niatan mengolah kata dalam wujud lakon yang nyata yang
memerlukan bukti.

Sebuah cerita tidak pernah salah, karena kesalahan itu terjadi saat kita dengan serta merta
mempercayai cerita tanpa membuktikan kebenaran cerita yang bisa saja itu adalah sebuah
dongeng sebelum tidur atau cerita dari sebuah keputusasaan dan kegagalan yang dikemas
sebagus mungkin untuk menjadi sarana keakuan dan kesombongan bagi si pencerita yang
sebenarnya telah menipu dirinya sendiri, kita boleh menipu orang lain, tetapi kita tidak akan
mungkin sedikitpun berhasil menipu diri sendiri.

Untuk kita para kaum yang muda, bersemangatlah dalam kehidupanmu, banyak harapan dan
kerinduan digantungkan pada pundakmu, jagalah setiap derap langkahmu agar tetap kokoh
dan pasti, dunia sangat membanggakanmu dan hormatilah yang lebih tua dalam usianya dan
kelebihannya.
Wahai engkau manusia yang lebih tua, jadikanlah diri Anda sebagi orang tua yang
sebenarnya yang harus selalu memberikan semangat lahir-batin kepada generasimu sebagai
penerus perjuangan yang mulia yang masih dan akan harus selalu terus diperjuangkan untuk
sebuah cita-cita yang dapat memuliakan semua kemuliaan di semesta alam dan seisinya.

Anda mungkin juga menyukai