Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KURIKULUM SEBAGAI INOVASI PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan

Dosen Pengampu:
Ardi Cahyadireja, M.Pd

Oleh:

Oleh:
Deri 60403070119004
Dea Aulia 60403070119022
Putri Amaliyah 60403070119008
Siti Aisyah Sari Sanjaya 60403070119053

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA MUTIARA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulilahirabbilalamin atas
berkat dan karunia-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Penulis berterimakasih kepada Bapak Ardi Cahyadireja, M.Pd
yang telah memberikan tugas ini, karena berkat tugas dari beliau pengetahuan
penulis menjadi semakin bertambah.
Dalam makalah ini menjelaskan tentang “Inovasi Kurikulum Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan” yang disusun berdasarkan beberapa buku dan
jurnal yang telah kami kumpulkan. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
menyiapkan pembelajaran yang berkualitas serta mampu menambah pengalaman
bagi para pembaca untuk dapat melakukan hal-hal yang besar.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 17 April 2021

Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Makalah................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum............................................................................................. 6
B. Inovasi................................................................................................... 14
C. Pendidikan............................................................................................ 19

BAB III PEMBAHASAN

A. Kurikulum sebagai Inovasi pendidikan................................................ 24


B. Mengapa Kukirulum Darurat Sebagai Penyederhanaan Pembelajaran
Dimasa Pandemi .................................................................................. 25

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................... 28
B. Saran..................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mencegah meluasnya penularan Covid-19 pada
warga sekolah khususnya dan masyarakat luas pada umumya,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan
beberapa surat edaran terkait pencegahan dan penanganan Covid-19.
Pertama, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan
Penanganan Covid-19 di Lingkungan Kemendikbud. Kedua, Surat Edaran
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan
Pendidikan. Ketiga, Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Coronavirus Disease (Covid-19) yang antara lain memuat arahan tentang
proses belajar dari rumah. Sekolah, di mana setiap hari terjadi aktivitas
berkumpul dan berinteraksi antara guru dan siswa dapat menjadi sarana
penyebaran Covid-19. Guna melindungi warga sekolah dari paparan
Covid-19, berbagai wilayah menetapkan kebijakan belajar dari rumah.
Kebijakan tersebut menyasar seluruh jenjang pendidikan mulai dari
jenjang prasekolah hingga pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta.
Kebijakan belajar di rumah dilaksanakan dengan tetap melibatkan
pendidik dan peserta didik melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tulisan
ini mengkaji pelaksanaan kebijakan belajar dari rumah dalam masa darurat
penyebaran Covid-19.
Seiring dengan perkembangan zaman serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, semua masyarakat yang
ada didunia ini tentu saja mengalami suatu perubahan dalam setiap aspek
kehidupannya. Perubahan ini ialah hal wajar yang tak bisa dihindari oleh
siapapun. Begitupun dalam dunia pendidikan, perkembangannya pun akan
berubah sesuai dengan perubahan dimasyarakat. Dalam perkembangan
pendidikan sangat berkaitan dengan kurikulum, karena kurikulum ini

3
menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan serta
dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Menurut Margana, (2012)
kurikulum ialah seperangkat rencana dan aturan yang didalamnya terdapat
isi dan bahan pelajaran serta cara yang bisa digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Agar pelaksanaan pendidikan dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman maka kurikulumnya pun harus dikembangkan lagi
menjadi lebih inovatif dan kekinian. Dalam pengembangan kurikulum ini
tentu saja bukan hal yang mudah, hal ini sangat ditentukan oleh kerjasama
dari berbagai pihak, tidak hanya melibatkan orang yang terlibat dalam
dunia pendidikan tetapi juga harus didukung oleh orang luar yang
berkepentingan dengan pendidikan seperti orang tua peserta didik serta
masyarakat lainnya. Selain itu juga dalam pelaksaan kurikulum ini harus
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, sosial, budaya, dan
lain-lain.
Adanya pelaksanaan inovasi pada kurikulum ini disebabkan oleh
suatu permasalahan yang belum bisa terpecahkan oleh kurikulum yang ada
dan permasalahan tersebut pun harus diatasi sesegera mungkin. Inovasi
kurikulum ini tentu saja harus lebih kreatif lagi dan penerapannya pun
harus praktis agar dalam pelaksanaannya menjadi lebih mudah dan
nyaman, hal ini bertujuan agar dalam implementasinya lebih mudah untuk
dilaksanakan (Prastyawan, 2011).
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas maka kami mengangkat
judul pada makalah ini yaitu “Kurikulum Sebagai Inovasi Pendidikan
Dimasa Pandemi”, karena kami beranggapan bahwa dengan inovasi
kurikulum yang lebih kreatif dan inovatif ini bisa meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbulah beberapa pertanyaan
dalam rumusan masalah antara lain yaitu:

4
1. Kenapa Kurikulum sebagai Inovasi pendidikan ?
2. Mengapa Kukirulum Darurat Sebagai Penyederhanaan Pembelajaran
Dimasa Pandemi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kenapa kurikulum sebagai inovasi
2. Untuk mengetahui Kukirulum Darurat Sebagai Penyederhanaan
Pembelajaran Dimasa Pandemi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum
1. Kurikulum dalam arti sempit dan luas
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu
curir yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi,
istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno
di Yunani, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai finish. 1 Dapat dipahami jarak yang harus ditempuh di sini
bermakna kurikulum dengan muatan isi dan materi pelajaran yang
dijadikan jangka waktu yang harus ditempuh oleh siswa untuk
memperoleh ijazah. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa
digunakan adalah manhaj, yang berarti jalan terang yang dilalui manusia
pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan
(manhaj al-dirāsah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat
perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. (syamsuri, 2011).
Istilah kurikulum memiliki pengertian yang cukup beragam mulai
dari pengertian yang sempit hingga pengertian yang sangat luas.

5
Pengertian kurikulum secara sempit atau tradisional, kurikulum sebagai a
course. As a specific fixed course of study as in school or collage, as one
leading to adegree. Yang artinya kurikulum sebagai jumlah mata
pelajaran di sekolah atau perguruan tinggi yang harus di tempuh untuk
mendapatkan ijazah atau naik tingkat. (Ahid, nur. 2006)
Menurut Carter V. Good menjelaskan pengertian kurikulum adalah
“a systematic group of course or subject required for graduation in major
field of study” yang artinya kurikulum merupakan kumpulan mata
pelajaran atau sekwens yang bersifat sistematis yang diperlukan untuk
lulus atau mendapat ijazah dalam bidang studi pokok tertentu.
Sedangkan kurikulum dalam arti luas yaitu bukan sekedar mata
pelajaran, tetapi mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas. Yakni,
sesuatu yang nyata terjadi dalam pendidikan. Menurut Ronald Doll
menjelaskan bahwa kurikulum “all the experience which are offered to
leaners under the auspices or direction of the school. Kurkulum meliputi
semua pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan atau
bimbingan sekolah. Sedangkan menurut William B Ragan dalam jurnal
(Ahid, nur 2006) mengartikan kurikulum all the experience of children
for wich the school accepts responsibility. Kurikulum adalah semua
pengalaman murid di bawah tanggung jawab sekolah.
UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 menjelaskan kurikulum sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan
pendidikan.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kurikulum dalam arti
sempit adalah sejumlah mata pelajaran yang disampaikan guru kepada
siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat. Sedangkan arti
kurikulum secara luas yaitu semua kegiatan, pengetahuan dan
pengalaman siswa di bawah bimbingan dan tanggung jawab guru atau
sekolah.

6
Terdapat tiga unsur dasar kurikulum yang dikemukakan oleh
Sukmadanata yaitu aktor, artifak dan pelaksanaan. Aktor adalah orang-
orang yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum. Artifak yaitu isi dan
rancangan kurikulum sedangkan pelaksanaan adalah proses interaksi
antara aktor yang melibatkan artifak.
2. Perubahan Kurikulum pendidikan pasca kemerdekaan sampai saat ini
Kurikulum pendidikan paasca kemerdekaan di mula pada tahun
1947, 1952,1964,1968,1975, 1984, dan 1994. Dan kurikulum pada masa
repormasi dipetakan menjadi tiga bagian yaitu, kurikulum 2004 (KBK),
Kurikulum 2006 (KTSP) Dan kurikulum 2013. (matchali, imam. 201t4)

1) Kurikulum 1947
Awal terbentuknya Kurikulum 1947, namanya adalah rencana
pembelajaran 1947 atau dikenal dengan sebutan leer plan. Leer plan
adalah istilah dalam bahasa belanda yang artinya rencana
pembelajaran. ciri utama pada kurikulum 1947 ini yaitu lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain. Pada masa itu, siswa lebi diarahkan
tentang cara bersosialisasi dengan masyarakat. Aspek psikomotor
dan apektif lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian
dan pendidikan jasmani.
2) Kurikulum 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut
rencana pelajaran terurai 1952. Kurikulum ini merupakan lanjutan
dari hasil kajian panitia penyelidik pengajaran sebelumnya dan hasil
dari jawatan pengajaran disurakarta yang telah menyusun rencana
pelajaran terurai pada tahun 1974 namun belum sempat dilaksanakan
dan baru dapat dikemukakan lagi sebagai rencana pelajaran terurai
pada tahun1952. Rencana pelajaran terurai ini merupakan respon
dari hasil penyesuaian dengan UU no 4 tahun 1950 tentang
pendidikan dan pelajaran. ciri yang paling menonjol dari kurikulum

7
1952 ini adalah setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pada
masa ini, kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan lebih
diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan. Namun
siswa masih diposisikan sebagai obyek, karena guru menjadi subyek
sentral dalam mentransfer ilmu pengetahuan.
3) Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di
Indonesia menjelang tahun 1964. Kurikulum 1964 atau rencana
pendidikan 1964 memiliki pokok-pokok pikiran yaitu pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pendekatan pada jenjang sekolah dasar, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pantca Wardhana yang
meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merubah struktur kurikulum pendidikan dari
pancawardhana menjadi pembina jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan juga keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan.
5) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan pendidikan yang
lebih efektif dan efisien. Pada kurikulum ini, peran guru menjadi
lebih penting, karena setiap guru wajib membuat rincian tujuan yang
ingin dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung. Setiap
guru harus merencanakan pelaksanaan program belajar mengajar
secara detail. Dengan kurikulum ini proses belajar mengajar menjadi
bertahap dan sistematis.
6) Kurikulum 1984

8
Kurikulum ini lahir sebagai perbaikan dari kurikulum
sebelumnya (kurikulum 1975). Kurikulum ini mengusung process
skill aproach. Terdapat ciri-ciri dalam kurikulum 1984 ini
diantaranya : berorientasi pada tujuan pembelajara, pendekatan
pembelajaran menggunakan model CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif), materi pembelajaran dikemas dengan pendekatan spiral,
menanamkan terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, materi
disajikan berdasarkan kesiapan dan kematangan siswa dan
menggunakan pendekatan ketarampilan proses. Karena sifatnya yang
senrlistik, kurangnya sosialisasi dan minimnya dukungan
implementasi kurikulum ini maka banyak sekolah yang kurang
mampu menterjamahkan dan menerapkan CBSA, sehingga pada
akhirnya banyak penolakan terhadap kurikulum ini.
7) Kurikulum 1994
Kurikulum ini dibuat sebagai penyempurna dari kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai Undang-Undang No 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum ini menekankan
pada prinsip link and match pada sekolah kejuruan seperti STM
(Sekolah Teknik Menengah). Link and match adalah prinsip tentang
pentingnya keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja atau industri.
Sekolah harus mampu menyiapkan tenaga kerja yang terampil yang
dibutuhkan oleh industri. Sebaliknya dunia industri juga harus
bersinergi dengan lembaga-lembaga pendidikan. Namun pada
akhirnya kurikulum ini banyak dikritik karena pendidikan menjadi
kepanjangan tangan dari proses industrialisasi dan tidak
memanusiakan manusia (dehumanisasi).
8) Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum 2004 atau dikenal dengan sebutan kurikulum
berbasis kompetensi(KBK). Pendidikan berbasis KBK ini
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance

9
yang telah ditetapkan. Karakteristik utama KBK yaitu : menekankan
pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi. Kurikulum
dapat diperluas, diperdalam dan disesuaikan dengan potensi siswa,
pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat
kontekstual.
9) Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Ciri yang paling menonjol adalah guru
diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah. Hal ini
di sebabkan kerangka dasar (KD), Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), dan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh
departemen pendidikan nasional. Tujuan dari KTPS ini meliputi
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi potensi daerah, satuan pendidik dan peserta didik. Oleh
sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidik untuk
memungkinkan penyeseuaian program pendidikan dengan kebutuhan
dan potensi yang ada di daerahnya.
10) Kurikulum 2013
Kehadiran kurikulum 2013 ini diharapkan mampu
melengkapi kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya.
Kurikulum 2013 disusun dengan mengembangkan dan memperkuat
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang. Penekanan
pembelajaran di arahkan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan sosial
sesuai karakteristik pendidikan agama islam dan budi pekerti
diharapkan akan menumbuhkan budaya keagamaan di sekolah.
Kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan dan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya-kurikulum KTSP 2006
Yang dalam implementasinya dijumapai berbagai masalah. Titik

10
pengembangan kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan pola
pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan
materi, penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban
belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan
dengan dengan apa yang dihasilakan . oleh sebab itu, implementasi
kurikulum 2013 diyakini sebagai langkah strategis dalam
menyiapkan dan mengahadapi tantangan globalisasi dan tuntutan
masyarakat di masa depan.
11) Kurikulum darurat
Kurikulum darurat sebagai pedoman pembelajaran yang
dikeluarkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan untuk
mengatasi masalah pendidikan dalam situasi pandemi COVID-19.
Pedoman pembelajaran tersebut dirancang dengan
mempertimbangkan kurikulum nasional yang disederhanakan untuk
meningkatkan konsentrasi peserta didik.
Rancangan kurikulum darurat oleh menteri pendidikan dan
kebudayaan menunjukan sebuah harapan yang besar agar pendidikan
di indonesia lebih efektif walaupun berada dalam situasi covid-19,
Dimana pendidikan yang dijalani dengan pembelajaran jarak jauh
(PPJ). (Sanjaya. 2020)
B. Inovasi
1. Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan
dan perubahan. Kata kerjanya inovo yang artinya memperbaharui dan
mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju
kearah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang
dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan). Kata
"innovation" (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru
atau pembaharuan, tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi
kata Indonesia yaitu "inovasi".Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk
menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata

11
penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa
Inggris "discovery" dan "invention".Ada juga yang mengaitkan antara
pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan
usaha pembaharuan (Kusnadi, 2017).
Inovasi dapat didentifikasi dengan banyak jenis inovasi dan
klasifikasi dapat bervariasi sesuai dengan objek inovasi. Misalnya,
kategori mencakup inovasi dalam sistem sosial-budaya, ekosistem, model
bisnis, produk, layanan, proses, organisasi, pengaturan kelembagaan, dll.
Klasifikasi juga dapat bervariasi sesuai dengan pendorong inovasi seperti
teknologi, pasar, desain, pengguna, dll, atau intensitas inovasi.
2. Ciri-ciri Inovasi
Menurut Syafaruddin (dalam Kadi T, 2017). Ciri -ciri suatu inovasi
yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Adanya keuntungan relatif, yaitu sejauh mana satu inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Bermanfaat atau tidaknya suatu
inovasi, dapat diukur berdasarkan nilai kemanfaatannya, baik dalam
aspek ekonomi, sosial, kesenangan, kepuasan, atau karena
mempunyai komponen yang sangat penting. Dengan semakin
menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Dalam hal ini penggunaan kompor gas yang lebih hemat telah
memberikan keuntungan pada banyak pihak.
2. Bersifat “kompatibel”, yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai,
pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak
sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak
akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yan ada di
masyarakat. Seperti halnya penyebarluasan alat kontrasepsi di
masyarakat, yang mana menurut kepercayaan dan dogma agama
mereka dianggap sebagai sesuatu yang kontroversial, sehingga
penyebaran inovasi menjadi lambat, bahkan terhambat.
3. Bersifat “kompleksitas”, yaitu suatu inovasi memiliki tingkat
kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi

12
penerimanya. Misalnya, penyuluh kesehatan memberitahu
masyarakat pedesaan untuk membiasakan memasak air yang akan
diminum. Sedangkan masyarakat tidak mengetahui tentang teori
penyebaran penyakit melalui kuman yang terdapat pada air minum,
tentu saja penyuluhan, ajakan atau imbauan tersebut sukar untuk
diterima, sebelum penyuluh kesehatan memberikan pengarahan
tentang penyebaran berbagai penyakit yang berasal dari air minum
dan sanitasi yang tidak sehat.
4. Bersifat “triabilitas”, yaitu suatu inovasi yang ada apakah dapat
dicoba atau tidak dalam kehidupan penerima. Suatu inovasi harus
benar-benar dapat dicobakan oleh penerima. Misalnya, penyebaran
secara luas penggunaan bibit unggul padi “gogo” akan cepat diterima
oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu untuk
menanam dan dapat melihat hasilnya.
5. Bersifat “observabilitas”, yaitu suatu inovasi benar-benar dapat
diamati hasilnya atau keuntungannya. Karena itu inovasi harus
mudah diamati hasil yang ditimbulkannya. Misalnya, untuk mengajak
para petani yang tidak dapat membaca dan menulis dalam belajar
membaca dan menulis. Namun tindakan tersebut tidak segera diikuti
oleh para petani karena mereka tidak cepat melihat hasilnya secara
nyata.
3. Tujuan Inovasi
Menurut Hamidjojo (dalam Kusnandi, 2017). Tujuan utama
inovasi, adalah meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana
termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan
adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana
serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan
sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat
dan pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan
waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Secara sistematis arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia, adalah:

13
1) Mengejar berbagai ketinggalan dari berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, sehingga pada akhirnya pendidikan di
Indonesia semakinberjalan sejajar dengan berbagai kemajuan
tersebut.
2) Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan di setiap jenis, jalur,
dan jenjang yang dapat melayani setiap warga Negara secara merata
dan adil.
3) Mereformasi sistem pendidikan Indonesia yang lebih: efisien dan
efektif, menghargai kebudayaan nasional, lancar dan sempurnanya
sistem informasi kebijakan, mengokohkan identitas dan kesadaran
nasional, menumbuhkan masyarakat gemar belajar, menarik minat
peserta didik, dan banyak menghasilkan lulusan yang benar-benar
diperlukan untuk berbagai bidang pekerjaan yang ada di kehidupan
masyarakat.
4. Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktifitas yang
dilakukan oleh individu/organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi
sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses
mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu
dan setiap saat tentu terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang
dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang
atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan orang
atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu
berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan
sampai proses itu dinyatakan berakhir. Proses inovasi pendidikan
mempunyai empat tahapan, di antaranya sebagai berikut.
1) Invention (penemuan)
Invention meliputi penemuan-penemuan tentang sesuatu hal yang
baru, biasanya merupakan adaptasi dari yang telah ada. Akan tetapi
pembaharuan yang terjadi dalam pendidikan, terkadang

14
menggambarkan suatu hasil yang sangat berbeda dengan yang terjadi
sebelumnya.
2) Development (pengembangan)
Dalam proses pembaharuan biasanya harus mengalami suatu
pengembangan sebelum ia masuk dalam dimensi skala besar.
Development sering sekali bergandengan dengan riset, sehingga
prosedur research dan development merupakan sesuatu yang
biasanya digunakan dalam pendidikan.
3) Diffusion (penyebaran)
Konsep diffusion seringkali digunakan secara sinonim dengan
konsep dissemination, tetapi disini diberikan konotasi yang berbeda.
4) Adoption (penyerapan)
Proses pembaharuan dan difusi dalam butir-butir berikut ini:
penerimaan, melebihi waktu biasanya, dari beberapa item yang
spesifik, idea tau praktek/kebiasaan, oleh individu-individu, group,
atau unit-unit yang dapat mengadopsi lainnya berkaitan, saluran
komunikasi yang spesifik, terhadap struktur sosial, dan terhadap
sistem nilai atau kultur tertentu. (Kristiawan Muhamad, dkk. (2018).

C. Pendidikan
Menurut Nurkholis, (2013) pendidikan ini dalam bahasa Yunani berasal
dari kata pedagogik yang memiliki arti membimbing. Orang Romawi melihat
pendidikan ini sebagai suatu educare, yang merupakan mengeluarkan dan
menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak dibawa waktu dilahirkan di
dunia. Dalam bahasa Jerman pendidikan ini sebagai eriziehung yang setara
dengan educare, yaitu membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan ini
yaitu panggulawetah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan,
mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian
sang anak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pendidikan ini berasal dari kata dasar didik (mendidik), yang merupakan

15
memeliharan serta memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran. Berikut dibawah ini pengertian pendidikan menurut
para ahli antara lain yaitu:
1. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Nurkholis, (2013) pendidikan ialah
suatu upaya untuk dapat memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani
anak, supaya bisa memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
kehidupan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.
2. Menurut Edward Humrey dalam Yusuf, (2018) “… education mean
increase of skill of development of knowledge and understanding as a
result of training study or experience …” yang artinya pendidikan adalah
sebuah penambahan keterampilan atau pengembangan ilmu pengetahuan
dan pemahaman sebagai suatu hasil dari latihan, studi atau pengalaman.
3. Menurut Scolichah, (2018) pendidikan ialah suatu bimbingan yang
dilakukan oleh seseorang (orang dewasa) kepada anak-anak untuk dapat
memberikan pangajaran, perbaikan moral, serta melatih intelektual.
4. Menurut Yusuf, (2018) pendididikan ialah suatu upaya sadar dan
terencana untuk dapat mewujudkan suasana pembelajara dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serat keterampilan yang
dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
5. Menurut Drikarya dalam Yusuf, (2018) pendidikan ialah suatu upaya
memanusiakan manusia muda.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan ini merupakan suatu proses dalam mengubah sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk mendewasakan melalui
upaya pengajaran, latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik.

Seperti yang dikutip oleh Sujana, (2018) tujuan serta fungsi pendidikan
di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Fungsi pendidikan ada pada pasal 3 yaitu bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

16
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan ini berfungsi untuk menghilangkan segala sumber


penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan yang mengedepankan
akan pembangunan sikap, karakter, dan transportasi nilai-nilai filosofis.
Tujuannya yaitu untuk dapat meningkatkan rasa nasionalisme serta mampu
bersaing dikancah internasional (Sujana, 2019). Berikut dibawah ini fungsi
dan tujuan pendidikan menurut Idi, (2001) dalam Sujana, (2019) antara lain
yaitu:

1. Pendidikan sebagai kontrol sosial


Dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan masyarakat
sekolah harus berfungsi sebagai layanan yang menjadi mekanisme
kontrol. Dengan sekolah sebagai lembaga memiliki fungsi untuk dapat
menjaga dan mengmbangkan tatanan sosial serta kontrol sosial yang
menggunakan asimilasi dan nilai-nilai sub-grup beraneka rama, kedalam
nilai-nilai yang dominan dianut oleh masyarakat. Selain itu juga sekolah
harus menjadi pemersatu nilai sehingga dapat diterima diberbagai
kalangan masyarakat.
2. Pendidikan sebagai pelestari budaya
Pendidikan mempunyai peran penting untuk mempersatukan budaya
bangsa, selain itu sekolah juga menjadi alat pelestari budaya yang masih
layak untuk dipertahankan, contohnya seperti bahasa daerah, seni, budi
pekerti, dan sefala upaya memberdayakan sumber daya lokal guna untuk
kepentingan sekolah dan masyarakat.
3. Pendidikan sebagai seleksi
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal ketenaga
kerjaan guna menempati jabatan dan fungsional tertentu maka harus

17
melalui tiga tahap yaitu tahap seleksi, pelatihan, dan pengembangan.
Pendidikan yang dilaksanakan disekolah ini sebagai lembaga pelatihan
dan pengembangan yang meliputi untuk menyiapkan tenaga kerja yang
profesional dan sebagai alat untuk memotivasi para pekerja agar
mempunyai tanggung jawab terhadap karir,
4. Pendidikan sebagai perubahan sosial
Pendidikan memilki fungsi dan tujuan untuk melakukan perubahan
sosial, yang meliputi:Melakukan reproduksi budaya
Didalam pendidikan siswa akan diajarakan denbgan kebiasaan-
kebiaasaan baru yang nantinya akan merubah kebiasaan lama menjadi
yang lebih modern, kebiasaan tersebut meliputi orientasi ekonomi,
kemandirian, mekanisme, kompetensi, sikap kerja dan lain sebagainya.
Usaha-usaha tersebut berdasarkan dengan pola pikir ilmiah yang secara
nyata iitu meruapakan lawan bagi pola pikir yang lama, sehingga
seseorang akan dapat dengan mudah melakukan pandangan yang objektif
dan mempermudah manusia menguasai alam sekitarnya.
5. Lembaga pendidikan sebagai defusi budaya
Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tertentu
berdasarkan dari hasil budaya dan defusi budaya. Sekolah-sekolah
tertentu baru, dan juga menanamkan nilai-nilai baru guna mempermudah
siswa dalam menjadi anggota masyarakat.

18
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kurikulum Sebagai Inovasi Pendidikan


kurikulum sebagai inovasi pendidikan. Kurikulum merupakan
semua kegiatan, pengetahuan dan pengalaman siswa di bawah bimbingan
dan tanggung jawab guru atau sekolah. Kurikulum memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting dan juga strategis. Walaupun bukan satu-
satunya faktor utama dalam keberhasilan proses pendidikan, kurikulum
menjadi petunjuk terhadap keberhasilan pendidikan. Kurikulum juga
menjadi penuntun para pelaksana pendidikan, tenaga kependidikan untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas dalam menjabarkan dan
mengembangkan materi dan perangkat pembelajaran.
Namun demikian, pengembangan, perubahan dan perbaikan terus
dilakukan seiring dengan tuntutan dan perubahan zaman dalam berbagai
aspek kehidupan. Perubahan kurikulum sangat nampak pada tahun
1975,1984,1994 yang menuai berbagai kritikan karena dinilai terlalu
banyak mata pelajaran dan terlalu padat materi.
Kurikulum dikatakan sebagai suati inovasi pendidikan karena suatu
gagasan, ide ataupun tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum
yang dianggap baru untuk memecahkan permasalahan dalam pendidikan.
Inovasi biasanya muncul dari kekhawatiran pihak-pihak tertentu tentang
penyelenggaraan pendidikan, dengan kata lain inovasi hadir karena
adanya masalah yang dirasakan.

B. Kukirulum Darurat sebagai penyederhanan di masa pandemi


Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaran.
Kurikulum pada masa normal menyangkut jumlah jam dan durasi atau

19
waktu satu kali jam tatap muka sedangkan pada pandemi saat ini
kurikulum yang di gunakan yaitu kurikulum darurat untuk
menyederhanakan pembelajaran yang di sebabkan oleh terbatasnya waktu
dan tempat. Sehingga guru dapat memilih pengembangan materi
pembelajaran untuk menjadi prioritas dalam pembelajaran. Sedangkan
materi lain dapat dipelajari siswa secara mandiri.
Model dan metode pembelajaran yang digunakan saat pandemi ini
mengunakan pendekatan berbasis ilmiah/saintifik dapat berbentuk model-
model pembelajaran, seperti model Pembelajaran Berbasis Penemuan
model Pembelajaran Berbasis Penelitian, Model Pembelajaran Berbasis
Proyek, Model Pembelajaran Berbasis Masalah , dan model pembelajaran
lainnya yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif dan kreatif.
Guru dapat memilih metode yang memungkinkan pencapaian
tujuan pembelajaran pada kondisi darurat. Guru secara kreatif
mengembangkan metode pembelajaran aktif yang disesuaikan dengan
karakteristik materi/tema. Guru juga diharapkan harus kreatif dan inovatif
dalam menggunakan media dan sumber belajar untuk memanfaatkan
benda tersebut menjadi media agar dapat membantu tercapainya tujuan
pembelajaran. Beberapa contoh media pembelajaran sederhana yang dapat
digunakan pada saat pandemi antara lain: zoom, clasroom, youtube,
whattapp group dll. Pemilihan media disesuaikan dengan materi/tema
yang diajarkan dan tetap mempertimbangkan kondisi kedaruratan.
Pada masa darurat guru tetap harus menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Dalam menyusun RPP, guru harus merujuk pada
SKL, KI-KD dan dan Indikator Pencapaian yang diturunkan dari KD.
Guru dapat membuat pemetaan KD dan memilih materi esensi yang akan
di ajarkan kepada peserta didik pada masa darurat. Dalam setiap menyusun
RPP, terdapat 3 (tiga) ranah yang perlu dicapai dan perlu diperhatikan
pada setiap akhir pembelajaran, yaitu dimensi sikap, aspek pengetahuan
dan aspek keterampilan.

20
Akan tetapi Ketercapaian hasil belajar pada kurikulum darurat
bukan menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran. Selama
pembelajaran dilakukan secara online, guru tidak memiliki standar baku
untuk memberikan penilaian secara akurat terhadap hasil belajar siswa.
Setidaknya, keaktifan dan respon siswa selama guru memberikan materi
pembelajaran secara online adalah tolak ukur yang menunjukan
keefektifitas proses yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin aktif
dan tinggi respon siswa dalam proses pembelajaran online memungkinkan
siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Selain dari penyederhanaan pembelajaran tentu saja ada dampak
yang ditimbulkan dari kurikulum darurat ini baik guru, siswa dan orang
tua. Dampak kurikulum darurat bagi guru yaitu, Tersedianya acuan
kurikulum yang sederhana, Berkurangnya beban mengajar, Guru dapat
berfokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial dan kontekstual,
Kesejahteraan psikososial guru meningkat.
Dampak kurikulum darurat bagi siswa, Siswa dihadapkan tidak
terbebani tuntutan kurikulum dan dapat berfokus pada pendidikan dan
pembelajaran yang esensial dan kontekstual yang harus terpenuhi. Selain
itu adanya Kurikulum Darurat ini diharapkan bisa mempermudah
pendampingan pembelajaran yang dilakukan orang tua/wali. Diharapkan
pula kurikulum pendididkan ini dapat meningkatkan kesejahteraan
psikososial guru, siswa, dan orang tua/wali.

21
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Kurikulum merupakan semua kegiatan, pengetahuan dan
pengalaman siswa di bawah bimbingan dan tanggung jawab guru atau
sekolah. Kurikulum dikatakan sebagai suati inovasi pendidikan karena
suatu gagasan, ide ataupun tindakan-tindakan tertentu dalam bidang
kurikulum yang dianggap baru untuk memecahkan permasalahan dalam
pendidikan. Inovasi biasanya muncul dari kekhawatiran pihak-pihak
tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan, dengan kata lain inovasi
hadir karena adanya masalah yang dirasakan seperti dimasa pandemi ini
sehingga muncul lah kurikulum darurat.
Kurikulum darurat merupakan Rancangan kurikulum oleh menteri
pendidikan dan kebudayaan, menunjukan sebuah harapan yang besar
agar pendidikan di indonesia lebih efektif walaupun berada dalam situasi
covid-19, Dimana pendidikan yang dijalani dengan pembelajaran jarak
jauh (PPJ). Kurikulum darurat ini digunakan untuk menyederhanakan
pembelajaran yang disebabkan oleh terbatasnya waktu dan tempat, selain
sebagai penyederhanaan ada dampak yang timbul dari kurikulum ini
baik dampak terhadap siswa, guru ataupun orang tua. Selain itu juga,
Kurikulum Darurat diharapkan bisa mempermudah pendampingan
pembelajaran yang dilakukan orang tua/wali.

B. Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah yang berjudul


kurikulum sebagai suatu inovasi pendidikan di masa pandemi masih jauh
dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diperlukan untuk kedepannya agar lebih baik lagi.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Ahad, nur. 2006. Konsep dan teori dalam dunia pendidikan. Islamica Vol. 1 No. 1
Bahri, syamsuri. 2011. Pengembangan kurikulum dasar dan tujuannya. Jurnal
ilmiah ilsam futura. Vol XI no. 1
Carter V Good. Dictionary of education. T.tp.:McGraw-Hill a Book Company,
1959
Doll Ronald C. Curriculum Improvement: Decision making and Process. Boston:
Allyn and Bacon., 1974
Kadi T. (2017). “Inovasi Pendidikan Upaya Penyelesaian Problematika
Pendidikan Di Indonesia”. Jurnal Islam Nusantara. Vol. 01, No. 02, Juli-
Desember 2017. file:///C:/Users/User/Downloads/2017_Kadi_Inovasi
%20Pendidikan.pdf
Kristiawan Muhamad, dkk. (2018). Inovasi Pendidikan. Ponogoro: Wode Group
National Publishing. https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-
Kristiawan/publication/326147438_INOVASI_PENDIDIKAN/links/5b3b
3c634585150d23f2317b/INOVASI-PENDIDIKAN.pdf
Kusnadi. (2017). Model inovasi pendidikan dengan strategi implementasi konsep
“dare to be diferrent”. Jurnal wahana pendidikan. Vol. 4, No. 1, 132-135
file:///C:/Users/asus/Downloads/391-1655-1-PB.pdf
Machali,imam. 2014. Kebijakan perubahan kurikulum dalam menyongsong
indonesia emas tahun 2045. Jurnal pendidikan islam. Vol 4 No. 1
Nurkholis. (2013). “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi”. Jurnal
Kependidikan. Vol. 01. No. 01. Hal: 24-44.
Sanjaya, jaka bangkit & Restini. 2020. Implementasi kurikulum darurat di masa
pandemi covid 19 dalam upaya pemenuhan hak pendidikan. Journal of
indonesia law. Vol 1. No 2
Scholichah, Siti, Aas. (2018). “Teori-teori Pendidikan Dalam Al-Qur’an”. Jurnal
Pendidikan Islam. Vol. 07. No. 01. ISSN: 2581-1754. Hal: 23-45.
Sujana, Cong, Wayan, I. (2019). “Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia”.
Jurnal Pendidikan Dasar. ISSN: 2527-5445. Hal: 29-39
Sukmadanata, Nana Syaodin. Pengembangan kurikulum teori dan praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Yusuf, Munir. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: Lembaga Penerbit
Kampus IAIN Palopo.

24
25

Anda mungkin juga menyukai