Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN
RSJD Dr.RM SOEDJARWADI PROVENSI JAWA TENGAH

DisusunOleh :
NISAROSALINAH
NIM : SN162115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
PerilakuKekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentukperilaku yang
bertujuanunutkmelukaiseseorang, baiksecarafisikmaupunpsikologis.
Berdasarkandefenisiini, perilakukekerasandapatdilakukansecara verbal,
diarahkanpadadirisendiri, orang lain danlingkungan.
Perilakukekerasandapatterjadidalamduabentukyaituperilakukekerasansaat
sedangberlangsungatauperilakukekerasanterdahulu
(riwayatperilakukekerasan)(Keliat&Akemat, 2009).
2. Tanda dan Gejala
a. Subyektif: klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang, perasaan
jengkel, adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa
tercekik, bingung, mengatakan semua orang ingin menyerangnya
b. Obyektif: muka marah, mata melotot, rahang dan bibir mengatup, kaki
tangan mengepal/tegang, mondar mandir, bicara sendiri dan
ketakutan, bicara dengan suara tinggi, tekanan darah, frekuensi
jantung meningkat, banyak berkeringat, napas pendek
3. Jenis Dari Masalah Utama
a. Menyerang atau menghindar (Figth of Fligth)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah memerah, pupil melebar,
sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine

1
dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat
disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh menjadi kaku dan disertai refleks cepat
b. Menyatakan secara asertif (Assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terrbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang
lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat
juga untuk pengembangan diri klien
c. Memberontak (Acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku acting
out untuk menarik perhatian orang lain
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan
4. Penyebab Terjadinya Masalah
Padakliengangguanjiwa, perilaku kekerasan
bisadisebabkanadanyagangguan harga diri: harga diri rendah.
Hargadiriadalahpenilaianindividutentangpencapaindiridenganmenganalis
aseberapajauhperilakusesuaidengan ideal diri.Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Gejalaklinis
yang munculdapatberupa :
a. Perasaanmaluterhadapdirisendiri
b. Rasa bersalahterhadapdirisendiri, menghukumidirisendiri,
menolakdirisendiri,
c. Mengejekdanmengkritikdirisendiri
d. Merendahkanmartabat

2
e. Gangguanhubungansosialspertimenarikdiri.
Klientidakinginbertemudengan orang lain, lebihsukamenyendiri,
sulitbergauldengan orang lain
f. Percayadirikurang, cemas, panik, cemburu, halusinasi, curiga
g. Mencederaidiri, hargadiri yang
rendahmenyokonguntukmengakhirihidup
h. Kliensukarmengambilkeputusan
5. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hipotalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi
atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan
sistem informasi, ekspresi, perilaku dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat
otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmiter (epinephrine,nonepinephrine, dopamine,
asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten

3
dengan figth atau fligth yang dikenalkan oleh Selye dalam
teorinya tentang respon terhadap stress

3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara
perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi
perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak khususnya
yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak,
yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti
ensefalitis dan epilepsi khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru
karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika
perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak
memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun dengan perkembangan yang

4
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, orang
lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan
setelah dewasa
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara
umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalah. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku
tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan
keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk
yang ramai/padat dan lingkungan yang ribut dapat beresiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu
6. Faktor Presipitasi
Faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan
dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal, dll
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasardan kondisi sosial
ekonomi
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa
e. Adanya riwayat perilaku antisosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustrasi

5
f. Kematian anggota keluarga terpenting, kehilangan pekerjaan

7. Akibat Terjadinya Masalah


Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukantindakan-
tindakanberbahayabagidirinya, orang lain
maupunlingkungannyasepertimenyerang orang lain,
memecahkanperabot, membakarrumah ,dan lain-lain.
Jadikjliendenganperilakukekerasan/amukberisikountukmencederaidirisen
diri, orang lain danlingkungan. Gejalaklinis yang munculantaralain :
a. Memperlihatkanpermusuhan
b. Kerasdanmenuntut
c. Mendekati orang lain denganancaman
d. Memberi kata-kata ancaman
e. Menyentuh orang lain dengancaramenakutkan
f. Rencanamelukaidirisendiridan orang lain.

C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan

Perilaku Kekerasan
Core Problem

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan

6
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

E. RENCANA PERAWATAN
Diagnosa 1: resiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum: klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jemgkel/kesal
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal
b. Observasi tanda perilaku kekerasan
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c. Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan

7
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik: tarik napas dalam jika
sedang kesal, berolahraga, memukul kasur/bantal. Secara verbal:
katakan bahwa anda sedang marah, kesal, tersinggung. Secara
spiritual: berdoa, memohon pada Tuhan agar diberi kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
a. Bantu memilih cara yang tepat
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
c. Bantu mensimulasi cara yang telah dipilih
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah
8. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping)
b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat,
dosis, waktu, cara pemberian)
c. Anjurkan untuk membicarakan efek daan efek samping obat yang
dirasakan
Diagnosa 2: gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum: klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

8
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif pada setiap pertemuan dengan klien
c. Utamakan memberi pujian yang realistis
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
kerumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
c. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemampuan pelaksanaan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa 3: resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Umum: klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus:

9
1. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2. Klien mampu mengungkapkan perasaannya
3. Klien mampu meningkatkan harga dirinya
4. Klien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah dengan baik
Tindakan:
1. Mendiskusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
2. Meningkatkan harga diri klien dengan cara:
a. Memberikan kesempatan klien mengngkapkan persaannya
b. Memberi pujian jika klien dapat mengatakan perasaan positif
c. Meyakinkan klien bahwa dirinya penting
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e. Merencanakan yang dapat dilakukan klien
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan klien efektifitas dari masing-masing cara
penyelesaian masalah
c. Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik

10
STRATEGI PELAKSANAAN 1
PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

A. Proses keperawatan
1. Kondisiklien
Klientampakselaluemosidanmarah
2. Diagnosakeperawatan
ResikoPerilakuKekerasan
3. Tujuan SP 1
Membinahubungansalingpercaya, identifikasipenyebab,
tandadangejalasertamengontrolsecarafisik
4. SP 1 Pasien
Mengidentifikasipenyebab,
tandagejalaresikoperilakukekerasansertamengontrolsecarafisik
a. Mengidentifikasitandadangejalaperilakukekerasan
b. Mengidentifikasiperilakukkekerasan yang dilakukan
c. Mengidentifikasiakibatperilakukekerasan
d. Menyebutkancaramengontrolperilakukekerasan
e. Membantupasiencaramempraktikkandanmengontrolperilakukekera
san
B. StrategiKeperawatan
1. FASE ORIENTASI (PERKENALAN)
a Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya.......biasa
dipanggil..........”saya mahasiswa STIKES Kusuma Husada
yang akan merawat bapak.
“nama bapak siapa? Suka dipanggil siapa?
b Evaluasi/Validasi

11
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Masih ada perasaan
marah atau kesal?”
c Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan
marah Bapak? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana
jika 20 menit?”
2. FASE KERJA
”Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak
pernah marah? Penyebabnya apa? Sama kah dengan yang sekarang?
Kalaumarahbiasanyaseringmemukulsesuatuatautidak? Maukah bapak
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak, salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka
Bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah biasa
melakukannya.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?
b. Evaluasi Obyektif

12
“Ya, jadi ada 2 penyebab Bapak marah ....(sebutkan) dan yang
Bapak rasakan ...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan...(sebutkan)
serta akibatnya...(sebutkan). Bapak sudah bisa memperagakan
tarik nafas dalam tadi dengan baik.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Berapa kali
bapak mau latihan dalam sehari? Mau jam berapa saja
latihannya?”
d. Kontrak
1. Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan rasa marah?”
2. Waktu
”Nanti 2 jam lagi saya akan datang ke sini. Bagaimana,
Bapak mau kan?”
3. Tempat
”Tempatnyadisini saja ya Pak. Sampaijumpabesok”

13
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari. (2012). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia.


Jakarta: FKU
Keliat,B. A;&Akemat (2009). Model PraktikKeperawatanProfesioanalJiwa.
Jakarta : EGC
Keliat, B. A. dkk. (2012). Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:EGC
Keliat, B. A. 2(011). Marah Akibat Penyakit Yang Diderita. Jakarta: EGC
Keliat, B. A. (2012). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: FIK-UI
Rasmun. (2009). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga Edisi 1. Jakarta: CV Agung Seto
Stuart, GW dan Sundeen, S.J. (2012). Buku Saku Kperewatan Jiwa Edisi 3.
Jakarta: EGC
Townsend C.M. (2011). Diagnosa Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC
WF Maramis. (2012). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta: EGC

14
15

Anda mungkin juga menyukai