Dan Sekarang
Abstract
This research is based on reality condition obtained through observation and report
from some subject teachers and supervisor which collected in case note that 75%
learners cheat during replication If this condition sustained can be fatal because it
can cause learners do not believe in its ability, Can form the nature of a liar, have the
potential to become corrupt or impostor.This study is a classroom action research
consisting of 2 cycles with stages of planning activities, taking action, observation
and reflection. The subjects of the study were students of class VIII.1 Year 2012/2013
SMP N 1 Citeureup which amounted to 44 people. The research method using the
method What? So How? And Now How? In the guidance of the Group. The results
showed that satisfaction level in cycle 1 reach 80% in cycle 2 reach 95%. Activeness
in cycle 1 reached 77.6% in skus 2 reached 83.2%. While the habit of cheating
decreased from 45% in cycle 1 to 40% in cycle 2. Thus the conclusion is What
Method? So How? And Now How? In Group Guidance can lower cheating habits.
Keywords: What Method? So How? And Now How? In Group Guidance, habit of
cheating,
1
Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Citeureup, rahayuprihantari67@gmail.com
efficacy adalah kepercayaan seseorang Hal yang sama dinyatakan dalam survey
tentang kemampuan diri dalam bertindak, yang dilakukan oleh Franklyn-Stokes dan
sehingga dalam self-efficacy diperlukan Newstead (Anderman & Murdock, 2007)
adanya kecakapan. Istilah self-efficacy bahwa memberikan ijin kepada orang atau
dapat dimaknai sebagai keyakinan diri teman yang lain untuk menyalin pekerjaan
seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas merupakan peringkat pertama (72 persen),
atau permasalahan peringkat kedua adalah mengerjakan
pekerjaan orang lain (66 persen), menyalin
Siswa yang tidak memiliki motivasi atau mencatat tanpa mencantumkan
berprestasi dalam belajar menjadi gejala sumber literatur (66 persen), dan menyalin
yang muncul pada periku mencontek peserta pekerjaan orang atau teman yang lain tanpa
didik. Pendapat tersebut dipaparkan oleh pengetahuan yang bersangkutan (64 persen).
Pintrich dan Bong (dalam Hartanto, 2012) Survey terbaru Dawkins (Anderman &
yang menyatakan bahwa peserta didik yang Murdock, 2007) menunjukkan perubahan
memiliki motivasi belajar rendah akan perilaku mencontek yaitu dengan menyalin
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dari internet.
dengan apa adanya dan lebh memilih untuk
meminta bantuan dari orang lain. 3. Penyebab Perilaku Mencontek
Ada empat bentuk mencontek Faktor-faktor umum yang
menurut Hetherington and Feldman menyebabkan terjadinya perilaku
(1964) yaitu: individualistic-opportunistic, mencontek adalah: adanya kemalasan pada
individualistic planned, social-active,and diri seseorang, karena merasa strees, melihat
social-passive. Individualistic-opportunistic perilaku mencontek bukan merupakan hal
dapat dimaknai sebagai perilaku dimana yang salah dan merugikan, dan sebagian
peserta didik mengganti suatu jawaban yang lain mencontek karena memiliki
ketika ujuan atau tes sedang berlangsung keyakinan bahwa perilakunya tidak akan
dengan menggunakan catatan ketika guru diketahui.
keluar dari kelas. Individualistic-planned
dapat diidentifikasi sebagai menggunakan Perilaku mencontek meningkat
catatan ketika tes atau ujian berlangsung, dengan adanya hubungan sosial yang
atau membawa jawaban yang telah lengkap terjadi diantara peserta didik di sekolah. Hal
atau dipersiapkan dengan menulisnya ini terjadi karena siswa belajar mencontek
terlebih dahulu sebelum berlangsungnya dari teman-temannya dan kemudian belajar
ujian.Ketiga, social-active adalah perilaku untuk menerima bahwa hal tersebut bukan
mencontek dimana siswa mengcopi atau merupakan perilaku yang salah. Pendapat
melihat atau meminta jawaban dari orang tersebut didukung oleh Lambert (dalam
lain. Sementara social-passive adalah Hartanto, 2012) penyebab seorang individu
mengijinkan seseorang untuk melihat mencontek adalah:
atau mengcopi jawabannya. Menurut a. Adanya tekanan untuk mendapatkan
Baird (Anderman & Murdock, 2007) nilai yang tinggi,
perilaku yang paling sering dijumpai Pada dasarnya setiap peserta didik
dalam mencontek adalah: meminta memiliki keinginan yang sama yaitu
informasi atau jawaban dari orang atau mendapatkan nilai yang baik (tinggi).
teman yang lain, memberikan ijin kepada Keinginan tersebut terkadang membuat
orang lain untuk menyalin pekerjaannya, peserta didk menghalalkan segala
menyalin tugas orang lain, plagiarizing.
cara, termasuk dengan melakukan percaya diri dan kreativitas peserta didik
mencontek. dalam jangka pendek atau pun jangka
b. Keinginan untuk menghindari panjang. Peserta didk yang mempunyai
kegagalan, kebiasaan mencontek akan selalu merasa
tidak percaya dengan apa yang dirinya
Ketakutan peserta didik mendapat kerjakan.
kegagalan di sekolah merupakan hal
yang sering dialami oleh peserta didik. Dalam menyelesaikan soal ada
Kegagalan yang dimaksud antara lain perasaan tidak yakin sehingga selalu
dalam bentuk (takut tidak naik kelas, ingin melihat pekerjaan orang lain dan
takut mengikuti ulangan susulan) membandingkannya. Hal ini akan berakibat
tersebut memicu terjadinya perilaku siswa tersebut tidak mau lagi menyelesaikan
mencontek. soal dan lebih memilih melihat pekerjaan
orang lain kemudian menyalinnya. Lama-
c. Adanya persepsi bahwa sekolah kelamaan tidak akan ada ide-ide orisinil yang
melakukan hal yang tidak adil, keluar dari pemikiran yang mengakibatkan
Sekolah dianggap hanya tidak bisa berkreasi.
memberikan akses bagi siswa-siswi Dampak yang timbul dari
yang cerdas dan berprestasi sehingga praktek mencontek yang secara terus
siswa-siswi yang memiliki kemampuan menerus dilakukan akan mengakibatkan
menengah merasa tidak diperhatikan ketidakjujuran Jika tidak, niscaya akan
dan dilayani dengan baik muncul malapetaka: peserta didik akan
d. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur,
tugas sekolah, yang pada saatnya nanti akan menjadi
kandidat koruptor.
Siswa terkadang mendapatkan
tugas secara bersamaan. Waktu TEORI VARIABEL TINDAKAN
penyerahan tugas dalam waktu yang
Konsep Bimbingan Kelompok
bersamaan membuat siswa tidak dapat
membagi waktunya. Bimbingan kelompok sebagai alternatif
dalam menurunkan kebiasaan mencontek,
e. Tidak adanya sikap untuk menentang
karena dalam layanan bimbingan kelompok
perilaku mencontek di sekolah.
para peserta didik diajak untuk bersama-sama
Perilaku mencontek di sekolah mengemukakan pendapat tentang sesuatu
kadang dianggap sebagai suatu dan membicarakan topic-topik penting,
permasalahan yang biasa baik oleh mengembangkan nilai-nilai tentang hal
siswa maupun oleh guru. Sehingga tersebut dan mengembangkan langkah-langkah
banyak peserta didik yang membiarkan bersama untuk menangani permasalahan yang
perilaku ini atau terkadang justru dibahas dalam kelompok.
membantu terjadinya perilaku
mencontek. Tujuan dan fungsi bimbingan kelompok
dari nara sumber (guru pembimbing) yang akan Pendekatan Active Learning dengan
sangat bermanfaat bagi kehidupannya, baik metode Apa? Lantas bagaimana? Dan
sebagai makhluk individu maupun makhluk Sekarang bagaimana?
sosial.
Metode Apa? Lantas Bagaimana?
Bimbingan kelompok mempunyai 3 Dan Sekarang Bagaimana? merupakan sebuah
(tiga) fungsi yaitu : pendekatan active learning untuk bagaimana
membantu peserta didik mendapatkan
1. Berfungsi informatif. pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara
2. Berfungsi pengembangan. aktif. Dalam metode ini nilai dari aktivitas
3. Berfungsi preventif dan kreatif. belajar eksperiensial akan meningkat dengan
Fungsi utama yang didukung dalam meminta peserta didik untuk merenungkan
bimbingan kelompok adalah fungsi pemahaman kembali pengalaman yang baru mereka alami
dan pengembangan. dan menggali implikasinya. Periode perenungan
seringkali disebut sebagai pengolahan atau
Langkah-langkah Penyelenggaraan
debriefing (pewawancaraan-pentanyajawaban).
Bimbingan Kelompok Sebagian kalangan pendidik kini menggunakan
Penyelenggaraan layanan boimbingan istilah harvesting (pemanenan). Berikut adalah
kelompok diawali dengan pembentukan urutan tiga tahap untuk memanen pengalaman
kelompok Dalam pembentukan kelompok , yang kaya akan pembelajaran. Prosedur
kelompok dapat dipilih secara homogen baik pelaksanaan:
ditinjau dari jenis kelamin, prestasi akademik
maupun berdasasrkan kedekatan jarak, dapat 1. Kondisikan peserta didik ke dalam
pula dipilih secara heterogen. Untuk beberapa pengalaman yang sesuai dengan topik yang
hal kelompok heterogen akan lebih efektif anda ajarkan. Pengalaman-pengalaman
untuk meningkatkan kerjasama dan saling ini mencakup permainan atau simulasi,
membantu. kunjungan lapangan, tayangan video
proyek belajar praktik,debat, drama, dan
Adapun tahap-tahap pelaksanaan latihan amajinasi mental
bimbingan kelompok adalah : 2. Perintahkan peserta didik untuk saling
1. Tahap Pembentukan Kelompok. bercerita tentang apa yang terjadi pada
Pada tahap ini anggota kelompok mereka selama latihan tersebut, seperti
diarahkan untuk mengetahui tujuan “Apa yang mereka lakukan?”, “Apa yang
dibentuknya kelompok. meraka amati? Pikirkan?”, dan “Apa yang
2. Tahap Peralihan. mereka rasakan selama latihan itu?”
Tahap ini merupakan tahapan untuk 3. Selanjutnya perintahkan peserta didik
meninjau pemahaman anggota kelompok untuk bertanya pada diri sendiri, “Lantas,
terhadap apa yang akan dilaksanakannya. Bagaimana?”, seperti “manfaat apa yang
3. Tahap Kegiatan. mereka dapatkan dari latihan tu?”“apa yang
Tahap dilaksanakannya kegiatan. mereka pelajari? Dan pelajari kembali?,
4. Tahap Pengakhiran. “apa implikasi dari aktivitas itu?”, dan
Tahap ini merupakan tahap “bagaimanakah kaitan antara pengalaman
pengecekan terhadap apa yang dicapai itu (jika itu berupa simulasi atau drama)
anggota kelompok (tahap evaluasi), dengan dunia nyata?”
termasuk penyampaian kesan dan pesan 4. Terakhir perintahkan peserta didik untuk
setelah mengikuti kegiatan kelompok. memikirkan,”Sekarang bagaimana?”,
Deskripsi Siklus 2
Di akhir siklus 1 setelah posttest guru
BK (peneliti) bersama kolaborator melakukan
refleksi untuk mengetahui kelemahan/
kekurangan selama melaksanakan tindakan.
Berdasarkan hasil refleksi ditemukan beberapa
kelemahan sehingga belum dapat dilaksanakan
secara optimal oleh guru BK (Peneliti). Grafik 3. Grafik Data Keaktifan Peserta Didik
pada Siklus 2
Temuan-temuan tersebut dijadikan sebagai
rekomendasi untuk dilaksanakan pada siklus 2.
Data Respon Peserta Didik
Prosedur Pelaksanaan Tindakan. Berdasarkan analisa hasil responden
peserta didik yang berkaitan dengan
Berdasarkan hasil pengamatan pemahaman materi, penggunaan metode,
teman sejawat guru BK telah melaksanakan media dan ditinjau secara keseluruhan tentang
tindakan secara sistimatis dan sesuai dengan pelaksanaan tindakan terjadi peningkatan dari
langkah –langkah prosedur kegiatan yang 80% peserta didik menyatakan puas secara
telah direncanakan dalam satuan layanan, yaitu keseluruhan pada siklus 1 menjadi 95 % pada
mencapai 100 %. siklus 2. Secara rinci dapat dilihat dalam grafik
berikut ini:
Data Keaktifan Peserta Didik
Berdasarkan pengamatan pada siklus 2
diperoleh data bahwa tingkat keaktifan peserta
didik dalam mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok meningkat dari 77,6% pada siklus
1 menjadi 83,2 % dengan kategori berikut ini:
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya dapat
mendukung sepenuhnya agar
kegiatan layanan ini dapat dilakukan
secara menyeluruh, terprogram dan
berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderman, E.M., & Murdock, T.B. (2007).
Psychology of Academic Cheating .USA.
Alfie Kohn