Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang
Kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai hubungan
satu sama lain, saling bergantung, dan mempunyai norma yang sama
(Stuart, 2013). Umumnya, anggota kelompok merupakan individu yang
mempunyai latar belakang berbeda. Walaupun begitu, hal ini akan
membuat antar individu dalam kelompok dapat belajar satu sama lain
melalui cerita atau pengalaman yang diutarakan. Pada pasien dengan
gangguan jiwa, kelompok dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk
terapi yang dinamakan terapi aktivitas kelompok. Terapi ini merupakan
tanggung jawab penuh seorang perawat (Keliat, B & Akemat, 2011).
Manfaat dari terapi aktivitas kelompok secara umum adalah untuk
mengembangkan motivasi klien, melakukan sosialisasi, dan
meningkatkan kemampuan realitas melalui komunikasi dan umpan balik
terhadap orang lain (Susana & Sri, 2011).
Terapi aktivitas kelompok dilakukan oleh 7-10 orang. Sebelum
melakukan terapi aktivitas kelompok, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain lingkungan yang kondusif, rasa aman dan
nyaman klien dengan menjaga privasinya, serta dilakukan pada waktu
yang tepat (Direja, 2011). TAK stimulasi kognitif atau persepsi
merupakan terapi yang terfokus kepada pengalaman klien. Tujuan dari
TAK stimulasi kognitif atau persepsi adalah agar pasien mampu untuk
menyelesaikan masalah akibat stimulus yang diberikan kepadanya
(Keliat, 2011). Stimulus tersebut dapat berupa marah, benci, atau
pandangan negatif kepada orang lain.
Menurut Keliat & Akemat (2011), terdapat beberapa kondisi klien
yang menggunakan terapi aktivitas kelompok ini antara lain klien isolasi
sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurang
komunikasi verbal. Bentuk aktivitas pada stimulasi sensori seperti
mendengarkan musik, menggambar, menonton, dan menyesuaikan hobi
klien.
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku
kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan
hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung (Sumirta, 2013). Dengan diadakannya terapi aktivitas kelompok ini,
klien dilatih untuk melakukan koping yang adaptif, sehingga diharapkan klien
mampu mengontrol perilaku kekerasan dan klien dapat kembali ke
masyarakat tanpa menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Khusus

Pasien dapat meningkatkan diri dalam kemampuan mengendalikan perilaku


kekerasan yang biasa di lakukann

2. Tujuan Instruksional Umum

a) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

b) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

c) Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan

d) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

C. Metode
1. Dinamika kelopok
2. Diskusi (tanya jawab )
3. Permainan

D. Perlengkapan
1. Kertas
2. Spidol / pulpen
3. Bantal
4. Bola dari kertas
5. Buku catatan dan pulpen
6. Jadwal kegiatan klien

Anda mungkin juga menyukai