Anda di halaman 1dari 2

Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara

Lanjutan ppt:
Baik tantangan yang berasal dari dalam maupun luar negeri, semakin mengancam posisi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Contoh tantangan tersebut adalah keinginan mengganti
ideologi, intoleran, merebaknya paham komunisme dan liberal, gerakan anti Pancasila,
masuknya budaya luar negeri yang tidak sesuai Pancasila, dan bahkan media sosial.

1.
Sukarno dan para tokoh pendahulu bangsa memahami bahwa kedudukan pancasila sebagai dasar
negara amatlah penting karena dengan adanya Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, pedoman penyelenggaraan
pemerintah, dan arah serta pandangan hidup negara serta bangsa Indonesia. Karena peran penting
inilah, terjadi penggantian sila pertama dalam Piagam Jakarta yang merupakan cikal bakal dasar
negara Pancasila.
Konsep nasakom diterapkan pada pemerintahan Demokrasi Terpimpin oleh Sukarno pada tahun
1956. Beliausecara terbuka mengkritik demokrasi parlementer, yang menyatakan bahwa itu
"didasarkan pada konflik inheren" yang berlawanan dengan gagasan harmoni Indonesia sebagai
keadaan alami antar hubungan manusia. Sehingga, ia mencari sistem yang didasarkan pada
sistem desa tradisional dengan mengedepankan diskusi dan konsensus, dibawah bimbingan para
tetua desa. Ia mengusulkan campuran antara tiga unsur yakni; nasionalisme, agama,
dan komunisme menjadi pemerintahan kooperatif yang disingkat 'Nas-A-Kom'. Hal ini
dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia ketika itu, yakni
- tentara, kelompok-kelompok Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada bulan
Februari 1956, ia mengusulkan kabinet yang akan mewakili semua partai politik penting
(termasuk PKI).
Menurut sejarah, Gagasan Nasakom sudah dicetuskan Soekarno sebelum Indonesia merdeka.
Pada tahun 1927, ia menulis rangkaian artikel berjudul "Nasionalisme, Islam, dan Marxisme"
dalam Indonesia Moeda, sebuah publikasi terbitan "Klub Studi Umum", klub yang didirikan
Soekarno dan rekan-rekannya di Bandung. Dalam artikel tersebut, Soekarno mendesakkan
pentingnya sebuah persatuan nasional kaum nasionalis, Islamis, Marxis dalam perlawanan tanpa
kompromi (non-kooperatif) terhadap Belanda.[5]
Namun, pasang surut terjadi karena komunis ingin mengganti dasar negara Pancasil dengan
dasar komunis. Hal ini dapat tercermin dari sikap mereka yang melakukan berbagai
pemberontakan dan mengganggu masyarakat sekitar hingga meletuslah peristiwa G 30S PKI.

2.
Presiden Suharto dilantik setelah diketahui perannya dalam peristiwa penemuan 7 jendral besar
TNI AD dan peristiwa pemberontakan PKI di Yogyakarta pada saat yang sama. Menyadari
lemahnya kedudukan Pancasila saat itu, para tokoh pemerintah setuju untuk membuat peraturan
yang menguatkan kedudukan Pancasila. Majelis Permusyawaratan Rakyat, dalam Sidang
Umumnya, pada tanggal 22 Maret 1978 menetapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) melalui ketetapan MPR Nomor II Tahun 1978. Dengan penghayatan dan
pengamalan Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Setelah adanya TAP MPR tersebut, Pancasila mulai digadang-gadang sebagai pedoman
berorganisasi. P-4 dimasyarakatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia secara bertahap dan
menjadi landasan bagi dilaksanakannya penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. P-4
ditatarkan untuk mengatasi berbagai bentuk permasalahan sosial yang terjadi dalam sebuah
lingkungan masyarakat yang hidup dalam kota-kota besar, salah satunya adalah Kotamadya
Surabaya. Dalam Penataran P-4 yang dilaksanakan di Seluruh Indonesia, Surabaya merupakan
kotamadya dengan nilai tertinggi di Jawa Timur sebagai pelaksana Pemasyarakatan P-4 pada
tahun 1989. Akibat dari cara-cara rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan
bahwa tafsir ideologi Pancasila adalah produk rezim Orde Baru (mono tafsir ideologi) yang
berkuasa pada waktu itu.

3. Pada masa era reformasi dimulai dari Presiden Habibie yang menggantikan Presiden Soeharto
yang mundur pada 21 Mei 1998, atas desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4.
Pada masa sekarang ini, resonansi Pancasila kurang bergema karena pemerintahan Habibie lebih
disibukkan masalah politis, baik dalam negeri maupun luar negeri. Di samping itu, lembaga yang
bertanggungjawab terhadap sosialisasi nilai-nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No.
27 tahun 1999 tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan Pembinaan
Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7).
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana tentang penghapusan
TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan penyebarluasan ajaran komunisme. Di
masa ini, yang lebih dominan adalah kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap
ideologi Pancasila cenderung melemah.
Pada masa Presiden Megawati, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya
dengan disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang tidak
mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar
sampai perguruan tinggi.
Namun, akhirnya timbul kesadaran tentang pentingnya pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi
mpada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pemerintahan SBY yang berlangsung dalam
dua periode dapat dikatakan juga tidak terlalu memperhatikan pentingnya Pancasila sebagai
ideologi negara.
Hal ini dapat dilihat dari belum adanya upaya untuk membentuk suatu lembaga yang berwenang
untuk menjaga dan mengawal Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara sebagaimana
diamanatkan oleh Keppres No. 27 tahun 1999. Suasana politik lebih banyak ditandai dengan
pertarungan politik untuk memperebutkan kekuasaan atau meraih suara sebanyakbanyaknya
dalam pemilu. Mendekati akhir masa jabatannya, Presiden SBY menandatangani Undang-
Undang RI No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah
Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3). Habibie dalam pidato 1 Juni 2011,
mengemukakan bahwa salah satu faktor penyebab dilupakannya Pancasila di era reformasi ialah:
"......sebagai akibat dari traumatisnya masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa
lalu yang mengatasnamakan Pancasila. Semangat generasi reformasi untuk menanggalkan segala
hal yang dipahaminya sebagai bagian dari masa lalu dan menggantinya dengan sesuatu yang
baru, berimplikasi pada munculnya ‘amnesia nasional' tentang pentingnya kehadiran Pancasila
sebagai grundnorm (norma dasar) yang mampu menjadi payung kebangsaan yang menaungi
seluruh warga negara yang plural"

Anda mungkin juga menyukai