Anda di halaman 1dari 4

I.

Pendahuluan
Metode Problem Based Learning (PBL) merupakan strategi
pembelajaran dengan menggabungkan prinsip-prinsip pendidikan dan
pembelajaran. Tujuannya adalah meningkatkan dan mengoptimalkan
pembelajaran yang kolaboratif, konstekstual, terpadu, mandiri, dan
pembelajaran reflektif. PBL dilaksanakan dengan belajar di kelompok
kecil dengan kasus pada kehidupan nyata sehingga memicu proses
pembelajaran. Sistem ini menekankan Active Student Center Learning
(ASCL), yaitu mahasiswa mampu mencari, menyelidiki, menguji,
memahami makna, dan memahami ilmu yang relevan dengan profesi
mereka di masa depan. Mahasiwa dituntut untuk mengerjakan tugas
dan berdiskusi dengan fasilitator. Oleh karena itu, keaktifan mahasiswa
sangat diperlukan. Kelompok yang aktif dapat terlihat dari dinamika
kelompk yang baik, partisipasi aktif mahasiswa, dan kualitas skenario
yang baik.

II. Rumusan Masalah


Saat ini, PBL telah digunakan di bidang pendidikan, khususnya
bidang kedokteran. Fakultas kedokteran memiliki lingkungan stress
yang berdampak negatif pada kinerja akademik mahasiswa, kesehatan
fisik, dan kesejahteraan psikososial. Kecemasan ini dapat ditambah
pula dengan masalah dalam mengingat informasi, kesultian dalam
memahami materi, teknik studi yang buruk, kurangnya rasa percaya
diri, dan manajemen waktu yang kurang baik. Insiden penyakit akibat
kecemasan dan depresi yang dialami oleh mahasiswa semakin
meningkat dan menjadi perhatian besar. Oleh karena itu, masalah pada
penelitian ini dirumuskan sebagai “Apakah terdapat hubungan antara
kecemasan komunikasi dengan keaktifan mahasiswa saat menjalani
PBL di Fakultas Kedokteran?”.
III. Pembahasan
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional pada Desember 2016 di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung dengan jumlah sampel sebanyak 237 responden secara total
sampling. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 15 mahasiswa
(6,3%) memiliki tingkat kecemasan tinggi, 153 mahasiswa (64,6%)
memiliki tingkat kecemasan sedang, dan 69 mahasiswa (29,1%)
memiliki tingkat kecemasan sedang. Mahasiswa yang aktif dalam PBL
adalah sebanyak 126 mahasiswa (53,2%) dan 111 mahasiswa (46,8%)
lainnya tidak aktif. Hasil uji Chi Square menunjukkan terdapat
hubungan bermakna antara keduanya, yaitu kecemasan komunikasi
dengan keaktifan mahasiswa di fakultas kedokteran dalam diskusi
PBL.
Kecemasan komunikasi atau Comminucation apprehension adalah
kecemasan dalam berkomunikasi dengan orang sekitar yang dapat
timbul pada saat berbicara di depan umum. Kecemasan komunikasi ini
dinilai dengan empat komponen, yaitu ketidaknyamanan internal,
penghindaran, penarikan diri, dan komunikasi berlebihan. Sebuah
penelitian menemukan bahwa kecemasan komunikasi berhubungan
secara terbalik dengan kemampuan dalam beradaptasi.
Selain itu, penghindaran dan penarikan diri sering kali dilakukan
oleh seseorang yang mengalami kecemasan komunikasi. Keengganan
dalam berpartisipasi aktif di dalam diskusi juga sering terjadi.
Ditambah pula, kecemasan komunikasi dapat membuat seseorang
berkomunikasi secara berlebihan, sehingga terlihat relatif
mendominasi diskusi. Pada hal ini, kuantitas pembicaraan akan lebih
didominasi dibandingkan kualitas pembicaraan.
Jenjang pendidikan seperti sekolah menengah atas atau perguruan
tinggi juga ikut memengaruhi. Hal ini dapat terjadi akibat sistem
pengajaran dan lingkungan yang berbeda. Mahasiswa yang menduduki
semester lebih tua dianggap dapat beradaptasi lebih baik dibandingkan
mahasiswa semester awal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kecemasan
komunikasi lebih rendah pada mahasiswa semester akhir.
Performa mahasiswa selama proses PBL juga dapat dipengaruhi.
Kurangnya kesiapan diri dan kesediaan untuk belajar mandiri
memengaruhi performa mahasiswa dalam PBL. Mahasiswa seharusnya
dapat mempraktekkan konsep Student Centered Learning untuk aktif
mencari informasi dan daya kritis serta analisis yang tinggi dalam
pemecahan masalah. Keaktifan dapat dipengaruhi oleh faktor gaya
belajar, tingkat stress, kepribadian, karakteristik sosio-demografi
mahasiswa, dan peran fasilitator. Peran tutor signifikan terhadap
keaktifan mahasiswa saat proses tutorial.
Secara statistik, didapatkan hubungan bermakna antara tingkat
kecemasan komunikasi dengan keaktifan diskusi PBL. Semakin tinggi
kecemasan komunikasi, semakin rendah keaktifan maahsiswa dalam
diskusi tutorial.

IV. Kesimpulan
Kecemasan komunikasi didominasi oleh tingkat sedang, yaitu 153
mahasiswa fakultas kedokteran dengan persentase 64,6%. Terdapat
126 mahasiswa fakultas kedokteran yang aktif pada diskusi PBL, yaitu
53,2%. Antara kecemasan komunikasi dan keaktifan dalam diskusi
PBL, didapatkan hubungan yang signifikan.

V. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat terus aktif dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan metode PBL, namun juga diharapkan dapat beradaptasi
dengan lingkungan, sehingga mengurangi kecemasan komunikasi.
Sebaiknya mahasiswa dapat mempersiapkan diri lebih baik sebelum
diskusi untuk mencegah hal ini. Institusi juga dapat menyediakan
fasilitas konseling bagi mahasiswa yang mengalami masalah
kecemasan komunikasi. Selain itu, dapat juga menyediakan fasilitator
yang baik sehingga dapat melatih kemampuan siswa lebih baik lagi.
Bagi penelitian selanjutnya, dapat dicari faktor lain yang dapat
memengaruhi kecemasan komunikasi dan mencari faktor yang
memengaruhi keaktifan mahasiswa fakultas kedokteran. Selain itu,
kelemahan dan keterbasan instrumen dalam mengisi kuisioner dapat
diminimalisasikan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai