(1) dua buah artikel yang menggunakan metode analisis data kuantitatif, dan
(2) dua buah artikel yang menggunakan metode analisis data kualitatif.
1. Pengertian Kuantitatif
Menurut KBBI, Kuantitatif artinya berdasarkan jumlah atau banyaknya. Penelitian
Kuantitatif adalah penelitian yang mengambil data dalam jumlah yang banyak. Bisa puluhan,
ratusan, atau mungkin ribuan. Hal ini dikarenakan populasi responden penelitian kuantitatif
sangat luas.
2. Pengertian Kualitatif
Metode Kualitatif adalah sebuah penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu
fenomena dalam kontak sosial secara alami dengan mengedepankan proses interaksi
kommnikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang ingin dibahas.
1. Kuantitatif
Hasil belajar yang rendah terlihat dari observasi awal yang dilakukan di beberapa
SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba, khususnya kelas XI IPA. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru Biologi, mengatakan bahwa masih terdapat permasalahan
yang terjadi pada siswa kelas XI IPA yaitu nilai hasil ulangan semester genap masih di
bawah batas ketuntasan. Adapun nilai rata-rata ketuntasan ulangan semester siswa
hanya 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72. Hal tersebut
membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih di bawah batas ketuntasan yang
diharapkan. Permasalahan lain yang sering ditemukan dalam proses pembelajaran
yaitu ketidakmampuan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang setara dengan
kemampuan inteligensinya. Terdapat siswa yang memiliki IQ yang tinggi tetapi
memperoleh hasil belajar yang relatif rendah, begitupun sebaliknya.
2. Kualitatif
Secara garis besar, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain berupa faktor psikologis atau
mental dan faktor fisiologis atau fisik. faktor ekstern dapat meliputi factor guru, orang
tua, lingkungan, kurikulum, tempat tinggal, sarana prasarana, fasilitas dan lain-lain
(Udiyono, 2011). Faktor-faktor psikologis dalam proses belajar memiliki peran yang
cukup penting.
Salah satu faktor psikologi yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu
kecerdasan emosional. Menurut Goleman (2000), kesuksesan ditentukan bukan hanya
oleh faktor kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan. Sisanya 80% akan ditentukan oleh faktor
kekuatan-kekuatan lainnya seperti kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
(EQ). Oleh karenanya, salah satu kunci keberhasilan dalam belajar siswa di sekolah
adalah menyeimbangkan antara IQ dan EQ (Goleman, 2002). Orang yang memiliki
kecerdasan emosional cenderung dapat menciptakan optimisme, ketangguhan,
inisiatif dan beradaptasi dengan lingkungannya sehingga membuat orang tersebut
dengan mudah mencapai keinginannya (Ludigdo, 2004).
3. Tujuan kuantitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa dalam kategori
sedang, dengan kondisi lingkungan keluarga pada kategori kondusif, interaksi teman
sebaya pada kategori sangat tinggi, dan kecerdasan emosional pada kategori tinggi.
Lingkungan keluarga dan interaksi teman sebaya berhubungan langsung dan
signifikan dengan kecerdasan emosional. Lingkungan keluarga, interaksi teman
sebaya, dan kecerdasan emosional. berhubungan langsung dan signifikan dengan hasil
belajar Biologi.
Lingkungan keluarga dan interaksi teman sebaya berhubungan tidak langsung
dan signifikan dengan hasil belajar Biologi melalui kecerdasan emosional.
4. Tujuan kualitatif
Secara garis besar, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain berupa faktor psikologis atau
mental dan faktor fisiologis atau fisik. faktor ekstern dapat meliputi factor guru, orang
tua, lingkungan, kurikulum, tempat tinggal, sarana prasarana, fasilitas dan lain-lain
(Udiyono, 2011). Faktor-faktor psikologis dalam proses belajar memiliki peran yang
cukup penting.
Salah satu faktor psikologi yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu
kecerdasan emosional.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian ini adalah:
Sebagian besar siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba,
memiliki lingkungan keluarga pada kategori cukup kondusif, interaksi teman
sebaya pada kategori sedang, kecerdasan emosional pada kategori sedang dan
hasil belajar Biologi berada pada kategori sedang
Lingkungan keluarga berhubungan langsung dengan kecerdasan emosional
dan menunjukkan hubungan yang signifikan
Interaksi teman sebaya berhubungan langsung dengan kecerdasan emosional
dan menunjukkan hubungan yang signifikan
Lingkungan keluarga berhubungan langsung dengan hasil belajar Biologi dan
menunjukkan hubungan yang signifikan
Interaksi teman sebaya berhubungan langsung dengan hasil belajar Biologi
dan menunjukkan hubungan yang signifikan;
1. Kelebihan Kuantitatif
Dalam penelitian ini, siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba
sebagai populasi dengan jumlah sampel sebanyak 263 siswa. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive-proporsional random
sampling. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui angket atau
kuisioner sebagai instrumennya. Pernyataan-pernyataan dalam kuisioner dijabarkan
dari indikatorindikator yang dikembangkan dari variabel penelitian, meliputi:
Angket lingkungan keluarga diukur dari aspek cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah/keluarga, keadaan ekonomi keluarga
Angket interaksi teman sebaya diukur dari aspek inklusi (keikutsertaan dan
keterlibatan), kontrol dan afeksi
Angket kecerdasan emosional diukur dari aspek mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, empati dan membina hubungan.
Serta hasil belajar Biologi.
2. Kekurangan Kuantitatif
Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif pada data kuesioner
lingkungan keluarga, kuesioner interaksi teman sebaya, kuesioner kecerdasan
emosional serta data hasil belajar Biologi. Uji prasyarat analisis dilakukan dengan
bantuan perangkat statistik SPSS versi 20.0 for windows. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) dari paket program
AMOS (Analysis Moment of Structural) versi 20.
3. Kelebihan Kualitatif
1. Kuantitatif
2. Kualitatif
menjelaskan bahwa pendidikan adalah sebuah upaya dalam meningkatkan tumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter, pikiran, intelek) dari tubuh anak, sehingga kehidupan anak
didik selaras dengan dunianya.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Seseorang yang memiliki karakter baik selalu peduli kepada lingkungannya, kepada
masyarakat sekitarnya. Dia akan menjaga kebersihan lingkungannya, dia akan selalu
membantu kesulitan teman atau tetangganya, dia mengerti bahwa sebaik-baik kehidupan
seseorang adalah yang berguna bagi sesamanya.
Pendidikan budi pekerti atau pembentukan karakter positif bukan hanya tanggung jawab
guru agama.
1. Tujuan Kuantitatif
2. Tujuan Kualitatif
Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti pelihara dan latih. Kata dasar ini mendapat
awalan pe- dan akhiran –an menjadi pendidikan yang dimaknai sebagai proses pengubahan
sikap tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Beberapa ahli dalam Rohman dan Lamsuri (2010:
92) menjelaskan atau mendefinisikan pendidikan sebagai berikut.
Langeveld : Pendidikan adalah pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari
orang dewasa kepada mereka yang memerlukan.
Crow and Crow : Pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian,
pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang.
John Dewey : Pendidikan adalah suatu proses yang membantu pertumbuhan batin
tanpa batas usia.
K. Hajar Dewantara : Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin/ karakter), pikiran (intelek), dan jasmani anak selaras
dengan dunianya.
Definisi pendidikan dari empat ahli di atas, tiga diantaranya menekankan pada usaha
pertumbuhan batin seseorang. Pertumbuhan batin di sini berhubungan dengan pengembangan
budi pekerti atau karakter peserta didik. Tokoh pendidikan kita, K. Hajar Dewantara
menyeimbangkan ranah batin dan lahir atau rohani dan jasmani. Unsur batin menjadi
perhatian utama dalam pendidikan, menyusul kemudian unsur jasmani.
1. Kelebihan Kuantitatif
2. Kekurangan Kuantitatif
Pembentukan karakter berlanjut pada aplikasi sehari-hari di sekolah (memelihara
lingkungan dengan berbagai tanaman, menjaga kebersihan, peduli kepada sesama dan
sikap-sikap mulia lainnya. Karakter baik atau buruk akan terbentuk melalui latihan,
kebiasaan, dan usaha yang terus menerus. Seorang guru profesional akan mampu
membentuk karakter positif ke dalam diri peserta didik. Tugas ini dilakukan setiap
saat di dalam maupun di luar kelas hingga peserta didik tumbuh dan berkembang
menjadi generasi berbudi luhur sesuai dengan definisi-definisi pendidikan yang
dikemukakan para ahli, sesuai dengan bunyi ayat dalam UUD 45 dan UU Nomor 20
Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional
3. Kelebihan Kualitatif