Anda di halaman 1dari 8

Kemudianunduhlah:

(1) dua buah artikel yang menggunakan metode analisis data kuantitatif, dan
(2) dua buah artikel yang menggunakan metode analisis data kualitatif.

Nama : Dhiemas Ari Herawati


Nim : 857703685

1. Pengertian Kuantitatif
Menurut KBBI, Kuantitatif artinya berdasarkan jumlah atau banyaknya. Penelitian
Kuantitatif adalah penelitian yang mengambil data dalam jumlah yang banyak. Bisa puluhan,
ratusan, atau mungkin ribuan. Hal ini dikarenakan populasi responden penelitian kuantitatif
sangat luas.

Kapan Menggunakan Metode Kuantitatif?


Penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk meneliti masalah yang sudah jelas, memiliki
populasi luas, dan bermaksud untuk menguji hipotesis.

Tujuan Penelitian Kuantitatif


Penelitian yang menggunakan metode kuantitatif bertujuan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan teori-teori yang sudah ada. Jadi, penelitiannya cenderung objektif dan tidak
mendalam.

Kelebihan Metode Kuantitatif


1. Hemat waktu, biaya, dan tenaga
2. Hasil akurat
Kekurangan Metode Kuantitatif
1. Memerlukan populasi besar
2. Jawaban responden tidak mendalam dan detail

2. Pengertian Kualitatif
Metode Kualitatif adalah sebuah penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu
fenomena dalam kontak sosial secara alami dengan mengedepankan proses interaksi
kommnikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang ingin dibahas.

Kapan Menggunakan Metode Kualitatif?


Metode kualitatif bisa kamu pilih jika masalah yang ingin diteliti masih belum jelas,
kompleks, berupa fenomena sosial yang rumit, dan tidak bisa diukur dengan angka.

Tujuan Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan informasi sedetail-detailnya. Semakin
mendalam data yang diperoleh, maka semakin bagus kualitas penelitian tersebut. Berbeda
dengan penelitian kuantitatif yang berfokus pada banyaknya data, penelitian kualitatif
memusatkan pada seberapa lengkap dan dalam informasi yang didapatkan peneliti.

Kelebihan Metode Penelitian Kualitatif


1. Pemahaman Mendalam
Metode penelitian kualitatif memungkinkan peneliti untuk memperoleh pemahaman
mendalam tentang suatu permasalahan. Data yang dikumpulkan melalui wawancara
mendalam, observasi, atau studi dokumen dapat memberikan informasi mendetail
mengenai persepsi, makna, dan pengalaman individu.
2. Fleksibilitas
Pengumpulan informasi metode kualitatif dilakukan berkali-kali, sehingga peneliti
dapat mengubah fokus penelitian atau strategi pengumpulan data sesuai dengan
temuan yang muncul selama proses penelitian.
3. Meningkatkan Empati dan Toleransi
Saat menggunakan metode kualitatif, peneliti bertemu dengan narasumber dari latar
belakang yang beragam. Peneliti bisa memperoleh informasi yang tidak terduga, atau
bahkan baru ia ketahui selama ini. Penelitian kualitatif membantu peneliti untuk
memahami variasi dalam pandangan, sikap, dan perilaku manusia.
Kekurangan Metode Penelitian Kualitatif
1. Membutuhkan Waktu yang Lama
Metode penelitian kualitatif selesai lebih lambat daripada penelitian kuantitatif.
Pengumpulan data yang terdiri dari wawancara mendalam, observasi, dan analisis
dokumen memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, analisis data kualitatif juga
dapat memakan waktu karena melibatkan proses interpretasi yang rumit.
2. Subjektif dan Rentan Bias
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen dalam pengumpulan
dan interpretasi data. Peneliti mungkin cenderung memilih responden yang mewakili
sudut pandang tertentu, sehingga hasil penelitian lebih bersifat subjektif.
3. Tidak Representatif
Sampel atau narasumber dalam penelitian kualitatif sangat sedikit, sehingga tidak bisa
dianggap mewakili keseluruhan populasi.

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA, INTERAKSI


TEMAN SEBAYA DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
HASIL BELAJAR SISWA

1. Kuantitatif

Hasil belajar yang rendah terlihat dari observasi awal yang dilakukan di beberapa
SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba, khususnya kelas XI IPA. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru Biologi, mengatakan bahwa masih terdapat permasalahan
yang terjadi pada siswa kelas XI IPA yaitu nilai hasil ulangan semester genap masih di
bawah batas ketuntasan. Adapun nilai rata-rata ketuntasan ulangan semester siswa
hanya 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72. Hal tersebut
membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih di bawah batas ketuntasan yang
diharapkan. Permasalahan lain yang sering ditemukan dalam proses pembelajaran
yaitu ketidakmampuan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang setara dengan
kemampuan inteligensinya. Terdapat siswa yang memiliki IQ yang tinggi tetapi
memperoleh hasil belajar yang relatif rendah, begitupun sebaliknya.

2. Kualitatif

Secara garis besar, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain berupa faktor psikologis atau
mental dan faktor fisiologis atau fisik. faktor ekstern dapat meliputi factor guru, orang
tua, lingkungan, kurikulum, tempat tinggal, sarana prasarana, fasilitas dan lain-lain
(Udiyono, 2011). Faktor-faktor psikologis dalam proses belajar memiliki peran yang
cukup penting.
Salah satu faktor psikologi yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu
kecerdasan emosional. Menurut Goleman (2000), kesuksesan ditentukan bukan hanya
oleh faktor kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan. Sisanya 80% akan ditentukan oleh faktor
kekuatan-kekuatan lainnya seperti kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
(EQ). Oleh karenanya, salah satu kunci keberhasilan dalam belajar siswa di sekolah
adalah menyeimbangkan antara IQ dan EQ (Goleman, 2002). Orang yang memiliki
kecerdasan emosional cenderung dapat menciptakan optimisme, ketangguhan,
inisiatif dan beradaptasi dengan lingkungannya sehingga membuat orang tersebut
dengan mudah mencapai keinginannya (Ludigdo, 2004).

3. Tujuan kuantitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa dalam kategori
sedang, dengan kondisi lingkungan keluarga pada kategori kondusif, interaksi teman
sebaya pada kategori sangat tinggi, dan kecerdasan emosional pada kategori tinggi.
Lingkungan keluarga dan interaksi teman sebaya berhubungan langsung dan
signifikan dengan kecerdasan emosional. Lingkungan keluarga, interaksi teman
sebaya, dan kecerdasan emosional. berhubungan langsung dan signifikan dengan hasil
belajar Biologi.
Lingkungan keluarga dan interaksi teman sebaya berhubungan tidak langsung
dan signifikan dengan hasil belajar Biologi melalui kecerdasan emosional.

4. Tujuan kualitatif

Secara garis besar, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain berupa faktor psikologis atau
mental dan faktor fisiologis atau fisik. faktor ekstern dapat meliputi factor guru, orang
tua, lingkungan, kurikulum, tempat tinggal, sarana prasarana, fasilitas dan lain-lain
(Udiyono, 2011). Faktor-faktor psikologis dalam proses belajar memiliki peran yang
cukup penting.
Salah satu faktor psikologi yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu
kecerdasan emosional.

1. Kapan menggunakan metode kuantitatif


Hasil analisis deskriptif data untuk variabel lingkungan keluarga, interaksi teman
sebaya, kecerdasan emosional dan hasil belajar yang meliputi nilai mean (rata-rata),
variansi, standar deviasi (simpangan baku), nilai minimum dan nilai maksimum
disajikan pada tabel 1.
2. Kapan menggunakan metode kualitatif

Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian ini adalah:
 Sebagian besar siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba,
memiliki lingkungan keluarga pada kategori cukup kondusif, interaksi teman
sebaya pada kategori sedang, kecerdasan emosional pada kategori sedang dan
hasil belajar Biologi berada pada kategori sedang
 Lingkungan keluarga berhubungan langsung dengan kecerdasan emosional
dan menunjukkan hubungan yang signifikan
 Interaksi teman sebaya berhubungan langsung dengan kecerdasan emosional
dan menunjukkan hubungan yang signifikan
 Lingkungan keluarga berhubungan langsung dengan hasil belajar Biologi dan
menunjukkan hubungan yang signifikan
 Interaksi teman sebaya berhubungan langsung dengan hasil belajar Biologi
dan menunjukkan hubungan yang signifikan;

1. Kelebihan Kuantitatif

Dalam penelitian ini, siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba
sebagai populasi dengan jumlah sampel sebanyak 263 siswa. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive-proporsional random
sampling. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui angket atau
kuisioner sebagai instrumennya. Pernyataan-pernyataan dalam kuisioner dijabarkan
dari indikatorindikator yang dikembangkan dari variabel penelitian, meliputi:
 Angket lingkungan keluarga diukur dari aspek cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah/keluarga, keadaan ekonomi keluarga
 Angket interaksi teman sebaya diukur dari aspek inklusi (keikutsertaan dan
keterlibatan), kontrol dan afeksi
 Angket kecerdasan emosional diukur dari aspek mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, empati dan membina hubungan.
 Serta hasil belajar Biologi.

2. Kekurangan Kuantitatif

Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif pada data kuesioner
lingkungan keluarga, kuesioner interaksi teman sebaya, kuesioner kecerdasan
emosional serta data hasil belajar Biologi. Uji prasyarat analisis dilakukan dengan
bantuan perangkat statistik SPSS versi 20.0 for windows. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) dari paket program
AMOS (Analysis Moment of Structural) versi 20.

3. Kelebihan Kualitatif

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Amos for Windows, maka


dapat diketahui bahwa lingkungan keluarga berhubungan langsung dengan kecerdasan
emosional. Hubungan lingkungan keluarga dengan kecerdasan emosional dapat dilihat
dari koefisien jalurnya sebesar 0,530 dengan nilai p < 0,001. Lingkungan merupakan
faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, dapat berubah-ubah dan tidak
bersifat menetap. Oleh karena itu, pembentukan kecerdasan emosional khususnya
remaja membutuhkan bantuan dan peran lingkungan keluarga terutama orang tua
sebagai lingkungan pertama dan utama. Seperti yang dikatakan Falsafi (2002) yang
menyatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan sekolah yang mampu
mengembangkan dan mengeluarkan potensi tersembunyi dalam jiwa anak.
Lingkungan keluarga juga merupakan tempat pengajaran penting tentang kepribadian
dan kemuliaan, kebijaksanaan dan keberanian, toleransi dan kedermawanan, serta
sifat-sifat mulia lainnya
4. Kekurangan Kualitatif

Teori Bowlbly (1969) yang mengidentifikasi pengaruh perilaku pengasuhan yang


merupakan dasar utama dalam hubungan orang tua dan anak yang dibangun sejak usia
dini. Pada masa awal kehidupan seorang anak, orang dewasa yang secara teratur
merawatnya akan memiliki hubungan emosi yang kuat dengannya (Lestari, 2012).
Selain itu, teori penerimaan dan penolakan orang tua yang dikembangkan oleh Rohner
dalam Lestari (2012) menyatakan bahwa penerimaan dan penolakan orang tua
membentuk dimensi kehangatan (warm dimention) dalam pengasuhan. Dimensi
pengasuhan merupakan suatu rentang kontinun yang satu sisi ditandai oleh
penerimaan yang mencakup berbagai perasaan dan perilaku yang menunjukkan
kehangatan, afeksi, kepedulian, perhatian, kenyamanan, perawatan, dukungan dan
cinta.
Terbentuknya aspek emosional pada anak, akan melahirkan suatu keterikatan secara
psikis antara anak dan orang tua. Keterikatan tersebut berupa rasa sayang,
perlindungan, serta perhatian yang akan dirasakan olehnya. Dengan demikian, aspek
emosional tersebut dapat difungsikan oleh anak karena adanya dukungan suasana rasa
saling mencintai dalam keluarga, suasana yang bisa membentuk kematangan
kepribadian anak agar merasa nyaman, damai, bahagia dan percaya diri.

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA


DAN SASTRA INDONESIA

1. Kuantitatif

Definisi-definisi tentang pendidikan dan pembelajaran di atas sangat jelas menunjukkan


tujuan yang mulia bagi setiap anak manusia yaitu memiliki jiwa yang bersih dan baik.
Kebersihan jiwa yang baik ini akan membawa manusia pada kehidupan yang baik pula,
semakin baik jiwa seseorang akan semakin baik pula kehidupannya. Artinya, seseorang yang
berjiwa baik dan bersih akan dapat menjalani kehidupannya dengan tenang, damai, dan tidak
pernah mengeluh. Hal ini disebabkan, jiwa yang bersih akan melahirkan pikiran-pikiran yang
bersih pula, khususnya bagi kebaikan orang lain bukan untuk dirinya sendiri.

2. Kualitatif

menjelaskan bahwa pendidikan adalah sebuah upaya dalam meningkatkan tumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter, pikiran, intelek) dari tubuh anak, sehingga kehidupan anak
didik selaras dengan dunianya.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

1. Kapan menggunakan metode kuantitatif

Penjelasan tentang pembelajaran di atas menggambarkan adanya sebuah kegiatan atau


proses yang melibatkan pendidik dan peserta didik. Kegiatan tersebut dilakukan untuk
mencapai sebuah tujuan yaitu mengubah perilaku, tabiat, sikap peserta didik menjadi lebih
baik (berakhlak dan berilmu pengetahuan). Perubahan perilaku secara permanen ini diperoleh
dari pengalaman. Dengan kata lain, jika pengalaman menghasilkan perubahan perilaku maka
dapat dikatakan sudah terjadi pembelajaran. Jika tidak, jawabannya adalah sebaliknya, tidak
pernah terjadi pembelajaran.
Isi UUD Republik Indonesia tahun 1945 dan UU Nomor 20 tahun 2003 ini sangat jelas
menggambarkan ke mana arah pendidikan nasional negara kita. Bila dari sini masih ada guru
yang belum memahami tugas-tugasnya sebagai guru, sebaiknya segera menyadari
kelemahannya.
Belajar dan memahami kembali teori-teori tentang pendidikan dan pembelajaran dan
menerapkannya
secara konsisten.

2. Kapan memgunakan metode kualitatif

Seseorang yang memiliki karakter baik selalu peduli kepada lingkungannya, kepada
masyarakat sekitarnya. Dia akan menjaga kebersihan lingkungannya, dia akan selalu
membantu kesulitan teman atau tetangganya, dia mengerti bahwa sebaik-baik kehidupan
seseorang adalah yang berguna bagi sesamanya.
Pendidikan budi pekerti atau pembentukan karakter positif bukan hanya tanggung jawab
guru agama.

1. Tujuan Kuantitatif

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang


meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Jika bunyi butir undang-undang ini
dilaksanakan secara konsisten oleh semua guru di semua jenjang pendidikan, mestinya tidak
ada sesuatu yang aneh, tidak ada masalah dengan karakter anak-anak bangsa ini. Namun
fakta yang terjadi, karakter positif sebagian
para peserta didik mulai memudar. Hal ini tampak pada perilaku peserta didik yang kerap
melakukan
tawuran antar sekolah, hubungan antar lawan jenis yang melewati batas-batas kesopanan,
meminum/menggunakan hal-hal yang diharamkan, dan banyak lagi hal yang tidak patut
dilakukan.

2. Tujuan Kualitatif

Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti pelihara dan latih. Kata dasar ini mendapat
awalan pe- dan akhiran –an menjadi pendidikan yang dimaknai sebagai proses pengubahan
sikap tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Beberapa ahli dalam Rohman dan Lamsuri (2010:
92) menjelaskan atau mendefinisikan pendidikan sebagai berikut.
 Langeveld : Pendidikan adalah pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari
orang dewasa kepada mereka yang memerlukan.
 Crow and Crow : Pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian,
pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang.
 John Dewey : Pendidikan adalah suatu proses yang membantu pertumbuhan batin
tanpa batas usia.
 K. Hajar Dewantara : Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin/ karakter), pikiran (intelek), dan jasmani anak selaras
dengan dunianya.
Definisi pendidikan dari empat ahli di atas, tiga diantaranya menekankan pada usaha
pertumbuhan batin seseorang. Pertumbuhan batin di sini berhubungan dengan pengembangan
budi pekerti atau karakter peserta didik. Tokoh pendidikan kita, K. Hajar Dewantara
menyeimbangkan ranah batin dan lahir atau rohani dan jasmani. Unsur batin menjadi
perhatian utama dalam pendidikan, menyusul kemudian unsur jasmani.

1. Kelebihan Kuantitatif

Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli


(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya

2. Kekurangan Kuantitatif
Pembentukan karakter berlanjut pada aplikasi sehari-hari di sekolah (memelihara
lingkungan dengan berbagai tanaman, menjaga kebersihan, peduli kepada sesama dan
sikap-sikap mulia lainnya. Karakter baik atau buruk akan terbentuk melalui latihan,
kebiasaan, dan usaha yang terus menerus. Seorang guru profesional akan mampu
membentuk karakter positif ke dalam diri peserta didik. Tugas ini dilakukan setiap
saat di dalam maupun di luar kelas hingga peserta didik tumbuh dan berkembang
menjadi generasi berbudi luhur sesuai dengan definisi-definisi pendidikan yang
dikemukakan para ahli, sesuai dengan bunyi ayat dalam UUD 45 dan UU Nomor 20
Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional

3. Kelebihan Kualitatif

Kendaraan yang membawanya adalah kurikulum, kegiatannya adalah pembelajaran,


untuk mengetahui hasilnya adalah penilaian. Kebenaran atau ketepatan hasil yang
diperoleh perlu dicocokkan dengan tujuan (pendidikan) yaitu manusia yang
berakhlak/berbpekerti luhur, cerdas, dan berilmu.
4. Kekurangan Kualitatif

 meningkatnya kekerasan di kalangan remaja


 penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk
 pengaruh kelompok sebaya (peer group) dalam tindak kekerasan
 meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba dan seks
bebas semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk
 menurunnya etos kerja
 semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
 rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9)
membudayanya ketidakjujuran
 adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Anda mungkin juga menyukai