Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan secara fungsional dirancang untuk lebih mempersiapkan
manusia menghadapi masa depan (Ali, 2004, p. 66). Salah satu cara untuk
membuat menumbuhkan kemampuan peserta didik adalah meningkatkan
kemandirian belajar dan berpikir logis (Fauzi, 2011). Kemandirian belajar
merupakan peserta didik mampu membuat latihan belajar utuk dukungan
sendirinya (Bungsu et al., 2019), sedangkan berpikir logis adalah interaksi yang
memungkinkan peserta didik untuk memperoleh informasi baru melalui metode
yang terlibat dalam mengatasi masalah (Puspitasari, 2018).

Kemandirian belajar dan berpikir logis diperlukan sebab belajar tidak


berpusat pada pendidik, melainkan ada yang berasal di lingkungan, media umum,
serta lain-lain. Penelitian kemandirian belajar serta berpikir logis sudah dilakukan
di Indonesia diantarnya dilaporkan Nurlia et al. (2017), menyatakan bahwa
kemandirian belajar memiliki korelasi yang kuat dengan hasil belajar biologi.
Maulani & Hasbullah (2021), bahwa pengaruh signifikan antara kemandirian
belajar dan perilaku ilmiah terhadap pemahaman konsep biologi. Syam (2021),
menyatakan bahwa ada signifikansi antara analisis kompetensi pendidik, motivasi
belajar dan keterampilan berpikir logis peserta didik serta hubungannya terhadap
prestasi belajar.
Hasil belajar kognitif penting untuk diteliti sebab upaya membuat
mewujudkan semua kompetensi pembelajaran biologi tersebut akan berpengaruh
di kemampuan peserta didik membuat untuk menjawab persoalan yang
dihadapinya baik di kelas dan di luar kelas (Emilda & Muddalipah, 2020). Hasil
belajar adalah interaksi membuat untuk melihat seberapa baik peserta didik
menguasai pembelajaran setelah mengikuti latihan dan pembelajaran yang
ditentukan oleh jenis nilai, huruf, serta gambar-gambar mampu diselesaikan
(Dimyati & Mudjiono, 2006, p. 3).
Hasil observasi di SMA Negeri 1 Majene kelas XI MIPA menunjukkan

1
bahwa siswa mengalami masalah pada kemandirian belajar, berpikir logis dan
hasil belajar kognitif. Masalah kemandirian belajar terlihat dari kurangnya
kepercayaan diri, kurangnya kemampuan peserta didik dalam menganalisis dan
memecahkan suatu permasalahan yaitu peserta didik sering menyotek kepada
teman yang lain, kurang memotivasi dirinya untuk belajar dan sering mendapat
bantuan dari teman. Masalah berpikir logis terlihat dari peserta didik kesulitan
dalam memahami materi pembelajaran biologi sehingga menimbulkan ketakutan
dalam pembelajaran biologi. Masalah hasil belajar kognitif biologi terlihat dari
pada saat ujian semester akhir kebanyakan peserta didik tidak mengulang materi
yang belum dikuasai dan mengakibatkan nilai turun/ dibawah standarisasi kriteria
ketutasan minimal (KKM). Diperlukan penelitian yang mengkaji kebenaran
hubungan kemandirian belajar dan berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif
peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene. Hasil untuk penelitian ini
diharapkan bisa menyampaikan dan memberikan informasi yang lebih rinci dan
mendalam mengenai hubungan kemandirian belajar dan berpikir logis terhadap
hasil belajar kognitif biologi ruangan XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Kurangnya kepercayaan diri peserta didik sehingga menyulitkan dalam hal
memecahkan masalah.
2. Tidak mengulang materi yang belum dikuasai dan mengakibatkan nilai turun/
dibawah standarisasi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
3. Peserta didik kesulitan dalam memahami materi pembelajaran biologi sehingga
menimbulkan ketakutan dalam pembelajaran biologi.

C. Batasan dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar dan
berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA
SMA Negeri 1 Majene.
2. Rumusan Masalah

2
a. Bagaimana hubungan kemandirian belajar terhadap hasil belajar kognitif
bologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene?
b. Bagaimana hubungan berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif biologi
peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene?
c. Bagaimana kemandirian belajar serta berpikir logis terhadap hasil belajar
kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene?

D. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan hubungan kemandirian belajar terhadap hasi belajar kognitif
biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
2. Menjelaskan hubungan berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif biologi
peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
3. Menjelaskan hubungan kemandirian belajar dan berpikir logis terhadap hasil
belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Peneliti
Sumber inspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih
inovatif.
2. Peserta didik
Membawah perubahan peserta didik, dalam meningkatkan motivasi
belajar serta hasil belajar kognitif
3. Pendidik
Penelitian ini diharapkan pendidik mampu membantu peserta didik
dalam meningkatkan kemandirian belajar dan berpikir logis dalam diri peserta
didik dan membantupeserta didik untuk lebih selektif dalam meraih hasil
belajar kognitif.
4. Orang Tua
Kesadaran orang tua agar senantiasa memperhatikan dan mengawasi
pergaulan putra- putrinya memberikan cara agar anak lebih giat belajar dalam
meraih hasil belajar kognitif.di sekolah.

3
F. Penelitian Relevan
1. Wiriani (2021), menyatakan bahwa kemandirian belajar berpengaruh positif
signifikan terhadap hasil belajar. Nilai koefisien korelasi sederhana
menunjukkan bahwa kemandirian belajar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hasil belajar. Setiap peningkatan kemandirian belajar secara
signifikan meningkatkan hasil belajar sebesar 2,041. Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya terdapat persamaan dan perbedaan judul peneliti
sebelumnya. Kesamaan dengan penelitian peneliti adalah variabel bebas yaitu
kemandirian belajar dan cara pengambilan data menggunakan angket,
sedangkan perbedaan yaitu variabel terikatnya menggunakan hasil belajar,
sedangkan penelitian ini menggunakan hasil belajar kognitif biologi dalam
mengumpulkan data untuk hasilnya.
2. Murni (2016), menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan 54%
mahasiswa memiliki kemampuan berpikir logis pada kategori formal, dengan
nilai rata-rata 4,03. Data menunjukkan bahwa 45% mahasiswa memiliki hasil
belajar yang tergolong kategori rendah dengan rata-rata 54,86. Koefisien r =
0,609, hasil uji korelasi dengan nilai signifikansi 6,372 menunjukkan terdapat
korelasi yang tinggi antara keduanya. kemampuan berpikir logis dengan hasil
belajar mahasiswa mata kuliah genetika. Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir logis terhadap hasil belajar mahasiswa sebesar
42,35%. Persamaan dengan penelitian peneliti adalah variabel bebas berpikir
logis dengan menggunakan angket sedangkan perbedaanya terletak pada hasil
belajar kognitif biologi yang didapatkan tidak ada hubungan dan sampel yang
digunakan berbeda
3. Rijal & Bachtiar (2015), hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi, sikap
siswa terhadap hasil belajar kognitif Biologi, nilai korelasi sebesar 0,621,
pembelajaran mandiri peserta didik terhadap hasil belajar kognitif  biologi,
dengan nilai korelasi sebesar 0,579, gaya belajar peserta didik dengan hasil
belajar kognitif Biologi, dengan nilai korelasi sebesar 0,577 sikap,
kemandirian belajar dan gaya belajar peserta didik dengan hasil belajar kognitif
biologi. Persamaan dengan penelitian peneliti adalah variabel terikat hasil
belajar kognitif biologi yang diambil dari hasil belajar ujian semester

4
sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas yaitu kemandirian belajar
dan berpikir logis yang pengambilan datanya menggunakan angket
kemandirian belajar dan angket berpikir logis.
4. Nugraha & Mahmudi, (2015). bahwa, pembelajaran berbasis masalah dan
Problem posing efektif untuk melihat kemampuan nalar kritis tetapi tidak
efektif untuk kemampuan nalar logis sedangkan konvensional tidak efektif
untuk melihat cara nalar logis maupun cara nalar kritis, ditinjau cara nalar
logis, tidak ada perbedaan signifikan untuk pembelajaran berbasis masalah
dan Problem posing konvensional. Untuk melihat cara nalar kritis, cara
berbasis masalah lebih unggul membandingkan cara belajar Problemposing
serta cara belajar konvensional untuk pembelajaran Problemposing unggul
dibandingkan cara konvensional. Persamaan dengan penelitian peneliti adalah
variabel bebas berpikir logis penjelasannya terletak dengan pengambilan
angkaet sesuai dengan peneliti yang menggunakan angket sedangkan
perbedaanya terletak pada variabel terikatnya menggunakan Problemposing
jumlah sampel dan lokasi penelitian sedangkan perbedaan penelitian yang
dilakukan menggunakan hasil belajar kognitif biologi yang datanya
menggunakan data nilai hasil belajar biologi semester.
5. Nugraheni (2019), bahwa terdapat korelasi serta signifikan antara kemampuan
berpikir logis dengan prestasi akademik. Koefisien korelasi sebesar 0,260.
Terdapat korelasi dan signifikan antara kemampuan berpikir logis dengan
prestasi akademik dengan koefisien korelasi 0,341. Terdapat korelasi dan
signifikan antara prestasi akademik serta koefisien regresi sebesar 0,411
persamaan Y = 12,998 + 0,229 X1 + 0,329 X2 serta koefisien determinasi
sebesar 16,9%. Kesamaan dengan penelitian peneliti adalah variabel bebas
yaitu berpikir logis dan cara pengambilan data menggunakan angket,
sedangkan perbedaan yaitu variabel terikatnya menggunakan prestasi belajar
yang diambil nilai akademik, sedangkan penelitian ini menggunakan hasil
belajar kognitif biologi dalam mengumpulkan data menggunakan nilai ujian
semester.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kemandirian Belajar
a. Pengertian kemandirian belajar
Kemandirian belajar diartikan sebagai hal atau kondisi untuk mandiri tanpa
melihat cara pandang orang lain. Pada saat yang sama, dari segi kata dasar,
kemandirian mengacu pada keadaan dapat hidup secara mandiri, dan tidak
bergantung pada orang lain. (Destiyantari & Magdalena 2022). Menurut
Busnawir & Suherna (2006, p. 307), menujukkan asal kata “mandiri” artinya
mampu mandiri, tidak bergantung pada orang lain, tetapi dengan kekuatan
sendiri. Kemandirian berarti bebas, bebas ke orang lain, bebas menetukan
sendiri, bebas menetukan hari depan, bebas mengatur kehidupaan sendiri
(Soeparman, 2006, p. 40).
Pada uraian tersebut menujukkan bahwa peserta didik diterapkan untuk
kemandirian belajar, serta mengalami perubahan kebiasaan belajar, yaitu melalui
menilai dan memanfaatkan waktu untuk dirinya sedemikian rupa sehingga
dampaknya terlihat dari cara menetukan tujuan belajar, kebutuhan belajar serta
strategi belajar untuk tercapainya tujuan yang telah ditentukan (Tahar & Enceng,
2006).
b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Menurut Mudjimin (2011, p. 169), mengatakan bahwa pada konteks
pendidikan formal, siswa yang memiliki kemandirian belajar adalah peserta didik
yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut pelajaran dari pendidik, mencoba
mencari tahu sendiri informasi mengenai pelajarannya diberbagai sumber.
Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai ciri-ciri peserta didik yang
memiliki kemandirian belajar, dapat diuraikan kembali tentang ciri-ciri peserta
didik yang memiliki kemandirian belajar, yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan motivasi kepada diri sendiri, yaitu dilakukan apabila mengerjakan
tugas yang sulit, namun tetap merasa puas dengan usahanya dalam belajar.
2) Mampu menentukan strategi belajarnya sesuai dengan yang dibutuhkan.

6
3) Mampu mengatur waktu belajaranya, misalnya memanfaatkan waktu luang
untuk tetap belajar.
4) Selalu berusaha untuk mencari solusi dalam mengatasi kesulitan belajarnya,
dengan atau tanpa bantuan dari orang lain.
5) Memiliki prinsip bahwa pelajaran tidak sebatas diperoleh dari guru, akan tetapi
selalu berusaha untuk mencari tambahan pengetahuan dari berbagai sumber.
c. Aspek- aspek kemandirian belajar
Menurut Desmita (2014, p.186) bahwa kemandirian belajar merupakan
usaha sadar diri pada belajaran agar peserta didik dapat menyelesaikan tugas,
percaya dengan kemampuan sendiri atas tiga bentuk, meliputi:
1) Kemandirian emosional, yaitu mengungkapkan aspek kemandirian emosional
tingkat korelasi emosional antar peserta didik dengan pendidik serta orang
tua mereka.
2) Perilaku mandiri, yaitu menghasilkan penilaian untuk tidak bergantung kepada
manusia serta melakukan bertanggung jawab.
3) Menghargai, menjelaskan mengenai visi dan misi untuk betul dan tidak.
d. Indikator kemandirian belajar
Menurut Utami (2013), bahwa ada beberapa indikator dalam
kemandirian belajar yaitu:
1) Tidak bergantung orang lain
2) kepercayaan diri
3) Perilaku disiplin
4) Bertanggung jawab
5) Inisiatif
6) Mengontrol diri
e. Faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
Menurut Nurtanto & Sofyan (2015), faktor yang mempengaruhi
kemandirian seseorang dalam belajar, yaitu:
1) Faktor keturunan atau ikatan
Keturunan atau ikatan orang tua sangat kuat dalam mewarisi sifat dari
anaknya seperti halnya belajar kemandirian. Orang tua yang mempunyai dengan
sifat kemandirian yang tinggi dapat menjadi faktor keturunan orang tua yang

7
dapat memengaruhi kemandiria anaknya, begitu juga cara orang tua dengan cara
orang tua mengajarnya.
2) faktor pengasuhan
Pola pengasuhan cara orang tua membesarkan atau mengasuh anaknya
tentu akan memengaruhi perkembangan kemandirian anaknya. Orang tua
diktator, membatasi tingkah laku anak melakukan hal yang rasional karena hal,
ini mempengaruhi pola pemahaman anak. Sebaliknya orang tua demokratis akan
mampu memberikan suasana lingkungan yang damai serta terkendali bagi
interaksi keluarga serta mendorong tumbuh kembang anak yang baik. Demikian
pula, selain membandingkan satu anak dengan yang lain, orang tua yang mandiri
berdampak negatif terhadap pemahaman anak.
3) Proses pendidikan
Khususnya dikalangan sekolah mempengaruhi terhadap kemandirian belajar
peserta didik. Proses pendidikan menekankan pentingnya banyak hal menghargai
potensi bakat, dan kemampuan kompetensi anak memperlancar pergembangan
kemandirian peserta didik yang akan di tingkatkan.
4) Lingkungan sosial masyarakat
Demikian pula pengaruh lingkungan sosial dapat mempengaruhi
memengaruhi tingkat kemandirian anak. Menekan secara paksa untuk masyarakat
berhierarki struktur kerukunan, memberikan ketentraman serta sistem ke
masyarakat untuk remaja dan pendapat orang lain dalam kegiatan produktif akan
menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja.
2. Berpikir logis
a. Pengertian berpikir logis
Berpikir adalah proses merencanakan, mengingat, dan mempublikasikan
apa yang dipahami sebagai kebutuhan. Dalam perkembangannya kemampuan
berpikir manusia terus ditingkatkan. Hasil pemikiran manusia melahirkan filsafat
dan ilmu pengetahuan (Murni, 2016).
Logis atau Logika dapat diartikan sebagai hal-hal yang logis, beralasan
untuk menjadi benar, dan masuk akal. Sering menggunakan aturan logika.
Seseorang yang mengikuti aturan logika bisa dikatakan seseorang yang berpikir
logis (Surat, 2016).

8
Berpikir logis adalah proses penggunaan penalaran secara terus-menerus
mendapatkan kesimpulan. Permasalahan atau situasi yang melibatkan pemikiran
logis mengharapkan struktur, hubungan antara fakta dan menhubungkan yang
penalaran dapat dipahami (Putri et al., 2012)
b. Tahap-tahap berpikir logis
Menurut Suminah (2015, p. 25), terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis peserta didik,
antara lain:
1) Memberikan pemahaman kepada pesrta didik untuk mengenal nama-nama
benda, warna benda (seperti merah, kuning, hijau), cara mendengarkan,
kualitas, fungsi, dan objek untuk ditemukan di wilayah sekitar.
2) Menyampaikan dukungan waktu peserta didik menggunakan benda dan bahan
dengan menjelaskan benda-benda yang dipergunakan untuk menganalisis,
membedakan benda sesuai kegunaannya, menyamakan dan mengelompokkan.
3) Menfasilitasi aktivitas yang beragam melibatkan peserta didik secara aktif
untuk membuat pengetahuan serta keterampilan perihal sosialisasi benda-
benda pada sekitarnya.
c. Faktor-faktor mempengaruhi kemampuan berpikir logis
Menurut Zulfickar & Oktariani (2020), adapun faktor-faktor proses
berpikir logis antara lain sebagai berikut:
1) Kemampuan berpikir, yaitu peserta didik dapat mengidentifikasi langkah-
langkah yang dilakukan secara teratur untuk memecahkan masalah untuk
memberikan hasil awal perencanaan hingga mencapai suatu kesimpulan
2) Cara penalaran, peserta didik untuk membentuk pemahaman berdasarkan fakta
melalui informasi serta info mengaitkan dengan menggunakan langkah-
langkah diambil untuk membuat memecahkan masalah
3) Menarik kesimpulan, peserta didik menarik kesimpulan dari suatu masalah
sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian dilakukan saat menyelesaikan
masalah dilapangan
d. Indikator berpikir logis
Menurut Rulia et al. (2021), adapun indikator-indikator proses berpikir logis
antara lain sebagai berikut:

9
1) Data berupa fakta atau pernyataan dari sebuah masalah
2) Membuktikan kebenaran data berupa fakta dan data
3) Menyesuaikan untuk data serta langkah yang digunakan untuk masalah

3. Hasil Belajar Kognitif


a. Pengertian belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman, memori, pemahaman dan akses informasi. Belajar adalah
proses dimana seseorang memperoleh (kognitif, afektif dan psikomotor)
(Swandewi & Arifin, 2017). Proses perubahan perilaku individu terjadi sebagai
akibat dari interaksi yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang
lama, seperti pengalaman pribadi (Aksyhari, 2020).
Belajar diartikan sebagai suatu proses yang berlansung dalam diri seorang
sehingga dia mengalami perubahan tingka laku. Belajar terjadi saat terdapat
hubungan individu dengan lingkungan atau antara individu dengan individu
lainnya. Selama manusia masih hidup, pembelajaran akan terus dilakukan oleh
manusia dan mereka akan terus beradaptasi dengan perkembangan zaman
(Gunawan & Putra, 2019).
b. Pengertian hasil belajar
Menurut Nurtanto & Sofyan (2015), menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kompetensi yang dimiliki siswa usai belajar kursus, hasil pembelajaran yang ingin
dicapai terdiri dari empat pilar, meliputi:
1) Belajar mengetahui (learn)
2) Belajar memberikan
3) Belajar kerukunan
4) Belajar membuat untuk hidup bermasyarakat
Berdasarkan pendapat diatas bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan
perilaku ini termasuk aspek kognitif, psikomotorik dan emosi proses perubahan
dari yang sederhana kepaling yang rumit.
c. Pengertian hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognifit merupakan pengetahuan yang harus dilakukan peserta
didik. Peserta didik yang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran akan
memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran dan menguasai

10
pengetahuan, sehingga meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik (Lestari
& Irawati, 2020).
Hasil belajar kognitif adalah gambaran penguasaan peserta didik terhadap
sesuatu selama suatu kegiatan pembelajaran. Berupa pengetahuan atau teori, yang
melibatkan pengembangan pengetahuan serta keterampilan intelektual, termasuk
mengingat atau mengidentifikasi fakta, pola prosedural, serta kemampuan dan
keterampilan konseptual dalam perkembangan intelektual peserta didik (Prayonto
& Geli, 2020).
d. Karakteristik hasil belajar kognitif
Menurut Hakim et al, (2019). Kualitas dari sesuatu tes dapat dilakukan
dengan menganalisis tes yaitu:
1) Tes Narasi, yaitu narasi menggunakasan kalimat untuk memenuhi persyaratan
penyusunan kalimat atau narasi, kata serta bahasa bisa dilakukan melalui
penialian atau pemelihan oleh ahli.
2) Tes kuantitatif hasilnya menunjukkan berapa jumlah, kualitas tes dapat
diketahui dengan menggunakan dua teknik yaitu teori tes klasik atau disebut
Classical Test Theory (CTT) dan teori modern bentuk teori respons soal serta
dapat dianggap dengan item Response Theory artinya jawaban dari
keterbatasan atau kelemahan yang terdapat dalam teori klasik.
e. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar kognitif
Menurut Supiandi & Julung (2016), faktor-faktor mempengaruhi hasil
belajar kognitif, peserta didik yaitu:
1) Proses belajar disekolah tetap berlansung memakai metode pembelajaran
yang menggunakan ceramah, sehingga kurang mampu mengembangkan
potensi peserta didik, yaitu cara nalar berpikir yang termasuk keterampilan
memecahkan masalah. Masalah disebabkan rendahnya hasil belajar kognitif.
2) Peserta didik yang cenderung pasif dan pendidik hanya menyampaikan
informasi serta metode pembelajaran yang masih kurang sempurna dalam 
proses pembelajaran.
3) Proses pembelajaran biologi yaitu menyampaikan materi dalam bentuk yang
bersifat teoritis, seharusnya pada pembelajaran biologi menggunakan informasi,
fakta–fakta serta permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik

11
B. Kerangka Pikir

Permasalahan :
 Kurangnya kepercayaan diri peserta didik
 Tidak mengulang materi yang belum dikuasai dan mengakibatkan nilai
turun/ dibawah standarisasi KKM.
 Peserta didik kesulitan dalam memahami materi pembelajaran biologi
sehingga menimbulkan ketakutan dalam pembelajaran biologi

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

Kemandirian Belajar Berpikir Logis (X2)


(X1)  Data berupa fakta atau Hasil belajar
 Tidak bergantung p pernyataan dari sebuah kognitif
ada orang lain masalah (Y)
 kepercayaan diri  Membuktikankebenaran  Nilai ujian
 Perilaku keahlian data berupa fakta dan data. semester
gaBertanggung jawab  Menyesuaikan untuk data
 Inisiatif serta langkah yang
 Mengontrol diri digunakan untuk masalah

Hubungan Kemandirian Belajar dan Berpikir Logis Terhadap Hasil belajar


kognitif kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene

Gambar 2.1. Bagan Alur Penelitian

C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan dan signifikansi antara kemandirian belajar terhadap hasil
belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
2. Terdapat hubungan dan signifikansi antara berpikir logis terhadap hasil belajar
kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.

12
3. Terdapat hubungan dan signifikansi antara kemandirian belajar dan berpikir
logis terhadap hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA
Negeri 1 Majene.

Hipotesis dalam penelitian secara statistik ini adalah:


1. H1 : Terdapat hubungan dan signifikansi antara kemandirian belajar terhadap
hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1
Majene.
H0 : Tidak terdapathubungan dan signifikansi kemandirian belajar terhadap
hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1
Majene.
2. H1 : Terdapat hubungan dan signifikansi antara berpikir logis hasil belajar
kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
H0 : Tidak terdapat hubungan dan signifikansi antara berpikir logis terhadap
hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1
Majene.
3. H1 : Terdapat hubungan dan signifikansi antara kemandirian belajar dan
berpikir logis terhadap akibat belajar kognitif biologi peserta didik XI
MIPA SMA Negeri 1 Majene.
H0 : Tidak terdapat hubungan dan signifikansi antara kemandirian belajar dan
berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA
SMA Negeri 1 Majene.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan korelasional dengan memakai pendekatan
kuantitatif. Penelitian korelasional bertujuan mengetahui untuk korelasi antara
satu variabel dengan beberapa variabel (Sugiyono, 2018, p. 14). Pendekatan
kuantitatif merupakan suatu proses menemukan materi atau pengetahuan dengan
menggunakan data yaitu angka sebagai alat dengan menemukan informasi yang
ingin diketahui (Darmadi, 2014, p. 37). Korelasi yang diteliti adalah hubungan
kemandirian belajar dan berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif biologi
peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data secara statistik disajikan dalam bentuk tabel.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain paradigma ganda. Paradigma ganda
adalah terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, bertujuan mengetahui
hubungan antara dua variabel yang dalam penelitian ini merupakan kemandirian
belajar dan berpikir logis terhadap hasil belajar biologi (Sugiyono, 2018, p. 68).
Hasil gambar secara lengkap data tersebut dapat ditinjua pada Gambar 3.1..

r1
X1
1

r3
Y

X2 r2

Gambar 3.1 Paradigma korelasi


(Sugiyono, 2018, p.18)

14
Keterangan
X1 = Kemandirian Belajar
X2 = Berpikir logis
Y = Hasil belajar kognitif biologi
r1 = Koefisien hubungan untuk X1 kearah Y
r2 = Koefisien hubungan untuk X2 kearah Y
r3 = Koefisien hubungan untuk X3 kearah Y
↑ = Koefisien hubungan untuk X1 dan X2 kearah Y
--- = Garis regresi ganda yang ada menujukkan pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei - Juli tahun pelajaran 2021/2022
di SMA Negeri 1 Majene.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia yang
berkaitan dengan peristiwa maupun hal yang berkaitan dalam satu tempat dan
secara terencana sebagai target kesimpulan yang berasal dari hasil akhir penelitian
(Sukardi, 2003, p. 53). Populasi dalam penelitian ini merupakan peserta didik
kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene sebanyak 154 peserta didik yang terdaftar
pada semester genap tahun ajaran 2021/2022.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data
(Sukardi, 2003, p. 53). Jika populasi besar, serta mampu menggunakan semua
populasi bisa jadi peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada populasi.
Misalnya karena keterbatasan tenaga dan waktu, maka peneliti dapat mengambil
sampel yang didapat populasi tersebut (Sugiyono, 2007, p. 61-62).
Penentuan sampel dalam penelitian ini mengacu pada Arikunto (2006, p.
134), jika jumlah sampel atau jumlah sampel dalam penelitian kurang dari 100,
sebaliknya semua digunakan sebagai sampel, jika subjeknya besar mampu
menggunakan antara 10% -15% atau 20% atau lebih. Pengambil sampel pada

15
penelitian ini menggunakan teknik Simple random sampling. Metode Simple
random sampling digunakan sebab populasi bersifat homogen, sebagai akibatnya
sampel manapun yang terpilih menjadi sampel mampu mewakili populasi, analisis
penelitian ini cenderung deskriptif serta bersifat umum. Penentuan ukuran
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (1960),
secara sistematis dinyatakatan sebagai berikut (Riyanto & Hatmawan, 2020).

N
n¿ (1)
1+ Ne 2
Keterangan

n = Besaran sampel
N = Besaran populasi
e = Persen kelonggaran ketidak telitian (10%)
N
n¿
1+ Ne 2
154
n¿ 2
1+154.10 %
154
n¿
1+154 (0,01)
154
n¿
1+1,54
154
n¿ = 60
2,54

¿
Ni¿ N . n (2)

Keterangan:
ni =Jumlah sampel
Ni= Jumlah populasi
n = Jumlah sampel seluruhnya
N = Jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan rumus ke (2) diketahui bahwa jumlah total sampel yang ada
digunakan adalah 60 peserta didik. Jumlah tersebut selanjutnya dimasukkan
kedalam rumus Sugiyono (2011), untuk menentukan besaran sampel yang

16
digunakan setiap kelas berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa
jumlah sampel yang digunakan setiap, pada setiap kelas adalah 15 peserta didik.
Hasil perhitungan sampel secara lengkap dari data tersebut dapat dilihat pada tabel
3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Distribusi Unit Sampel Penelitian
Jumlah peserta ¿= ¿ ×n
No Kelas N Unit sampel
didik
1. XI MIPA 1 39 Orang 39/154×60=15,1 15 Orang
2. XI MIPA 2 38 Orang 38/154×60=14,8 15 Orang
3. XI MIPA 3 38 Orang 38/154×60=14,8 15 Orang
4. XI MIPA 4 39 Orang 39/154×60=15,1 15 Orang
Jumlah 154 Orang 60 Orang
Sumber: (Jumlah data peserta didikXI MIPA SMA Negeri 1

D. Variabel Penelitian Majene) MMajene).

1. Kemandirian Belajar
2. Berpikir Logis
3. Hasil Belajar Kognitif Biologi

E. Definisi Operasional Variabel


1. Kemandirian belajar adalah inisiatif yang berasal dari peserta didik untuk
mencari informasi dan jawaban tanpa bantuan orang lain, yang diperoleh dari
hasil penilaian angket yang sesuai dengan indikator penilaian kemandirian
belajar.
2. Berpikir logis adalah peserta didik mampu menarik kesimpulan berdasarkan
fakta-fakta dilapangan, berdasarkan angket yang diisi peserta didik sesuai
dengan pentujuk serta indikator penilaian berpikir logis.
3. Hasil belajar kognitif adalah kemampuan peserta didik dalam menangkap
pembelajaran di sekolah yang dibuktikan dengan hasil tes tertulis atau non
tertulis, berdasarkan hasil nilai ujian semester akhir genap peserta didik yang
diperoleh pada tahun ajar 2021/2022

F. Prosedur Penelitian
Mekanisme pada penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Tahap persiapan

17
Berikut kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan perangkat untuk instrumen pengumpulan data yakni lembar
angket.
b. Observasi ke sekolah (lokasi penelitian), hal ini dilakukan untuk memperoleh
informasi dari pihak sekolah mengenai administrasi penelitian
c. Menentukan waktu dan materi penelitian berdasarkan hasil diskusi dengan
pendidik mata pelajaran biologi
d. Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik Simple random
sampling.
e. Sebelum dilakukan penelitian, Instrumen yang akan digunakan divalidasi oleh
validator ahli dari prodi pendidikan biologi Universitas Sulawesi Barat untuk
mengetahui kelayakan instrumen tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti melakukan observasi pembelajaran dengan cara mengikuti dalam
proses pembelajaran yang dilakukan secara luring. Pembelajaran dilakukan setiap
2 kali dalam seminggu pada masing-masing kelas. Selain data observasi,
penelitian ini juga mengumpulkan data kemandirian belajar dan berpikir logis.
Kedua data ini dikumpulkan menggunakan angket yang dibuat pada aplikasi
Google form kemudian disebar kepada peserta didik XI MIPA melalui aplikasi
Whatsapp. Data lain yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil
belajar kognitif peserta didik yang diperoleh dari pendidik mata pelajaran biologi
XI MIPA. Hasil belajar yang dikumpulkan merupakan nilai semester genap tahun
ajaran 2021/2022 pada mata pelajaran biologi.
3. Tahap Akhir
Hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah menghitung skor angket dari
masing-masing peserta didik. Penghitungan skor dilakukan dengan cara  SPSS 22
Data hasil penghitungan skor selanjutnya dianalisis menggunakan uji normalitas,
uji linearitas, uji homogenitas dan uji hipotesis, serta menarik kesimpulan
mengenai ada atau tidaknya korelasi kemandirian belajar dan berpikir logis
terhadap hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1
Majene.

18
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang menggunakan untuk mengukur
instrumen seperti fenomena alam serta sosial yang diamati terdapat dua alat
instrumen yang digunakan sebagai berikut:
1. Angket
a. Angket kemandirian belajar

Angket kemandirian belajar digunakan untuk mengetahui tingkat


kemandirian belajar peserta didik. Angket yang akan digunakan terdiri atas 30
pernyataan yang masing-masing pernyataan positif dan negatif. Kemudian angket
disusun berdasarkan indikator kemandirian belajar dan selanjutnya akan di
validasi oleh dosen Universitas Sulawesi Barat. Pengukuran angket dilakukan
menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Kisi-kisi angket secara
lengkap dari data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2. Skala Likert
Pernyataan Positif (+) Pernyataan Negatif (-)
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 4 Selalu (S) 4
Setuju(S) 3 Sering (S) 3
Kurang Sering (KS) 2 Kurang Sering (KS) 2
Tidak Sering (TS) 1 Tidak Sering (TS) 1
(Sugiyono, 2016)
b. Angket berpikir logis
Angket berpikir logis digunakan untuk mengenali variasi berpikir logis
siswa. Angket yang terdiri atas 24 setiap terdapat pernyataan positif dan negatif.
Kemudian angket disusun berdasarkan indikator berpikir logis dan akan
divalidasi oleh dosen Universitas Sulawesi Barat. Pengukuran angket dilakukan
menggunakan skala Likert dengan empat alternatif  jawaban, yaitu selalu (S),
sering (S), kurang sering (KS), dan tidak sering (TS).

Pengukuran angket kemandirian belajar menggunakan skala Likert dengan


menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Kisi-kisi angket secara lengkap dari
data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:

19
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar
Indikator Positif Negatif Nomor Angket
√ 1
√ 2
Rasa Percaya Diri √ 3
√ 4
√ 5
√ 6
√ 7
√ 8
Berperilaku Disiplin √ 9
√ 10
√ 11
√ 12
√ 13
√ 14
√ 15
Insiatif √ 16
√ 17
√ 18
√ 19
√ 20
Pengendalian Diri √ 21
√ 22
√ 23
√ 24
√ 25
√ 26

Kemantapan Diri √ 27
√ 28
√ 29
√ 30

Pengukuran angket berpikir logis dilakukan menggunakan skala Likert


dengan empat alternatif jawaban, yaitu selalu (S), sering (S), kurang sering (KS),

20
dan tidak sering (TS). Adapun kisi-kisi angket berpikir logis, hal ini dapat dilihat
pada tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Berpikir Logis
Indikator Positif Negatif Nomor Angket

√ 1, 13
Kesesuaian antara data dan √ 2, 5, 23, 21
strategi yang digunakan dengan √ 9
masalah. √ 22
√ 5
Membuktikan kebenaran data √ 24, 15
berupa fakta dan data yang √ 8
digunakan untuk menyelesaikan √ 6, 4
masalah. √ 14, 7
√ 10, 18
Data berupa fakta atau √ 11, 19
pernyataan sebuah masalah
√ 12, 20

2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk pendokumentasian nilai hasil ujian semester
genap peserta didik kelas XI MIPA tahun ajaran 2021/ 2022. Rekapitulasi nilai
diambil dari pendidik biologi kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
3. Validasi Instrumen
a) Uji validitas

Uji validitas angket dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas angket.


Angket yang digunakan dalam penelitian ini dinilai oleh 2 orang dosen
Universitas Sulawesi Barat. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas contruck  menurut Gregory (Retnawati, 2016, p.23). Hasil
tabulasi silang untuk menghitung angket secara lengkap dari data tersebut dapat
dilihat pada tabel 3.5. sebagai berikut:
Tabel 3.5. Tabulasi Silang Untuk Menghitung Angket
Rater1 (ahli1)
Lemah Kuat
Rater2 (ahli2) (1/2) (3/4)
Lemah(1/2) A B
Kuat(3/4) C D
(Retnawati, 2016, p. 23).
Berdasarkan Tabel diatas, selanjutnya hasil penilaian dari 2 validator

21
dibuatkan tabulasi silang kemudian dianalisis dengan menggunakan validitas
Contruck menurut Gregory sebagai berikut:
Untuk mengetahui indeks validitas tes formal objektif maka data
mencarinya dengan rumus:
D
Koefisien Validitas Isi ¿
( A+ B+C + D)
(3)
Keterangan:
A= Rater 1 memberikan skor lemah, Rater 2 memberikan skor lemah
B= Rater 1 memberikan skor kuat, Rater 2 memberikan skor lemah
C= Rater 1 memberikan skor lemah, Rater 2 memberikan skor kuat
D= Rater 1 memberikan skor kuat, Reter 2 memberikan skor kuat
Keterangan
0,80– 1,00 = Sangat tinggi
0,60– 0,80 = Tinggi
0,40 – 0,60 = Cukup/ Sedang
0,20 – 0,40 = Rendah
Indeks validitas Kontigensi Untuk Menghitung Indeks Gregory. Hasil
Kontigensi Untuk Menghitung Indeks Gregory, secara lengkap dari data tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kontigensi Untuk Menghitung Indeks Gregory
Rater1 (ahli1)
Lemah Kuat
Rater 2 (ahli2) (1/2) (3/4)
Lemah(1/2) A B
Kuat(3/4) C D
(Retnawati 2016, p. 93)

Hal ini terlihat dari hasil evaluasi validator bahwa soal angket tersebut valid
sehingga dapat digunakan Misalnya soal dengan status D menujukkan bahwa
mereka dapat segera digunakan soal dengan status B dan C akan diperbaiki
sebelum digunakan, dan soal dengan A akan segera dibuang. Standar validitas isi
yaitu jika indeks kurang dari atau sama dengan 0,20 berarti validitas rendah, jika
indeks 0,4-0,59 berarti validitas sedang, jika indeks lebih besar dari atau sama

22
menjadi 0,8- 1,00 itu berarti validitas 0,8 - 1,00 dikatakan tinggi (Retnawati, 2016
p. 93).

23
b) Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji reliabilitas
Inter-rater. Uji reliabilitas Inter-rater dipergunakan apabila pada suatu
instrumen penskoran butir dilakukan dengan memanfaatkan dua orang rater,
peneliti dapat mengestimasi reliabilitas dengan Inter-rater agreement. Hasil
reliabilitas dengan cara ini disebut dengan reliabilitas Inter-rater. Adapun cara
mengestimasinya dengan menghitung terlebih dahulu banyaknya butir atau
kasus yang cocok atau butir atau kasus yang diskor sama oleh kedua rater.
Banyaknya butir yang cocok ini kemudian dibandingkan menggunakan butir
total, kemudian tersaji pada persentase. Estimasi reliabilitas skor dengan inter-
rater bisa tersaji menggunakan formula (Retnawati 2016, p. 94) sebagai
berikut:

Banyak kasus yang di skor sama oleh kedua rater ×100 (4)
Inter−rateragreement=
Banyak kasus

Cara mengestimasinya dengan menghitung terlebih dahulu banyaknya


butir atau kasus yang cocok atau butir atau kasus yang diskor sama oleh kedua
rater. Banyaknya butir yang cocok ini kemudian dibandingkan dengan butir
total, kemudian disajikan dalam persentase. Hasil kriteria reabilitas angket
secara lengkap dari data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7. Kriteria Reabilitas Angket


Rentang Skor Reabilitas Kriteria
0,80– 1,00 Sangat Tinggi
0,60– 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Sedang
0,20 – 0,40 Rendah
(Retnawati , 2016, p. 94).
H. Teknik Analisis Data
Setelah mengumpulkan semua data dari semua narasumber atau sumber data
jika tidak, langkah selanjutnya adalah menguji prasyarat terlebih dahulu.
Kemudian menganalisa data tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan data.
Dalam penlitian ini digunakan teknik korelasi paradigma ganda menjelaskan mean
dan deviasi standar dan hubungan tersebut antara varibel bebas dan terikat.

24
1. Analisis Deskriptif Statistik
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa data dari angket dengan
cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Yuliati &
Saputra, 2020). Termasuk pada statistik deskriptif antara lain adalah penyajian
data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan modus median, mean
(pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil (Anshori & Iswati,
2009, p.116).
a. Analisis deskriptif kemandirian belajar
Pernyataan-pernyataan pada angket kemandirian belajar dibagi menjadi dua
kategori yaitu positif dan negatif. Dengan penilaian empat sampai satu untuk
positif, yaitu sangat setuju (SS) di skor empat , setuju (S) di skor tiga, kurang
setuju (KS) di skor dua, tidak setuju (TS) di sksor 1 dan sangat tidak sesuai (STS)
di skor satu sedangkan untuk pernyataan negatif bergerak dari satu sampai
empat , yaitu sangat setuju (SS) di skor satu, setuju (S) di skor dua, kurang sstuju
(KS) di skor tiga dan tidak setuju (TS) di skor empat. hasil ini secara lengkap data
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.8. sebagai berikut:

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Skala Kemandirian Belajar


Respon Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Kurang Sestuju (KS) 2 3
Tidak Setuju (TS) 1 4
(Sugiyono, 2016)

1) Pengkategorian kemandirian belajar dengan menggunakan interval


Untuk klasifikasi, rata-rata dan satuan simpangan baku populasi
diperlukan. standar deviasi dihitung dengan mencari rentang skor, yang adalah
skor tertinggi yang mungkin diperoleh responden dikurangi skor terendah
yang mungkin diperoleh responden, dan rentang skor dibagi (Karmila, 2014).
Berikut ini rumus yang digunakan pada penelitian ini untuk membuat
klasifikasi.
kategorisasi dalam penelitian ini.
Skor maksimal instrumen = Jumlah soal × skor skala terbesar

25
Skor minimal instrumen = Jumlah soal × skor skala terkecil
1
Mean (𝜇) = (Skor maksimal + Skor minimal)
2
1
Standar Deviasi Populasi (𝜎) = (Skor maksimal – Skor minimal)
6
Berdasarkan perhitungan di atas, setiap responden akan di
golongkan ke dalam empat kategori, hasil ini secara lengkap data
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9. Interval dan Kategori
Rentang Skor Kategori
X > 𝜇+1𝜎 Sangat Tinggi
𝜇 < X  𝜇+1𝜎 Tinggi
𝜇-1𝜎 < X  𝜇 Sedang
X  𝜇-1𝜎 Rendah
(Karmila, 2014).
Keterangan:
X = Total skor setiap responden
𝜇 = rata-rata
𝜎 = Simpangan baku
Berikut adalah perhitungan untuk menentukan kategorisasi:
Kategori kemandirian belajar sebagai berikut:
Skor maksimal = 30 × 4 = 120
Skor minimal = 30 × 1 = 30
1
𝜇 = (Skor maksimal + Skor minimal)
2
1
= (120 + 30)
2
= 75
1
𝜎 = (Skor maksimal – Skor minimal)
6
1
= (120 - 30)
6
= 15
Berdasarkan perhitungan di atas, maka kategori untuk kemandirian
belajar berdasarkan jumlah skor data pengisian angket tersebut, dapat dilihat pada
tabel 3.10 sebagai berikut:

26
Tabel 3.9. Interval Kategori Kemandirian Belajar
Interval Kategori
X > 91 Sangat Tinggi
75 X  91 Tinggi
59 < X  75 Sedang
X  59 Rendah

b. Analisis deskriptif berpikir logis


Pernyataan-pernyataan pada angket kemandirian belajar dibagi menjadi
dua kategori yaitu positif dan negatif. Dengan penilaian empat sampai satu untuk
positif, yaitu selalu (S) di skor empat , sering (S) di skor tiga, kurang sering (KS)
di skor dua, tidak sering (TS) di skor satu sedangkan untuk pernyataan negatif
bergerak dari satu sampai empat, yaitu yaitu selalu (S) di skor satu, sering (S) di
skor dua, kurang sering (KS) di skor tiga, dan tidak sering (TS) di skor satu. hasil
ini secara lengkap data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Skala Berpikir Logis


Respon Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Kurang Sestuju (KS) 2 3
Tidak Setuju (TS) 1 4

(Sugiyono, 2016)
1) Pengkategorian berpikir logis dengan menggunakan interval
Kategori berpikir logis sebagai berikut:
Skor maksimal = 24 × 4 = 96
Skor minimal = 24 × 1 = 24
1
𝜇 = (Skor maksimal + Skor minimal)
2
1
= (96 + 24)
2
= 60
1
𝜎 = (Skor maksimal – Skor minimal)
6

27
1
= (96 - 24)
6
= 12
Untuk pengkategorian berpikir logis dengan menggunakan interval,
kategori berpikir logis dengan skala skor angket secara lengkap dari data
tersebut , dapat dilihat pada (Tabel 3.10.).
Tabel 3.10. Interval Kategori Berpikir Logis
Interval Kategori
X > 73 Sangat Tinggi
60 X  73 Tinggi
47 < X  60 Sedang
X  47 Rendah

c. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif untuk mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal


(KKM), secara lengkap dari data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.11.
Tabel 3.11. Kriteria Ketuntasan Minimal
Nilai KKM Kategori
≥ 75-100 Tuntas
< 75 Belum Tutas

Sumber: (SMA Negeri 1 Majene).


Pengkategorisasian hasil belajar kognitif interval dan kategori hasil belajar
kognitif menggunakan pedoman rumus, secara lengkap dari data tersebut dapat
dilihat pada tabel 3.12.
Tabel. 3.12. Interval Hasil Belajar Kognitif Biologi
Interval Nilai
Kategori
82 – 100 Sangat Baik
71 – 81 Baik
60– 70 Cukup
49 – 59 Kurang
30 – 39 Sangat Kurang

(Arikunto, 2010, p.245).

28
Berdasarkan hasil belajar kognitif biologi peserta didik pada data tersebut,
maka akan diketahui bahwa nilai hasil belajar kognitif biologi berada pada
rentang 82 -100 yaitu berada di kategori sangat baik.

29
2. Uji Prasyarat
Setelah melakukan analisis deskripsi data, maka langkah selanjutnya adalah
uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
merupakan uji normalitas, uji linearitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitias dilakukan untuk mengetahui apakah data dari
masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai taraf signifikansi hitung lebih besar dari taraf
signifikansi 0,5 (sig > 0,5). Uji normalitias menggunakan metode uji
Kolmogorov- sminov melalui aplikasi SPSS 22. Berikut kriteri hasil uji
normalitas dengan menggunakan metode uji Kolmogorov-sminov:
1. Signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal.
2. Signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal
b. Uji Linearitas
Uji linieritas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah dua
variabel secara signifikan mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji
liniearitas pada data ini dilakukan menggunakan uji Anova dengan bantuan
program SPSS versi 22. Pengujian pada SPSS menggunakan Linearity dengan
taraf signifikansi 0,05.
1. Jika nilai signifikansi > 0.05 maka terdapat hubungan yang linear
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Jika nilai signifikansi < 0.05 maka tidak terdapat hubungan yang
linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh
homogen atau tidak. Untuk melihat homogenitas tiga variabel peneliti dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 22. Hubungan tiga variabel dikatakan homogen
apabila signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai alpha yaitu 0,05.
3. Analisis Data Inferensial
a. Uji korelasi
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui tingkat korelasi atau hubungan
antara variabel X1 dan X2 (kemandirian belajar dan berpikir logis) dengan

30
variabel Y (hasil belajar kognitif biologi). Uji ini akan dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis korelasi Product moment dengan bantuan SPSS 22.
Setelah melakukan uji korelasi, maka langkah selanjutnya adalah memberikan
interpretasi terhadap nilai “r” yang telah diperoleh:
1) Jika nilai r hitung > r tabel maka terdapat hubungan, begitu pula sebaliknya
jika nilai r hitung < r tabel maka tidak ada hubungan.
2) Jika nilai Sig. < 0,05 maka nilai signifikan begitu pun sebaliknya, jika nilai Sig.
> 0,05 maka nilai tidak signifikan.
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui tingkat korelasi atau hubungan
antara variabel X1 (kemandirian belajar) dan X2 (berpikir logis) dengan variabel Y
(hasil belajar kognitif ). Arah korelasi menggunakan dengan tanda + (positif) dan
– (negatif), dimana korelasi positif artinya arah korelasi yang ditunjukkan sejajar
dan searah. Sedangkan korelasi negatif menunjukkan arah korelasi sejajar namun
berlawanan arah. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan dengan memakai
teknik analisis korelasi Product moment dengan bantuan SPSS 22. Setelah
dilakukan uji korelasi, maka langkah selanjutnya adalah memberikan interpretasi
terhadap nilai “r” yang telah diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.13
Tabel 3.13. Interpretasi Koefisien Korelasi (r)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
(Sugiyono, 2018, p. 257)
a. Uji Hipotesis
Uji korelasi dilanjutkan dengan membuat uji hipotesis untuk mengetahui
hubungan kemandirian belajar (X1) dengan hasil belajar kognitif biologi (Y),
digunakan korelasi Personal person. Untuk mengetahui hubungan berpikir logis
(X2) dengan hasil belajar kognitif biologi (Y) menggunakan korelasi Personal
person. Untuk membuat mengetahui hubungan kemandirian belajar ( X1) dan
berpikir logis (X2), serta hasil belajar kognitif biologi peserta didik (Y). Dalam
penelitian ini menggunakan korelasi untuk menguji hipotesis masing-masing
variabel X (X1 dan X2) dan Y dengan menggunakan bantuan program komputer
SPSS. Untuk membuat menguji hipotesis korelasi berganda, X1 dan X2 bersama-

31
sama dengan Y, digunakan rumus korelasi variasi Regresi II yang didukung oleh
program SPSS 22. Setelah dilakukan uji korelasi Produck moment maka langkah
selanjutnya merupakan penentuan hipotesis, dasar pengambilan keputusan
hipotesis yaitu dengan nilai signifikan
a. Jika nilai Sig. < 0,05 H1 diterima dan H0 ditolak
b. Jika nilai Sig. > 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak
Adapun hipotesis dari penelitian adalah sebagai berikut:
H1: Terdapat hubungan signifikan antara kemandirian belajar terhadap hasil
belajar kognitif biologi peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
H0: Tidak terdapat hubungan signifikan kemandirian belajar terhadap hasil belajar
kognitif biologi peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
H1: Terdapat hubungan signifikan antara berpikir logis terhadap hasil belajar
kognitif biologi peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
H0: Tidak terdapat hubungan signifikan antara berpikir logis terhadap hasil belajar
kognitif biologi peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
H1: Terdapat hubungan signifikan antara kemandirian belajar dan berpikir logis
secara bersama-sama terhadap hasil belajar kognitif biologi peserta didik
kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
H0: Tidak terdapat hubungan signifikan antara kemandirian belajar dan berpikir
logis terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1
Majene.

32
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian untuk variabel kemandirian belajar dan berpikir logis
peserta didik diperoleh dari pemberian angket yang disebarkan dalam bentgoogle
form melalui aplikasi WhatsApp kepada peserta didik kelas XI MIPA SMA
Negeri 1 Majene, yang berjumlah 60 peserta didik. Penelitian ini menggunakan
dua angket, yaitu angket kemandirian belajar (X1) yang terdiri dari 30 item
pernyataan 11 positif dan 29 pernyataan negatif seangkan angket berpikir logis
(X2) yang terdiri dari 24 item pernyataan yang memuat 18 pernyataan positif dan
6 pernyataan negatif.
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kevalidan dan kesesuaian
kuesioner yang digunakan dalam mengukur dan memperoleh data penelitian dari
responden.
Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah kuesioner memiliki
konsistensi jika pengukuran dilakukan dengan kuesioner tersebut dilakukan
secara berulang. Oleh karena itu, sebelum data yang diperoleh dari hasil
penelitian dilakukan uji analisis deskriptif, uji normalitas, uji linearitas dan uji
korelasi maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas data dengan menggunakan
aplikasi SPSS.
a. Hasil uji validitas dan reliabilitas kemandirian belajar
Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas data untuk angket kemandirian
beajar dapat dilah pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Angket Peserta Didik Kelas XI


MIPA SMA Negeri 1 Majene

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 60 100,0
Excluded a
0 ,0
Total 60 100,0

33
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(Sumber: Output SPSS 22)


Berdasarkan Tabel 4.1 Hail Uji Validitas Angket Peserta Didik Kelas XI
SMA Negeri 1 Majene dengan menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 22
diperoleh hasil bahwa angket yang pernyataan semuanya valid. Hasil dari uji
validitas setiap item butir pernyataan dapat dilihat pada lampiran hasil
validitas Angket kemandirian belajar sebagai beikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Angket Reliabilitas Peserta Didik Kelas
XI SMA Negeri 1 Majene

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,731 ,730 11
(Sumber: Output SPSS 22)

Berdasarkan pada Tabel 4.2 Hasil Uji Angket Reliabilitas Peserta Didik
Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene menunjukkan bahwa angket tersebut
dintakan reliabel secara keseluruhan dan dapat dilihat dari nilai r hitung 0,730 > r
tabel 731
b. Hasil uji validitas dan reliabilitas berpikir logis
Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas data untuk angket kemandirian
beajar dapat dilah pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Angket Peserta Didik Kelas XI


MIPA SMA Negeri 1 Majene

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 60 100,0
Excluded a
0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(Sumber: Output SPSS 22)


Berdasarkan Tabel 4.1 Hail Uji Validitas Angket Peserta Didik Kelas XI

34
SMA Negeri 1 Majene dengan menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 22
diperoleh hasil bahwa angket yang pernyataan semuanya valid. Hasil dari uji
validitas setiap item butir pernyataan dapat dilihat pada lampiran hasil
validitas Angket kemandirian belajar sebagai beikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Angket Reliabilitas Peserta Didik Kelas
XI SMA Negeri 1 Majene
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,745 ,752 18
(Sumber: Output SPSS 22)

Berdasarkan pada Tabel 4.4 Hasil Uji Angket Reliabilitas Peserta Didik
Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene menunjukkan bahwa angket tersebut
dintakan reliabel secara keseluruhan dan dapat dilihat dari nilai r hitung 0,752 > r
tabel 745

2. Analisis Data Deskriftif


a. Data kemandirian belajar
Adapun hasil uji data deskriftif untuk analisis kemandirian belajar dapat
dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5. Data Variabel Kemandirian Belajar
Jumlah Nilai Nilai Rata-
Statistik Deviasi
Data (N) Minimun Maksimun rata
Kemandirian
60 15,00 39,00 24,11 5,36
Belajar
(Sumber: Output SPSS 22)

Berdasarkan tabel 4.5 hasil perhitungan skala statistik kemandirian belajar


dengan menggunakan SPSS versi 22 diketahui bahwa nilai rata-rata kemandirian
belajar peserta didik adalah 24,11 nilai minimun 15,00 nilai maksimun 39,00 dan
nilai deviasi 5,36.

35
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar

Interval Frekuensi Persentase (%)


X > 91 4 6,67
75 X  91 8 13,34
59 < X  75 38 63,34
X  59 10 16,67
Jumlah 60 100
(Sumber: Output SPSS 22 )
Berdasarkan tabel kemandirian belajar biologi peserta didik kelas XI MIPA
SMA Negeri 1 Majene tersebar pada Range 38 dengan interval kelas sedang 59-
75 dan interval kelas sangat tertinggi X >91 sebanyak 4 orang. Adapun frekuensi
tertinggi yang diperoleh yaitu 38 orang dengan persentase 63,34 % yang berada
pada interval kelas 59 -75.
Hasil analisis deskriptif data kemandirian belajar yang diperoleh, dibagi
menjadi empat kategori yaitu, sangat setuju, setuju, dan kurang setuju sangat
rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi
dengan jumlah skor terendah kemudian dibagi dengan jumlah kategorisasinya.
Adapun pengkategorisasian kemamdirian belajar dapat dilihat pada tabel 4.7
sebagai berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar

Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori


X > 91 4 6,67 % Sangat Tinggi
75 X  91 8 13,34 % Tinggi
59 < X  75 38 63,34 % Sedang
X  59 10 16,67 % Rendah
Jumlah 60 100
(Sumber: Output SPSS 22)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta


didik memiliki kemandirian belajar dalam kategori sedang, 38 (63,34%) peserta
didik berada pada kategori sangat tinggi, 4 (6,67 %) peserta didik berada pada
kategori tinggi, 8 (13,34%) peserta didik berada pada kategori rendah dan 10
(16,67%) peserta didik berada pada kategori rendah.
b. Analisis deskriptif berpikir logis
Adapun hasil uji data deskriftif untuk analisis kemandirian belajar dapat
dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

34
Tabel 4.8. Data Berpikir Logis
Jumlah Data Nilai Nilai Rata-
Statistik Deviasi
(N) Minimun Maksimun rata
Berpikir Logis 60 25,00 53,00 39,26 7,24
Berdasarkan tabel 4.8 hasil perhitungan skala statistik kemandirian belajar
dengan menggunakan SPSS versi 22 diketahui bahwa nilai rata-rata berpikir logis
peserta didik adalah 39,26 nilai minimun 25,00 nilai maksimun 53,00 dan nilai
deviasi 7,24 .
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berpikir Logis

Interval Frekuensi Persentase (%)


X > 73 1 1,67
60 X  73 17 28,34
47 < X  60 32 53,34
X  47 10 16,67
Jumlah 60 100
(Sumber: Output SPSS 22

Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta


didik memiliki kemandirian belajar dalam kategori sedang, 32 (53,34%) peserta
didik berada pada kategori sangat tinggi, 1 (1,67 %) peserta didik berada pada
kategori tinggi, 17 (28,34%) peserta didik berada pada kategori rendah dan 10
(16,67%) peserta didik berada pada kategori rendah
Hasil analisis deskriptif data kemandirian belajar yang diperoleh, dibagi
menjadi empat kategori yaitu, sangat setuju, setuju, dan kurang setuju, rendah.
Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan
jumlah skor terendah kemudian dibagi dengan jumlah kategorisasinya. Adapun
pengkategorisasian kemamdirian belajar dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai
berikut:
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Berpikir Logis

Interval Frekuensi Persentase (%) Kategorisasi


X > 73 1 1,67 Sangat Tinggi

35
60 X  73 17 28,34 Tinggi

47 < X  60 32 53,34 Sedang

X  47 10 16,67 Rendah

Jumlah 60 100
(Sumber: Output SPSS 22)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta
didik memiliki kemampuan berpikir logis dalam kategori sedang, 32 (53,34%)
peserta didik berada pada kategori sangat tinggi, 1 (1,67 %) peserta didik berada
pada kategori tinggi, 8 (13,34%) peserta didik yang berada pada kategori rendah
dan 10 (16,67%) .

3. Hasil Uji Prasyarat


a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan


bersifat normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji kolmogrov-smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS versi 22.
Adapun data dikatakan normal apabila nilai signifikan > 0,05. hasil perhitungan
uji normalitas pada angket kemandirian belajar, berpikir logis dan hasil belajar
kognitif biologi dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas
Variabel N Nilai Signifikan Taraf Signifikan Keterangan
Kemandirian
60 0,145 0.05 Terdistribusi
Belajar (X1)
Normal
Berpikir Logis
(X2) 60 0,740 0,05 Terdistribusi
Normal
Hasil
Belajar 60 0,328 0,05 Terdistribusi
Kognitif Normal
Biologi (Y)
(Sumber: Output SPSS 22)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas hasil dari perhitungan uji kolmogrov-
smirnov pada variabel kemandirian belajar, berpikir logis dan hasil belajar
kognitif diperoleh nilai signifikansi kemandirian belajar (0,145), berpikir logis
(0,740) dan hasil belajar kognitif (0,328) > 0.05. Dengan demikian menunjukkan
bahwa kedua variabel tersebut berdistribusi normal.

36
b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua data memilki


hubungan yang linear. Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik Anova dengan bantuan aplikasi SPSS versi 22. Data
dapat dikatakan memilki hubungan yang linear apabila nilai signifikansi > 0, 05.
Adapun hasil perhitungan uji linearitas pada kemandirian belajar, berpikir logis
dan hasil belajar kognitif biologi dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Uji Linearitas
Taraf
Variabel N Nilai Signifikan Keterangan
Signifikan
Kemandirian 60 0,733 0,05 Linear
Belajar (X1)
Berpikir logis (X2) 60 0,458 0,05 Linear
Hasil Belajar
Kognitif Biologi 60 0,271 0,05 Linear
(Y)
(Sumber: Output SPSS 22)
Berdasrkan tabel 4.12 di atas hasil uji linearitas yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa hubungan kemandirian belajar, berpikir logis dengan hasil
belajar kognitif biologi adalah linear. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
linearitas yang memperoleh nilai signifikansi sebesar kemandirian belajar (0,733),
berpikir logis (0,458) dan hasil beajar kognitif (0,271) > 0.05. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa hubungan kemandirian belajar, berpikir logis dengan
hasil belajar kognitif peserta didik menunjukkan linear.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan


bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan uji homogeneity variances dengan bantuan aplikasi SPSS versi
22. Adapun data dikatakan normal apabila nilai signifikan > 0,05. hasil
perhitungan uji normalitas pada angket kemandirian belajar, berpikir logis dan
hasil belajar kognitif biologi dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas
Taraf
Variabel N Nilai Signifikan Keterangan
Signifikan
Kemandirian 60 0,147 0,05 Homogen
Belajar (X1)

37
Berpikir logis (X2) 60 0,237 0,05 Homogen

3. Analisis Inferensial

a. Uji korelasi dan hipotesis

Uji korelasi dan uji hipotesis memilki tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara kemandirian belajar, berpikir logis dan hasil belajar
kognitif biologi peserta didik dengan menggunakan teknik dalam statistik bivariat
yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.
Penggunaan teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi pearson
product moment dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22. Adapun analisis
dari hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kemandirian belajar terhadap hasil belajar kognitif


Hasil uji data korelasi dan hipotesis untuk analisis kemandirian belajar
terhadap hasil belajar kognitif dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Korelasi dan Uji Hipotesis Kemandirian Belajar Terhadap Hasil
Belajar kognitif
Variabel Pearson corelation Sig.
Kemandirian Belajar 
Hasil Belajar Kogntif -0,154 0,240
Biologi
(Sumber: Output SPSS 22)
Berdasarkan tabel 4.14 hasil perhitungan uji korelasi kemandirian belajar
dengan hasil belajar kognitif peserta didik diperoleh nilai signifikan -0,154 > 0,05
yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemandirian belajar dengan hasil belajar kognitif peserta didik pada
pelajaran biologi kelas XI SMA Negeri 1 Majene mempunyai hubungan yang
tidak signifikan.
Untuk tingkat hubungan kemandirian belajar dengan hasil belajar peserta
didik pada pelajaran biologi kelas XI SMA MIPA Negeri 1 Majene, berada pada
tingkat hubungan yang lemah. Berdasarkan pedoman interpretasi koefisen

38
korelasi nilai pearson correlation berada pada interval koefisien antara 0,00 –
0,199 yaitu nilainya -0,154. Hal ini juga menunjukkan bahwa kedua variabel
tersebut memiliki hubungan yang negatif.

2. Berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif


Hasil uji data korelasi dan hipotesis untuk analisis berpikir logis terhadap
hasil belajar kognitif dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.15 Hasil Korelasi dan Uji Hipotesis Berpikir Logis Terhadap Hasil
Belajar kognitif
Variabel Pearson corelation Sig.
Berpikir Logis  Hasil
Belajar Kognitif Biologi 0,052 0,695

(Sumber: Output SPSS 22)


Berdasarkan tabel 4.15 hasil perhitungan uji korelasi berpikir logis dengan
hasil belajar kognitif peserta didik diperoleh nilai signifikan 0,052 > 0,05 yang
artinya H0 diterima dan H1 ditolak. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
berpikir logis dengan hasil belajar kognitif peserta didik pada pelajaran biologi
kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene mempunyai hubungan yang tidak
signifikan.
Untuk tingkat hubungan berpikir logis dengan hasil belajar peserta didik
pada pelajaran biologi kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene, berada pada
tingkat hubungan yang sedang. Berdasarkan pedoman interpretasi koefisen
korelasi nilai pearson correlation berada pada interval koefisien antara 0,40 –
0,599 yaitu nilainya 0,052. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variebel tersebut
memiliki hubungan yang positif.
3. kemandirian belajar dan berpikir logis terhadap hasil belajar kognitf biologi
Hasil uji data korelasi dan hipotesis untuk analisis kemandirian belajar dan
berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai
berikut:
Tabel 4.15 Hasil Korelasi dan Uji Hipotesis Kemandirian Belajar, Berpikir Logis
Terhadap Hasil Belajar kognitif
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

39
1 Regression 28,113 2 14,056 ,816 ,447b
Residual 981,537 57 17,220
Total 1009,650 59
(Sumber: Output SPSS 22)

Berdasarkan tabel 4.16 hasil perhitungan uji korelasi berpikir logis dengan
hasil belajar kognitif peserta didik diperoleh nilai signifikan 0,0447 > 0,05 yang
artinya H0 diterima dan H1 ditolak. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar dan berpikir logis dengan hasil belajar kognitif biologi
peserta didik pada kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Majene mempunyai hubungan
yang tidak signifikan.
Untuk tingkat hubungan kemandirian belajar dan berpikir logis dengan hasil
belajar peserta didik pada pelajaran biologi kelas XI MIPA SMA Negeri 1
Majene, berada pada tingkat hubungan yang sedang. Berdasarkan pedoman
interpretasi koefisen korelasi nilai pearson correlation berada pada interval
koefisien antara 0,40 – 0,599 yaitu nilainya 0,052. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua variebel tersebut memiliki hubungan yang positif.
B. Pembahasan
1. Kemandirian Belajar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi kemandirian belajar
yang didapatkan termasuk dalam kategori sedang pada 38 peserta didik (Tabel
4.4.). Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah memiliki kemandirian
belajari, namun perlu diberikan kegiatan agar peserta didik mampu meningkatkan
kemandirian belajar. Kegiatan tersebut dapat berupa memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya, sedangkan pendidik
lebih banyak memberikan arahan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
observasi sebelumnya bahwa kemandirian belajarnya rendah. Perbedaan tersebut
disebabkan karena materi yang dibawakan pada saat observasi awal susah
dipahami oleh peserta didik materi sistem saraf sedangkan saat penelitian
dilakukan materi yang diajarkan adalah sistem respirasi. Materi sistem saraf lebih
sulit sebab terdapat banyak kata-kata ilmiah. Sulitnya materi sistem saraf juga
dilaporkan oleh Nurlia et al. (2017), bahwa mata pelajaran sistem saraf susah
karena materinya banyak, harus dihapal serta identik dengan bahasa latin. Hasil

40
penelitian sesuai dilaporkan oleh Robbani (2022), bahwa materi sistem respirasi
dapat meningkatkan kemandirian belajar. Disebabkan peserta didik telah mampu
mengerjakan tugas/kuis yang diberikan dan mengumpulkan tepat waktu serta
hasilnya pun optimal. Sehingga dengan peserta didik yang mengerjakan tugas/kuis
menunjukkan tanggung jawab dan disiplin peserta didik yang semakin meningkat.
Menurut Syahputra (2017), kemandirian belajar secara efektif dapat
meningkatkan dengan cara memantau peserta didik saat belajar, menilai tugas
yang diberikan, inisiatif dalam pembelajaran dan mengontrol diri sendiri. Jangan
merasa tergantung pada orang lain. Peserta didik yang memiliki kemandirian
belajar mampu menganalisis masalah kompleks, mampu bekerja sendiri atau
kelompok. Kemanidrian belajar yang tinggi, yaitu berdampak pada hasil belajar
kognitif biologi peserta didik yang tinggi jika disertai dengan belajar, inisiatif
sendiri dan percaya diri. Menurut Sanita et al. (2021), kegiatan itu berupa rasa
kepercayaan diri dalam menganalisis permasalahan dan memacahkan masalah
yaitu sering mengerjakan tugas dan tanpa menyontek kepada teman.
2. Berpikir Logis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi berpikir logis yang di
dapatkan termasuk dalam kategori sedang pada 32 peserta didik (Tabel 4.5.). Hal
ini menujukkan bahwa beberapa peserta didik yang telah dijadikan sampel telah
memiliki kemampuan berpikir logis. Namun perlu diberikan kegiatan yang dapat
meningkatkan berpikir logis tersebut antara lain membiasakan untuk sering
membaca, bertanya, diskusi, dan lain-lain. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hasil observasi sebelumnya bahwa cara berpikir logis pada peserta didik SMA
Negeri 1 Majene rendah. Perbedaan tersebut disebabkan karena materi yang
dibawakan pada saat observasi awal susah dipahami oleh peserta didik yaitu
materi sistem saraf. Hasil penelitian yang sesuai dilaporkan oleh Abdollah et al.
(2022), bahwa sistem pernapasan meningkatkan dalam berpikir logis dan
sistematis. Pendidik menjelaskan sambil mempraktekkan bagaimana sistem
pernafasan sehingga peserta didik pada akhirnya memiliki pola pikir dalam
mempelajari sistem respirasi atau pernapasan.
Menurut Kharisma et al., (2019), kemampuan berpikir logis yang tinggi
akan lebih mampu mencapai tujuan hidupnya, mampu mengevaluasi dan melihat

41
peluang, serta mampu bersaing dengan tantangan. Percaya bahwa salah satu
faktor pribadi yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah berpikir
berdasarkan fakta. Menurut Octaviani (2017), kemampuan berpikir logis dapat
memberikan pemahaman yang berdasarkan fakta dilapangan. Menurut Sopandi &
Martoprawiro (2014), menunjukkan bahwa terdapat rata-rata kemampuan berpikir
logis berdasarkan nilai peserta didik yang berada dikategori rendah atau sedang.
3. Hasil Belajar Kognitif Biologi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa frekuensi hasil belajar
kognitif biologi termasuk dalam kategori baik sekali pada 45 peserta didik (Tabel
4.6.). Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah mampu mencapai hasil
belajar. Hal ini dapat dilihat dari peserta didik yang telah mampu memahami
pembelajaran. Tingginya hasil belajar juga terlihat dari nilai tugas, ulangan
harian, kuis, ujian tengah semester dan ujian akhir semester hasil. Hasil penelitian
ini tidak sesuai dengan hasil observasi bahwa hasil belajar kognitif biologi adalah
rendah. Perbedaan tersebut disebabkan karena materi yang dibawakan pada saat
observasi awal susah dipahami oleh peserta didik yaitu materi sistem saraf. Hasil
penelitian yang sesuai dilaporkan oleh Wahyuningsih (2012), bahwa Sistem saraf
merupakan salah satu materi pelajaran biologi yang cukup rumit, karena mempela
jari bagian-bagian saraf yang sulit dilihat alat- alat  tersebut menggunakan 
terminologi bahasa asing, yang sulit dipahami oleh peserta didik. Sehingga saat
penelitian berlansung materi yang mudah dipahami adalah materi sistem respirasi
(sistem pernafasan). Hasil penelitian yang sesuai dilaporkan oleh Mulyani (2020),
bahwa hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran materi sistem
pernapasan ini meningkat setelah peserta didik mengikuti pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran Problem based learning (PBL). Dalam
pembelajaran peserta didik tampak memperhatikan penjelasan yang dilakukan
oleh pendidik, serta memahami dan menjawab pertanyaan dengan baik
melalui tugas, kuis, ujian tengah semester.
Menurut Ali & Setiani (2018), Ada dua faktor utama yang mempengaruhi
hasil belajar peserta didik, yaitu faktor dari peserta didik (Raw input) dan
lingkungan alam dan sosial (Environmental input) caranya belajar tergantung
pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Dewi et al. (2019), hasil

42
belajar menjadi tolak ukur dilihat dari pemahaman peserta didik terhadap
pembelajaran di kelas sebagai hasil dari proses belajar.
4. Hubungan kemandirian belajar terhadap hasil belajar kognitif
Analisis uji korelasi kemandirian belajar dengan hasil belajar kognitif
biologi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keduanya. Hal ini
ditujukkam oleh koefisien korelasi (r) yaitu -0,154 artinya korelasi sangat rendah
arahnya negatif dan nilai signifikasi 0,240 > 0,05 berarti tidak adanya hubungan
kemandirian belajar dengan hasil belajar kognitif. Sehingga H0 diterima H1
ditolak. Disebabkan kemandirian belajar berbeda kategori yaitu saat pemberian
pembelajaran susah dipahami, menganalisis dan faktor internal yaitu mecakup
fisik meliputi karena pernah sakit, sebab kurang sehat, sebab cacat tubuh. Hasil
belajar naik ditimbulkan rasa percaya diri, tidak malas dalam mengerjakan soal.
Kepercayaan diri ialah perilaku positif seorang indvidu yang memampukannya
dirirnya untuk mengembangkan evaluasi positif baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungan atau situasi yang sedang dihadapinya (Rais, 2022).
Pemberian perlakuan menggunakan angket pada saat pembelajaran yang diajarkan
berlansung ialah sistem respirasi, sehingga hasil belajar didorong dengan rasa
percaya diri dan menganalisis soal sebagai akibatnya memberikan dampak baik.
Hasil penelitian ini yang dilakukan dengan penelitian Wahid & Fajar
(2022), berbeda diketahui hasil yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,049 <
0,05 berarti terdapat hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar
kognitif biologi peserta didik. Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan dengan
hasil penelitian terdahulu tersebut disebabkan oleh observasi, partisipasi, jumlah
sampel serta lokasi penelitian yang tidak sama. Sebagai akibatnya membuat
pemahaman yang sesuai yang didapatkan dilapangan yaitu tidak ada hubungan
antara kemandirian belajar terhadap hasil belajar kognitif
5. Hubungan berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif.
Analisis uji korelasi berpikir logis dan hasil belajar kognitif biologi
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keduanya. Hal ini ditujukkan
oleh koefisien korelasi (r) yaitu 0,052 berarti korelasi sedang, arahnya positif dan
nilai signifikasi 0,695 > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara berpikir logis
dengan hasil belajar kognitif biologi. Sehingga H 0 diterima H1 ditolak. Tidak

43
adanya hubungan disebabkan faktor dari peserta didik yaitu faktor internal
meliputi sikap, kemalasan, waktu, dan bagaimana peserta didik belajar di rumah.
Faktor eksternal meliputi faktor luar selain peserta didik atau individu (lingkungan
peserta didik itu sendiri), lingkungan keluarga atau orang tua, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Sikap menjadi salah satu hal penilaian dalam hal
yang objektif serta menjadi penilaian penting saat berlansungnya pembelajaran
baik di dalam maupun diluar, konsep ini mengarah bahwa sikap selalu bersifat
terarahkan dan objektif baik dalam suatu benda, forum ataupun hal-hal lain
(Dahniar, 2019).
Hasil penelitian ini yang dilakukan dengan penelitian oleh Murni (2016),
bereda bahwa hasil uji korelasi yang diperoleh nilai koefisien korelasi (r) 6,372
terdapat hubungan berpikir logis dengan hasil belajar genetika. Perbedaan hasil
penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terdahulu tersebut. Disebabkan
oleh observasi, partisipasi, jumlah sampel serta lokasi penelitian yang tidak sama.
Sebagai akibatnya membuat pemahaman yang sesuai yang didapatkan dilapangan
yaitu tidak ada hubungan antara kemandirian belajar, berpikir logis dengan hasil
belajar kognitif.
6. Hubungan kemandirian belajar, berpikir logis terhadap hasil belajar kognitif
biologi
Analisis uji korelasi kemandirian belajar dan berpikir logis terhadap hasil
belajar kognitif biologi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
keduanya. Hal ini ditujukkan oleh koefisien korelasi (r) yaitu 0,162 berarti
korelasi rendah arahnya positif dan nilai signifikasi 0,468 > 0,05 berarti tidak ada
hubungan kemandirian belajar dan berpikir logis dengan hasil belajar kognitif.
Sehingga H0 diterima H1 ditolak. Tidak ada hubungan antara kemandirian belajar
dan berpikir logis terhadap hasil belajar disebabkan faktor internal dari peserta
didik meliputi sikap, kemalasan, waktu, dan bagaimana peserta didik belajar di
rumah. Faktor eksternal adalah faktor selain peserta didik atau individu
(lingkungan peserta didik itu sendiri), lingkungan keluarga atau orang tua,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kemalasan peserta didik timbul
akibat tidak adanya dukungan berasal pada diri dan semangat yang dapat
menurunkannya kekuatan fisik dan psikis yang akan melemah, hal tadi akan

44
memunculkan perasaan malas di peserta didik (Ulya, 2021).
Hasil penelitian ini yang dilakukan dengan penelitian oleh Youllanda et al.
(2020), berbeda diketahui hasil penelitian bahwa terdapat hubungan. sebesar
0,607 dengan taraf signifikansi (α) = 0,05. Perbedaan hasil penelitian yang
dilakukan dengan hasil penelitian terdahulu tersebut. Disebabkan oleh observasi,
partisipasi, jumlah sampel serta lokasi penelitian yang tidak sama. Sebagai
akibatnya membuat pemahaman yang sesuai yang didapatkan dilapangan yaitu
tidak ada hubungan antara kemandirian belajar, berpikir logis dengan hasil belajar
kognitif.

45
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar terhadap
hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai signifikansi (0, 240) > dari 0,05 dan
Koefisien korelasi r adalah -0,154.
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan berpikir logis dengan terhadap hasil
belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA Negeri 1 Majene.
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai signifikansi (0,695) > dari 0,05.
Koefisien korelasi r adalah 0,052.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan kemandirian belajar dan berpikir
logis terhadap hasil belajar kognitif biologi peserta didik XI MIPA SMA
Negeri 1 Majene. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai signifikansi
Koefisien korelasi r adalah 0,162.

B. Saran
Pada penelitian selanjutnya, diharapkan untuk judul yang lebih inovatf serta
menemukan hasil yang baik.

46
DAFTAR PUSTAKA

Abdollah, A., Marwah, A. S., Wally, P., & Sohilauw, I. S. S. (2022). Uji
Kepraktisan Pengembangan Alat Peraga Untuk Siswa SMA Pada Konsep
Sistem Respirasi. KROMATIN: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 3(1)
.https://journal.unismuh.ac.id/index.php/kromatin/article/ view/ 8916 /5107

Akbar, P., Hamid, A., Bernard, M., & Sugandi, A. I. (2018). Analisis kemampuan
pemecahan masalah dan disposisi matematik siswa kelas xi sma putra juang
dalam materi peluang. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1)
,144-153.https://www.j-cup.org/index.php/cendekia/article /view/62/53

Aksyhari, R. (2020). Kerjasama Orang Tua dan Guru PAI Dalam Memotivasi
Siswa Menghafal al-Qur'an. Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(2), 774-
786. https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ikhtibar/article/view/1821

Ali, M., & Setiani, D. D. (2018). Pengaruh model discovery learning terhadap
hasil belajar peserta didik pada konsep jamur. Bioedusiana: Jurnal Pendidik
an Biologi, 3(2), 59-63. https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/bioed/article/
view/632.

Anshori, M dan Iswati, S. (2009). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif.


Airlangga University Press: Surabaya.

Arikunto, S. (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Arikunto, S. (2010). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Bungsu, T. K., Vilardi, M., Akbar, P., & Bernard, M. (2019). Pengaruh


Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Di SMKN 1
Cihampelas. Journal on Education, 1(2), 382-389. https://jonedu.
org/index.php/ joe/article/view/78

Busnawir dan Suherna. (2006). Pengaruh Penilaian Berbasis Portofolio terhadap


Hasil Belajar Matematika dengan Mempertimbangkan Kemandirian Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.060, Tahun ke-12.

Dahniar, A. (2019). Memahami Pembentukan Sikap (Attitude) dalam Pendidikan


dan Pelatihan. Tatar Pasundan, 13(2), 299549. http://download .garuda.
kemdikbud.go.id/ article .php?article= 1465209 &val=177 15&title=
MEMAHAMI%20 PEMBENTUKAN %20SIKAP%20A TTITUDE%20
DALAM % 20 PENDIDIKAN %20DAN % 20PELATIHAN

47
Darmadi, Hamid. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan
Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Siswa. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Destiyantari, S., & Magdalena, I. (2022). Analisis Peran Guru Kelas dalam
Membentuk Kemandirian Siswa Kelas III di SDN Jati 1 Kota
Tangerang. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(5), 4351-4357.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/7318
halaman 4535.

Dewi, C. S., Suprapto, P. K., & Badriah, L. (2019). Peranan media sparkol
videoscribe terhadap hasil belajar kognitif siswa lintas minat biologi. JPBIO
(Jurnal Pendidikan Biologi), 4(2), 93-100. http://jurnal. stkippersada.ac.id/
jurnal/index.php/JBIO/article/view/456

Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Emilda, E., & Muddalipah, M. (2020). Hubungan kemampuan metakognisi


terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas XI SMA pesantren modern at-
taqwa gunung putri Bogor. EDUKASIA: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 1(2), 319-329. http:// jurnal edukasia. org/ index. php/
edukasia/ article/view/26

Fiteriani, I., & Baharudin, B. (2017). Analisis Perbedaan Hasil Belajar Kognitif
Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif yang Berkombinasipada
Materi IPA di MIN Bandar Lampung. TERAMPIL: Jurnal Pendidikan dan
PembelajaranDasar, 4(2),130.http://103. 88.229.8 /index. php/ terampil/
article /view/2224

Fauzi, K. M. A. (2011). Peningkatan kemampuan koneksi matematis dan


kemandirian belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran metakognitif di
sekolah menengah pertama. -. http://digilib.unimed.ac.id/1027/

Gunawan, R. G., & Putra, A. (2019). Pengaruh strategi belajar aktif sortir kartu
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 362-370. https://jcup.org/index.php/
cendekia/a rticle/view/119

Hakim, M. L., Muslim, M., & Ramalis, T. R. (2019). Karakteristik Tes Hasil
Belajar Ranah Kognitif Materi Elastisitas Menggunakan Analisis Item
Response Theory. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 10(1), 22-32.
http://103.98.176.9/index.php/JP2F/article/view/3318

Kamila, N. (2014). Hubungan Antara Nilai Tugas (Task Value) Mata Kuliah

48
Psikodiagnostik Dengan Orientasi Tujuan pada Mahasiswa Jurusan Psikolog
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (Doctoral disser
tation, Universitas Pendidikan Indonesia).http://repository.upi.edu/6119/6/
S_PSI_0901878_Chapter3 .pdf

Kharisma, D., Paduppai, D., & Djam'an, N. (2019). Pengaruh Kecerdasan


Interpersonal, Regulasi Diri, dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XII SMA Negeri 2
Sengkang. Jurna Nalar Pendidikan, 7(1), 21-27. https://ojs.unm.ac.id/nalar/a
rticle/view/ 9390/ 5529

Mashari, Ali. (2004). Profil penerapan kewibawaan dalam proses pembelajaran.


jurnal STKIP Al Islam Tunas Bangsa Bandar Lampung.

Mulyani, S. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Pernapasan


Melalui Model Problem Based Learning Bagi Peserta Didik Kelas XI MIPA
6 SMA Negeri 1 Tawangsari Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal
Pendidikan, 29(2),143-150.https://docplayer.info/198536636-Jurnal-
pendidikan- p-issn-x-e-issn-volume-29-no-2-juli-2020-online.html

Murni, D. (2016). Hubungan kemampuan berpikir logis dengan hasil belajar


mahasiswa pada mata kuliah genetika. Jurnal Pendidikan Biologi, 7(2), 47-
51. http://download. garuda.kemdikbud.go.id.

Nugraha, T. S., & Mahmudi, A. (2015). Keefektifan pembelajaran berbasis


masalah dan problem posing ditinjau dari kemampuan berpikir logis dan
kritis. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2(1), 107-120.  https:// journal.
uny.ac.id/index.php/jrpm/article/view/7154

Nugraheni, A. R. (2019). Hubungan kemampuan analisis dan berpikir logis


dengan prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis kelas XI MIPA SMA
Negeri 4 Surakarta. https://digilib. uns.ac.id/dokumen/ detail/78070/
Hubungan- kemampuan-analisis-dan-berpikir-logis-dengan-prestasi-belajar-
siswa-pada-materi- hidrolisis-kelas-XI-MIPA-SMA-Negeri-4-Surakarta

Nurlia, N., Hala, Y., Muchtar, R., Jumadi, O., & Taiyeb, M. (2017). Hubungan
antara gaya belajar, kemandirian belajar, dan minat belajar dengan hasil
belajar biologi siswa. Jurnal Pendidikan Biologi, 6(2), 321-328. https://
jurnal. unimed.ac.id/ 2012/index.php/ JPB/article /view/6552.

Nurtanto, M., & Sofyan, H. (2015). Implementasi problem-based learning untuk


meningkatkan hasil belajar kognitif, psikomotor, dan afektif siswa di
SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 5(3), 352-364.https:// journal. uny.ac.id/
index.php /jpv/articl e/view /6489/5587.

Octaria, D. (2017). Kemampuan berpikir logis mahasiswa pendidikan matematika


universitas pgri palembang pada mata kuliah geometri analitik. Jurnal

49
Pendidikan Matematika RAFA, 3(2), 181194 http://jurnal.radenfatah. ac.id/
index.php/ jpmrafa/article/view/1740.

Pranyoto, Y. H., & Geli, S. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Sosial Sebagai
Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa Sekolah
Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke. Jurnal Masalah Pastoral, 8(1), 30-
45. http://ojs.stkyakobus.ac.id/index.php/JUMPA/article/view/79.

Puspitasari, N. (2018). Kemampuan Mengajukan Masalah Direlasikan dengan


Kemampuan Berpikir Logis Matematik. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika,7(1),121-132. https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/
mosharafa/article/view/mv7n1_13.

Putri, G. R., Syahrul, R., & Gani, E. (2012). Hubungan Kemampuan Berpikir
Logis dengan Kemampuan Menulis Karangan Aargumentasi Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Rao Kabupaten Pasaman. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(1), 19-26. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/
article/view/195

Rais, M. R. (2022). Kepercayaan Diri (Self Confidence) Dan Perkembangannya


Pada Remaja. ALIRSYAD: JURNAL  PENDIDIKAN DAN KONSELING, 
12(1),40-47.http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/al-irsyad/article/view/11935

Retnawati, H. (2016). Analisis kuantitatif instrumen penelitian. Yogyakarta:


Parama Publishing, https://scholar . google. com/ scholar?q =related:zqukm
UrNMtIJ:s cholar.google.com/ &scioq=jurnal+ retnawati+2016+ analisis+
instrumen&hl=id&as_sdt=0,5

Rijal, S., & Bachtiar, S. (2015). Hubungan antara sikap, kemandirian belajar, dan
gaya belajar dengan hasil belajar kognitif siswa. Jurnal Bioedukatika, 3(2),
15-20. http://bioedukatika.uad.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/3.-Jurnal-
B ioedukatika-Sysamsi-rijal -15-20.pdf
Riyanto, S., & Hatmawan, A. A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif
Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen.
Deepublish: Yogyakarta.

Robbani, F. N. (2022). Efektivitas penerapan model pembelajaran Blended


Learning menggunakan Aplikasi Microsoft Teams terhadap kemandirian
belajar dan hasil belajar siswa di SMPN 5 Surabaya (Doctoral dissertation,
UIN Sunan Ampel Surabaya). http://digilib.uinsby.ac.id/57622/

Rulia, S., Supratman, S., & Madawistama, S. T. (2021). Analisis Kesalahan pada
Number Sense dan Structure Sense Ditinjau dari Berpikir Logis. https://
Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 2090-2103.

Sanita, N., Elisa, E., & Susanna, S. (2021). Hubungan Kemandirian Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika di SMAN 1

50
Syamtalira Bayu. Jurnal Serambi Akademica, 9(6), 857-864. https:// www.
Ojs.s erambi mekkah. ac.id/serambi-akademika/article/view/3086.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif dan R&D. Alpabeta: Bandung

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif dan R&D. Alpabeta: Bandung

Sugiyono, (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif dan R&D. Alpabeta: Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Yogyakarta: Bumi Aksara

Sukendra, I. K. (2018). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan Kemampuan


Berpikir Logis Terhadap Hasil Belajar Matematika. Emasains, 7(1), 91-98.
http://repo.mahadewa.ac.id/id/eprint/1089/

Suminah, dkk. (2015). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. http:/ digilib.stiem.ac.
id:8080/ xmlui/handle/123456789/344.

Supiandi, M. I., & Julung, H. (2016). Pengaruh model problem based learning
(PBL) terhadap kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar
kognitif siswa biologi SMA. Jurnal Pendidikan Sains, 4(2), 60-64. http:/
/journal . um.ac.id/in dex.php/j ps/article/view/8183.

Surat, I. M. (2016). Pembentukan karakter dan kemampuan berpikir logis siswa


melalui pembelajaran matematika berbasis saintifik. Emasains: Jurnal
Edukasi Matematika dan Sains, 5(1), 57-65. https://ojs.mahadewa.ac.id/
index.php/emasains/article/view/20

Swandewi, K. E., & Arifin, Z. (2017). Model Make A Match Untuk


Meningkatkan Keaktifan, Dan Hasil Belajar Mapel PDTO. E-Jurnal
Pendidikan Teknik Otomotif-S1, 20(1). https://journal.student.uny.ac.id/
index.php/otomotif-s1/article/view/10162

Syahputra, D. (2017). Pengaruh kemandirian belajar dan bimbingan belajar


terhadap kemampuan memahami jurnal penyesuaian pada siswa SMA
Melati Perbaungan. AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, 2(2), 368-
388.http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/tawassuth/article/view/1227/977
halaman 371-372

Syam, N. (2021). Analisis kompetensi guru, motivasi belajar dan keterampilan


berpikir logis siswa dan hubungannya dengan prestasi belajar. Jurnal
ekonomi, sosial & humaniora, 3(03), 25-34. https://jurnalintelektiva.
com/index. php/jurnal/ article/view/615.

51
Tahar, I. (2006). Hubungan kemandirian belajar dan hasil belajar pada pendidikan
jarak jauh.JurnalPendidikanTerbuka dan Jarak Jauh, 7(2). http:// simpen.
lppm.ut.ac.id /htmpublikasi/tahar.pdf&ved.

Utami, P. S. (2013). Perbedaan Model Belajar Problem Based Learning Dan


Model Siklus 5E Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar IPS Siswa
Kelas VII SMP Negeri 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. (Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta). http://eprints.uny.ac.id/18570/.

Ulya, M. A. W. (2021). Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Melalui Microsoft Teams pada Masa Pandemi. Jurnal pendidikan Agama
Islam Al-Thariqah, 6(1), 105-120. https://.uir.ac.id/index.php/althariqah
/article/ view/6741

Wahid, M., & Fajar, P. (2022). Hubungan Antara Kemandirian Belajar dan
Minat Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Biologi Peserta Didik Kelas X
MIPA SMA Negeri 1 Majene Di Masa Pandemi Covid-19. BIOMA: Jurnal
Biologi dan Pembelajarannya, 4(1), 5768. https://ojs.unsulbar.ac.id/
index.php/ bioma/ar ticle/view /1609

Wahyuningsih, A. N. (2012). Pengembangan media komik bergambar materi


sistem saraf untuk pembelajaran yang menggunakan strategi PQ4R. Journal
of Innovative Science Education, 1(1). https://journal.unnes.ac.id/sju/
index .php/jise/ article/view/40

Wiriani, W. T. (2021). Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar


Siswa Pada Pembelajaran Online. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 2(1),
57-63.http://jim.teknokrat.ac.id /index .Php/ pendidikan matematika/ article/
view /4 36.

Yuliati, Y., & Saputra, D. S. (2020) . Membangun kemandirian belajar mahasiswa


melalui Blended Learning di masa pandemi covid-19. https:// pesquisa.
bvsalud. org/ global-literature-on-novel-coronavirus-2019-ncov/resource/pt/
covidwho-1260191

Zulfickar, R., & Oktariani, M. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kemampuan Logical Thinking Peserta Didik Pada SMAN
1 Riau Silip Kabupaten Bangka. Biormatika: Jurnal ilmiah fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan, 6(1), 139-144.http://ejournal .unsub.ac.id/
index.php/FKIP/article/view/703.

52

Anda mungkin juga menyukai