Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali tentang informasi dari penelitian-
penelitian sebelumnya sabagai bahan perbandingan,yang tentang kekasaran permukaan
pada proses sandblasting dan daya rekat cat diantaranya :
Erwin, S. (2011), dalam penelitiannya “Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap
Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja AISI 430” Variasi yang digunakan, variasi tekanan
4 ; 4,5; 5 ;5,5 bar dan variasi sudut penyemprotan sebesar 60°, 75°, 90° dan mesh pasir
silika 250 serta lama waktu proses sand blasting 10 menit untuk masing-masing
spesimen. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai kekasaran
permukaan,laju korosi dan tingkat ketebalan cat di pengaruhi oleh besaran sudut dan
tekanan didapatkan pada tekanan 5,5 bar dan sudut penyemprotan 90° nilai kekasaran
permukaan tertinggi didapatkan hasil 4.18μm, pada ketebalan cat menunjukak nilai
tertinggi 10,38 μm sedangkan pada laju korosi dimana semakin besar tekanan dan sudut
penyemprotan maka laju korosinya menurun.Laju korosi rata-rata terendah sebesar
0.0000186 mpy terjadi pada tekanan 5,5 bardan sudut penyemprotan 90°,
Agus (2013) “Studi Pemilihan Jenis Coating Pada Komposit Bambu Laminasi
Sebagai Material Lambung Kapal” Pada penelitianya, spesimen uji papan laminasi
bambu dengan metode batu bata. Pengerjaan dimulai dengan proses persiapan material
bambu betung dibuat lembaran-lembaran dengan tebal 0.7-1 cm dengan mesin planner,
kemudian bilah disusun berbentuk carvel yang memiliki tiga lapis dan direkatkan
dengan lem epoxy Setelah lem mengering, bambu laminasi akan dibentuk dengan
dimensi 20 cm x 5 cm x 3 cm specimen Tape Test dan 10 cm x 10 cm x 3 cm untuk
spesimen Pull Off Test. Pada penelitian ini menggunakan 3 variasi coating sebagai
pembanding. Coating yang dipilih berdasarkan jenis coating yang sering digunakan
sebagai coating pada kapal yang terbuat dari kayu jati yaitu Coating 1 High Gloss-Alkyd
Resine Primer Coating 2 Syntetic Resine Primer dan Coating 3 Epoxy Resine Primer .
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Hasil analisis teknis tape test
menunjukkan bahwa coating yang paling baik kerekatannya pada laminasi bambu yaitu
Coating dengan variasi 3 dengan nilai 5B sedangkan nilai kerekatan pada coating
variasi 1 dan variasi 2 memiliki nilai yang sama yaitu 3B dan 1B

4
5

2.2 Sandblasting
Sandblasting adalah proses pengerjaan suatu material dimana permukaannya dibuat
menjadi kasar dan merata dengan laju pengikisan tertentu sesuai dengan standart yang
ditentukan yakni dengan cara menembakkan abrasif ke permukaan material yang dituju
dengan tekanan tertentu. dengan bantuan butiran pasir yang ditembakkan langsung dari
sebuah kompresor bertekanan tinggi ke obyek yang dituju. Proses sandblasting
bertujuan agar permukaan logam menjadi kasar, sehingga cat atau bahan pelapis lain
dapat menempel pada permukaan logam dengan baik, tidak mudah terkelupas, dan
terhindar dari korosi.
Sandblasting dibagi menjadi dua jenis, yaitu Dry sandblasting dan Wet
Sandblasting. Dry sandblasting biasa diaplikasikan ke benda-benda berbahan metal/besi
yang tidak beresiko terbakar dan benda-benda yang tidak beresiko meledak akibat
tumbukan dan gesekan materail abrasiv yang relatif tinggi. Contoh dari penggunaan
Dry sandblasting diaplikasikan ke tiang-tiang pancang, bodi dan rangka mobil, bodi
kapal laut, pipa cerobong, dan lain-lain. Sedangkan Wet Sandblasting berbeda dengan
Dry sandblasting, perbedaannya biasa diaplikasikan ke benda-benda berbahan
metal/besi yang beresiko terbakar atau terletak di daerah yang beresiko terjadi
kebakaran, seperti tangki bahan bakar, kilang minyak offshore, ataupun peralatan yang
terdapat pada SPBU, dimana bahan untuk media yang ditembakkan yaitu pasir silica
yang digunakan, dicampur dengan bahan kimia khusus anti karat yang berguna untuk
meminimalisir percikan api saat proses sandblasting terjadi.
2.2.1 Prinsip kerja sanblasting
Tujuan utama sandblasting adalah menyemprotkan pasir bertekanan udara tinggi
ke permukaan pada material bertujuan untuk membuat profile (kekasaran) pada
permukaan dimana permukaannya dibuat menjadi kasar dan merata sehingga siap untuk
di cat dan membuat. cat lebih melekat dan material tersebut akan lebih tahan lama
terhadap korosi. Prinsip kerja sandblasting yaitu Kompresor berfungsi sebagai sumber
tenaga untuk menghasilkan angin kemudian selang satu dilewatkan menuju blasting pot
dan selang kedua dilewatkan menuju nozzle lalu udara bertekanan dan pasir keluar
melalui nozzle menuju obyek material yang dituju. Ilustrasi cara kerja sanblasting dapat
dilihat pada gambar 2.1
6

Gambar.2.1 Ilustrasi Sanblasting


Sumber: Sulistyo ,2011

2.2.2 Alat yang digunakan pada proses sandblasting


1. Kompresor
Kompresor digunakan sebagai sumber tenaga untuk menghasilkan tekanan udara
yang dibutuhkan untuk penyemprotan pada proses sandblasting kompresor yang
digunakan sangat disarankan memiliki penyaring air dan minyak karena kualitas
angin yang dihasilkan harus benar-benar kering dan tidak boleh mengandung air
dan minyak yang dapat mengkontaminasi permukaan yang dibersihkan
2. Selang
Selang, digunakan untuk jalan masuk pasir dan udara bertekanan dan juga
sebagai tempat bertemunya pair dan udara menjadi pasir bertekanan sebelum
sampai ke nozel.
3. Blasting Pot
adalah alat yang digunakan untuk menampung pasir yang akan digunakan untuk
sandblasting Abrasive dan angin dengan tekanan tinggi akan bersatu dalam mesin
4. Nozzle Blasting
adalah alat yang digunakan untuk menyemprotkan pasir bertekanan untuk
pengerjaan sandblasting
7

2.3 Material Abrasif Sandblasting


Jenis abrasif yang umum digunakan pada proses sand blasting adalah
a.non metal
Tabel 1.1 Jenis Material Abrasif
Abrasif Kekerasan Berat Silika Warna Tingkat Penggunaan
jenis bebas debu ulang
g/cm³

Pasirs silica 6-7mohs 2.6 >90% Putih Tinggi Buruk


Garnet 7-8mohs 4 <1% Coklat Rendah Bagus
Coal Slag 6mohs 2.8 Hitam Tinggi Bagus
<1%
Copper Slag 6mohs 3.3 <1% Hitam Sedang Bagus
Alumunium Ox 9mohs 4 <1% Coklat Rendah Bagus
Silicon Carb 8-9mohs 3.2 <1% Hitam Sedang Bagus

Sumber : On The Job Training (PPNS):2014


b.jenis metal
Tabel 1.2 Jenis material Metal
Abrasif Kekerasan Berat Silika Warna Tingka Penggunaan
jenis bebas t debu ulang
g/cm³

Steel shot 42-50RC 2.6 >90% Putih Tinggi Buruk


Steel Grit 42-62RC 4 <1% Coklat Rendah Bagus

Sumber : On The Job Training (PPNS):2014

2.4 Ukuran Mesh


Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam ayakan tiap 1 inchi persegi, Jadi
misalkan ayakan yang ada keterangan 5 mesh artinya tiap 1 inchi persegi terdapat 5
lubang. Kesimpulannya, makin besar jumlah mesh berarti ukuran lubang akan semakin
kecil.
8

2.5 Permukaan
Permukaan yaitu suatu batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya.
Istilah lain dari permukaan yaitu profil. Profil atau bentuk adalah garis hasil pemotongan
secara normal atau serong dari suatu penampang permukaan (Munadi,1988).
Bentuk dari suatu permukaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu permukaan yang
kasar (roughness) dan permukaan yang bergelombang (waviness). Permukaan yang kasar
berbentuk gelombang pendek yang tidak teratur dan terjadi karena getaran pisau (pahat)
potong yang kurang tepat dari pemakanan (feed) pisau potong dalam proses
pembuatannya. Sedangkan permukaan yang bergelombang mempunyai bentuk
gelombang yang lebih panjang dan tidak teratur yang dapat terjadi karena beberapa faktor
misalnya posisi senter yang tidak tepat, adanya gerakan tidak lurus (non linier) dari
pemakanan (feed), getaran mesin, tidak imbangnya (balance) batu gerinda, perlakuan
panas (heat treatment) yang kurang baik, dan sebagainya. Dari kekasaran (roughness) dan
gelombang (wanivess) inilah kemudian timbul kesalahan bentuk (Munadi, 1988).

Gambar.2.2 Kekasaran, gelombang dan kesalahan bentuk dari suatu permukaan


Sumber: Sudji,1988

2.5.1 Kekasaran permukaan


Kekasaran permukaan adalah penyimpangan rata-rata aritmetik dari garis rata
rata permukaan. Dalam dunia manufaktur permukaan benda kerja memiliki nilai
kekasaran permukaan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan dari penggunaan alat
tersebut. Pada nilai kekasaran permukaan terdapat beberapa kriteria nilai kualitas (N)
yang berbeda, dimana Nilai kualitas kekasaran permukaan tersebut telah
diklasifikasikan oleh ISO. Nilai kualitas kekasaran permukaan terkecil dimulai dari N1
yang memiliki nilai kekasaran permukaan (Ra) 0,025 μm dan nilai yang paling tinggi
adalah N12 dengan nilai kekasarannya 50 μm (Sudji,1988).
9

2.5.2 Parameter Kekasaran Permukaan


Untuk mengukur kekasaran permukaan, sensor (stylus) alat ukur harus
digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah
ditentukan. Panjang lintasan ini disebut dengan panjang pengukuran (traversing length).
Sesaat setelah jarum bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti alat ukur melakukan
perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum peraba. Bagian permukaan
yang dibaca oleh sensor alat ukur kekasaran permukaan disebut panjang sampel
(Azhar, 2014).

Gambar.2.3 Kekasaran Permukaan


Sumber: Sudji,1988
a) Profil Geometris Ideal (Geometrically Ideal Profile)
Profil ini merupakan profil dari geometris permukaan yang ideal yang tidak
mungkin diperoleh dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam
proses pembuatannya.
b) Profil Referensi (Reference Profile)
Profil ini digunakan sebagai dasar dalam menganalisis karakteistik dari suatu
permukaan.
c) Profil Terukur (Measured Profile)
Profil terukur adalah profil dari suatu permukaan yang diperoleh melalui proses
pengukuran.
d) Profile Dasar (Root Profile)
Profil dasar adalah profil referensi yang digeserkan kebawah hingga tepat pada
titik paling rendah pada profil terukur.
e) Profile Tengah (Centre Profile)
10

Profil tengah adalah profil yang berada ditengah-tengah dengan posisi


sedemikian rupa sehingga jumlah luas bagian atas profil tengah sampai pada
profil terukur sama dengan jumlah luas bagian bawah profil tengah sampai pada
profil terukur.
f) Kedalaman Total (Peak to Valley), Rt
Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil referensi sampai dengan
profil dasar.
g) Kedalaman Perataan (Peak to Mean Line), Rp
Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari profil referensi sampai
dengan profil terukur.
h) Kekasaran Rata-rata Aritnetis (Mean Roughness Indec), Ra
Kekasaran rata-rata merupakan harga-harga rata-rata secara aritmetis dari harga
absolut antara harga profil terukur dengan profil tengah.
i) Kekasaran Rata-rata Kuadratis (Root Mean Square Height), Rg
Besarnya harga kekasaran rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata
dari harga profil terukur sampai dengan profil tengah.
2.6 Baja
  Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2%
hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi.
Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese),
krom (chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan kandungan karbon
dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan
kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan
tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta
menurunkan keuletannya (ductility) Baja secara umum dapat dikelompokkan atas 2 jenis
yaitu Baja karbon (Carbon steel) Baja paduan (Alloy steel)
1. Carbon steel
Baja karbon dapat terdiri atas :
 Baja karbon rendah (low carbon steel)
mengandung karbon antara 0,025% – 0,30% C. Sifatnya mudah ditempa dan mudah di
mesin.. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja, maka baja karbon
rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja sebagai berikut:
11

•          0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets,


screws, nails.
•          0,20 % – 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings
 Baja karbon menengah (medium carbon steel )
Baja karbon menengah (medium carbon steel) mengandung karbon antara 0,25% -
0,55% C. Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong .Baja karbon menengah ini
banyak digunakan untuk keperluan alat-alat perkakas bagian mesin. Berdasarkan jumlah
karbon yang terkandung dalam baja maka baja karbon ini dapat digunakan untuk
berbagai keperluan seperti berikut
 0,30 % – 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
 0,40 % – 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.
 0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges
 Baja karbon tinggi (high carbon steel)
Baja karbon tinggi (high carbon steel) mengandung kadar karbon antara 0,56%
-1,7% Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong.Baja ini mempunyai
kekuatan paling tinggi dan banyak digunakan untuk material tools. Salah satu
aplikasi dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat baja dan kabel baja.
Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam baja maka baja karbon ini
banyak digunakan dalam pembuatan pegas, alat-alat perkakas seperti: palu, gergaji
atau pahat potong. Selain itu baja jenis ini banyak digunakan untuk keperluan
industri lain seperti pembuatan kikir, pisau cukur, mata gergaji dan lain sebagainya
2. (Alloy steel)
Baja paduan merupakan baja dengan campuran satu atau lebih elemen seperti carbon,
manganese, silicon, nickel, chromium, molybdenum, vanadium, cobalt, dll. Fungsi
utama dari elemen paduan yaitu untuk meningkatkan atau “menyempurnakan” sifat-
sifat mekanis dari baja. Sebagai contoh nickel dapat memberi kekuatan pada baja dan
dapat membantu baja dalam proses pengerasan melalui quenching serta tempering.
Chromium dapat mencegah karat. Chromium serta molybdenum dapat membantu baja
dalam meningkatkan kemampuan pengerasan. Vanadium juga dapat meningkatkan
kekuatan baja.)
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
1. Low alloy steel, (baja paduan rendah) jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
2. Medium alloy steel, (baja paduan sedang)jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
12

3. High alloy steel, (baja paduan tinggi) jika elemen paduannya > 10 %
2.7 Coating
Proses coating adalah salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam dunia
industri. Coating atau pelapisan sendiri dapat dianggap sebagai suatu proses pelapisan
yang diterapkan pada suatu benda atau substrat. Tujuan dari coating sendiri adalah
untuk dapat meningkatkan sifat permukaan dari benda yang dilapisi. Sifat permukaan
tersebut diharapkan dapat ditambah dalam beberapa hal seperti penampilan, ketahanan
terhadap air atau korosi, ketahanan dari goresan atau bahkan untuk keausan.

2.7.1 Pre-coating
Permukaan baja belum bisa langsung diberikan pelapis, karena kualitas permukaan
yang rendah serta kemungkinan adanya kotoran dan minyak dapat mengganggu sifat
adhesive dari pelapisan (coating). Oleh karena itu perlu dilakukan proses pre-coating
terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pelapisan. Proses pre- coating dapat dilakukan
dengan cara pembersihan secara mekanis(mechanical cleaning) yaitu melalui
pengerjaan sandblasting

Gambar.2.4 Ilustrasi Coating


Sumber: corrocoat, 2014

2.7.2Penyusun coating

Sifat-sifat suatu coating ditentukan dari komposisi coating itu sendiri. Umumnya
coating mengandung empat bahan dasar, yaitu pengikat (binder), zat pewarna (pigmen),
solven dan aditif.
1.Binder
13

Binder (resin) atau bahan pengikat adalah unsur utama cat berbentuk cairan
kental dan transparan namun tidak menguap dan membentuk lapisan film pada
permukaan setelah cat mongering Berfungsi sebagai bahan perekat, selain itu berperan
penting dalam proses pengeringan cat, serta memberikan kekuatan lapisan,. Kandungan
resin mempunyai pengaruh langsung pada kemampuan cat misalnya: kekerasan,
ketahanan solvent serta ketahanan cuaca. Demikian pula berpengaruh atas kualitas akhir
misalnya tekstur, kilap (gloss),
2.Pigment
Pigment atau bahan pewarna pada cat merupakan partikel padat yang berfungsi
memberikan warna dan menutupi permukaan, serta memperlambat laju korosi pada
permukaan logam. Selain itu memberikan efek kilap dan menambah ketahanan terhadap
cuaca serta turut menguatkan lapisan film pada cat yang telah kering.
3.Solvent
Solvent adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan mempermudah
pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat. Solvent sangat cepat
menguap apabila cat diaplikasi. Kegunaan solvent (thinner) ini untuk mengencerkan
campuran pigment (zat pewarna) dan resin (zat perekat) sehingga menjadi agak encer
dan dapat disemprotkan selama proses pengecatan. Thinner juga menurunkan
kekentalan cat sampai tingkat pengenceran tertentu yang tepat untuk pengecatan dengan
kuas, semprot atau roll
4.Additif
Additif adalah suatu bahan yang ditambahkan pada cat dalam jumlah yang kecil
untuk meningkatkan kemampuan cat sesuai tujun seperti.mencegah terjadinya buih pada
saat penyemprotan (anti foaming), mencegah terjadinya pengendapan cat pada saat
dipergunakan (antisetting ), meratakan permukaan cat sesaat setelah disemprotkan (flow
additif), menambah kelenturan
2.8 Epoxy
Epoxy pertama kalinya dikembangkan di Amerika dan Swiss tahun 1930, kemudian
berkembang menjadi cat perekat di tahun 1946. Cat epoxy sendiri mulai dikembangkan
menjadi cat pelapis di tahun 1947 karena bahan resin yang digunakan sebagai bahan
utamanya terbukti memiliki struktur polimer yang mudah melekat dan memiliki daya
adhesi tinggi
14

2.9 Adhesi
Adhesi dapat diartikan sebagai kemampuan atau daya rekat cat untuk menempel
pada permukaan yang akan di cat. Jika daya adhesive tidak kuat maka selain pelapisan
(coating) tidak menempel dengan baik, hal ini dapat juga memberi kesempatan kepada
udara lembab masuk ke celah antara coating yang menyebabkan benda tersebut mudah
terkorosi seiring daya rekat yang kurang., Pengukuran adhesi bisa dengan cross-cut test
dengan cutter berbentuk kotak-kotak
2.10 Tumbukan
Tumbukan merupakan peristiwa tabrakan antara dua benda karena adanya gerakan.
Dalam tumbukan, dua benda dapat sama-sama bergerak, dapat juga satu benda bergerak
dan benda lainnya tidak bergerak. Selain itu, arah gerak dua benda dapat searah dan
dapat berlawanan arah menurut kelentingannya, jenis tumbukan terbagi tiga yaitu:
1. Tumbukan lenting sempurna
jika pada tumbukan tidak terjadi kehilangan energi kinetik, maka tumbukan yang
terjadi bersifat lenting sempurna. Disini akan dibahas tumbukan satu dimensi dimana
kecepatan benda yang bertumbukan terletak segaris. Misalnya sepanjang sumbu-x
seperti pada gambar berikut;

Gambar.2.5 Tumbukan Lenting sempurna


Sumber: Fisika SMA 2012
2. Tumbukan lenting sebagian
Saat dua buah benda bertumbukan namun salah satu benda tetap diam maka keadaan
tersebut bisa dikatakan tumbukan/lenting sebagian. Contohnya Sebuah bola yang
dijatuhkan ke lantai akan memantul hingga berhenti dan diam. Bola terus memantul tapi
lantai tetap diam. Seperti yang terlihat pada gambar di atas. Koefisien restitusi untuk
kasus diatas adalah:
15

Gambar.2.6 Tumbukan Lenting sebagian


Sumber: Fisika SMA 2012
3. Tumbukan tidak lenting sama sekali
Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan tidak lenting sama sekali jika
setelah tumbukan kedua benda tersebut menjadi satu dan setelah tumbukan kedua benda
tersebut memiliki kecepatan yang sama. Momentum sebelum dan sesudah tumbukan
juga bernilai sama. Contoh Sebuah perluru dengan massa m ditembakkan dengan
kecepatan v sehingga menumbuk sebuah balok yang terikat oleh tali. Jika setelah
tumbukan keduanya menyaut dan mencapati tinggi maksimum H (titik puncah saat
balok dan peluru berhenti

Gambar.2.7 Tumbukan Tidak Lenting


Sumber: Fisika SMA 2012

2.11 Cross-Cut test 


Tes ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan daya rekat cat pada besi, sehingga
dengan peralatan sederhana yaitu pisau silet cutter dan di goreskan pada permukaan cat
secara tegak lurus dengan jarak 1 mm, apakah cat nya akan pecah atau tidak dengan
jarak cutter tersebut. Hasil uji tes crosscut sendiri bisa dibedakan atas beberapa level
berikut ini: 1B, 2 B, 3B, 4B, hingga 5B, dengan 1B menjadi level terendah.
16

Gambar 2.7. Classification of Adhesion Test Result


Sumber : Agus,2013
Tabel 1.4 Rating Number ASTM D-3359

Rating number Keterangan


ASTM D-3359
5B Sisi goresan masih halus, tidak ada kisi yang rusak.
4B Terjadi sedikit cacat pada coating, didaerah potongan kurang atau
sama dengan 5 % luas area mengalami cacat.
3B Sedikit cacat terjadi pada coating sepanjang dan perpotongan
goresan. Luas daerah yang cacat pada kisi antara 5 – 15 %.
2B Coating mengalami cacat sepanjang sudut dan bagian dari kisi. Luas
daerah yang cacat 15 – 35 %.
1B Coating terkelupas pada banyak sudut dan kisi, luas daerah yang
terkelupas 35 – 65 %.
0B Kerusakan lebih parah dari grade 1 ( > 65 %).
Sumber : Puslit Metalurgi Dan Material,2015

2.12 Hipotesis
Grafik tersebut menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin dekat jarak
dan semakin besar sudut penyemprotan, maka didapat semakin semakin besar pula nilai
kekasarannya dan semakin besar nilai kekasaranya maka akan semakin kuat nilai
adhesifnya
17

Anda mungkin juga menyukai