Anda di halaman 1dari 26

Judul Asli :

‫אא
א א‬

Edisi Indonesia :
LANGKAH-LANGKAH SAAT TERJADI WABAH

Penyusun : Dr. Abu Hafizhah Irfan, MSI


Setting Isi : Akh. Irfan
Desain Sampul : Akh. Irfan
Penerbit : Pustaka Al-Bayyinah
Jl. Medayu Utara No. 4
Surabaya
Telp. 0856-55865618
Cetakan Pertama :
01 Sya’ban 1441 H / 26 Maret 2020 M

albayyinatulilmiyyah.wordpress.com
DAFTAR ISI

Halaman

BASMALAH …..................................................... i

SAMPUL DEPAN …............................................. iii

DATA BUKU ….................................................... v

DAFTAR ISI …..................................................... vii

MUQADDIMAH .................................................. 1

LANGKAH-LANGKAH SAAT WABAH .......... 5

KHATIMAH ......................................................... 13

MARAJI’ ............................................................... 14
LANGKAH-LANGKAH
SAAT TERJADI WABAH

Al-Qur’anul Karim telah menyebutkan bahwa


dahulu ada sekelompok kaum yang keluar dari kampung
halaman mereka, karena adanya wabah. Allah q
berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 243;

    
 ‫  
א‬ ‫



 א   

  א‬
 




 %   ‫א‬
‫א‬  &
$
  ' ‫   א‬ ‫א‬
    
‫ "
!

א‬#
 ‫

 א‬$

(
)‫א‬  *‫ א‬+
‫
 כ 
כ‬ )‫א‬  *‫ א‬.
/ 10 2 !
 





.%
 ‫ כ‬3 


“Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang yang
keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan jumlah
mereka (adalah) ribuan karena takut mati. Allah (q)
berfirman kepada mereka, “Matilah kalian.” Kemudian
Allah (q) menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah
(q) memberikan karunia kepada manusia, namun
kebanyakan manusia tidak bersyukur.”1

1
QS. Al-Baqarah : 243.

1
Maknanya adalah; apakah engkau tidak
memperhatikan kisah orang-orang yang keluar dari
tempat tinggal mereka, sedangkan jumlah mereka adalah
ribuan karena takut mati akibat wabah atau yang
lainnya.2 Allah q berfirman kepada mereka, “Matilah
kalian.” Maka mereka semua meninggal dunia dalam
sekejap. Setelah lewat beberapa waktu, kemudian Allah
q menghidupkan mereka kembali untuk mereka
menyempurnakan ajal mereka serta agar mereka
mengambil pelajaran dan bertaubat.3 Sesungguhnya
Allah q memberikan karunia yang besar kepada manusia
berupa kenikmatan yang sangat banyak, namun
kebanyakan manusia tidak bersyukur terhadap nikmat
dari Allah q.4

Kalimat, “apakah engkau tidak memperhatikan,”


merupakan pertanyaan sebagai dorongan untuk
mendengarkan apa yang akan disampaikan setelah
kalimat tersebut.5 Orang-orang yang dimaksudkan dalam
ayat ini adalah sekelompok kaum dari kalangan Bani
Israil yang berada di kampung Dawardan yang berjarak
satu farsakh dari arah Wasith.6 Saat itu terjadi wabah
tha’un,7 maka mereka keluar meninggalkan kampung
halaman mereka tersebut menuju ke daerah pedalaman

2
Al-Mukhtashar fi Tafsir, 39.
3
At-Tafsirul Muyassar, 39.
4
Al-Mukhtashar fi Tafsir, 39.
5
Tafsirul Jalalain, 48.
6
Satu farsakh sekitar 5 Km.
7
Tha’un adalah kematian dalam jumlah besar karena wabah. [Al-
Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2/357].

2
untuk menghindari kematian. Tibalah mereka di sebuah
lembah yang luas dan jumlah mereka memenuhi lembah
tersebut.8 Jumlah mereka lebih dari 10.000 orang, bahkan
mencapai 40.000 orang.9 Allah q mematikan mereka,
lalu menghidupkan kembali setelah berlalu 8 hari10
melalui doa salah seorang Nabi mereka,11 agar mereka
mengetahui bahwa Allah q Maha Kuasa atas segala
sesuatu.12

Mereka dimatikan sebelum tiba ajal mereka sebagai


hukuman untuk mereka. Berkata Al-Hasan 5;


  +
<
8
' ; 
:9 8
  /  ‫ א‬7 165 ‫
א  א‬
   


  

. ‫ א‬7 : &  8





“Allah q mematikan mereka sebelum (sampai) ajal


mereka sebagai hukuman untuk mereka. Kemudian Allah
q menghidupkan mereka untuk menyempunakan sisa
usia mereka.”13

8
Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, 262.
9
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2/354.
10
Zadul Masir, 149.
11
Taisirul Karimir Rahman, 106.
12
Zubdatut Tafsir, 39.
13
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2/353.

3
Ayat ini menyebutkan bahwa keluarnya mereka
dari kampung halaman mereka tidak dapat
menyelamatkan mereka dari kematian dan tidak pula
menghindarkan mereka dari apa yang mereka takutkan.14
Ketika ajal kematian telah tiba, maka seseorang tidak
akan dapat melarikan diri darinya. Allah q berfirman;

1 ?
 ‫  " 
 א‬#
 ‫
!   =
 א‬% ‫
   *
>
< כ א  > א‬1 5



.A9 &. 5
( %
 < ? #
 ( ‫@א‬9  


“Katakanlah, “Lari sekali-kali tidaklah bermanfaat bagi
kalian, jika kalian melarikan diri dari kematian atau
pembunuhan. Jika (kalian terhindar dari kematian)
kalian tidak akan merasakan kesenangan melainkan
hanya sebentar.”15

Lalu bagaimanakah langkah-langkah benar ketika


seseorang berada dalam kondisi wabah? Berikut ini
adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh
seorang muslim dan muslimah di saat terjadi wabah
berdasarkan nash-nash dalil yang dapat dijadikan sebagai
hujjah, antara lain adalah:

14
Taisirul Karimir Rahman, 106.
15
QS. Al-Ahzab : 16.

4
1. Karantina Daerah Wabah
Jika terjadi wabah di suatu daerah, maka orang
yang berada di dalam daerah tersebut tidak diperbolehkan
untuk keluar. Demikian pula orang yang berada di luar
daerah tersebut tidak diperbolehkan untuk masuk ke
daerah tersebut. Inilah yang sekarang dikenal dengan
istilah karantina.16 Di antara hikmah dilakukannya
karantina adalah untuk menghindari penyebaran wabah
yang lebih luas. Diriwayatkan dari Usamah y ia berkata,
Rasulullah a bersabda;


 1
&G‫ א‬E  F* 8
.
/
1
E   D‫א‬

 
/
  C   %  /‫א‬  B ‫
א‬


A
!
K0 
J8 I 8 ? < # E

@א‬H !
‫ כ‬.
65
%

 
כא‬.
/

  
‫  א‬O
A
!

א‬8 ? N

K0 
J8 M
5


 
@א‬I &.
/
‫  א‬L 

  
.I *  ‫אא‬9 !

“Tha’un adalah kotoran atau siksaan yang dikirimkan


kepada Bani Israil atau kepada (kaum) sebelum kalian.
Jika kalian mendengar (itu terjadi) di suatu daerah,
maka janganlah kalian mendatanginya. Jika itu terjadi di
suatu daerah dan kalian berada di dalamnya, maka
janganlah kalian keluar karena (ingin) lari dari wabah
tersebut.”17

16
Aisarut Tafasir, 149.
17
Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari Juz 6 : 6573 dan Muslim Juz 4 :
2218, lafazh ini miliknya.

5
2. Berupaya Menghindari Penyakit Menular
Seorang muslim dan muslimah hendaknya
berupaya untuk hidup sehat dan menjaga kesehatannya
seoptimal mungkin. Hendaknya seorang muslim dan
muslimah berupaya dengan berbagai cara untuk
menjauhkan dirinya dari penyakit menular yang
berbahaya, terutama ketika ia berada di daerah wabah.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah y ia
berkata, aku mendengar Rasulullah a bersabda;

.L E

S‫ !
א
כ 
 א‬Q   P #
 ‫! 
 א‬


“Larilah dari penyakit lepra (seperti) engkau lari dari
singa.”18

18
HR. Ahmad, lafazh ini miliknya dan Bukhari Juz 5 : 5380. ini
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami’ :
7530.

6
3. Menutup Tempat Makanan dan Minuman
Ketika malam hari hendaknya wadah-wadah yang
berisi makanan minuman ditutup rapat agar wabah
penyakit tidak dapat masuk ke dalamnya. Sebagaimana
diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah p ia berkata, aku
mendengar Rasulullah a bersabda;

 C* 
:9 .
&
: *
X‫א‬
 F! % H !
W‫

א‬X‫א‬
=
 ‫ 
 כא‬W‫א‬N
V‫א‬


  ‫א‬BU T


0
E 
 ;W‫א‬B
T I &.
/ Y&
W‫א‬
W‫א‬ 0 N
H 8 # (
;W‫א‬8 ‫!&א‬
  

 U




 8 ‫ 
@ 
כ א‬I &! 
CN
(  W‫ 
כא‬I &.
/ Y&

.W‫א‬

 
 


“Tutupkan tempat makanan dan tutuplah tempat
minuman kalian, karena sesungguhnya dalam setahun
terdapat satu malam yang akan turun padanya wabah.
Tidaklah ia melewati tempat makanan yang tidak ditutup
atau tempat minuman yang tidak ditutup, kecuali wabah
tersebut akan turun ke dalamnya.”19

19
HR. Muslim Juz 3 : 2014.

7
4. Mencegah Penyebaran Kekejian
Tersebarnya berbagai bentuk perzinaan dan sarana-
sarana yang mengantarkan kepada perzinaan merupakan
salah satu penyebab terjadinya wabah. Terlebih lagi jika
perzinaan telah dilakukan secara terang-terangan. Oleh
karena itu, hendaknya seluruh manusia segera bertaubat
kepada Allah q dan menghentikan penyebaran sarana-
sarana yang dapat mengantarkan kepada perbuatan zina.
Semoga dengan demikian wabah akan segera diangkat
oleh Allah q. Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar p
ia berkata, Rasulullah a bersabda;

( ‫
א‬8 ‫* א‬. <  ? $
U[5
Q0  5
F! : 3
$‫א‬  >
 ‫

\  א‬

 
^ 2

 ‫

כ‬F?  ‫א] א‬ 
S‫ א‬%/‫א‬B‫א !&  א‬3!
  
 
    

.‫ א‬2


   ‫ !  א‬A
E
 F!
 
“Tidaklah tersebar kekejian (perzinaan) pada suatu
kaum hingga mereka mengerjakannya dengan terang-
terangan, melainkan akan tersebar tha’un di antara
mereka dan penyakit-penyakit yang belum mereka kenal
sebelumnya.”20

20
HR. Ibnu Majah : 4019. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-
Albani 5 dalam Shahih Ibni Majah Juz 9 : 3246.

8
5. Berdoa Memohon Perlindungan dari Penyakit
Berbahaya
Hendaknya seorang muslim dan muslimah berdoa
memohon perlindungan kepada Allah q dari penyakit-
penyakit yang menular dan berbahaya. Di antara doanya
adalah:

Q‫
 א‬P  ‫
א‬%  *P  ‫ _
א‬6 ‫
כ 
 א‬8 @  /
 F=N   . ‫
א‬

 

.Q‫
א‬E
S‫ א‬WF E
  

=
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari; penyakit sopak, gila, lepra dan dari penyakit-
penyakit yang berbahaya.”21

Atau membaca doa;


3‫א‬
W‫א‬  ‫


 כ‬W A
6
 ‫ א‬L  
  ‫
כ‬8@  /
 F =N    . 
‫א‬
 2

 ‫ א‬W E
.W‫ א‬L
/
S‫ א‬: ?
#
`

W‫א‬  

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu


dari; bencana yang berat, kesengsaraan, ketetapan yang
buruk, dan kegembiraan para musuh (atas bencana yang
menimpaku).”22

21
HR. Ahmad, Abu Dawud : 1554, lafazh ini milik keduanya dan
Nasa’i Juz 8 : 5493. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
5 dalam Shahihul Jami’ : 1281.
22
Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari Juz 5 : 5987 dan Muslim Juz 4 :
2707.

9
6. Berobat Ketika Sakit
Saat berada di daerah wabah, maka seorang
berpeluang untuk teserang penyakit yang sedang
mewabah di daerah tersebut. Jika seorang muslim atau
muslimah –qadarullah- tertimpa wabah penyakit, maka
hendaknya ia berupaya untuk mengobatinya dengan
mengharapkan kesembuhan dari Allah q. Allah q
berfirman;
. &> 3 

 !
^
 a  

 
@א‬

“Apabila aku sakit, maka Dia-lah yang
menyembuhkanku.”23

Berobat ketika sakit tidaklah menghilangkan


tawakkal kepada Allah q. Bahkan berobat ketika sakit
merupakan bagian dari tawakkal kepada Allah q. Hal ini
sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah a
dalam hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin Syarik
y, bahwa Rasulullah a bersabda;
(  W‫א‬9 
 C* 

1 

C /
‫א‬  ‫א‬6/ ‫אא‬L

% H !
‫א‬

 



  #
 ‫  ( א‬W‫א‬9 >
` I <


C
N

.Q  
 ‫"
א‬
“Berobatlah, (wahai) para hamba Allah q. Karena
sesungguhnya Allah r tidak menurunkan suatu penyakit
melainkan Dia menurunkan bersama dengan penyakit
(tersebut) obatnya, kecuali kematian dan tua.”24
23
QS. Asy-Syu’ara : 80.
24
HR. Ahmad, lafazh ini miliknya, Ibnu Hibban Juz 13 : 6064 dan
Hakim Juz 4 : 7430. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
5 dalam Shahihul Jami’ : 7934.

10
7. Bersabar dan Mengharapkan Pahala Syahid
Ketika terjadi wabah di suatu daerah dan seorang
sedang berada di dalamnya, maka hendaknya ia bersabar
dan mengharapkan pahala syahid. Sebagaimana
diriwayatkan dari Anas bin Malik y, dari Nabi a, beliau
bersabda;

.0 . X  1 = ‫  כ‬b ‫א‬




`
%  /‫א‬
 B ‫
א‬
“Tha’un merupakan syahid bagi setiap muslim.”25

Diriwayatkan pula dari ‘Aisyah i –isteri Nabi a,- ia


bertanya kepada Rasulullah a tentang tha’un, maka
Rasulullah a bersabda;

:9 #
$ 
‫א‬  I .
<
P
!
W‫ א‬3

 
.
/
‫א‬   I +<
6 
‫א‬8‫א‬9 
/
%‫א‬


כ‬
F! d  ‫ כ‬# &!
%  /‫א‬ B ‫ א‬M

L0 6/
  Y
&

&*  c # . 

  
(  I 
‫א‬ 

  h
?
‫  (

כ‬I 6
& g  
I N   .
< 
‫ א‬9 8 ‫א‬f
eL.
8

.L & 3 ‫ 


  א‬1 +  I 
%‫א‬

כ‬

“Itu merupakan siksaan yang Allah q kirimkan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Allah q menjadikannya
sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Tidaklah ada seorang hamba pun yang tertimpa tha’un,

25
HR. Bukhari Juz 3 : 2675.

11
lalu ia tinggal di negerinya dengan bersabar (dan) ia
mengetahui bahwa tidak akan menimpanya melainkan
apa yang telah dituliskan oleh Allah q untuknya, kecuali
akan dituliskan baginya seperti pahala orang yang mati
syahid.”26

Imam Al-Qurthubi 5 menjelaskan hubungan


antara dua hadits di atas;

%  /‫א‬    
 B ‫ ))
א‬:Q A
X‫א‬
 
b A
g‫א‬  I& .
/
I
  & X>


א‬
.
/
e 
 h  


 X?
m #  ‫ א‬I& .
/
 8 ‫א‬g‫א‬
 :l  .((b ‫א‬

`

.I &.
/
‫א‬ h?‫  ( א כ‬I6&g   IN
 ‫א; א< א‬ 
 


 
  
  


“(Hadits yang kedua) ini merupakan tafsiran dari sabda
(Rasulullah) a, “Tha’un merupakan syahid.” Yaitu;
seorang yang bersabar atasnya, mengharapkan pahala
dari Allah q, ia mengetahui (dan meyakini) bahwa tidak
akan pernah menimpanya melainkan apa yang telah
dituliskan oleh Allah q untuknya.”27

Sehingga seorang yang berada di daerah wabah


akan mendapatkan pahala syahid jika terpenuhi 3 syarat,
yaitu; (1) bersabar, (2) mengharapkan pahala dari Allah
q, dan (3) ia meyakini bahwa tidak akan pernah
menimpanya melainkan apa yang telah dituliskan oleh
Allah q untuknya.

26
HR. Bukhari Juz 5 : 5402.
27
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2/358.

12
Khatimah
Demikianlah tafsir dari Surat Al-Baqarah ayat 243
beserta langkah-langkah saat terjadi wabah. Semoga
tulisan sederhana ini bermafaat bagi kita semuanya,
terutama ketika terjadi wabah. Semoga tulisan ini dapat
menjadi penghibur bagi setiap muslim dan muslimah
yang ditakdirkan berada di daerah wabah. Sekaligus
sebagai bimbingan dan arahan untuk mereka dalam
mengambil langkah yang tepat saat terjadi wabah.

Akhirnya marilah memohon kepada Allah q,


semoga Allah q senantiasa melindungi kita semua dari
berbagai penyakit-penyakit menular yang berbahaya dan
semoga Allah segera mengangkat wabah yang terjadi di
negeri kita serta di negeri kaum muslimin yang lainnya.
Kita juga memohon kepada Allah q, semoga Allah q
menghidupkan kita sebagai seorang muslim dan
mewafatkan kita sebagai seorang muslim pula.

‫ 
*א‬m 


&# . X  ‫&
*א‬$


&# . X  ‫ 

 !
*א‬. 
‫א‬
  
.
&N  ? > 
(

‫א
א‬C

&T

&m ‫ א‬g‫א‬
 8

 
Semoga shalawat (dan salam) senantiasa tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para
Sahabat semuanya. Penutup doa kami, segala puji bagi
Allah Rabb semesta alam.

*****

13
MARAJI’

1. Al-Qur’anul Karim.
2. Ad-Du’a minal Kitab was Sunnah wa Yalihil Ilaj bir
Ruqa minal Kitab was Sunnah, Sa’id bin ‘Ali bin
Wahf Al-Qahthani.
3. Aisarut Tafasir li Kalamil ‘Aliyil Kabir, Abu Bakar
Jabir Al-Jazairi.
4. Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Abu ‘Abdillah
Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi.
5. Al-Jami’ush Shahih: Shahihul Bukhari,
Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari.
6. Al-Mukhtashar fi Tafsir Qur’anil Karim, Jama’ah
min ’Ulama’it Tafsir.
7. At-Tafsirul Muyassar, Shalih bin Muhammad Alu
Asy-Syaikh.
8. ‘Asyr Washaya li Wiqayah minal Waba’,
‘Abdurrazzaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr.
9. Musnad Ahmad, Ahmad bin Muhammad bin Hambal
Asy-Syaibani.
10. Mustadrak ’alash Shahihain, Abu ’Abdillah
Muhammad bin ’Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi.

14
11. Shahih Ibni Hibban, Ibnu Hibban.
12. Shahih Ibni Majah, Muhammad Nashiruddin Al-
Albani.
13. Shahih Muslim, Abu Husain Muslim bin Hajjaj Al-
Qusyairi An-Naisaburi.
14. Shahihul Jami’ish Shaghir, Muhammad
Nashiruddin Al-Albani.
15. Sunan Abi Dawud, Abu Dawud Sulaiman bin Al-
Asy’ats As-Sijistani.
16. Sunan An-Nasa’i: Al-Mujtaba, Abu ‘Abdirrahman
Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’i.
17. Sunan Ibni Majah, Abu ‘Abdillah Muhammad bin
Yazid Ibnu Majah Al-Qazwini.
18. Tafsirul Jalalain, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad Al-Mahalli, Jalaluddin As-Suyuthi.
19. Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, Abul Fida’ Isma’il bin
‘Amr bin Katsir Ad-Dimasyqi.
20. Taisirul Karimir Rahman fi Tafsir Kalamil
Mannan, ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
21. Zadul Masir fi ‘Ilmit Tafsir, Abul Faraj Jamaluddin
‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi Al-
Qurasyi Al-Baghdadi.
22. Zubdatut Tafsir min Fat-hil Qadir, Muhammad
Sulaiman ‘Abdullah Al-Asyqar.

15
16

Anda mungkin juga menyukai