Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ISLAM DAN BUDAYA LOKAL


NILAI-NILAI AGAMA DAN BUDAYA ADAT TEPUNG TAWAR

Dosen Pengampu
Prof. Dr. H. Zaenuddin, MA/ H. Kartono, M.Pd.

Disusun Oleh:
Muhammad Fadli Rauf (12009045)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Metode
Takhrij Melalui Perawi Pertama”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Islam dan Budaya Lokal di Institut Agama Islam
Negeri Pontianak.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Makalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengerttian Tradisi Tepung Tawar 2
2.2 Pelaksanaan Tradisi Tepung Tawar 2
2.3 Manfaat Nilai Agama Budaya Tepung Tawar 5
BAB III PENUTUP 7
3.1 KESIMPULAN 7
3.2 SARAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan
memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita
sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan
suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Tidak bisa
kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional.
Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh
terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang
bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap
kebudayaan daerah / kebudayaan lokal. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang
sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi
lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.Karena kebudayaan merupakan
kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan
budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan
merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa
seperti Tradisi Tepung Tawar oleh Masyarakat Melayu.

Keragaman suku bangsa yang tersebar di Nusantara merupakan kondisi objektif


yang penting dan sangat berpengaruh dalam keseluruhan proses penyebaran dan
pembentukan tradisi Islam di Indonesia.

1.2 RumusanMasalah
a. Apa yang dimaksud tradisi tepung tawar?
b. Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar?
c. Apa manfaat nilai agama budaya yang dilestarikan tradisi tepung tawar?

1
1.3 Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui tradisi tepung tawar.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar.
c. Untuk mengetahui manfaat nilai agama budaya dilestarikannya tradisi tepung
tawar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tradisi Tepung Tawar

Tepung tawar adalah salah satu prosesi dalam acara adat Melayu, yang biasanya
dilakukan pada acara pernikahan, sunatan, menabalkan nama, menyambut jamaah
haji, syukuran, potong rambut, menyambut tamu agung, dan lainnya. Nama tepung
tawar ini sendiri diambil dari salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tawar
itu, yakni berupa tepung beras yang dicahar dengan air. Upacara adat Tepung Tawar
kini telah menjadi sebuah keharusan, menjadi sebuah trend dijaman modern ini,
tentunya kita melirik kembali tentang keberadaan upacara tradisi Tepung tawar ini
yang pada jaman dahulu seperti menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat yang
melaksanakan sebuah upacara-upacara baik upacara di dalam kehidupan rumah
tangga maupun upacara bagi masyarakat pada umumnya. Upacara tradisi Tepung
Tawar pada masyarakat Melayu yang dikenal pada umumnya ada empat jenis yakni
Tepung Tawar Badan, Tepung Tawar Mayit, Tepung Tawar Peralatan serta Tepung
tawar Rumah. Dari empat jenis Tepung Tawar tersebut masing-masing mempunyai
perbedaan baik yang menyangkut peralatan maupun bahan-bahan yang dipergunakan.

2
2.2 Pelaksanaan Tradisi Tepung Tawar

Tepung Tawar Badan komposisinya terdiri dari, tepung beras, beras kuning,
berteh daun juang-juang, daun gandarusa ,daun pacar, serta miyak bau (miyak Bugis).
Miyak bau nantinya diolesi pada bagian tubuh tertentu dan bagi kaum wanita cukup
dengan syarat tidak perlu menyentuh bagian tubuh (pusar). Tradisi tepung tawar
badan diperuntukan bagi anak kecil yang melaksanakan gunting rambut atau naik
ayun (naik tojang), melaksanakan pernikahan, dan yang akan dihitan bagi laki-laki
dan peremtuan. Objek yang akan diberikan menurut tata cara yang berlaku, serta
dilampas dengan memakai daun juang-juang maupun daun ribu-ribu yang telah di
celupkan pada seperangkat peralatan tepung tawar. Adapun bagian-bagian yang
dikenakan secara berurutan pada kening, bahu kanan,bahu kiri, tangan kanan, tangan
kiri, kaki kanan, serta kaki kiri sementara paduan berteh dihamburkan pada kiri dan
kanan tersebut. Ritual tepung tawar tidak bisa dikerjakan sermbarangan karena
menggunakan lafaz khusus yang tidak bisa diungkapkan disini, perlu diterima terlebih
dahulu pada ahlinya.
Upacara Tepung Tawar bagi anak bayi juga dilakukan dengan upacara ritual
dengan segala persiapan yang disediakan bagi ahli keluarga yang mempunyai hajatan.
Peralatan yang perlu dipersiapkan dan dengan lengkap harus sudah ada jika acara
dimulai. Adapun perlengkapan alat-alat tersebut antara lain; Beras yang ditumbuk
dicampur dengan daun pandan dan kunyit dibuat tepung.Daun-daun yang diperlukan
untuk alat tepung tawar ialah daun kelapa yang dibuat seperti bunga tapak bebek
diberi bertangkai disebut pentawar, dengan jumlah dua buah. Kemudian daun-daun
yang disusun dengan jumlah lebih kurang dan puluh jenis diikat kemudian dipotong
ujung pangkalnya sehingga rata permukaannya disebut tetungkal dengan jumlah tiga

3
buah.Nyiru kecil yang terbuat dari anyaman kulit bamboo atau disebut juga layau
digunakan untuk mengipas-ngipas badan disebut tudung bakul. Besi, kayu arus, bekas
kayu baker diikat dengan tali disebut mereka pengkeras. Benang diikat yang
diputarkan diatas kepala menurut mereka mudah-mudahan keluarga itu dapat diikat
hatinya menjadi suatu ikatan yang kuat dan kokoh tak ubahnya seperti benang
itu.Tepung yang sudah ditumbuk dan diaduk di dalam tabung bamboo yang berukuran
garis tengahnya lebih kurang dua puluh senti meter, dan setingginya delapan belas
sentimeter yang terbuat dari bamboo Betung gunanya untuk menyimpan tepung yang
sudah diaduk, tabung bambu ini disebut tudung telak. Beras dimasukan ke dalam
gantang, sirih,pinang, tembakau,gambir, kapur,uang logam secukupnya disebut
pengkeras. Beras yang dicelup dengan kunyit disebut beras kuning atau beras kunyit.
Anggota yang melaksanakannya tiga orang untuk tetungkalnya dan dua orang untuk
melaksanakan pentawarnya, dengan jumlah lima orang.
Cara melaksanakan tepung tawar ini setelah tepung diaduk, tetungkal dan
penawar yang terbuat dari daun-daun dan daun kelapa itu dicelupkan pada tepung
kemudian dicapkan pada kening, tangan kiri dan kanan, pusat, kaki kiri dan kanan
dengan membaca selawat nabi atau doa untuk memohon keselamatan. Setelah selesai
upacara Tepung tawar maka dilanjutkan dengan acara selanjutnya yaitu menggunting
rambut bayi. Undangan yang hadir pada kegiatan tersebut adalah family dan tetangga
yang terdekat.
Tepung tawar bisa juga dilakukan bagi keluarga yang meninggal setelah tiga hari
dimakamkan, umumnya dilakukan sebagai pembersih peralatan yang dipakai mandi
mayit, peralatan yang disimpan diluar rumah di tepung tawar yang disebut dengan
acara Pesulli (pembersihan peralatan mayit). Peralatan di dalam kehidupan seperti
kendaraan sepeda motor, mobil, sampan,umumnya kendaraan ini dipasang pada saat
baru dipakai dan ketika mengalami musibah. Tujuannya untuk meminta keselamatan
dengan kenyakinan bahwa masih ada kekuatan gaib yang mempengaruhi di dalam
kehidupan dan tetap memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tepung tawar mayit dengan tepung tawar yang lain tidak jauh berbeda hanya
minyak bau yang tidak dipakai dan diganti dengan telur ayam yang diletakan pada
tong tempat air memandikan mayit. Tujuan dari upacara tepung tawar mayit yang
dikenal dengan Pesilli agar ahli keluarga yang ditinggalkan senantiasa sabar

4
menerima cobaan dari Allah. Dapat terhindar dari musibah dengan memohon agar
dijauhkan dari segala musibah yang datang dengan mohon keselamatan, tidak hanya
manusia dan juga peralatan yang telah dipakai dengan wujud terimakasih telah
dipergunakan sebagai peralatan mandi.
Pada pelaksanaan ritual tepung tawar mayit peralatan yang dipakai dilampas
dengan daun ribu-ribu serta peralatan yang lainnya. Peralatan yang sudah bersih baru
boleh dibawa masuk kedalam rumah yang sebelumnya di simpan diluar rumah. Telur
yang disimpan pada tong dibuang segera dan tempat pemandian mayit ditaburi
dengan abu dapur sebagai ungkapan bahwa di dalam kehidupan semua pasti mati dan
yang telah terjadi menjadi pasrah laksana abu yang kembali ketempat asalnya.
Upacara ritual tepung tawar peralatan sama seperti tepung tawar yang lainnya,
hanya tidak menggunakan miyak bau. Biasanya yang ditepung tawar ini adalah
kendara yang baru maupun kendaran yang telah mendapat musibah seperti setelah
kecelakaan atau kendaraan hilang ditemukan kembali. Kepercayaan masyarakat
dengan menepung tawar kendaraan bahwa , kendaraan yang dipergunakan bisa
membawa keselamatan dan juga bisa mendatangkan musibah, karena kendaraan
tersebut mempergunakan bahan-bahan yang terbuat dari besi, hal ini disebut tua besi,
bahwa besi bisa membawa tuah keberuntungan dan juga bisa membawa kerugian.
Kepercayaan ini masih melekat dimasyarakt pada umumnya bahwa besi tersebut
mengandung kekuatan gaib ( ada penunggunya mahluk halus yang sering mengikuti
besi). Sehingga kepercayaan ini tidak terlepas dari memohon agar kekuatan yang ada
tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan positip dapat mempengaruhi jiwa
pemakainya. Dan meminta ijin agar selalu di dalam keselamatan. Jika ini tidak
dilakukan dengan tepung tawar sebagian kepercayaan masyarakat akan
mempengaruhi jiwa, kendaraan bisa menabrak atau ditabrak dan bahkan bisa hilang
dicuri yang biasa diungkapkan dengan kata-kata “Sueh”. Lafaz doa yang disebutkan
tidak bisa sembarangan melalui tata cara tertentu.
Pada akhir dari acara Tepung Tawar senantiasa dipanjatkan doa selamat oleh
tokoh dan tua-tua kampung. Bila ada keluarga yang menempati rumah baru (pindah
rumah) maka di lakukan pula acara Tepung Tawar. Maksud dan fungsi mengadakan
acara Tepung Tawar ini adalah untuk memohon keselamatan dan terhindar dari
sesuatu yang tidak diinginkan, yang tentunya di tunjukkan krpada Allah Swt. Yang

5
menciptakan manusia dan alam raya. Inilah barang kali tujuan pokok, disamping
adanya tujuan lain yang tersirat dari upacara Tepung Tawar.

2.3 Manfaat Nilai Agama Budaya Tepung Tawar

Perlunya dilestarikan nilai-nilai ritual upacara adat, karena di dalam upacara tersebut
syarat dengan nilai-nilai di dalam kehidupan terutama kearifan local, bahwa manusia
tidak terlepas dari kehilapan dan kesalahan, selalu memohon ampun dan petunjuk
kepada Allah SWT, dengan terus melaksanakan kewajiban di dalam kehidupan di
dunia, saling gotong royong, menghormati yang tua, menghargai lingkungan baik
benda-benda yang bergerak maupun benda yang tidak bergerak bahwa barang-barang
tersebut mempunyai manfaat bagi kehidupan dan itu adalah bagian dari makluk Allah
SWT yang tidak bisa disembarangkan dan juga air dan lingkungan agar selalu dijaga
kebersihannya yang digambarkan dengan air tepung tawar yang dimaksudkan agar
jagan saling curiga dan berprasangka buruk dengan yang lain dan mempunyai hati
yang bersih. Selalu mempererat tali siratul rahmi dengan saudara-saudara yang ada
disekitar kita terjaganya rasa solidaritas sesama di dalam kehidupan yang beragam,
sehingga tercapai keingin bersama hidup di dalam keteraman terhindar dari mala
petaka dan di jauhi bencana demi terwujudnya cita-cita semua manusia di muka bumi
ini.
Seperti peranan upacara adat yang tergambar akan menjadi sebuah daya rekat
masyarakat, sehingga upacara tersebut semakin sering dilakukan akan semakin dapat
mempererat yang sangat berkaitan satu dengan lainnya, sehingga menjadi sebuah
kebutuhan dan adanya saling ketergantungan dan keseimbangan di dalam kehidupan
bersama.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali.


Kedua-duanya tidak mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak akan
ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia itu
hidupnya tidak berapa lama, ia lalu mati. Maka untuk melangsungkan kebudayaan,
pendukungnya harus lebih dari satu orang, bahkan harus lebih dari satu turunan. Jadi
harus diteruskan kepada anak cucu keturunan selanjutnya.
.

3.2SARAN

Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka


segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya
nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun
budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa.
.

7
DAFTAR PUSTAKA
http://prasetyorp.wordpress.com/2013/05/06/kebudayaan-masyarakat-melayu-di-ponti
anak-prasetyo-ryan-priambodo1ia0255412694fakultas-teknologi/

http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2011/02/adat-tepung-tawar-melayu-sambas.
html

http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/19/makna-tepung-tawar-dalam-adat-melayu-5
57501.html

http://fajrinborneo.blogspot.com/2011/03/eksistensi-upacara-tepung-tawar-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai