ZOONOSIS
PENDAHULUAN
1 415 spesies organisme patogen
pada manusia
868 dari 1415
217 virus dan prion (61,3%)
diklasifikasikan
538 bakteri & riketsia zoonosis
175 dari 1415
307 cendawan (12,4%) spesies
terkait emerging
66 protozoa diseases (emerging
pathogens): 132 dari
287 cacing (helminth) 175 (75%)
emerging zoonoses
60.3% dari emerging infectious
disease (EID) dan re-emerging
infectious disease (REID) didominasi
oleh zoonosis dan 71.8% dari
zoonosis tersebut bersumber dari
satwa liar
Jones et al. (2008). Global trends in emerging
infecttious disease. Nature 451:990-993
Kep Mentan. No. 4026 Tgl. 1 April 2013 tentang
25 Jenis PHMS
1. Anthrax 15. Toxoplasmosis
2. Septicaemia Epizootica 16. AI
3. Jembrana 17. Leptospirosis
4. Campylobacteriosis 18. CSF/HC
5. Rabies 19. PRRS
6. Nipah 20. Brucellosis
7. Encephalitis 21. Swine Influenza
8. Surra 22. Helminthiasis
9. Cysticercosis 23. PMK*
10. Salmonellosis 24. BSE*
11. IBR 25. RVF*
12. Paratuberculosis
Kep Mentan. No. 237/KPTS/PK.400/M/3/2019,
tentang 15 Jenis Zoonosis Prioritas
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun (kasus)
desa
Zoonosis
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Anthrax 36 185 8 3 85 4 155
Brucellosis 227 987 244 547 558 154 11
Rabies 390 2076 839 620 1166 412 208
AI 2.751 1.413 2.293 1.502 1.390 546
Balai/Balai Besar Veteriner
BPPV I
Medan
BPPV II BPPV V
Bkt Tinggi Banjarbaru
BBVet
Maros
BBVet
Wates
BBVet
Denpasar
C:petalab
Bahasa Inggris:
zoonoses (jamak),
zoonosis (tunggal)
zoonotic disease
Bahasa Indonesia
zoonosis
penyakit zoonotik
penyakit zoonosa
DEFINISI
Zoonosis adalah penyakit dan
infeksi yang secara alamiah
ditularkan diantara hewan
vertebrata dan manusia
Diseases and infections which are naturally
transmitted between vertebrate animals and
man
[WHO 1966]
Diseases which are
transmitted from
animals to humans
Secara singkat:
Zoonosis =
penyakit yang dapat
menginfeksi hewan
dan manusia
Perlu dipahami
Hanya bebeberapa penyakit
hewan bersifat zoonotik potensial,
namun semua zoonosis memiliki
induk semang hewan
Beberapa penyakit yang
dikategorikan zoonosis merupakan
patogen di lingkungan yang dapat
menginfeksi hewan dan manusia
Agen Penyebab Zoonosis
Kelompok Berisiko
terkena Zoonosis
Cara Penularan Zoonosis
Dampak Zoonosis
Sakit dan kematian pada manusia
Penurunan produksi, sakit dan kematian
ternak
Kerugian ekonomi : produksi, pelarangan
perdagangan, penurunan mutu
Kepanikan/ketakutan/kekhawatiran
masyarakat: ketentraman batin masyarakat
Gangguan ketahanan nasional dan politik
Public Impact of
Zoonoses
Tujuan kebijakan (khususnya luar negeri)
dan diplomasi pemerintah terhadap
pencegahan dan pengendalian zoonosis:
1. Melindungi ketahanan nasional
2. Mengembangkan kesejahteraan ekonomi dan
kekuatan bangsa
3. Mendorong perkembangan negara dan wilayah
dari kepentingan ketahanan nasional dan
ekonomi
4. Melindungi martabat manusia melalui prinsip
kemanusiaan (humanitarianism) dan hak asasi
manusia
(Sustaining Global Surveillance and Response to Emerging Zoonotic Diseases 2009)
PEMBAGIAN
ZOONOSIS
Cara Penularan
Zoonosis Langsung
(direct zoonosis)
Zoonosis berlangsung di alam hanya dengan 1
jenis vertebrata saja dan agen penyebab
penyakit hanya sedikit berubah atau tidak
mengalami perubahan sama sekali selama
penularan
Agen penyakit ditularkan dari 1 induk semang
vertebrata ke induk semang vertebrata lain
yang peka melalui kontak, wahana (vehicle),
atau vektor mekanis
Contoh:
rabies, bruselosis, leptospirosis
V1
V1 V1
V1 V = vertebrata
Zoonosis langsung
Siklo-zoonosis
(cyclo-zoonosis)
Siklus penularan memerlukan > 1 jenis
vertebrata, tidak melibatkan invertebrata untuk
penyempurnaan siklus hidup agen penyebab
Contoh: zoonosis kausa parasit: taeniasis
(T. saginata dan T. solium) siklo-zoonosis
obligat, manusia sebagai induk semang
dalam siklus hidupnya
hidatidosis: tidak selalu melibatkan manusia
V2
V1 V1
V2 V = vertebrata
Siklo-zoonosis
Meta-zoonosis
(metazoonosis)
V1 V1
I1
I = invertebrata
V = vertebrata
Meta-zoonosis
Nyamuk Manusia
Monyet Monyet
Nyamuk
V1 V1
S S = benda mati
V = vertebrata
Sapro-zoonosis
PEMBAGIAN
ZOONOSIS
Reservoir Utama
oHewan pelihara
oHewan domestik
oSatwa liar
Penyakit yang secara bebas berkembang di
alam di antara hewan-hewan liar maupun
domestik. Manusia hanya kadang-kadang
saja terinfeksi dan akan merupakan titik
akhir dari infeksi (dead end; cul de sac)
Contoh: rabies, leptospirosis, tularemia,
hidatidosis
Manusia tidak dapat menularkan kepada
manusia lain, kecuali kondisi lain
Anjing Anjing
Manusia
Anthropozoonosis
Manusia dan hewan sebagai reservoir
dari agen penyakit
Infeksi tetap berjalan secara bebas
tanpa adanya campur tangan atau
keterlibatan grup lain
Contoh: Staphylococcosis,
Streptococcosis
Sapi Manusia
Sapi Manusia
Amphixenosis
Penyakit berlangsung secara bebas pada
manusia atau merupakan penyakit
manusia dan hanya kadang-kadang saja
menyerang ke hewan (hewan sebagai cul
de sac)
Contoh: tuberkulosis tipe human,
amebiasis, difteri
Manusia Manusia
Sapi
Zooanthroponosis langsung
(misalnya difteria)
PEMBAGIAN
ZOONOSIS
Agen Penyebab
Contoh: antraks, bruselosis,
leptospirosis
Contoh: rabies, avian influenza,
Ebola, SARS, West Nile
Akhir-akhir ini banyak yang bersifat
emerging dan re-emerging zoonoses
Contoh: toksoplasmosis, amebiasis
Contoh: taeniasis/sistiserkosis
(Taenia solium), T. saginata, trikinosis,
Contoh: bovine spongiform
encephalopathy (BSE)/new variant
Creutzfeld-Jacob Disease,
PEMBAGIAN
ZOONOSIS
Asal Hewan Penularnya
Zoonosis berasal dari satwa liar
(wild life zoonoses)
Zoonosis berasal dari hewan
pelihara/domestikasi
(domesticated animal zoonoses)
Zoonosis berasal dari hewan
sekitar pemukiman manusia
(domicilated animal zoonoses)
TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum wr wb
selamat pagi
Avian Influenza
History of influenza
• 412 BC - first mentioned by
Hippocrates
• 1580 - first pandemic described
• 1580-1900 - 28 pandemics
Avian Influenza (AI)
Bird flu; Fowl plaque; Flu Burung
Influenza (flu): bahasa Italia untuk “influence”
(Inggris); bahasa Latinnya “Influentia” istilah
untuk penyakit yang disebabkan pengaruh buruk
13
Penularan
Reservoar (virus pada burung sehat:
migratory waterfowl, shore birds, sea birds)
Virus terdapat pada feses dan eksudat hidung
Virus dapat disebarkan melalui: burung/unggas
terinfeksi, udara, peralatan, wadah telur, air,
kendaraan dan orang/pekerja
Masa inkubasi: sangat cepat (beberapa jam)
s/d 3 – 7 hari (14 hari)
From birds to human
Migratory
water Domestic birds
birds • Hong Kong 1997,
H5N1
• HK, China 1999,
H9N2
• Netherlands 2003,
H7N7
• Hong Kong 2003,
H5N1
Source: WHO/WPRO
Reassortment (in human)
Migratory
water birds
Source: WHO/WPRO
N Engl J Med 2005; 353:2209-11
Pandemic influenza in the 20th Century
1918 “Spanish Flu” 1957 “Asian Flu” 1968 “Hong Kong Flu”
20-40 million deaths 1 million deaths 1 million deaths
24
Diagnostik
Patologi: bangkai unggas: patologi-anatomi,
histopatologi.
Isolasi dan identifikasi virus: usapan trakea dan
atau kloaka; jaringan, sekreta/ekskreta dari saluran
nafas dan intestinal contoh diinokulasi pada telur
berembrio 10-11 hari; cairan alantois dipanen (24-72
jam atau sampai mati); Haemagglutination Inhibition
Test (HI test)
Uji serologik: HI and HA test, ELISA, PCR
Pencegahan & Pengendalian
Pengendalian di peternakan ayam/unggas:
peningkatan biosecurity, sanitasi (feses ayam,
bangkai, peralatan, dll.); pemusnahan ayam sakit
(stamping out)
Pengendalian burung liar (reservoar)
Penerapan Good Hygienic Practices pada
penanganan (daging & telur unggas),
penyimpanan, pengolahan/pemasakan (min. suhu
bagian dalam 70 oC 30 menit; 80 oC 1 menit)
Pencegahan & Pengendalian
Transmissible Mink
Encephalopathy (TME)
Pada mink (Mustella vision)
Feline Spongiform
Encephalopathy (FSE)
Pada kucing
Zoological Spongiform
Encephalopathies
Pada hewan liar (puma)
Transmissible Spongioform
Encelophathy (TSE) pada Manusia:
Kuru
Pada suku di Papua New Guinea, karena
kanibalisme (memakan jaringan otak)
Gerstmann-Sträussler-Scheinker
Syndrome (GSS)
Keturunan, gen pada autosom dan dominan;
dapat ditularkan (melalui inokulasi intraserebral)
pada kera dan rodensia; serta pada hamster
melalui pemasukan gen abnormal PrP dari
kromosom 20 (ke genom hamster)
Transmissible Spongioform Encelophathy (TSE)
pada Manusia . . .
New Variant
Creutzfeldt-Jakob
Disease (vCJD)
New Variant Creutzfeldt-Jakob
Disease (vCJD)
Otak
Sumsum tulang belakang
Tonsil
Distal ileum
Mata
Terrestrial Animal Health Code OIE (2011)
Prion tidak ditemukan pada (TAHC OIE 2011):
25
Tingkat Infektivitas Tinggi
Otak
Sumsum tulang belakang (Medula
spinalis; spinal cord)
Mata
Tingkat Infektivitas Sedang
• Limpa
• Tonsil
• Limfonodus
• Usus halus (Ileum)
• Usus besar (Colon; proksimal dan distal)
• Pituitary gland
• Adrenal gland
• Cairan serebrospinal
• Plasenta
Tingkat Infektivitas Rendah
• Syaraf perifer
• Mukosa hidung
• Timus
• Sumsum tulang
• Hati
• Paru
• Pankreas
Tidak Terdeteksi
• Otot • Testis
• Jantung • Seminal testis
• Ambing • Jaringan fetus
• Susu • Kolostrum
• Darah beku • Cairan empedu
• Serum • Tulang
• Tinja • Tulang rawan
• Ginjal • Jaringan ikat
• Kelenjar ludah • Rambut
• Ovarium • Kulit
• Uterus • Urin
Kejadian di Manusia
Onset: rata-rata 10 tahun
Umur pasien: 12 – 65 tahun
(rata-rata 28 tahun)
Lama penyakit: 14 bulan (9,5 –
38 bulan)
New Variant CJD (vCJD) . . .
Gejala Klinis
Awal: gejala psikiatrik depresi,
keletihan, gangguan tidur, kekhawatiran
dan perubahan temperamen
Gejala lanjut: myoclonus (konvulsi
otot), dizziness, tremor, dysarthria
(gangguan bicara), ataxia, dementia
(kegagalan/kehilangan kekuatan
mental) dan kematian
Diagnosa
Gejala klinik
Biopsi jaringan (histopatologi,
histokimia)
Uji imunologi
Test kit
Pencegahan
Mencegah masuknya agen ke dalam
rantai makanan manusia dan pakan
hewan
Ruminansia tidak diberikan protein
mamalia (meat bone meal/MBM) dan
pakan mengandung SRM
Surveillance
Pemusnahan hewan sakit
Tidak memotong “hewan rubuh” (downer)
Pencegahan . . .
Pada Hewan:
E. histolytica :
primata, anjing, kucing, babi, sapi, tikus
dan rodensia lainnya
E. polecki:
babi (utama), kambing
Entamoeba sp.
Kejadian Pada Manusia
• Mengkonsumsi makanan dan atau
minuman yang terkontaminasi kista
• Penanganan air dan makanan yang
tidak higienis (rekontaminasi)
• Terbawa oleh lalat (vektor)
• Perilaku seksual (homoseksual, anal-
oral atau anal-genital-oral)
INFEKSI
dan
PATOGENESA
INFEKSI
(http://www.dpd.cdc.gov/dpdx)
Gejala Klinis
• 10-20% orang terinfeksi bisa sakit (masa
inkubasi 2-4 minggu)
• Infeksi dengan non-invasif entamuba
clinically silent carrier
• Infeksi dengan invasif entamuba
– Amebiasis usus akan menimbulkan gejala
klinis seperti disentri, kolitis non disentri,
ameboma, dan apendisitis amebik.
– Amebiasis di luar usus menimbulkan hepatik
non supuratif, abses hati , paru-paru dan otak
Diagnosa
1. Pemeriksaan kimia darah
2. Pemeriksaan Feses
3. Sigmoidoscopy
4. X-Ray dan Fluoroscopy
5. Ultrasonografi
6. PCR
7. Biopsi daerah necrose
8. Serologi
• Complement fixation test.
• Latex agglutination test.
• Counterimmuno electrophoresis.
• ELISA :Enzyme-linked immunosorbent assay
Pengobatan
Gangguan di usus:
pembasmi amuba peroral (melalui mulut),
seperti iodokuinol, paromomisin dan
diloksanid, yang akan membunuh parasit di
dalam usus.
15
CRYPTOSPORIDIOSIS
Pendahuluan
• Water-borne diseases
• Tahan terhadap klorin, termasuk: C. perfringens,
B. anthracis dan Cryptosporidium sp.
• Ditemukan pertama tahun 1907 oleh Tyzzer.
• Di seluruh dunia, prevalensi 1-4,5% dan 3-20%
• Kejadian penyakit dihubungkan dengan :
- air minum dan pangan
- kolam renang dan danau
- imunosupresif (anak-anak, HIV)
Agen
Terdiri dari beberapa spesis, namun hanya 2 spesis
yang beradaptasi pada manusia, yaitu C. parvum
dan C. hominis (awalnya spesies ini diklasifikasikan
sebagai genotype 1 dari C. parvum)
Obligat intraseluler parasit
Pada manusia dan mamalia : terdapat di usus kecil
Oocyst merupakan bentuk yang infektif serta
dikeluarkan melalui feses dan mengkontaminasi
lingkungan (sumber air), tahan 2-6 bulan pada
lingkungan yang lembab, resisten terhadap 3%
hipoklorida, 5% amonia selama 18 jam, 3% H2O2,
dan pemanasan 65 ⁰C selama 30 menit
Oocyst of Cryptosporidium visualized with
Acid-fast stain
Pada manusia
• Masa inkubasi : 1 – 12 hari (rata-rata 7 hari)
• Orang yang sehat :
- asymptomatis (2-4 hari)
- gastroenteritis (acute self limiting) : 1-4
minggu, tetapi 10% perlu pengobatan
• Penderita imunosupresif (AIDS) :
- gejala pernafasan (batuk)
- demam
- gejala pencernaan
•Umumnya :
- diare cair, sakit perut, mual dan muntah
- lemah, lesu dan demam ringan (< 39⁰C),
mialgia
- berat badan menurun
•Bila orang tersebut sembuh akan menjadi
carrier chronis (sampai meninggal)
Pada Hewan
• Umumnya Sapi : (sapi perah 50% menyerang
ternak lain dan manusia)
- umur 1 – 3 minggu (muda)
- inkubasi 4 hari
- gejala : anoreksia, diare, bobot badan
menurun
• Kuda, babi :
- tidak menimbulkan gejala
• Anjing dan kucing (10% menyerang ke
anjing lain, tapi jarang ke manusia)
• Juga menyerang reptil dan burung
Siklus
Hidup
Transmisi
Kontak langsung
Hewan pelihara Hewan pelihara
15
Terima Kasih
16
PENDAHULUAN
Toxoplasma gondii
toxon : bulan sabit dan oval
gondii : rodensia afrika utara (Tunisia)
(Ctenodactylus gondii)
TOXOPLASMOSIS
3
EPIDEMIOLOGI
Tersebar secara luas dari Alaska sampai
Australia (umumnya wilayah yang panas,
kelembaban tinggi, dataran rendah)
Prevalensi di Indonesia :
manusia 2-63%, kucing 35-73%
anjing 75% , babi 11-36%
kambing 11-61%, sapi/kerbau <10%
4
SIKLUS HIDUP
Siklus Hidup tiga bentuk
1. Takizoit/tropozoit
► proliferasi/cepat, dalam jaringan,
bersifat akut
2. Ookista
► sporozoit, dalam usus halus/feses
3. Bradizoit/merozoit/sistozoit/kista
►lambat, dalam otot/daging dan
otak/SSP, bersifat kronis
5
SIKLUS HIDUP
6
TRANSMISI
Ditransmisikan dengan beberapa cara
(horizontal dan vertikal)
8
9
PATOGENESIS
10
PATOGENESIS
11
12
PENYAKIT PADA MANUSIA
13
PENYAKIT PADA MANUSIA
Gejala Klinis :
a. asymptomatis
b. 10-20% lymphadenitis (leher dan kepala),
flu-like syndrome (demam, lesu, myalgia, sakit
kepala)
c. myositis, myocarditis, pneumonitis, facial
paralysis
d. uveitis (unilateral, bilateral)
e. keguguran
f. chorioretinitis, hydrocephalus, intracerebral
calsification
14
Gangguan pada mata
(chorioretinitis)
15
Toxoplasma Pada Otak
16
Toksoplasmosis kongenital
•Gambaran klinis toksoplasmosis
kongenital dapat bermacam-macam. Ada
yang tampak normal pada waktu lahir dan
gejala klinisnya baru timbul setelah
beberapa minggu sampai beberapa tahun.
•Ada gambaran eritroblastosis, hidrops
fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran
intrakranial atau tetrade sabin yang
disertai kelainan psikomotorik, kejang2,
kebutaan dan gangguan kecerdasan
Toksoplasmosis kongenital
24
PADA PRIA
25
PADA HEWAN
27
DIAGNOSA
28
Diagnosis Pemeriksaan
Darah di Laboratorium
32
Any Questions?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
33
Terima
Kasih
35
36
37
DERMATOFITOSIS
PENDAHULUAN
Tinea, ringworm
Dermatofitosis
penyakit pada jaringan yang mengandung zat
keratin, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan
golongan dermatofita
Dermatofitosis : tinea kapitis, tinea
facialis, tinea barbae, tinea korporis, tinea
kruris, tinea manus, tinea pedis, tinea inguium
insidensi dermatofitosis di Indonesia
berkisar antara 4,8% - 82,6%
golongan dermatofita dapat
menyebabkan bentuk klinis yang khas
satu jenis dermatofita dapat
membentuk klinis yangbeda tergantung
letak anatominya
Dermatofita
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Trychophyton (21 spesies)
Mycrosporum (17 spesies)
Epidermophyton (2 Spesies)
Gambar 1. T. interdigitale
Gambar 2. M. nanum dan M. gallinae
Gambar 3. E. floccosum
Habitat normal
c. Favus (kerion) :
- Microsporum canis
- peradangan yang hebat disertai lesi
menyerupai sarang lebah dan akan terbentuk
jaringan parut yang menetap
Tinea Barbae
•Di sekitar muka (jenggot)
• T.mentagrophytes dan T.verrucosum
Tinea Facialis
•Infeksi cendawan pada daerah wajah.
•Kelihatan sebagai suatu ruam berwarna merah
di sekitar muka
Gambar 4. tinea barbae dan fasialis
Tinea Korporis
• Pada kepala, badan, dan lengan.
• T. rubrum, T. mentagrophytes M. gypseum
dan M. canis.
• kelainan pada kulit (efloresensi kulit) dengan
peradangan pada bagian tengah, bentuk
bulat / polisiklis
• pada penderita imunodefisiensi : tidak khas
Tinea Kruris
• Di daerah lipat paha, genitalia dan sekitar anus
yang dapat meluas ke bokong dan perut
bagian bawah
• T. rubrum, dan E. floccosum
• Lesi simetris dilipat paha (dimulai dengan bercak
eritematosa dan gatal), kemudian meluas ke
skrotum, pubis, dan glutea
• lesi : tepi aktif, polisiklis, ditutupi skuama dan
disertai vesikel kecil-kecil
Gambar 5. tinea korporis dan tinea kruris
Tinea Manus dan Pedis
•Kulit telapak tangan dan kaki, punggung
tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki,
serta daerah interdigital.
• Trichophyton rubrum, T. interdigitale,
T. menthagrophytes dan Epidermophyton
floccosum.
•Sering pada orang dewasa (mencuci pakaian,
bekerja di sawah, kolam dan tambak)
•Diawali rasa gatal, nyeri, dan timbul
peradangan
Bentuk klinis tinea manus dan
pedis
•Bentuk intertriginosa : maserasi, deskuamasi
dan erosi, warna keputihan basah dan terjadi
fisura yang terasa nyeri. Pada kaki mulai dari
jari ke 3,4 dan 5
•Bentuk vesikular akut : vesikula-vesikula dan
bula yang agak dalam dan sangat gatal di
telapak kaki bagian tengah
•Bentuk mocassin foot : seluruh kaki dari
telapak, tepi sampai punggung kaki, kulit
menebal dan berskuama, serta eritema ringan
pada bagian tepi lesi.
Gambar 6. tinea pedis
Tinea Unguium
• Kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi
dermatofita
• T. mentagrophytes, T. interdigitale dan T. rubrum.
• Bentuk klinis tinea unguium:
Bentuk subungual distalis : distal proksimal
bawah kuku rapuh bantal kuku
hiperkeratosis.
Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita:
bercak keputihan di permukaan kuku
Bentuk subungual proksimal: distal masih utuh,
sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki
lebih sering diserang dibandingkan kuku tangan
Gambar 7. tinea unguium
Identifikasi Laboratorium
•Pemeriksaan Langsung (gejala klinis, lampu
Wood dan kerokan kulit + KOH 10-20%)
•Pembiakan pada media agar
Pengobatan
1. Obat Topikal (harus memenuhi kriteria) :
• Bersifat antifungal aktif
• Dapat berpenetrasi ke dalam kulit
• Bekerja aktif di dalam dan di luar sel
• Mempunyai daya tahan terhadap hasil-hasil
metabolisma
•Tidak menimbulkan sensibilisasi
2. Obat Topikal (oles)
•Prinsip : basah dengan basah, kering
dengan kering, makin akut makin lemah
bahan aktif yang digunakan
•Cairan, bedak, salep, bedak kocok, krim
dan linimen (pasta)
•Solusio carbol fuschin, asam benzoat, asam
salisilat, gol. allilamin, gol.benzilamin, gol.
imidazol, gol. siklopiroks, gol. tolnaftat, gol.
haloprogin.
2. Obat Sistemik (oral)
• Griseofulvin
• Ketoconazole
• Golongan Triazole :
Itraconazole
Fluconazole
Terbinafine
KESIMPULAN
•Manifestasi klinis dermatofitosis bervariasi,
sehingga sulit dibedakan dengan penyakit kulit
lain, hal ini menyebabkan diagnosis keliru dan
pengobatan selalu gagal.
•Diagnosis dermatofitosis dapat ditegakkan
melalui manifestasi klinis, lampu Wood dan
identifikasi laboratorium.
•Pengobatan dapat ditempuh dengan cara
topikal (oles) dan sistemik (oral)
Terima Kasih
CHLAMYDIOSIS
Pendahuluan
• Psittacosis, Ornithosis, Parrot fever, Avian
Chlamydiosis
• Human zoonosis
• Tidak diobati akan fatal
• Agent penyebab : C. trachomatis (trachoma/
keratoconjungtivitis, infeksi tractus genital),
C. pneumoniae (pneumonitis), C. psittaci
(psittacosis/ornithosis), C. pecorum (bovine
encephalitis, pneumonia, enteritis atau ovine
polyarthritis)
•Gram negatif, kokoid, obligat
intraseluler bakteria
•6 serotype (turkey strain/sangat virulen,
avian stain/virulen, duck (kurang virulen)
• Psittacine birds, pigeons, doves, (sering),
duck, turkey (kadang-kadang), ayam
(jarang)
Kejadian Pada Manusia
•Diseluruh dunia (tropis dan subtropis)
•Pertama ditemukan tahun 1929 di
Amerika Selatan
•Tahun 1929 – 1939, di Argentina, 1000
kasus (200 – 300 meninggal), Tahun
1974 – 1976, di USA, RPU turkey, 98
pekerja (28 meninggal)
• Accupotional diseases (pekerja
peternakan, RPU, Prosesing)
Sumber Infeksi dan Transmisi
•Wild dan domestic bird merupakan
reservoir C. psittaci
•melalui inhalasi debu yang menggandung
feces (tahan beberapa bulan pada feces
kering), melalui ingesti (coprophagya
atau canibalisme) dan melalui kontak
(plasenta)
•Insekta, kutu, pinjal merupakan vektor
mekanik
•Ducks : transovarial
Inhalasi, ingesti
Burung liar & Burung liar &
pelihara yang pelihara yang
Terinfeksi peka
inhalasi
jarang
manusia manusia
Penyakit Pada Hewan
•Masa inkubasi : 3 hari sampai beberapa
minggu
•Faktor predisposisi : kepadatan, sanitasi,
iklim, defisiensi nutrisi, transportasi
•Gejala klinis : (turkeys, ducks, pigeons, pet
bird) : depresi, lemah, bulu mengkerut,
tidak nafsu makan, bobot badan menurun,
lendir di hidung, feces (kuning kehijauan,
hijau), conjungtivitis, produksi telur
menurun, gejala syaraf
•Morbiditas : turkeys = 50 - 80% (serovar D)
ducks = 80%
•Mortalitas : turkeys = 10 - 30% (serovar D)
ducks = 0 - 40%
•Domba dan kambing : abortus
•Kucing (sekitar peternakan domba) secara
serologi positif (keratoconjungtiva pada
manusia)
Penyakit Pada Manusia
•Masa inkubasi : 1 – 2 minggu
•Gejala klinis : asymptomatis (mild influenza-
like illness)
•Lama gejala : 7 – 10 hari, diawali dengan
gejala pernafasan (91%), demam (88%),
lemah (83%), menggigil (80%), batuk
(69%), berkeringat (58%), myalgia, sakit
kepala dan nafsu makan menurun
•Berlanjut : pneumonia –
broncopneumonia (batuk kering sampai
mucopurulent), endocarditis, myocarditis,
pembesaran hati dan limpa (muntah,
diare, konstipasi), encepalitis, meningitis
dan myelitis
•Pada wanita hamil : keguguran
• Case fatality rate : < 1%
Diagnosa
•Sampel pharyngeal/nasal/kloaka swab,
feces (live bird), nasal eksudat, ginjal,
limpa, hati dan colon (death bird)
•Serologi : DCF (direct complement
fixation), MCF (modified complement
fixation), latex agglutination, ELISA
•Isolasi di TET, hewan laboraatorium, sel
kultur, BGM (diwarnai dengan pewarnaan
Gimenez atau Giemsa
•PCR
Pengobatan dan
Pengendalian
•Pengobatan :
•Pada hewan (1% klortetrasiklin pada
pakan selama 45 hari),
•Pada manusia tetrasiklin 10 -14 hari
atau eritromisin (pada anak < 8 tahun
dan wanita hamil)
•Pengendalian :
1. Karantina burung ekspor/impor
selama 45 hari (serologis +, diobati,
sirkulasi bulu dan debu dikurangi)
2. Pembersihan dan desinfeksi kandang :
quartenary amonium compound,
klorofenol, iodin, formalin,
isopropilalkohol
3. Burung mati disiram dengan
desinfektan sebelum dinekropsi
4. Good farming practices
5. Public awareness
6. Menggunakan APD pada saat nekropsi
atau menangani burung mati (seperti
penanganan AI)
Penutup
• Chlamydiosis merupakan contagious diseases
• Penularan melalui inhalasi, ingesti dan kontak
• Pada hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala khas (banyak defensial diagnosa)
• Sulit sekali melakukan eradikasi serta
pengendalian pada hewan dan manusia
memerlukan waktu yang lama (minimal 45 hari)
Terima Kasih
SKABIES
(Sarcoptes scabiei)
Sarcoptes scabiei
•Synonim : Scabiosis, Mange, Sarcoptic
acariasis
• Sarcoptes scabiei:
- tungau mikroskopik
- membuat lubang atau terowongan
- pada lapisan kulit tanduk
- iritasi kulit
•masalah utama bagi kesehatan masyarakat
menyebabkan ketidaknyamanan
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Sub kelas : Acari
Ordo : Acariformes
Sub ordo : Astigmata
Super famili: Sarcoptoidea
Famili : Sarcoptidae
Genus : Sarcoptes
Spesies : Sarcoptes scabiei
Etiologi
- Agen penyebab scabies pada manusia
adalah Sarcoptes scabiei
- berbentuk bulat, bergaris, pada garis
dilengkapi duri-duri halus
- kaki I dan II panjang, ada alat penghisap
- kaki III dan IV pendek
- anus transversal →ventral
- tiap varietas → host spesifik
- penyakit bersifat temporer
Gambar S. scabiei
Tungau dapat bertahan di lingkungan
selama lebih dari 3 minggu, dan
merupakan sumber infeksi bagi anjing
lainnya.
Prognosa
Pada manusia → fausta
Pada hewan → fausta
Diagnosa Banding
•Penyakit akibat gigitan dari serangga
yang kecil, kutu, dan bedbugs
•infeksi/peradangan seperti follikulitis,
impetigo, tinea, dan viral exanthema
•eksim, dermatitis, dan reaksi alergi
seperti papular urticaria
• immunologically mediated diseases
seperti bullous pemphigoid dan
pityriasis rosea
Pengobatan dan pencegahan
Tungau dapat diobati dengan:
Direndam (dip): didesinfeksi
Disemprot: lindane, benzoas benzylicus,
scabicid
suntikan (ivermectin)
obat oral
Topikal: Permethrin 5% Cream atau Lotion
6% Precipitated Sulphur
Pencegahan:
Memandikan anjing
Mengganti dan mencuci pakaian, handuk,
selimut, pakaian dalam setiap hari.
Kesimpulan
• Scabies zoonosis pada manusia disebabkan
oleh Sarcoptes scabiei variasi hominis
•Penyakit ini bersifat temporer atau
sementara
• Scabies anjing merupakan scabies yang
paling sering menular pada manusia
•Menginfeksi manusia karena kontak dengan
hewan yang terinfeksi
•Harus berhati-hati bila kontak dengan hewan
yang terinfeksi scabies
•Gunakan sarung tangan atau pakaian pelindung
untuk mengurangi kontak langsung dengan
hewan penderita scabies
•Mandikan hewan peliharaan 2-3 kali sebulan dan
jangan tidur dengan hewan peliharaan
•Bersihkan selimut, baju, handuk setelah kontak
langsung dengan hewan
Assalamu’alaikum wr wb
Furious Rabies
Penyebab:
• Rhabdovirus virus berbentuk
peluru
• Radang otak akut Hydrophobia
(takut menelan air)
• Menyebar luas di dunia kecuali
beberapa negara al: Australia,
New Zealand
Indonesia:
• Kuda (1884)
• Kerbau (1889)
• Anjing (1890) menyebar
luas
Rabies
9 Provinsi bebas rabies
Bebas historis (Papua, Papua Barat,
Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan
NTB)
Dibebaskan (Jawa Tengah, DIY, Jawa
Timur dan DKI Jakarta)
Rabies
24 Provinsi Tertular
Beberapa wilayah bebas rabies yang
tertular lagi dalam beberapa tahun
terakhir, seperti Bali (2008), Pulau Nias
(2010), Pulau Larat-Maluku Tenggara
Barat (2010), Pulau Dawera/Babar-Maluku
Barat Daya (2012).
Peningkatan kasus di wilayah tertular
seperti di Flores, Sulawesi Utara
Distribusi Geografis Rabies di Indonesia:
Virus Rabies di Bali Berkerabat Dekat Dengan Virus Rabies Dari
Sulawesi
1970
1956
2010
1974
1958
1975
2005
1971
2005
1959
1953 1972 1972
1969
1884
1983 2003
1958 1997
2004
2010
1997
2008
Bebas
Tertular
Peta Kasus Rabies (2011-2013)
Epidemiologi & Ekologi:
– 2 golongan virus:
• street virus: (baru diisolasi dari
hewan, masa inkubasi beragam
(dapat lama sekali), menginvasi
kelenjar ludah)
• fixed virus: (diadaptasikan ke lab
(pasasi intraserebral), masa inkubasi
pendek, 4-6 hari, tidak menginvasi
kelenjar ludah)
A. Rabies di Manusia:
– Masa inkubasi 3 –8 minggu (sampai
beberapa bulan)
– Tidak natural:
• Donor kornea Manusia
• Donor organ
• TETAP sebagai cul de sac (dead end)
B. Rabies di Hewan:
• Semua hewan berdarah panas
• Umumnya:
– Carnivora
– Chiroptera (kelelawar)
– HEWAN LAIN: tidak menyebar
(dead end)
Uji Laboratorium
Histokimia: Negri bodies
cepat, murah, sensitifitas dan spesifisitas
paling rendah
• Negara berkembang:
– Anjing = UTAMA (biaya
pemberantasan mahal)
C. Rabies di Indonesia
• Zoonosis paling penting
• Vektor utama:
– Anjing
– Kucing
– Kera
• Pernah diisolasi dari:
– Harimau
– Musang
– Tikus
Kelestarian di Alam
Penjaga kelestarian = Vektor Penyakit
misal:
– Amerika Serikat & Kanada: skunk,
racoon, fox, kelelawar insectivora
– Amerika latin: + vampir
– Timur Tengah: anjing hutan
– India: jackal
Kelestarian di Alam…….(1):
diserang:
semua
bagian
tubuh
dan semua
jenis
jaringan
3
Tuberkulosis pulmonal:
Diagnosis Pembedaan
infeksi saluran pernafasan
infiltrasi paru-paru akut
pneumonia, bronchitis, bronchoektasis
Pengobatan
Minimal : semua kasus terdeteksi
diobati
Rumah sakit, ambulatoir atau
dirumah
Pengobatan 6 bulan setelah Sputum
negatif
Faktor Mempengaruhi
Kemunculan
1. Jumlah sapi tertular (+) M. bovis
Kemoprofilaksi :
Kendala:diminum tiap hari &
jangka lama
Pemberantasan
Tuberkulosis di Sapi :
1. Test and slaughter
2. Isolasi hewan positif
3. Vaksinasi/imunisasi
4. Kemoprofilaksi
Paling ideal:
No. 1 mahal untuk dunia ke-3
susah untuk dikerjakan
Terima
kasih
Foodborne Disease
Kematian manusia akibat diare
pada tahun 2000 sekitar 2.1 juta
terkait erat dengan pangan dan
air yang tercemar (foodborne &
waterborne illness)
Diare penyebab utama malnutrisi
pada bayi dan anak-anak
Banyaknya kasus diare pada negara
berkembang terkait dengan masalah
keamanan pangan
WHO Fact Sheet no. 237 (2002)
Munculnya masalah penyakit-
penyakit “baru”
(emerging foodborne problems)
• baru muncul;
• cara transmisi yang baru;
• sudah ada namun insidensi meningkat
cepat karena berbagai faktor (ekologi,
lingkungan, demografi, produksi);
• sudah ada namun baru dapat/mudah
dideteksi akibat kemajuan iptek
WHO Fact Sheet no. 237 (2002)
Lebih dari 250 foodborne
diseases yang telah dilaporkan
• Infeksius: bakteri, virus, parasit,
prion
• Kimiawi: bahan kimia, toksin asal
mikroorganisme (bakteri dan
kapang)
CDC (Center for Diseases Control and Prevention)
http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/foodborneinfections_g.htm [1 Februari 2006]
Sekitar 82% foodborne disease
tidak dapat diketahui penyebabnya.
Dari kasus foodborne disease yang
diketahui penyebabnya:
30.2% bakteri (terutama
Campylobacter dan Salmonella)
2.6% parasit (terutama Giardia dan
Toxoplasma)
sekitar 67.2% virus (terutama
norovirus) (Mead et al. 1999)
Setiap orang
berisiko
mendapatkan
foodborne
illness
It is well established that 75% of
all emerging diseases that
have affected people over the
last two decades have occurred
as a result of an animal
pathogen moving into the
human host, and are therefore
classified as zoonotic
Brown (2004) Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 23 (2): 435-442
Dari 1.415 mikroorganisme patogen
pada manusia yang telah diketahui:
61,6% bersumber pada hewan
Dari 616 mikroorganisme patogen
yang ditemukan pada ternak: 77,3%
diantaranya bersifat multi-spesies
Dari 374 mikroorganisme patogen
pada karnivora yang didomestikasi:
90% diantaranya bersifat multi-
spesies
Brown (2004) Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 23 (2): 435-442
Penyakit yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan atau minuman
yang tercemar
any illness that results from ingestion of
contaminated foods or beverages; a disease
that is carried or transmitted to human beings
by food
Foodborne zoonosis
didefinisikan sebagai infeksi
pada manusia yang
ditularkan melalui makanan
yang sumbernya dari hewan
yang terinfeksi
Foodborne Zoonoses
Karakteristik foodborne illness
berubah pada 50 tahun terakhir:
Patogen baru
Cara penularan baru
Perdagangan (supply) pangan global
Perubahan pola makan, preferensi
konsumen dan pilihan pangan
Isu-isu baru berkaitan dengan
resistensi antibiotik
Faktor-faktor yang memicu
emerging foodborne illness
Perubahan ekologi (pembangunan
ekonomi dan penggunaan lahan/tanah)
Perubahan demografi dan perilaku
manusia
Perjalanan dan perdagangan
internasional
Kemajuan teknologi dan industri
Morse, SS. 2004. Factors and determinants of disease emergence.
Rev.sci.tech.Off.int.Epiz. 23: 443-451.
Faktor-faktor yang memicu
emerging foodborne illness
Adaptasi dan perubahan
mikroorganisme
Menurunnya perhatian pada
tindakan-tindakan kesehatan
masyarakat dan pengendalian
Perubahan pada individu host
(imunodefisiensi)
Morse, SS. 2004. Factors and determinants of disease emergence.
Rev.sci.tech.Off.int.Epiz. 23: 443-451.
Foodborne illness di
Amerika Serikat
Biaya (cost) untuk foodborne illness
diperkirakan US $50 – 22 milyar / tahun
Penyebab foodborne infections yang umum
terjadi Campylobacter, Salmonella,
Escherichia coli O157:H7, Norovirus.
Lainnya: Shigella, Hepatitis A, Giardia
lamblia, Cryptosporidia,
Staphylococcus aureus
Emerging disease memiliki
definisi cukup luas dan secara umum
mencakup salah satu dari tiga situasi
penyakit:
Agen patogen yang telah diketahui muncul
pada suatu area baru
Agen patogen yang telah diketahui atau
yang berkerabat dekat terjadi pada spesies
yang tidak peka
Agen patogen yang tidak/belum diketahui
terdeteksi untuk kali pertama
Re-emerging disease
suatu penyakit yang pernah mewabah
dan sudah mengalami penurunan
intensitas kejadian namun mulai
menunjukkan peningkatan kembali
Emerging foodborne pathogens
penting 20 tahun terakhir di
Amerika Serikat
Campylobacter jejuni
Campylobacter fetus ssp
fetus
Cryptosporidium parvum
Cyclospora cayetanensis
Escherichia coli O157:H7
Listeria monocytogenes
Norwalk-like virus
Nitzschia pungens (penyebab amnesic
shellfish poisoning)
Salmonella Enteritidis
Salmonella Typhimurium DT 104
Vibrio cholerae O2
Vibrio vulnificus
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia entorocolitica
Foodborne zoonoses
utama
Campylobacter spp
Salmonella spp
Shiga-toxin producing Escherichia
coli O157 (STEC O157)
Food intoxications
Food Infection
Occur as a consequence of growth of
the pathogen in the human body
Incubation period (the time from ingestion
until symptoms occur) is much longer
than categories of food intoxications
Two basic categories food infection are
invasive infections and
toxicoinfections
Invasive infection
Invasive infections are caused by
pathogens that invade bodily tissues
and organs.
Included: viruses, parasitic protozoa,
other parasites, and invasive bacteria (e.g.
Salmonella, Aeromonas, Campylobacter,
Shigella, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia
and enteric-type Escherichia coli)
Toxicoinfections
Toxicoinfections are caused by infective
bacteria that are not considered
invasive in nature, but are capable of
multiplication or colonization in human
intestinal tract and produce toxins.
Included: Vibrio cholerae, Bacillus cereus
(diarrheal-type), Clostridium botulinum (in
infants), Clostridium perfringens and
verotoxigenic E. coli (E. coli O157:H7 and
others)
Food Intoxications
Food intoxications are caused by toxins
produced by organisms which have
grown to sufficient numbers in the
food product
In general, intoxication is manifested
more rapidly after consumption of
contaminated food (shorter onset time)
than are infections
Foodborne zoonoses
umumnya masuk dalam
klasifikasi food
infection
Respon Induk Semang
terhadap Agen
Practices
Good Transportation Practices
table
Shigella =
diare
Pseudomonas aeruginosa
= infeksi
56
Panaskan cook
Panaskan/masak makanan
dengan sempurna, terutama
daging, telur dan ikan
(mencapai suhu internal
minimum)
Panaskan kembali makanan
sebelum dikonsumsi dengan
benar/sempurna
Dinginkan chill
Seluruh dunia
Faktor yang mempengaruhi
infeksi pada manusia
Virulensi dan keinfasifan serotipe
Jumlah sel bakteri (hidup) yang
teringesti
Faktor resistensi: umur,
mikroflora normal, kondisi
kesehatan [Y O P I]
29
108 – 109 sel; tergantung jenis
makanan, strain/serotipe, faktor inang
S. Anatum, S. Bareilly, S. Derby, S.
Meleagridis, S. Newport pada
suspensi telur 105 – 108 (attack
rate 10-60%)
S. Eastbourne pd chocolate balls, 119
orang 25 sel
S. Napoli pada chocolate, 245 orang
50 sel
S. Typhimurium pd cheddar
cheese, 1500 orang 1 – 6 sel
S. Bareilly 1 300 000 sel
S. Pullorum 1010 sel
S. Typhimurium pada es krim
11 000 sel
S. Newport pada daging giling
60 – 2 300 sel
S. Napoli pada permen coklat
50 sel
Demam tifoid
Salmonella Typhi
Demam paratifoid
Salmonella Paratyphi A, B, C
Gastroenteritis
Salmonella spp. (selain di atas)
gejala keracunan makanan
umum
Agen usus kecil penetrasi sel
epitel villi menembus lamina
propria masuk ke dalam sistem
limfatik aliran darah ke organ-organ
(hati, limpa, ginjal)
Serologik (imunologik)
Vektor
Mekanis
10
11
Cara Transmisi ke Manusia
Agricultural Anthrax
Penularan terjadi karena kontak dengan
hewan
Industrial Anthrax
Penularan terjadi karena kontak dengan hasil
hewan
Penyakit di Hewan
Ada tiga bentuk: perakut, akut dan
subakut, kronis
(Redhono 2011) 23
A. Kasus Antraks di Sragen
(Redhono 2011)
24
Antraks bentuk pencernaan
Akibat mengkonsumsi daging berasal
dari hewan yang terinfeksi antraks
Gejala klinis: gejala gastroenteritis
muntah, feses berdarah
Mortality rate : 25 – 75%
26
Antraks bentuk pernafasan
Akibat spora antraks terhirup melalui saluran
pernafasan
Pada awal penyakit: muncul gangguan saluran
pernafasan atas yang sedang, sehingga banyak
penderita tidak berobat; 3 – 5 hari kemudian
gejala menjadi akut, disertai demam, shock, dan
dapat diikuti kematian
Case fatality rate cukup tinggi
Bentuk Inhalasi
28
29
DIAGNOSIS
30
Pengobatan pada Hewan
Sodium benzilpenisilin 12 000 – 17
000 IU/kg berat badan secara intra-
vena; diikuti dengan amoksilin secara
intramuskular
Obat lain: sefalosporin, kloramfenikol,
tetrasiklin, kortikosteroid, dll
Pengobatan pada Manusia
Bentuk kulit prokain penisilin 1 000 000 IU
setiap 12 – 24 jam selama 5 – 7 hari
Bentuk pernafasan penisilin G 2 000 000 IU
per hari, intravena; atau 500 000 IU intravena
yang diberikan perlahan setiap 4 – 6 jam
sampai suhu tubuh kembali turun
Pemberian penisilin dan streptomisin 1 – 2
gram per hari memiliki efek sinergis
Perlu diperhatikan: bakteri mati oleh antibiotik
namun toksinnya tidak
Pengendalian
Pengendalian berdasarkan:
1. Pengendalian hewan terinfeksi/sakit
2. Pencegahan dengan hewan terinfeksi dan produk
hewan yang terkontaminasi, termasuk bahan lain
yang terkontaminasi
3. Higiene personal dan sanitasi lingkungan,
terutama daerah penanganan produk hewan
(ventilasi cukup, penggunaan pakaian kerja dan
pelindung). Pekerja yang berisiko terkena
sebaiknya divaksin
4. Pengobatan bagi penderita dengan lesio kulit
5. Disinfeksi bulu dan wol dengan formaldehid panas
Vaksinasi hewan terutama pada daerah
endemis antraks
Melaksanakan pemeriksaan antermortem dan
postmortem; Hewan yang demam tidak
dipotong
Tidak melakukan nekropsi pada hewan yang
diduga atau terinfeksi.
Bakteri antraks akan mati dalam tubuh hewan
mati yang tidak disembelih (tubuh
terdekomposisi)
Contoh darah dari hewan mati
penderita antraks diambil dari vena
perifer dan dikirim dalam keadaan
steril
Hewan mati dikubur sedalam 2 meter
(jarak antara permukaan bangkai dan
permukaan tanah), serta diberikan
lapisan kapur
Jika antraks diduga berada di RPH-R,
maka seluruh karkas dan RPH-R
didisinfeksi (dengan 5% kaustik soda
selama 8 jam sebelum digunakan)
Any Questions?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
36
Bruselosis
Pendahuluan
Sinonim: undulant fever, Malta fever,
Mediterranean fever (manusia), epizootic abortion,
Bang’s disease (sapi)
Penyebab: Brucella :
B. melitensis
B. abortus Classic brucella
B. suis
B. neotomae
B. ovis
B. canis
Hewan rentan:
Sapi (B. abortus, B. suis, B. melitensis )
Babi (B. suis)
Kambing (B. melitensis)
Domba (B. melitensis)
Kuda (B. abortus, B. suis)
Anjing (B. canis, B. abortus, B. suis, B. melitensis)
Kucing
Kerbau (B. abortus)
Onta
Hewan liar
Sejarah
Pertama kali diisolasi oleh Bruc tahun 1887
pada penderita Malta fever B. melitensis
Tahun 1911, Bang dan Stribol mengisolasi
Bacillus abortus
Tahun 1914, Trau mengisolasi B. suis
Marston; penyakit yang disebabkan oleh
B. melitensis yang menyerang tentara
Inggris di daerah Malta pada perang
Crimean (dari susu kambing yang tidak
dipasteurisasi)
Kasus pertama di Indonesia, pertama kali
ditemukan pada sapi perah di Pulau Jawa oleh
Donker-Voet menjelang Perang Dunia II.
Daerah Bebas:
P. Bali,
P. Lombok & P. Sumbawa – NTB,
Regional II (Sumbar, Jambi, Riau, Kep. Riau),
Regional V (Kalsel, Kaltim, Kalbar, Kalteng),
Regional III (Lampung, Bangka Belitung,
Bengkulu dan Sumatera Selatan).
SITUASI BRUCELLOSIS
Wilayah BPPV Reg V
Bebas tahun 2009
Wilayah BPPV Reg II
Bebas tahun 2009
Pada Hewan:
Gejala utamanya adalah abortus
DIAGNOSIS
49
Pengendalian Brucellosis
• Metode penanggulangan berdasarkan tingkat
prevalensi
• Vaksinasi semua populasi sapi dan kerbau di
daerah dengan prevalensi > 2 %
• Di daerah dengan prevalensi ≤ 2 % dilakukan
identifikasi dan pemotongan hewan
penderita yang positif hasil uji dengan
Complement Fixation Test (CFT)
• Pemberantasan reservoir
• Pengawasan lalu-lintas ternak dengan
persyaratan bebas hasil pengujian.
Pengendalian….
Tindakan pencegahan penularan bruselosis
ke manusia yang paling utama adalah
pengendalian dan pemusnahan infeksi pada
hewan
Pasteurisasi susu sebelum dikonsumsi
Produk olahan susu dibuat dari susu
yang telah dipasteurisasi
Pendidikan kepada masyarakat
Belum tersedia vaksin untuk manusia
Any Questions?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
QUESTIONS ?
52
Terima Kasih
Anthrax Bentuk Kulit