Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

1. PengertianPenyakit HIV/AIDS
HIV (Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS yang
menyerang sel darahputih manusia yang
merupakanbagianterpentingdarisistemkekebalantubuhmanusia. AIDS (Aquired
Immune Deficency Syndrome)
adalahsuatusindromaataukumpulantanda/gejalapenyakit yang
terjadiakibattertular/terinfeksi virus HIV yang merusaksistemkekebalantubuh,
bukankarenaditurunkanataudibawasejaklahir. (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan RI, 2008)

2. Etiologi HIV/AIDS
HIV/AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II,
LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus
( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan
oleh darah dan  punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus ini
ditransmisikan melalui kontak  intim (seksual), darah atau produk darah yang
terinfeksi. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus  baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagihan obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana
darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak
steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada
saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga
virus dari ibu dapat menular pada bayi. 7 3. Bayi juga dapat tertular virus HIV
dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga melalui ASI 4. Ibu dengan
HIV dianjurkan untuk ASI
3. Gejala HIV pada Ibu Hamil atau Wanita
Ibu hamil atau wanita yang terinfeksi virus HIV biasanya akan mengalami
beberapa keluhan masalah kesehatan. Pada wanita, gangguan reproduksi akibat
virus ini dapat terjadi seperti gangguan siklus haid, infeksi radang panggul
bahkan kemungkinan terkenanya kanker serviks.
Berikut ini tahapan gejala HIV pada ibu hamil atau wanita:

A. Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan mengalami sakit mirip seperti flu,
beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan. Kemudian,
setelah kondisi tersebut, HIV dapat tidak menimbulkan gejala apa pun selama
beberapa tahun. Fase ini disebut sebagai serokonversi.
Gejala HIV yang paling umum terjadi adalah:
1. Demam
2. Tenggorokan sakit
3. Muncul ruam
4. Pembengkakan noda limfa
5. Diare
6. Kelelahan
7. Nyeri otot dan sendi
Namun, gejala HIV di atas bisa saja merupakan gejala dari penyakit lain. Untuk
mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak, harus dilakukan tes
HIV. Semakin cepat kondisi diketahui, maka tingkat keberhasilan pengobatan
akan semakin tinggi.
B. Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih
lanjut selama bertahun-tahun. Dalam periode ini infeksi HIV berlangsung tanpa
menimbulkan gejala.
Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pengidap akan tetap
merasa sehat. Bahkan, ia bisa saja sudah menularkan infeksi kepada orang lain.
Tahap ini dapat berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
C. Tahap Ketiga
Tahap ini disebut juga sebagai tahap HIV simtomatik. Apabila pengidap HIV
tidak mendapat penanganan tepat, virus akan melemahkan tubuh dengan cepat.
Pada tahap ketiga ini, pengidap lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap
akhir ini dapat berubah menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome).
Berikut adalah gejala-gejala HIV yang muncul:
1. Demam terus menerus lebih dari sepuluh hari
2. Merasa lelah setiap saat
3. Sulit bernapas
4. Diare parah
5. Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan vagina
6. Muncul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang
7. Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastic

4. Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak


Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV /
AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga
karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV / AIDS
karena sering  berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat
terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus
oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang
dapat menembus  plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi
janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
 b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih
besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah
atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka
semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya
persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak  selama
proses persalinan adalah:
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya).
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan
darah ibu misalnya, episiotomy.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar.
d. Lamanya robekan membran
3. Periode Post Partum Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan
melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa
ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10-
15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.  
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan
infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk 

5. Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan PencegahanPenularan HIV


a) Pengetahuan dan sikap
b) Umur
c) Jeniskelamin
d) Status perkawinan
e) Tingkat Pendidikan
f) Pekerjaan
g) Lama mengidap HIV-AIDS
h) Status mendapat ART (Nur Faisal, dkk. 2011)

6. UpayaPenanggulangan HIV/AIDS
Upayakegiatanpenanggulangan HIV/AIDS
dilakukansebagaiupayameningkatkanpengetahuan yang benar dan
komprehensifmengenaipencegahanpenularan HIV/AIDS, menghilangkan stigma
dan diskriminasimelaluipromosikesehatan. Salah satupromosikesehatan yang
terintegrasi pada pelayanankesehatanyaitupemeriksaanasuhan antenatal. (Ina
Kuswanti. 2021)

7. Program PPIA
PPIA merupakanbagiandariupayapengendalian HIV-AIDS dan IMS
lainnyamelaluipelayanan KIA. Pada saatitu, upaya yang dilakukanterfokus pada
penyusunanpedomannasional, penyusunanmodulpelatihan, pelatihan PPIA,
pembentukanjejaringpelayanan dan memulaipembenahansistempencatatan dan
pelaporan. Pada waktuitupemeriksaan HIV pada ibuhamilhanyadilakukan pada
ibudenganperilakuberisiko. (Kemenkes RI, 2015)

8. PencegahanPenularan HIV dan Sifilisdari Ibu ke Anak


Upaya PPIA dilaksanakanmelaluikegiatanpencegahan dan penanganan HIV
secarakomprehensif dan berkesinambungandalamempatkomponen (prong)
sebagaiberikut.
1. Prong 1:pencegahanpenularan HIV pada perempuanusiareproduksi.
2. Prong 2:pencegahankehamilan yang tidakdirencanakan pada
perempuandengan HIV.
3. Prong 3:pencegahanpenularan HIV dan sifilisdariibuhamil (dengan HIV dan
sifilis) kepadajanin/bayi yang dikandungnya.
4. Prong 4:dukunganpsikologis, sosial dan perawatankepadaibudengan HIV
besertaanak dan keluarganya.(Kemenkes RI, 2015)
9. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan
bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk 
bayi yang baru dilahirkan
Pemberian antiretroviral (ARV) bertujuan agar viral load menjadi lebih
rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang
efektif  untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%)
apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV
sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi
separuh  penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan
untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir.
Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu
tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan
nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya
2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga
20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini
mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistensi
ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu,
terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria
karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke
bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan
terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun
demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas
ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena
itu,  persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai
kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
3. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi
dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian,
didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI. 2008. Pemberdayaan


Perempuan DalamPencegahanPenyebaran HIV-AIDS. Diakses pada tanggal 6
Oktober 2021.

Faisal, Nur, dkk. 2011. AnalisisFaktor Yang Mempengaruhi Tindakan


PencegahanPenularan HIV Oleh ODHA Pada Orang Lain. JurnalIlmiah
Kesehatan Sandi Husada Volume 10 Nomor 2. Desember

Kuswanti, Ina, dkk. 2021. Efektifitas Media Audio Visual


SebagaiUpayaPromosi Kesehatan TerhadapPeningkatanPengetahuan Ibu
HamilTentangPencegahanPenularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA).
JurnalKebidanan Indonesia Vol 12 No 1. Januari

Tandi, FDW, dkk. 2018. HubunganKeterbukuaan ODHA Pada


PasanganDengan Tindakan PencegahanPenularan HIV/AIDS (Melalui Safer-
Sex dan PMTCT) Pada Keluarga Di Kota Manado. JurnalKesmas Volume 7
Nomor 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kemenkes RI. 2015. PedomanManajemen Program PencegahanPenularan HIV


Dan Sifilis Dari Ibu Ke Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RIdiaksestanggal 7 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai