Anda di halaman 1dari 5

Nama : Riskiyanto

NIM : 40119120

Makul : Pendidikan Agama Islam

Semester/Kelas : 2/B Psikologi

1. a. Sunnah ab’adh adalah perkara yang disunahkan dalam shalat, dan apabila
meninggalkannya (baik disengaja maupun tidak), sunah melakukan sujud sahwi, untuk
mengganti kekurangan tersebut. Dinamakan ab’adh (sebagian), karena apabila
meninggalkannya, sangat dianjurkan mengganti dengan sujud sahwi, jadi hampir sama
dengan fardhu shalat, apabila senganja ditinggalkan dapat membatalkan shalat, walaupun
ketika meninggalkan fardhu shalat tidak wajib diganti dengan sujud sahwi.

Sunah ab’adh ada delapan, yaitu:

1. Tasyahhud Awal.
2. Duduk pada saat tasyahhud awal.
3. Qunut yang tetap, seperti Qunut shalat Subuh dan Qunut shalat witir pada
setengah terakhir bulan Ramadhan. Bukan seperti Qunut naazilah, karena Qunut
naazilah tersebut disunahkan apabila ada musibah saja, selain itu tidak
disunahkan.
4. Berdiri pada saat Qunut.
5. Membaca shalawat setelah tasyahhud awal.
6. Membaca shalawat setelah Qunut.
7. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi setelah tasyahhud akhir.
8. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi setelah Qunut.

b. Sunnah Hay’at adalah perkara yang disunahkan dalam shalat, dan apabila
meninggalkannya tidak disunahkan melakukan sujud sahwi.

Sunah hay’at ada lima belas, yaitu:

1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ingin melakukan rukuk, dan
bangun dari rukuk.
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, kemudian diletakkan di atas pusar.
3. Membaca do’a Iftitah
4. Membaca Ta’awudz setelah membaca do’a iftitah.
5. Mengeraskan suara pada tempatnya, seperti dalam shalat shubuh, dua rakaat
pertama dalam shalat maghrib dan isya’, jum’at dan shalat hari raya.
6. Memelankan suara pada tempatnya, selain contoh di atas.
7. Membaca amin.
8. Membaca surat setelah fatihah.
9. Membaca Takbir ketika ingin melakukan rukuk dan berdiri dari rukuk.
10. Membaca Sami’allahu Liman Hamidah dan membaca Rabbana lakal hamdu
ketika sudah tegak berdiri.
11. Membaca tasbih pada saat rukuk, minimal membaca: Subahana rabbiyal ‘adzimi
3x, dan membaca tasbih pada saat sujud, minimal membaca: Subahana rabbiyal
a’la 3x.
12. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha, pada saat duduk tasyahud awal dan
akhir, serta membentangkan tangan kiri dan mengenggam tangan kanan, kecuali
jari telunjuk dibuat isyarah ketika membaca: Illallah
13. Duduk Iftirasy dalam semua duduk yang ada dalam shalat, kecuali duduk yang
terakhir.
14. Duduk tawarruk dalam duduk terakhir.
15. Salam kedua.

2. a. Zakat Fitrah: Zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu laki-laki dan
perempuan muslim, yang berkecukupan dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Zakat fitrah dikeluarkan untuk dirinya, keluarganya, dan orang lain yang menjadi
tanggungannya, baik orang dewasa, anak kecil, laki-laki, maupun perempuan. Besaran
Zakat Fitrah 1439H/2018M seperti tertuang dalam SK BAZNAS No.
042.01.Kep/BAZNAS-KT/2018 yaitu 3,5 L beras atau sebesar Rp 38.000,-

b. Zakat Maal: Zakat yang harus kita bayarkan berdasarkan atas harta yang telah kita
simpan selama 1 tahun. Adapun cara menghitungnya adalah sebagai berikut :
Zakat Maal = 2,5% x Jumlah Harta Yang Tersimpan Selama 1 tahun (tabungan dan
investasi). Batas Nishab zakat maal adalah sebesar 85 gram emas dengan asumsi 1 gram
emas senilai Rp.500.000. Jadi Rp.500.000 x 85 gram = Rp.42.500.000

c. Zakat Profesi: Zakat profesi adalah zakat yang harus kita bayarkan berdasarkan
penghasilan yang kita dapatkan setiap bulan atau pada waktu berpenghasilan (gajian).
Cara menghitung zakat profesi adalah sebagai berikut :
Zakat Profesi = 2,5% x (Penghasilan Total – Pembayaran Hutang/Cicilan, kebutuhan
pokok). Batas Nishabnya adalah 520 kg beras dengam asumsi, 1 kg beras sebesar
Rp.10.000, maka 520 kg x Rp.10.000 = Rp.5.200.000.
3. a. Aqiqah: menyembelih hewan sebagai rasa syukur kepada Allah atas kelahiran anak.
Penyembelihan hewan aqiqah ini disertai dengan pencukuran rambut anak dan pemberian
nama jika dilaksanakan sebelum diberikan nama.
Kurban adalah menyembelih hewan ternak dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah
SWT .Kurban merupakan istilah yang menunjukkan tujuan dari suatu ibadah, yaitu
mendekatkan diri kepada Allah.
b. Hikmah Aqiqah :

 Mendekatkan anak kepada Allah Swt sejak masa awal menghirup udara
kehidupan.
 Tebusan bagi anak untuk memberikan syafaat pada hari akhir kepada kedua orang
tuanya.
 Mengokohkan tali persaudaraan dan kecintaan antar warga masyarakat dengan
berkumpul di satu tempat dalam rangka menyembut kehadiran anak yang baru
lahir.
 Merupakan sarana yang dapat merealisasikan prinsip-prinsip keadilan sosial dan
menghapuskan gejala kemiskinan di dalam masyarakat, misalnya dengan adanya
Daging Akikah/Kambing Akikah yang diberikan kepada fakir miskin.

Hikmah Qurban :

 Untuk mengenang nikmat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim dengan
digagalkannya penyembelihan putranya, Ismail AS, yang kemudian ditebus
dengan seekor kambing dari surga.
 Untuk membagikan rizqi yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia
saat Hari Raya ‘Idul Adha, yang menjadi hari membahagiakan bagi umat Islam,
supaya yang miskin juga merasakan kegembiraan seperti yang lainnya.
 Untuk memperbanyak rizqi bagi orang yang berqurban, karena setiap hamba yang
menafkahkan hartanya di jalan-Nya maka akan mendapatkan balasan berlipat
ganda dari Allah Swt.
4. Secara garis besar Al-Qur’an memuat tiga sisi pokok hukum yaitu:

Pertama, hukum-hukum I’tiqadiyah. Yakni hukum-hukum yang berkaitan dengan


kewajiban orang mukallaf, meliputi keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-
kitab, Rasul-rasul, hari Qiyamat dan ketetapan Allah (qadha dan qadar).

Kedua, hukum-hukum Moral/ akhlaq. Yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan


prilaku orang mukallaf guna menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan/ fadail al
a’mal dan menjauhkan diri dari segala sifat tercela yang menyebabkan kehinaan.
Ketiga, hukum-hukum Amaliyah, yakni segala aturan hukum yang berkaitan dengan
segala perbuatan, perjanjian dan muamalah sesama manusia. Segi hukum inilah yang
lazimnya disebut dengan fiqh al-Qur’an dan itulah yang dicapai dan dikembangkan oleh
ilmu ushul al-Fiqh.
Hukum-hukum yang dicakup oleh Nash al-Qur’an, garis besarnya terbagi kepada tiga
bagian, yakni:
1. Hukum-hukum I’tiqodi, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah dan
kepercayaan
2. Hukum-hukum Akhlak, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan tingkah laku,
budi pekerti.
3. Hukum-hukum Amaliyah, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan-
perbuatan para mukalaf, baik mengenai ibadat atau adat, mu’amalah madaniyah dan
maliyahnya, ahwalusy syakhshiyah, jinayat dan uqubat, dusturiyah dan dauliyah, jihad
dan lain sebagainya.

Yang pertama menjadi dasar agama, yang kedua menjadi penyempurna bagian yang
pertama, amaliyah yang kadang-kadang disebut juga syari’at adalah bagian hukum-
hukum yang diperbincangkan dan menjadi objek fiqih. Dan inilah yang kemudian disebut
hukum Islam.
5. a. Hadis sendiri bagi Alquran sacara umum dapat dikatakan sebagai penjelas(bayan)bagi
Alquran.Diketahui, Alquran yang diturunkan selama 23 tahun, tidaklah secara
keseluruhan menerangkan hukum berkenaan denganfi'ilmukallaf (perbuatan orang
mukallaf). Memang adakalanya Alquran menerangkan hukum tersebut secara rinci, tetapi
banyak pula yang masih global, bahkan terkadang tidak dijumpaisama sekali suatu
keteranganpun dalam Alquran.
b. Ijma adalah Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman
Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama.” Dan ijma’ yang dapat dipertanggung
jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin
(setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan jumlahnya
banyak, dan perselisihan semakin banyak, sehingga tak dapat dipastikan bahwa semua
ulama telah bersepakat.
6. Konsep perekonomian Islam:

 Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur
ketidakpastian atau spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang
apalagi dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk menukar dengan
barang.
 Riba dalam segala bentuknya dilarang bahkan dalam ayat Alquran tentang
pelarangan riba yang terakhir yaitu surat Al Baqarah ayat 278-279 secara tegas
dinyatakan sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman takutlah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa-sisa riba itu jika kamu orang beriman. Kalau kamu tiada
memperbuatnya ketahuilah ada peperangan dari Allah dan RasulNya terhadapmu dan
jika kamu bertobat maka untukmu polcok-pokok hartamu kamu tidak menganiaya
dan tidak pula teraniaya.
 Larangan riba juga terdapat dalam ajaran kristen baik perjanjian lama maupun
perjanjian baru yang pada intinya menghendaki pemberian pinjaman pada orang lain
tanpa meminta bunga sebagai imbalan. Meskipun masih ada sementara pendapat
khususnya di Indonesia yang masih meragukan apakah bunga bank termasuk riba
atau bukan, maka sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan
Islamic banker dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah
riba dan riba diharamkan.
 Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur spekulasi
dan perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini akan
mendatangkan kerugian bagi masyarakat.
 Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada segelintir
orang dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta sehingga tidak
produktif dan oleh karenanya bagi mereka yang mempunyai hartayang tidak produktif
akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika diproduktifkan. Hal ini juga
dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan manusia dibumi sebagai
khalifah yang menerima amanah dari Allah sebagai pemilik mutlak segala yang
terkandung didalam bumi dan tugas manusia untuk menjadikannya sebesar-besar
kemakmuran dan kesejahteraan manusia.
 Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan sehingga tidak
seorangpun tanpa bekerja – yang berarti siap menghadapi resiko – dapat memperoleh
keuntungan atau manfaat(bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito
yang bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).
 Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus dilakukan
secara transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari pihak
manapun.
 Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya yang
tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan profesi
akuntansi dan notaris).
 Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang
merupakan hak orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga
anjuran yang kuat untuk mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi dari
pentingnya pemerataan kekayaan dan memerangi kemiskinan.

b. Ekonomi Islam menjawab tantangan zaman, Ekonomi syariah dalam menghadapi masa
depan indonesia di era globalisasi kiranya perlu menyiapkan diri dengan memperhatikan
beberapa faktor, diantaranya adalah penguasaan teknologi; pengembangan ukm berbasis
syariah; dan menjaga keunggulan ekonomi syariah,yaitu system ekonomi syariah, dan
juga pelarangan riba.

Anda mungkin juga menyukai