2017
Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi MODUL 02 II-1
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Pengelolaan Longsor
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Kebijakan dan Peraturan Terkait Pengelolaan Longsor
sebagai kelompok kemampuan inti/substansi dalam Pelatihan Pengelolaan
Longsor Pada Infrastruktur SDA. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang pengelolaan longsor
pada infrastruktur SDA.
Modul kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor ini disusun dalam 3
(tiga) bagian yang terbagi atas pendahuluan, materi pokok, dan penutup.
Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta
pelatihan dalam memahami kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor.
Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi
aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang pengelolaan longsor pada
infrastruktur SDA.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL....................................................................vi
PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat..............................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran.......................................................................................1
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok................................................................2
E. Estimasi Waktu.................................................................................................2
MATERI POKOK 1 KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT PENGELOLAAN
LONGSOR................................................................................................................3
1.1 Ketentuan Dasar...............................................................................................3
1.2 Ketentuan Hukum Pengelolaan Bencana........................................................4
1.2.1 UU No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan..........................................4
1.2.2 UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana................7
1.2.3 UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang.......................................8
1.2.4 UU No. 19 Tahun 2004........................................................................11
1.2.5 PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana...............................................................................................13
1.2.6 PP No. 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Penanggulangan
Bencana...............................................................................................14
1.2.7 PERPRES No. 8 Tahun 2008 Tentang BNPB....................................15
1.2.8 PERMEN PUPR No. 4 Tahun 2015 Tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai....................................................................................16
1.2.9 PERMEN PUPR No. 13 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan
Bencana Akibat Daya Rusak Air.........................................................16
1.2.10 PERMEN ESDM No. 2 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah...17
1.3 Kebijakan Yang Sedang Berlaku Terkait Longsor Pada Infrastruktur SDA...19
1.4 Kelembagaan Terkait Longsor.......................................................................22
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Pengelolaan Longsor
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor ini terdiri dari 1 (satu)
materi pokok yang membahas mengenai kebijakan dan peraturan terkait
pengelolaan longsor.
Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan yang menjadi alat ukur tingkat
penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi pada materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan
baik materi yang merupakan kemampuan inti/substansi dari Pelatihan
Pengelolaan Longsor Pada Infrastruktur SDA. Untuk menambah wawasan,
peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan
kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor dari sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan diskusi dan studi kasus.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu memahami
kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai negeri sipil mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dengan semakin bertambahnya volume dan kompleksitas tugas-
tugas lembaga pemerintahan dan silih bergantinya regulasi yang begitu cepat
perlu upaya-upaya preventif untuk memperlancar tugas-tugas yang harus
diemban oleh Pegawai Negeri Sipil.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan/wawasan mengenai
kebijakan, peraturan dan kelembagaan terkait pengelolaan longsor, melalui
metode ceramah interaktif, diskusi dan studi kasus.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu
memahami kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan kebijakan
dan peraturan terkait pengelolaan longsor.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Kebijakan dan Peraturan Terkait Pengelolaan Longsor” ini adalah
4 (empat) jam pelajaran (JP) atau sekitar 180 menit.
MATERI POKOK 1
KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT PENGELOLAAN LONGSOR
Catatan :
Angka di depan menunjuk bab, contoh ”4. Kelembagaan” berarti Bab IV
Kelembagaan
Angka di belakang menunjuk pasal, contoh “Wewenang 9”, berarti Wewenang
ada di Pasal 9 UU = Undang-Undang, RI = Republik Indonesia, PP =
Peraturan Pemerintah
- Detail klasifi: -sistem: wil & internal pkotaan -fungsi utama - Wewenang pem 8
kaw lindung (5) & budi daya(11) -wil adm: nas, prov, kab/kt -
kegiatn kaw: perkot, perdes - nilai strategis kaw: nas, prov, - Mentri: pengat, pembin, pengaw, pelaks, koord 9
kab/kota 5 5Pengaturan&Pembinaan PR12,13
- Wewenang pemprov 10
- Peraturan uu & pedom 12
- PR memperhatikan: kond fisik wil NKRI → bencana, potensi
- Wewenang pemkab/kt 11
SDA, SDM, SDBuatan, kondi eko-sos-bud-pol-huk-hankam- - Pembina: koord,sosiali uu, bimbing-suprvisi-konsult,
LH,geostrategi, geopolit, & geoekonomi diklat,litbang, sist info, pengemb masya, PP13
-Rencana rinci tata ruang 21 -Koord 2/lbih wil kab/kt 1/leih wil prov43
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG
KEHUTANAN MENJADI UNDANG-UNDANG.
Catatan :
Angka di depan menunjuk bab, contoh ”3”. Tanggap Darurat” berarti Bab III
Tanggap Darurat
Angka di belakang menunjuk pasal, contoh “Tujuan 2”, berarti Tujuan ada di
Pasal 2 PP = Peraturan Pemerintah, RI = Republik Indonesia
Catatan :
Angka di depan menunjuk bab, contoh ”6. Ketentuan Penutup” berarti Bab VI
Ketentuan Penutup
Angka di belakang menunjuk pasal, contoh “Pengaturan 3”, berarti Pengaturan
ada di Pasal 3
PP = Peraturan Pemerintah, RI = Republik Indonesia
Catatan :
Angka di depan menunjuk bab, contoh ”2. Organisasi” berarti Bab II Organisasi
Angka di belakang menunjuk pasal, contoh “Tugas BNPB 3”, berarti Tugas
BNPB ada di Pasal 3
PerPres = Peraturan Presiden, RI = Republik Indonesia, BNPB = Baban
Nasional Penanggulangan Bencana, PB = Penanggulangan Bencana
1.2.10 PERMEN ESDM No. 2 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
(a) Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
(b) Air adalah semua Air yang terdapat pada, di atas atau di bawah permukaan
tanah, termasuk air laut yang berada di darat.
(c) Sumber Air adalah tempat atau wadah Air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, atau di bawah permukaan tanah.
(d) Daya Air adalah potensi yang terkandung dalam Air dan/atau pada Sumber
Air yang dapat memberikan manfaat atau kerugian bagi kehidupan dan
penghidupan manusia serta lingkungannya.
(e) Air Permukaan adalah semua Air yang terdapat pada permukaan tanah.
(f) Air Tanah adalah Air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah.
(g) Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologik, tempat semua kejadian hidrogeologik seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air Tanah berlangsung.
(h) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang energi dan sumber daya mineral.
Pasal 2
(a) Sumber Daya Air termasuk di dalamnya Air Tanah dikelola secara
menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan
untuk mewujudkan kemanfaatan Air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(b) Air Tanah dikelola dengan prinsip keterpaduan dengan Air Permukaan.
(c) Pengelolaan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan
pada Cekungan Air Tanah.
Pasal 3
Cekungan Air Tanah ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
(a) mempunyai batas hidrogeologik yang dikontrol oleh kondisi geologis
dan/atau kondisi hidraulis Air Tanah;
(b) mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan Air Tanah dalam satu
sistem pembentukan Air Tanah; dan
(c) memiliki satu kesatuan sistem akuifer.
Pasal 4
Cekungan Air Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:
(a) Cekungan Air Tanah dalam wilayah provinsi
(b) Cekungan Air Tanah lintas provinsi; dan
(c) Cekungan Air Tanah lintas negara.
Pasal 5
Pasal 6
Cekungan Air Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dijadikan acuan oleh
Menteri dan gubernur sesuai dengan kewenangannya dalam penetapan zona
konservasi Air Tanah, pemakaian Air Tanah, pengusahaan Air Tanah, dan
pengendalian daya rusak Air Tanah.
Pasal 7
Cekungan Air Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat ditinjau kembali
berdasarkan perubahan fisik pada Cekungan Air Tanah yang bersangkutan
dan/atau ditemukan data baru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Air Tanah.
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Daftar Cekungan Air Tanah di Indonesia dapat dilihat pada lembar lampiran
Peraturan Menteri ini.
d. tanah longsor pada tebing sungai yang berubah menjadi aliran debris;
e. intrusi; dan/atau
f. perembesan.
Permen PUPR No.13 th 2015 Pasal 5:
(1) Dalam melakukan penanggulangan darurat bencana akibat daya rusak
air, BBWS/BWS membentuk Satuan Tugas Siaga Penanggulangan
Bencana.
(2) Satuan Tugas Siaga Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibentuk oleh Kepala BBWS/BWS pada setiap awal tahun.
(3) Satuan Tugas Siaga Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dibentuk oleh Kepala BBWS/BWS dengan keanggotaan
yang terdiri dari unsur perencanaan, pelaksanaan, operasi dan
pemeliharaan, dan tatalaksana pada BBWS/BWS.
(4) Satuan Tugas Siaga Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) bertugas melakukan siaga bencana akibat daya rusak air.
(5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Satuan
Tugas Siaga Penanggulangan Bencana berpedoman pada organisasi
dan mekanisme kerja Satuan Tugas Siaga Penanggulangan Bencana
yang ditetapkan oleh Kepala BBWS/BWS.
Permen PUPR No.13 th 2015 Pasal 6:
Dalam hal terjadi bencana akibat daya rusak air, Kepala BBWS/BWS
menugaskan sebagian anggota Satuan Tugas Siaga Penanggulangan
Bencana bertindak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebagai tim teknis
kaji cepat.
Permen PUPR No.13 th 2015 Pasal 7:
Kegiatan penanggulangan darurat bencana akibat daya rusak air dilakukan
melalui tahapan:
a. penugasan tim teknis kaji cepat;
b. penyusunan rencana aksi;
c. evaluasi ketersediaan sumber daya;
d. pelaksanaan kegiatan; dan
e. laporan pertanggungjawaban.
Permen PUPR No.13 th 2015 Pasal 14:
c. surat alokasi dana dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air kepada
Kepala BBWS/BWS.
(7) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan selesai
dilaksanakan
Permen PUPR No.13 th 2015 Pasal 15:
Pelaksanaan kegiatan penanggulangan darurat bencana akibat daya rusak air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 14 dilakukan
sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan penanggulangan darurat bencana
akibat daya rusak air sebagaimana tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Permen PUPR No.13 th 2015 Pasal 16:
(1) Masyarakat setempat dapat berperan dalam mekanisme kegiatan
penanggulangan darurat bencana akibat daya rusak air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
keikutsertaan dalam:
a. proses pengambilan keputusan;
b. kegiatan penanggulangan; atau
c. pengawasan.
Tugas BNPB
Memberikan pedoman dan pengarahan usaha penanggulangan bencana.
Menetapkan standardisasi dan kebutuhan PB.
Menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Melaporkan penyelenggaraan PB kepada Presiden setiap bulan.
Menggunakan dan mempertanggungjawaban sumbangan/bantuan nasional &
internasional.
Mempertanggungjawaban penggunaan anggaran.
Melaksanakan kewajiban lain sesuai peraturan perundangan.
Menyusun pedoman pembentukan BPBD.
- Perencanaan
- Pencegahan
- Pengurangan Resiko
Situasi Tidak
- Pendidikan
Ada Bencana - Pelatihan
- Penelitian
- Penataan Tata Ruang
Pra-Bencana
- Mitigasi
Situasi Terdapat
- Peringatan DIni
Potensi Bencana - Kesiapsiagaan
- Kajian Cepat
- Status Keadaan Darurat
Saat Tanggap - Penyelamatan & Evakuasi
Penyelenggaraan
Darurat - Pemenuhan Kebutuhan Dasar
- Perlindungan
- Pemulihan
1.5 Latihan
Terkait dengan Longsor pada infrastruktur SDA, Menurut Anda kebijakan apa
yang berlaku saat ini? Sebutkan salah satu pasalnya dan jelaskan sdah sejauh
apa penerapannya secara faktual!
1.6 Rangkuman
Dalam melaksanakan pengelolaan longsor pada infrastruktur SDA ada acuan atau
pedoman pelaksanaan yang mengacu pada kebijakan dan peraturan yang berlaku
saat ini. Adapun kebijakan dan peraturan pengelolaan longsor pada infrastruktur
SDA, diantaranya :
UU No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;
UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang;
UU No. 19 Tahun 2004;
PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
PP No. 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Penanggulangan Bencana;
PERPRES No. 8 Tahun 2008 Tentang BNPB;
PERMEN PUPR No. 4 Tahun 2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai;
PERMEN PUPR NO. 13 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Bencana
Akibat Daya Rusak Air; serta
PERMEN ESDM No. 2 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah.
PENUTUP
A. Simpulan
Pengelolaan sumber daya alam merupakan kewajiban negara dan juga tugas
pemerintah. PNS sebagai Aparatur Sipil Negara di lingkungan sumber daya air
diberikan kewenangan salah satunya untuk melakukan pengelolaan longsor pada
infrastruktur sumber daya air. Dalam melaksanakan pengelolaan longsor pada
infrastruktur SDA ada acuan atau pedoman pelaksanaan yang mengacu pada
kebijakan dan peraturan yang berlaku saat ini. Adapun kebijakan dan peraturan
pengelolaan longsor pada infrastruktur SDA, diantaranya :
UU No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;
UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang;
UU No. 19 Tahun 2004;
PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
PP No. 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Penanggulangan Bencana;
PERPRES No. 8 Tahun 2008 Tentang BNPB;
PERMEN PUPR No. 4 Tahun 2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai;
PERMEN PUPR NO. 13 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Bencana
Akibat Daya Rusak Air; serta
PERMEN ESDM No. 2 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail pengelolaan longsor pada infrastruktur SDA
dan ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang
komprehensif mengenai pengelolaan longsor pada infrastruktur SDA.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
1. Berikut ini mana yang tidak termasuk peraturan terkait longsor pada
infrastruktur SDA?
a. UU No. 11 th. 1974
b. UU No. 26 th. 2007
c. PP No. 21 th. 2008
d. Permen No. 4 th. 2015
e. Permen No. 27 th. 2015
2. UU No. 24 tahun 2007 berisi tentang …
a. tata ruang
b. kehutanan
c. pengelolaan Bencana
d. penyelenggaraan penanggulangan bencana
e. penanggulangan bencana akibat daya rusak air
3. Berdasarkan Permen PUPR No.13 tahun 2015 Pasal 5, dalam melakukan
penanggulangan darurat bencana akibat daya rusak air, BBWS/BWS
membentuk …
a. Satuan Tim Siaga Penanganan Bencana
b. Satuan Tim Siaga Penanggulangan Bencana
c. Satuan Tim Siaga Penanggulangan Bencana Longsor
d. Satuan Tugas Siaga Penanganan Bencana Longsor
e. Satuan Tugas Siaga Penanggulangan Bencana
4. Berikut ini Kelembagaan Terkait Longsor pada Infrastruktur SDA, kecuali…
a. BNPB
b. PMI
c. BBWS
d. BASARNAS
e. NGO
5. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 61 tahun 2008, dalam melaksanakan
tugas BMKG menyelenggarakan fungsi berikut, kecuali:
a. perumusan kebijakan teknis di bidang metereologi, klimatologi, dan
geofisika
b. pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika
c. melakukan koordinasi dengan pemerintah di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika
d. pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika
e. pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
menerapkan kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor. Proses berbagi
dan diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi kebijakan dan
peraturan terkait pengelolaan longsor. Untuk memperdalam pemahaman terkait
materi kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan longsor, diperlukan
pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau pada modul-
modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-modul yang
ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh akan
pengelolaan longsor pada infrastruktur SDA.
1.
Dietrich, W.E., and Dunne, T. ,1978, Sediment budget for a small catchment in
mountainous terrain. Zeitschrift für Geomorphologie, Supplement, 29: 191–
206.
Fannin, R.J., and Rollerson, T.P., 1993, Debris flows: some physical
characteristics and behaviour. Canadian Geotechnical Journal, 30: 71–81.
Johnson, A.M., and Rodine, J.R., 1984, Debris flow. In Slope instability. Edited by
D. Brunsden and D.B. Prior. Wiley & Sons, London, pp. 257–361.
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu,
Jakarta
Kodoatie, Robert J., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Penerbit Andi,
Yogyakarta
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2012. Tata Ruang Air Tanah. Penerbit
Andi, Yogyakarta.
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.