Anda di halaman 1dari 100

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN

KEPARIWISATAAN DAERAH
KABUPATEN ENDE

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende


Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana, Denpasar Bali
2014
ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ~ 1
1.1 Falsafah dan Landasan Pengembangan Kepariwisataan 1.2
Kabupaten Ende ~ 1
1.2 Landasan Hukum Penyusunan RIPPARDA ~ 14
1.3 Asas-Asas Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Ende
~ 17
1.4 Cakupan Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Ende
~ 18
1.5 Prinsip – Prinsip Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten
Ende ~ 19
1.6 Maksud dan Tujuan Penyusunan RIPPARDA Kabupaten
Ende ~ 23
1.7 Sasaran Penyusunan RIPPARDA Kabupaten Ende ~ 24
1.8 Sistematika Penulisan ~ 24

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN ~ 27


2.1 Visi ~ 27
2.2 Misi ~ 27
2.3 Tujuan ~ 29
2.4 Sasaran ~ 30

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH PARIWISATA
KABUPATEN ENDE ~ 33
1.1 Pengembangan Wilayah di KSPN Ende – Kelimutu dan
Sekitarnya ~ 35
1.2 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata Maurole –
Detukeli – Wewaria ~ 40
1.3 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata Kotabaru –
Lepembusu Kelisoke ~ 42

iii
1.4 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata Lio Timur
– Ndori ~ 43
1.5 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata Ende –
Nangapanda – Pulau Ende – Maukaro ~ 44

BAB IV ARAH KEBIJAKAN DANSTRATEGI PENGEMBANGAN


KEPARIWISATAAN ~ 47
1.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi
Pariwisata ~ 48
1.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri
Pariwisata ~ 51
1.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pemasaran
Pariwisata ~ 52
1.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kelembagaan
Kepariwisataan ~ 54

BAB V RENCANA PENGEMBANGANKEPARIWISATAAN


DAERAH ~ 57
5.1 Rencana Pengembangan Destinasi Pariwisata ~ 57
5.2 Rencana Pengembangan Industri Pariwisata ~ 71
5.3 Rencana Pengembangan Pemasaran Pariwisata ~ 77
5.4 Rencana Pengembangan KelembagaanKepariwisataan ~ 81

BAB VI PENUTUP ~ 87
6.1 Filosofi Pengembangan Kepariwisataan ~ 87
6.2 Destinasi Pariwisata ~ 88
6.3 Industri Pariwisata ~ 90
6.4 Pemasaran Pariwisata ~ 90
6.5 Kelembagaan Kepariwisataan ~ 91
6.6 Faktor Pendukung Lainnya ~ 91

DAFTAR PUSTAKA ~ 93

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Filosofi dan Landasan Pengembangan Kepariwisataan


Kabupaten Ende

P
engalaman bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia,
secara khusus di Tanah Air menyajikan fakta, informasi,
dan bukti, betapa sentuhan kepariwisataan telah mem-
bawa banyak perubahan dan kemajuan dalam sejumlah bidang
kehidupan. Kemajuan ekonomi, geliat dan kreasi seni-budaya,
serta pergaulan internasional yang semakin meluas dan menda-
lam. Kendatipun demikian, sikap kritis, evaluatif, dan konstruktif
tetap diperlukan. Secara khusus perlu disadari dampak negatif
ihwal ketercemaran dan kerusakan nilai-nilai sosioekologis di ba-
nyak kawasan destinasi. Pengkajian, pendalaman, dan pemaha-
man kompleksitas persoalan, secara khusus dalam kaitan dengan
pengembangan kepariwisataan secara lebih konseptual dan stra-
tegis di Kabupaten Ende merupakan upaya yang sangat penting.
Menguatnya gejala pergaulan antardaerah dan antar­
bangsa dalam konteks kepariwisataan diakui telah membuahkan
kemajuan temali persaudaraan antarwilayah dalam suatu negara-
bangsa. Lebih daripada itu, kepariwisataan mewujudkan jalinan
komunikasi antarbangsa dan antarbudaya yang secara fungsional
mendekatkan dan merekatkan hubungan berskala nasional
dan global. Berkat aktivitas kepariwisataan pula kesadaran jati
diri dan potensi diri, di samping kesadaran akan sumber daya
lingkungan semakin tumbuh dalam wawasan dan kemasan baru.
Diakui pula bahwa berkat perkembangan kapaiwisataan pula
kemajuan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

1
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

di kawasan-kawasan destinasi mencapai tingkat pertumbuhan


tertentu. Pendapatan nasional dan pendapatan per-kapita
masyarakat Indonesia mulai meningkat, beriringan dengan
upaya pencapaian target kunjungan wisatawan dalam jumlah
besar (booming). Kemajuan Bali dengan modal kebudayaan yang
unik, pesona dan keindahan alamnya, sejak tahun 1980-an telah
menjadikan Pulau Dewata sebagai salah satu destinasi utama
pariwisata dunia. Kemajuan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
Kawasan Danau Toba di Sumatera Utara merupakan contoh-
contoh kemajuan yang layak dirujuk-banding dalam kerangka
pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Ende. Dengan
posisi geografinya yang juga cukup strategis di kawasan tengah
Nusantara, pengembangan kepariwisataan secara lintas kawasan
menjadi landasan dan arah yang penting.
Akan tetapi, di sisi lain, dampak negatif kepariwisataan
dengan pelbagai kerugian yang menimpa, juga kerusakan
lingkungan alam, dan “ketercemaran” nilai-nilai sosialbudaya di
kawasan-kawasan pariwisata lainnya di Nusantara dan dunia,
perlu dikaji secara mendalam dan komprehensif. Hasil kajian itu
perlu dijadikan “pembelajaran” yang sangat penting. Kendatipun
demikian, kehadiran, perkembangan, dan pengembangan ke­
pariwisataan telah menjadi sebuah keharusan dan keniscayaan.
Penataan pengembangan secara lebih bersistem, antisipatif, dan
lebih terkendali demi pencegahan dampak-dampak ikutannya,
baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang,
sebagaimana juga strategi pemanfaatannya, menjadi tugas dan
kewajiban semua pemangku kepentingan (stakeholder) di bidang
kepariwisataan. Sebab, gejala kepariwisataan memang membuka
ruang kehidupan lintas daerah, lintas bangsa, dan negara sebagai
gejala kemanusiaan yang bersifat kesemestaan itu harus tetap
hadir dan berkembang secara lebih baik, lebih bermanfaat, dan

2
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

lebih bersistem. Untuk itu, pemahaman gejala kepariwisataan


secara mendasar dan pemanfaatan peluang kepariwisataan
seluas-luasnya dalam sejumlah dimensinya, menjadi arah
kebijakan dan langkah– langkah strategis yang sangat penting
dirancang dan diwujudnyatakan.
Secara fenomenologis, perilaku berwisata (tourism)
dengan variasi jangkauan geospasial pilihannya itu, adalah
realitas sosial-manusiawi bermatra kesejagatan (universal). Pola
budaya dan perilaku berwisata sebagai hak setiap orang di mana
pun secara berkelanjutan untuk menggapai nilai-nilai kepuasan
hidup itu dikategorikan berdimensi sosial-alami karena secara
kultural, realitas perilaku berwisata itu bersentuhan langsung-tak
langsung dengan manusia, masyarakat, dan dengan lingkungan
alam. Sentuhan sosial-insani itu jelas bermakna, berdampak,
dan berimplikasi tersendiri. Ini berarti kepariwisataan sebagai
fenomena kesejagatan itu mampu menciptakan interelasi dan
interaksi yang berdimensi sosio-ekologis. Perjumpaan dalam
suasana persaudaraan antara manusia dengan manusia dan
persahabatan antara manusia dengan lingkungan itu tercipta
secara dinamis dan berkelanjutan, baik dengan lingkungan
alam yang dikaruniai Sang Pencipta, maupun dengan
lingkungan yang “diciptakan” oleh manusia dan masyarakat
dengan keanekaragaman budayanya. Adalah kenyataan bahwa
pariwisata membangun jejaring persaudaraan dan persahabatan
lokal-nasional-mondial, meracik komunikasi antardaerah dan
antarbangsa dalam jejaring kehidupan sosial-kemanusiaan.
Saling menyapa, saling menerima, dan saling bersentuhan
secara rohani-ragawi dengan lingkup dan tingkat kedalaman
makna serta kekayaan nilai yang berbeda-beda, harus diakui
sebagai sebuah keniscayaan sekaligus sebuah “kewaspadaan”
pula. Fenomena pemenuhan kebutuhan yang sosial-insani para

3
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

wisatawan itu bercakupan lokal, nasional, dan global dengan


segala implikasi, kompleksitas, dan tentu dengan potensi
problematikanya pula. Dengan skalanya yang berbeda-beda,
kegiatan berwisata dan kepariwisataan berlangsung di lingkungan
lokal, lintas daerah di Indonesia, hingga lintas bangsa dan negara.
Dalam persentuhan kepariwisataan yang berdimensi sosio-
ekologis itu, keberterimaan yang tulus, terlebih lagi penciptaan
keharmonisan hubungan antara wisatawan dengan masyarakat
dan lingkungan alam di kawasan-kawasan destinasi, menjadi
tuntutan yang harus dipenuhi demi kesejahteraan, terlebih-
lebih demi keberlanjutannya pada masa yang akan datang.
Keberterimaan dan keberlanjutan kepariwisataan itu jelas
menuntut sistem pengembangan yang lebih komprehensif, fokus,
terpadu, dan terarah secara tepat danjelas. Di sisi lain, sistem
pengelolaan yang efektif dan efisien, baik secara konseptual-
teoretis yang strategis maupun yang lebih teknis dan operasional-
manajerial, merupakan keharusan yang tak tertunda.
Dimensi filosofi pengembangan kepariwisataan, baik
pengembangan yang berinspirasikan fenomena kemajuan
kepariwisataan lingkup mondial-global maupun pengembangan
yang berbasiskan sumber daya kearifan lokal-nasional, diupayakan
untuk dipadukan secara berimbang, harmonis, dan proporsional.
Fondasi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia, sumber daya modal sosial, dan modal budaya berbasis
dan bersumber lokal secara utuh, berjati diri, proporsional, dan
prospektif, seyogyanya menjadi landasan pengembangan yang
paling utama. Untuk itu, penggalian, pemberdayaan, penataan
kembali fondasi pengembangan manusia dan pengembangan
pendidikan berparadigma baru berbasiskan kompetensi ke­
manusiaan yang kreatif dan berwawasan lingkungan pada
jenjang-jenjang, jenis, dan jalur, termasuk jalur-jalur khusus

4
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

keprofesian di bidang kepariwisataan, merupakan arah dasar


dan strategi yang sangat penting. Bermodalkan keterbukaan,
kompetensi, dan kreasi berbasis kebudayaan untuk mengolah dan
mengemas keberagaman sumber daya alam itulah pengembangan
kepariwisataan mampu menunjang pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan sosial secara lebih adil, merata, dan
berkesinambungan. Kesiapan dan kompetensi masyarakat dalam
menghadapi, menjawab, dan terutama memanfaatkan seoptimal
mungkin arus dan booming wisatawan dalam perkembangannya
secara bertahap dan periodik, jelas menjadi prakondisi paling
mendasar, penting, dan bernilai strategis, agar masyarakat dan
lingkungan terhindar dari dampak “ketercemaran, degradasi
nilai-nilai budaya, jati diri, dan kerusakan ekosistem”.
Pengembangan kepariwisataan secara bersistem dan
holistik pada dasarnya diarahkan, ditujukan, dan disasarkan untuk
menjadikan Kabupaten Ende, Flores dengan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) Ende – Kelimutu dan sekitarnya
serta dengan aneka sumber daya alam, manusia, masyarakat, dan
kebudayaannya, menjadi destinasi penting setelah Bali, Lombok,
dan Pulau Komodo dari arah barat. Pada periode mendatang
Kabupaten Ende dengan “dinamika” Kawasan Unggulan
Danau Triwarna dan Kelestarian Taman Nasional Kelimutu itu
dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisatawan, tidak lagi
sebatas destinasi singgahan berkala singkat. Dengan kualitas
dan kuantitas yang berkembang secara kumulatif, lama tinggal,
mutu kunjungan, mutu layanan, dan tingkat kepuasan wisatawan
di satu sisi terpenuhi, sementara di sisi lain, mutu destinasi utama
Kelimutu dan diversifikasi destinasi menjamin pertumbuhan
dan kemajuan ekonomi, ketegaran jati diri, kemajuan adab dan
kebudayaan, kemajuan ekonomi dan kesejahteraan lahir-bathin
masyarakat Ende Lio, dan secara khusus kelestarian lingkungan

5
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

tetap terjaga secara berkelanjutan. Semuanya itu merupakan


parameter yang sangat penting dan menentukan, sekaligus
menjadi parameter-parameter yang layak dipenuhi dan dipatuhi.
Di tengah dinamika kehidupan kemasyarakatan, modal sosial-
tradisi berbasis kebudayaan lokal Ende Lio sebagai pilar nasional,
keterawatan tatanan sosial-budaya berbasis warisan dan tradisi,
permilikan dan penggunaan tanah-tanah ulayat yang sarat makna
sosial-budaya, sentra-sentra budaya lokal berbasis Sa’o Ria Tenda
Bewa ‘Rumah Adat’, dan lingkungan alam yang tetap terawat
dan terjaga, menjadi syarat, dasar, dan tujuan pengembangan
kepariwisataan di Kabupaten Ende.
Dengan landasan filosofi: “Pariwisata untuk Ende”, dan
bukan hanya “Ende untuk Pariwisata”, niscaya hakikat makna,
fungsi, nilai dan arah dasar pengembangan kepariwisataan
yang demikian itu menjadi pijakan yang sangat fundamental
bagi semua pihak yang terlibat (stakeholder dan shareholder).
Atas dasar itu pula, pemahaman, komitmen, penerjemahan, dan
terutama penjabaran secara konseptual-operasional, sekaligus
jawaban-jawaban yang positif, konstruktif, arif, dan kreatif semua
pihak dalam menghadapi, memanfaatkan, dan secara khusus
mengelola fenomena kepariwisataan, sangatlah penting dan
strategis. Dengan berbasiskan sumberdaya alam dengan keaslian
dan kelestariannya, dan dengan sumber daya kebudayaan lokal
masyarakat Ende-Lio, asas kebermanfaatan sebesar-besarnya
bagi kemanusiaan, kemasyarakatan, kebudayaan, dan kelestarian
lingkungan hidup di Kabupaten Ende merupakan taruhan paling
utama dan paling penting di atas landasan pijak yang sangat
fundamental pula. “Pariwisata untuk Ende” yang dimaknai
sebagai adicita (ideology) pengembangan dan pengembangan
kepariwisataan itu dimaksudkan bahwa kedalaman makna,
kekayaan nilai, keluasan cakupan persentuhan, serta dampak

6
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dan pengaruh kepariwisataan yang multidimensi itu tetap


harus digagaskan, diancang-ancangkan, diarahkan, dan ter­
utama dikendalikan demi kesejatian dan keutuhan manusia
dan masyarakatnya, serta kelestarian lingkungannya secara
berkelanjutan. Arah dan tujuannya jelas yakni demi peningkatan
kesejahteraan lahir-bathin masyarakat Ende Lio secara
keseluruhan, kemajuan kebudayaan berbasis kelokalan dan
nasional, keadaban, dan kelestarian lingkungan alam Ende.
“Pariwisata untuk Ende” juga dimaknai dan dikembang-
kan agar kemajuan dan perubahan yang akan terjadi dalam per-
jalanan waktu pengembangannya secara periodik, 2014-2034,
setidak-tidaknya dalam jangka 20 tahun itu, tetap menjaga dan
memelihara nilai-nilai dasar kehidupan masyarakat dengan ke-
budayaan, tradisi, karakter, keunikan, dan ciri-ciri kejatian dirinya
tetap bertahan, dinamis, dan berkelanjutan. Sentuhan pariwisata
bagi masyarakat Kabupaten Ende digagaskan, diarahkan, dan di-
kembangkan agar tata nilai yang menyangga keutuhan masyara-
kat dan kebudayaan dengan nilai-nilai dasar yang mengutamakan
kekerabatan, kerekatan sosial dan kebersamaan yang bersendi-
kan gotong-royong sebagaimana ditemukan dalam ungkapan
verbal lokal: bere ngere ae, boka ngere ki/hi yang mengandung
makna betapa pentingnya nilai-nilai kesatuan, kebersamaan, dan
kekompakan sebagai amanat para leluhur yang terwaris turun-
temurun itu, semestinya tidak pernah lekang oleh deras arus bu-
daya global dalam konteks kepariwisataan khususnya, maupun
tidak akan lapuk oleh hujan dolar dan gemerlapan materi dalam
konteks kehidupan masyarakat Ende. Kandungan metaforik itu
diharapkan tetap menjadi “roh” dan kekuatan kebudayaan masy-
arakat Kabupaten Ende.
Implikasi utamanya adalah bahwa konsep “Ende untuk
Pariwisata” dimaknai dan dimanfaatkan sebagai peluang untuk

7
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

menggali, memberdayakan, mengkreasikan kembali, mengemas-


ulang, melestarikan, dan “mendandani” Ende dengan segala
sumber daya dan potensi uniknya, baik kebudayaan dan lingkungan
alamnya sebagai “destinasi” yang memikat dan memukau untuk
dinikmati oleh para wisatawan, maupun kehidupan masyarakat
yang senantiasa merawat dan mengawal keberlanjutannya di
tengah masyarakat bangsa Indonesia dan masyarakat dunia.
Bertolak dari filosofi pengembangan kepariwisataan
yang diuraikan di atas, niscaya ungkapan ideologis masyarakat
Ende – Lio: Menge-Jonge, Ngeru-Ngore ‘Harum-Memikat, Busuk-
Menjauhkan” yang sarat dengan makna dan nilai kondisionalitas
secara sosiokultural layak dirujuk, diberdayakan, dan
dikembangkan secara kreatif dan kontekstual kepariwisataan.
Ende yang Menge, Ata Jonge “harum mewangi yang memikat hati
siapapun sehingga berulangkali datang melawatinya” adalah
modal sosial, potensi budaya, dan kearifan lokal (local wisdom)
yang sangat penting dikemas dan dikembangkan secara baru.
Modal budaya penting, tidaklah hanya menyangkut pencitraan
atau image dalam konteks sosial-kepariwisataan khususnya.
Konsep menge ‘keharuman’ mengandung makna konotatif
yang sangat luas dan dalam. Menge “keharuman” manusia
dan masyarakat Ende-Lio yang adalah produk dan prestasi
kebudayaan dan keadabannya, menjadi daya tarik dan daya pikat
setiap insan wisatawan dari luar untuk menikmati wilayah ini
secara bergantian dan berkelanjutan sebagaimana tersirat di
balik ungkapan Jonge. Daya tarik dan daya pikat dalam kemasan
metafora Menge, tidaklah juga hanya produk dan atrakasi alam
Danau Triwarna Kelimutu, melainkan juga keunikan alamnya
yang belum tersingkap dan belum dikemas, di sisi keunikan
sumber daya kebudayaan dalam pelbagai aspeknya.
Penggalian dan pemberdayaan sumber daya dan

8
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

modal sosial-budaya Menge dalam konteks pengembangan


kepariwisataan sangat mendasar, baik perencanaannya maupun
pada tataran pengelolaan dan perwujudannya. Kualitas
pengembangan bermodalkan dan berbasiskan kearifan lokal
itu diberdayakan untuk mampu mencegah kondisi sosialbudaya
sebaliknya yang Ngeru Tau Ata Ngore,”Bau busuk yang menjauhkan
orang lain, siapa saja, apalagi para tamu”. “Ngeru- Ngore”
adalah ungkapan yang sangat dalam makna negasinya dalam
kaitan dengan kehidupan manusia, masyarakat, kebudayaan,
dan tentunya kondisi lingkungan alam yang tercemar. Ngeru
ngore adalah kondisi sosio – ekologis dengan pola hidup, sikap,
perilaku, dan kebiasaan “kotor” menjijikkan, mencemaskan,
dan mencemarkan citra diri kolektif, yang justru menjauhkan
siapa saja. Dengan demikian, filosofi Menge ”keharuman” yang
berdaya pikat itu menjadi modal sosial dan budaya, sekaligus
penangkal ketercemaran lingkungan alam dan masyarakat. Sebab,
dimensi kenyamanan dan keamanan jiwa-raga yang terbersit
dalam interaksi dan interaksi insan antara masysrakat dengan
wisatawan, apalagi para pelaku khusus industri kepariwiasataan,
adalah kunci yang menjamin kenyamanan, keamanan, dan
kepuasan para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Ende.
Semboyan Menge Tau Jonge ’keharuman yang Memikat”
menuntut masyarakat Kabupaten Ende secara keseluruhan
untuk terlibat sungguh-sungguh dalam menggali, mengolah,
mengkreasikan, dan memelihara keharuman sumber daya alam,
kebudayaan, dan masyarakatnya. Pengembangan itu tidak hanya
menjual kesohoran dan keharuman Danau Triwarna Kelimutu,
karunia Sang Pencipta yang menjadi salah satu dari tujuh
keajaiban dunia. Aneka sumber daya alam lainnya yang belum
disingkap (dieksplorasi), dikemas, “didandani” dan keunikan seni-
budayanya yang belum digali, diberdayakan secara kreatif, dan

9
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dikemas kembali, merpakan upaya membangun menge. Dengan


demikian, semua potensi dan sumber daya yang terberikan
(given) dan terbarukan itu tidaklah hanya disyukuri, dinikmati,
dan ditontonkan semata, melainkan diberdayakan dan dikemas
kembali secara kreatif, inovatif, bersistem, dan berkelanjutan.
Semboyan tersebut menuntut kesadaran yang mendalam,
kesiapan, sikap positif (kesetiaan pada nilai), kesungguhan, dan
ketekadan masyarakat Kabupaten Ende dalam mengembangkan
dan memanfaatkan industri kepariwisataan sebagai ruang dan
peluang untuk merevitalisai kebudayaan dan dunia usaha yang
bernilai ekonomi. Bahwa “Tamu Harus Diterima, Disyukuri,
dan Dihormati”, maka keharuman alam dan budaya Ende harus
menjamin kenyamanan, keamanan, dan kepuasan interaksi dan
sentuhan yang insani antara masyarakat di kawasan destinasi
dengan para wisatawan dari pelbagai suku dan bangsa itu, sudah
selayaknya dikembangkan secara bersistem dan terencana.
Tuntutan itu sesuai pula dengan semboyan lokal: Atamai, Ata
Jie ‘Tamu (atau ditamui) adalah Kebajikan’, pembawa kebaikan
hidup dalam dimensi sosial. Dengan demikian, komunikasi dan
interaksi dalam konteks kepariwisataan yang merepresentasikan
kekuatan nilai insan Ende-Lio dalam kemasan interaksi verbal
waka nga ‘kharisma’ Atamera sebagai Tuan Rumah khususnya
dalam konteks pengembangan kepariwisataan.
Asas-asas kemanfaatan, kekeluargaan, keadilan, dan
kemerataan, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipasi,
berkelanjutan, demokratis, kesetaraan, dan kesatuan menjadi
pegangan, dorongan, dan sasaran pula. Manfaat-manfaat bagi
masyarakat di sejumlah destinasi baik yang sudah, sedang,
maupun yang akan dikembangkan dan mutlak dicapai, dan
tentunya bagi seluruh masyarakat Kabupaten Ende, menjadi asas-

10
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

asas yang sangat penting dalam pengembangan kepariwisataan.


Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan
Kabupaten Ende tahun 2014 – 2034, sebagaimana diuraikan
di atas, yang dengan filosofi menge jongediarahkan demi
peningkatan kesejahteraan, kemajuan kebudayaan, penguatan jati
diri, dan kelestarian lingkungan. Di sisi lain dimensi kemanusiaan
dan kepribadian bangsa di atas landasan nilai – nilai luhur juga
dikembangkan demi kekuatan dan ketegaran jati diri sebagai
manusia dan masyarakat Ende Lio sesuai filosofi Maku Ngere
Watu, Tu’a Ngere Su’adi tengah perubahan dan dinamika global
khusus dalam konteks kepariwisataan.
Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Ende jelas
ditujukan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat Kabupaten Ende, secara langsung bagi masyarakat
di Kawasan Unggulan Pariwisata Nasional Kelimutu, maupun
masyarakat di kawasan-kawasan penunjang. Masyarakat lokal di
sejumlah desa dan kecamatan yang menjadi pilar utama khususnya
masyarakat Desa Pemo Aene’i, Kampung Waturaka, Kampung
Manukako, Liasembe, Watugana, Ko’anara, Woloara, Nuaone,
Woloki, dan Merapele, menjadi prioritas tertinggi keterlibatan dan
pemerolehan kebermanfaatannya. Sudah tentu kebermanfaatan
yang dicapai mencakupi segi-segi kesejahtreraan secara ekonomi,
budaya, peradaban, dan lingkungan sosioekologis khusus. Selain
itu, kawasan penunjang yang bersebelahan dengan Kawasan
Danau dan Taman Nasional Kelimutu, seperti Ndu’aria, Wologai,
Ekoleta, Detusoko, Pu’utuga, Saga, Wolotolo, dan sebagainya di sisi
barat, juga kawasan penunjang, seperti Wolowaru, Mbuli, Nggela,
dan sekitarnya di bagian timur dan selatan Kawasan Unggulan
Kelimutu, layak memperoleh kebermanfaatan pula.
Pengembangan kepariwisataan berbasis “Desa” menjadi
asas kekeluargaan yang sangat penting. Sangat penting, karena

11
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

melalui pengembangan kepariwisataan ini pula aneka upaya untuk


menggali dan memberdayakan modal sosial, mempertahankan,
memulihkan, menghidupkan, dan meneguhkan semangat
kekeluargaan dengan nilai-nilai gotong royong boka ngere ki/hi
bere ngere ae sebagai tradisi dan kearifan lokal warisan leluhur
yang harus tetap dijadikan kekuatan penyangga kebersamaan,
kohesivitas, dan keutuhan masyarakat, termasuk masyarakat
adat dan masyarakat umumnya. Di atas keharmonisan hubungan
antara Pemerintahan Desa dengan lembaga dan masyarakat adat
otonom yang berpusat pada Sa’o Ria Tenda Bewa ‘Rumah Adat’
dengan Struktur Mosalaki-nya yang variatif (dalam naungan
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), atau lembaga-
lembaga lainnya), keharmonisan antara pengusaha besar,
menengah, mikro, dan kecil di bidang kepariwisataan, baik lokal
dan nasional maupun pengusaha asing, dengan masyarakat
di Kawasan Kelimutu, asas pengembangan kepariwisataan
Kabupaten Ende digagas, direncanakan dan diwujudnyatakan.
Keadilan dan kemerataan pengembangan kepariwisataan
di Kabupaten Ende menjadi asas yang penting pula demi tegaknya
hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang sama dan peluang
yang sama untuk berusaha dan untuk maju berkembang di
bidang kepariwisataan. Untuk itu asas keseimbangan antara daya
dukung ruang dan daya tampung di Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional Kelimutu dan kawasan-kawasan penunjang, antara
permintaan dan penawaran, antara usaha besar dan kecil berbasis
sumber daya alam, sumber daya budaya lokal, dan sumber daya
desa, dan antara segi-segi konservasi-edukasi-partisipasi, baik
secara langsung di kawasan utama Kelimutu, maupun di kawasan-
kawasan penunjang lainnya. Semuanya itu demi pertumbuhan
ekonomi berbasis desa dan paritisipasi masyarakat secara kreatif
dan inovatif yang juga berbasis sumber daya desa. Kemandirian

12
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

secara ekonomi berbasis keanekaragaman sumber daya alam


dan keunikan-keunikan tradisi dan budaya Ende –Liomenjadi
tumpuan dan asas pengembangan kepariwisataan. Demikian pula
perlindungan, pemanfaatan, dan pengembangan pusaka alam
Danau Kelimutu, sejarah, dan warisan budaya leluhur serta kreasi
baru menjadi asas pengembangan kepariwisataan di Kabupaten
Ende. Berbasis aspirasi masyarakat dan dengan peningkatan
keterlibatan sebanyak mungkin masyarakat desa di kawasan
utama dan kawasa-kawasan penunjang, serta pengkaderan para
pelibat muda lintas generasi dalam sejumlah sektor jasa dan
pengembangan diversifikasi produk kepariwisataan, niscaya asas
pengembangan itu menjamin keberlanjutan pertumbuhan dan
perkembangan industri kepariwisataan yang mampu memenuhi
selera, peminatan khusus, dan kepuasan para wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Ende, Flores.
Kehadiran fenomena kepariwisataan sudah selayaknya
dimanfaatkan secara bijak, profesional, dan optimal untuk saling
memberi dan saling memperkaya nilai dan makna baru yang
lebih maju bagi kehidupan manusia dan masyarakat. Kesalingan
memberi dan menerima menjadi ungkapan-ungkapan kunci
pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Ende dengan tetap
merawat keharmonisan hubungan, baik antara wisatawan dengan
masyarakat lokal, maupun wisatawan dengan lingkungan. Dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir, penataan, pemanfaatan, dan pemberdayaannya
merupakan pijakan dan acuan demi kemajuan masyarakat
dan kelestarian lingkungan secara berrkelanjutan. Kemajuan
masyarakat Kabupaten Ende disasarkan pencapaiannya di
bidang sosial-kemasyarakatan dengan modal tradisi dan adatnya,
kemajuan di bidang kesejahteraan secara ekonomi, dan di bidang

13
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

seni-budaya yang kreatif dan inovatif berbasis budaya lokal.

1.2 Landasan Hukum Rencana Induk Pengembangan


Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA)
Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan
hukum dalam menyusun Rencana Induk Pengembangan
Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende adalah sebagai berikut.
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistem (Lembaran Negara
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3419);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda
Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor
60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3639);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pengembangan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

14
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Repulik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor4725);Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pemben-
tukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor
14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3516);

15
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

13. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang


Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun
1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3658);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3838);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai daerah Otonom;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 50Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional
Tahun 2010– 2025;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Ende Nomor 4 Tahun 2004
tentang Rencana Pengembangan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Ende tahun 2004-2025;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Ende Nomor 3 Tahun 2009
tentang Rencana Pengembangan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Ende Tahun 2005 – 2025;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Ende Nomor 11 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten EndeTahun
2011 - 2031(Lembaran Daerah Kabupaten Ende Tahun
2011 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Ende Nomor 11);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Ende Nomor 11 Tahun 2014
tentang Rencana Pengembangan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Ende Tahun 2014–2019;

16
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

1.3 Azas-Azas Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten


Ende
Pengembangan kepariwisataan daerah diturunkan dari
berbagai sumber ideologi Negara, khususnya UUD ‘45 dan
Pancasila. Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2009 pengembangan
kepariwisataan mengandung azas – azas berikut ini.
1. Manfaat yang seluas-luasnya bagi masyarakat, terutama
masyarakat setempat, manfaat bagi daerah, maupun secara
nasional.
2. Kekeluargaan, dalam arti hubungan yang harmonis antara
pemerintah dan swasta, antara pengusaha besar dan kecil,
antara pengusaha dan masyarakat.
3. Adil dan merata, dalam arti setiap warga mempunyai
hak yang sama untuk mendapat perlakuan yang sama
(nondiskriminatif) dalam mengembangkan usaha di
bidang kepariwisataan, memanfaatkan peluang kerja atau
melakukan kegiatan wisata;kepentingan masyarakat luas
tidak dikorbankan demi kepentingan wisatawan atau
kepentingan sekelompok pengusaha.
4. Keseimbangan antara daya dukung dan daya tampung,
antara permintaan dan penawaran; antara usaha besar dan
kecil; serta keseimbangan antara aspek-aspek konservasi-
edukasi-partisipasi dan ekonomi.
5. Kemandirian, pengembangan yang tidak didikte oleh pihak
lain tetapi dirancang untuk kepentingan nasional dan
bangsa, serta masyarakat Indonesia.
6. Kelestarian, dalam bentuk perlindungan, pemanfaatan dan
pengembangan pusaka alam dan budaya.
7. Partisipasi, membuka peluang seluas-luasnya bagi
keikutsertaan masyarakat.
8. Berkelanjutan, dalam bentuk tanggung jawab kepada

17
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

generasi masa kini dan yang akan datang.


9. Demokratis, mendengarkan aspirasi masyarakat dan para
pemangku kepentingan.
10. Kesetaraan, antara masyarakat tuan rumah dengan
wisatawan.
11. Kesatuan, langkah dan visi serta tujuan pengembangan
untuk kesatuan bangsa Indonesia serta integritas para
pelaku: wisatawan, pengusaha, masyarakat dan pemerintah
pusat serta pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pariwisata.

1.4 Cakupan Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten


Ende
Pengembangan kepariwisataan sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
men­cakup: (1) pengembangan destinasi kepariwisataan, (2)
pengembangan industri kepariwisataan, (3) pengembangan
pemasaran pariwisata, dan (4) pengembangan kelembagaan
kepariwisataan. Keempat pilar tersebut perlu dilakukan secara
simultan, berkeseimbangan, dan bukan merupakan urutan yang
sekuensial.
1. Pengembangan destinasi.Elemen-elemen kepariwisataan
yang dikembangkan dengan cakupan pengertian
destinasi, sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 10 tahun
2009, adalah daya tarik wisata (attraction/atraksi),
fasilitas umum, fasilitas pariwisata (amenity/amenitas),
aksesibilitas (accessibility)serta masyarakat sebagai tuan
rumah (ancillary).
2. Pengembangan industri kepariwisataanmencakup pe­
ngem­bangan produk pariwisata berbasiskan potensi
dankarakteristik wilayah serta masyarakat lokal dan

18
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

pengembangan kemitraan usaha pariwisata.


3. Pengembangan pemasaran pariwisata mencakup penetapan
pasar potensial dan pasar aktualbaik pasar domestik
maupun pasar internasionalmelalui segmen pasar, target
pasar dan posisi pasar, pengembangan sistem pemasaran
yang terpadu, peningkatan citra kepariwisataan Ende,
pengembangan jejaring pemasaran.
4. Pengembangan kelembagaan mencakup pengembangan
kepariwisataan berbasis masyarakat (community based
tourism), optimasi kebijakan KSPN Ende – Kelimutu dan
sekitarnya sebagai destinasi unggulan dan keberlanjutan,
penataan usaha pariwisata dalam menciptakan iklim usaha
yang kondusif.

1.5 Prinsip Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Ende


1. Pendekatan pengembangan pariwisata berkelanjutan
Pengembangan kepariwisataan Kabupaten
Ende direncanakan dan dikembangkan secara ramah
lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak
sumberdaya alam dan sosial, namun dipertahankan
untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Menurut
Piagam Pariwisata Berkelanjutan tahun 1995,
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan adalah
pengembangan yang didukung secara ekologis dalam
jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil
secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
2. Pendekatan Daya Dukung (Carrying Capacity
Approach)
Daya dukung dapat diartikan sebagai kondisi
maksimum suatu ekosistem untuk menampung
komponen biotik (makhluk hidup) yang terkandung

19
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

di dalamnya, dengan juga memperhitungkan faktor


lingkungan dan faktor lainnya yang berperan di alam.
Tidak ada satu angka mutlak yang dapat menunjukkan
daya dukung ekosistem dalam menampung semua
kegiatan manusia karena berbagai variabel yang
menentukan besarnya daya dukung ekosistem tersebut
sangat bervariasi dan selalu bergantung pada tingkat
pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia.
Secara umum ragam daya dukung wisata dapat meliputi:
 Daya dukung ekologis; yang merupakan
tingkat maksimal penggunaan wilayah tanpa
menyebabkan kerusakan ekosistem.
 Daya dukung fisik; yang merupakan jumlah
maksimum penggunaan atau kegiatan yang
diakomodasikan tanpa menyebabkan kerusakan
atau penurunan kualitas lingkungan fisik.
 Daya dukung sosial; yang merupakan batas
tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat
penggunaan yang akan menimbulkan penurunan
dalam tingkatkualitas pengalaman atau kepuasan
pengunjung.
 Daya dukung rekreasi; merupakan suatu konsep
pengelolaan yang menempatkan kegiatan
rekreasi dalam berbagai objek dengan tetap
memperhatikan kemampuan kawasan.
3. Pendekatan Sistemik
Pariwisata dipandang sebagai sistem yang
berkelindaan (saling berhubungan satu sama lain,
interrelated). Komponen-komponen dalam pariwisata,
baik yang tergolong produk maupun pasar wisata,
dari mulai pra perjalanan sampai pasca perjalanan,

20
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

memiliki keterkaitan satu sama lain yang membentuk


suatu sistem. Dengan demikian, pengembangan
pariwisata harus direncanakan dan dikembangkan
dengan mempergunakan metoda berpikir sistem yang
merangkum semua komponen produk wisata dan
pasar wisatawan.
4. Pendekatan Menyeluruh (komprehensif/holistik)
Berkenaan dengan pendekatan sistem, seluruh
aspek dalam pariwisata termasuk elemen-elemen yang
bersifat kelembagaan serta implikasi-implikasinya
terhadap lingkungan hidup dan sosial-budaya-
ekonomi, dianalisis, direncanakan, dan dikembangkan
secara menyeluruh. Pendekatan perencanaan
pariwisata yang menyeluruh dan terpadu dilakukan
berdasarkan pada potensi dan permasalahan yang
ada, baik dalam wilayah perencanaan maupun dalam
konstelasi regional. Pendekatan menyeluruh dalam
pengembangan pariwisata memberi arti bahwa
peninjauan permasalahan bukan hanya didasarkan
pada kepentingan kawasan atau daerah dalam
arti sempit, tetapi ditinjau dan dikaji pula dalam
kepentingan yang lebih luas.
5. Pendekatan Terintegrasi
Berkenaan dengan pendekatan secara
sistemik dan menyeluruh, pengembangan pariwisata
direncanakan dan dikembangkan sebagai sebuah
sistem yang terintegrasi pada rencana pengembangan
daerah secara keseluruhan. Selain itu penyelesaian
permasalahan pengembangan pariwisata tidak
hanya dipecahkan pada sektor pariwisata saja, tetapi
didasarkan kepada kerangka perencanaan terpadu

21
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

antarsektor yang dalam perwujudannya dapat


berbentuk koordinasi dan sinkronisasi antarsektor.
6. Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Masyarakat harus dilibatkan dalam tahap peren-
canaan dan pengambilan keputusan, serta berpartisi-
pasi dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisa-
ta. Masyarakat lokal juga harus diuntungkan secara so-
sial-ekonomi dari pengembangan pariwisata tersebut.
Prinsip-prinsip pelibatan masyarakat dalam
pengembangan pariwisata adalah:
 melibatkan masyarakat lokal dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan;
 masyarakat memiliki hak menjadi shareholder
dalam pengembangan pariwisata;
 masyarakat lokal harus menerima pembagian
hasil yang adil dari kegiatan pariwisata yang
berkembang di daerahnya;
 pengembangan pariwisata harus berkelanjutan
secara lingkungan. keterlibatan masyarakat
dan manfaat yang didapat masyarakat dari
pengembangan pariwisata akan membuat
masyarakat turut menjaga dan melestarikan
lingkungan sehingga pengembangan pariwisata
yang berkelanjutan akan terwujud;
 pengembangan pariwisata harus mendukung
budaya tradisional dengan menunjukkan
penghargaan terhadap pengetahuan asli daerah.
pariwisata dapat membawa masyarakat untuk
lebih menghargai warisan budayanya;
 pengelola harus bekerja sama dengan masyarakat
lokal untuk meminimalisasi pengaruh berbahaya

22
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dari kegiatan wisata yang dikembangkan;


 tour operator harus mencoba bekerja sama dengan
masyarakat setempat daripada dengan individu
yang mempunyai kepentingan pribadi;
 masyarakat lokal diperbolehkan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata dengan
tetap mempertahankan jati dirinya;
 masyarakat mempunyai hak untuk mengatakan
tidak setuju pada rencana pengembangan
pariwisata;
 perencanaan pariwisata berbasis masyarakat juga
memerlukan keterlibatan berbagai stakeholders
dalam pengambilan keputusan. Sektor publik,
asosiasi, perusahaan swasta, dan ahli lingkungan
merupakan stakeholders yang saling terkait dalam
konteks pariwisata yang kompleks.

1.6 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Induk


Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA)
Kabupaten Ende
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan
Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Ende ditetapkan dengan
maksud untuk meletakkan dasar pijakan, memberikan
arah dan pedoman bagi pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan daerah
Kabupaten Ende yang berkelanjutan (sustainable). Sebagai
dokumen perencanaan jangka menengah (20 tahun),
penyusunan RIPPARDA Kabupaten Ende Tahun 2014 –
2034 mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kondisi kepariwisataan baik
karakteristik dandinamika lingkungan strategis

23
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

kepariwisataan Kabupaten Ende.


2. Merumuskan arah pengembangan kepariwisataan
Kabupaten Ende tahun 2014 – 2034 yang mencakupi
hal – hal berikut.
 Arah kebijakan pengembangan kepariwisataan daerah.
 Strategi pengembangan kepariwisatan daerah.
 Indikasi program setiap komponen pengembangan
kepariwisataan daerah.
3. Sebagai dasar penyusunan rencana aksi pengembangan
kepariwisataan Kabupaten Ende.
4. Sebagai instrumen pengendalian dan pengawasan
pemerintah secara berjenjang, DPRD dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pengembangan kepariwisataan
daerah agar sejalan dengan aspirasi masyarakat sesuai
dengan prioritas dan sasaran program pengembangan
yang ditetapkan.
5. Sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan mewujudkan
visi dan misi melalui pelaksanaan program
pengembangan kepariwisataan daerah.

1.7 Sasaran Penyusunan Rencana Induk Pengembangan


Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Ende
1. Teridentifikasinya kondisi-kondisi kepariwisataan Ka-
bupaten Ende yang meliputi lingkungan internal dan
eksternal sehingga dapat diketahui kekuatan dan kele-
mahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi.
2. Terumusnya arah pengembangan kepariwisataan
daerah Kabupaten Ende yang mencakupi:
 arah kebijakan pengembangan kepariwisataan
daerah.
 strategi pengembangan kepariwisatan daerah.

24
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

 indikasi program setiap komponen pengembangan


kepariwisataan daerah.
3. Tersusunnya dokumen perencanaan sebagai
instrumen pengendalian dan pengawasan pemerintah
secara berjenjang, DPRD dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pengembangan kepariwisataan
daerah agar sejalan dengan aspirasi masyarakat sesuai
dengan prioritas dan sasaran program pengembangan
yang ditetapkan.
4. Tersusunnya dokumen perencanaan sebagai tolok
ukur penilaian keberhasilan mewujudkan visi dan
misi melalui pelaksanaan program pengembangan
kepariwisataan daerah.

1.8 Sistematika Penulisan


Dokumen Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan
Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Ende Tahun 2014–2034 terdiri
atas:
Bab I. Pendahuluan. Di dalam bab I dipaparkan segi – segi
filosofi dan landasan pengembangan kepariwisataan Kabupaten
Ende, landasan hukum, asas pengembangan kepariwisaaan
daerah, cakupan pengembangan kepariwisatan daerah, prinsip
pengembangan kepariwisataan daerah, maksud dan tujuan
RIPPARDA, sasaran RIPPARDA, cakupan rencana pengembangan
kepariwisataan, dan sistematika penulisan.
Bab II. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran. Di dalam bab
II dipaparkan visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan
kepariwisataan Kabupaten Ende.
Bab III. PengembanganPerwilayahan Pariwisata. Di
dalam bab III dipaparkan arah kebijakan, strategi danrencana
pengembangan perwilayahan pariwisata meliputi KSPN Ende

25
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

– Kelimutu dan sekitarnya, kawasan pariwisata dan klaster


pariwisata.
Bab IV. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Kepariwisataan. Di dalam bab IV dipaparkan arah kebijakan
danstrategi pengembangan pariwisata yang meliputiarah
kebijakan dan strategi pengembangan destinasi pariwisata, arah
kebijakan dan strategi pengembangan industri pariwisata, arah
kebijakan dan strategi pengembangan pemasaran pariwisata,
arah kebijakan dan strategi pengembangan kelembagaan
kepariwisataan.
Bab V. Rencana Pengembangan Kepariwisataan
Daerah. Di dalam bab Vdipaparkanrencana pengembangan
kepariwisataan yang meliputi rencana pengembangan destinasi
pariwisata, rencana pengembangan industri pariwisata,
rencana pengembangan pemasaran pariwisata dan rencana
pengembangan kelembagaan kepariwisataan.
Bab VI. Penutup. Di dalam bab VI dipaparkan rangkuman
pengembangan kepariwisataan mencakupi intisari pengembangan
destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata
dan kelembagaan kepariwisataan.

26
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN

2.1 VISI

B
ertolak dari landasan filosofi pengembangan
kepariwisataan maka visi kepariwisataan Kabupaten
Ende2014 – 2034 dirumuskan berikut ini.
“Terwujudnya Kabupaten Ende sebagai Destinasi
Pariwisata Berbasis Budaya dan Lingkungan yang
Berdaya Saing Global dan Mampu Mendorong
Pembangunan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan
Masyarakat”
Kata kunci visi tersebut memiliki komponen – komponen
berikut ini: destinasi pariwisata, berbasis budaya
dan lingkungan, berdaya saing global, pembangunan
berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat.

Destinasi pariwisata adalah daerah tujuan/sasaran wisata


yang memiliki:
a. Daya tarik wisata yang unik dan menarik serta dikelola
secara profesional.
b. Fasilitas pariwisata yang memenuhi standar dalam
jumlah yang memadai.
c. Prasarana dan sarana penunjang pariwisata yang
memadai dan berkualitas.
d. Layanan prima oleh pelaku usaha pariwisata yang
memberikan kepuasan kepada wisatawan.
e. Masyarakat yang sadar wisata dan melaksanakan sapta
pesona.

27
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

f. Terjaganya lingkungan yang bersih, lestari, dan sehat.

Destinasi berbasis budaya dan lingkungan adalah destinasi


yang mengedepankan potensi pariwisata yang bercirikan
budaya Ende Lio, seperti dalam hal daya tarik wisata, arsitektur
bangunan, fasilitas pariwisata dan lanskapnya, kesenian,
kuliner dan cinderamata, serta pengarusutamaan peran serta
masyarakat lokal dengan tetap mempertahankan keaslian alam
dan lingkungan.
Berdaya Saing Global adalah destinasi pariwisata yang
memiliki kemampuan untuk bersaing dengan destinasi pariwisata
sejenis di dunia internasional dengan mengoptimalkan sumber
daya manusia, alam, dan budaya lokal untuk tercapainya
competitive advantage.
Destinasi Berkelanjutan adalah destinasi pariwisata yang:
a. tetap diminati oleh para wisatawan baik wisatawan
nusantara maupun mancanegara.
b. memberikan manfaat ekonomi yang maksimal bagi
masyarakat setempat, dan meminimumkan dampak
negatifnya.
c. memberikan manfaat sosial-budaya yang maksimal
kepada masyarakat, wisatawan, dan warisan budaya,serta
meminimumkan dampak negatifnya.
d. memberikan manfaat maksimal terhadap lingkungan, dan
meminimumkan dampak negatifnya.
Kesejahteraan masyarakat merupakan kondisi dimana
semua lapisan masyarakat secara menyeluruh dapat terpenuhi
hak-hak dasarnya, baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya
secara merata.

28
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

1.2 Misi
Mengacu kepada visi di atas maka pengembangan
kepariwisataan Kabupaten Ende mengemban sejumlah misi
sebagai berikut.
1. Pengembangan Destinasi Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional Ende, Kelimutu dan sekitarnya serta kawasan
pariwisata lain berwawasan budaya dan lingkungan yang
menarik, mudah dicapai, aman, nyaman, serta mampu
meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan
masyarakat.
2. Pengembangan industri pariwisata yang mampu bersaing,
menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam.
3. Pengembangan pemasaran pariwisata yang sinergis,
unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas kunjungan wisatawan nusantara
dan mancanegara.
4. Mewujudkan tata kelola KSPN Ende - Kelimutu, dan
sekitarnya serta kawasan pariwisata lainnya secara
terintegrasi yang didukung oleh sumber daya manusia
profesional.

2.3 Tujuan
Pengembangan kepariwisataan Kabupaten Ende ber­
tujuan:
1. meningkatkan kualitas destinasi pariwisata KSPN Ende –
Kelimutu dan sekitarnya serta kawasan-kawasan lainnya;
2. mewujudkan industri pariwisata Kabupaten Ende yang
memanfaatkan modal sosial budaya dan lingkungan serta
mampu menggerakkan perekonomian daerah;
3. meningkatkan pemanfaatan media pemasaran destinasi

29
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

pariwisata kabupaten ende secara efektif, efisien, dan


bertanggung jawab;
4. mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan
tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan
pembangunan destinasi pariwisata, industri pariwisata,
dan pemasaran pariwisata, secara profesional.

2.4 Sasaran
Sasaran yang dicapai dalam penyusunan Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Kabupaten Ende adalah sebagai
berikut.
1. Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara;
2. Peningkatan jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
3. Peningkatan jumlah penerimaan devisa dari wisatawan
mancanegara;
4. Peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara;
5. Peningkatan lama tinggal wisatawan; dan
6. Peningkatan jumlah produk domestik bruto dan Pendapatan
Asli Daerah, PAD Kabupaten Ende.

Visi, Misi, Tujuan dan sasaran dapat dilihat pada matriks 2.1
berikut.

30
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

Matriks 2.1 PERENCANAAN STRATEGIS TAHUN 2014 - 2034


RIPPARDA KABUPATEN ENDE

VISI MISI TUJUAN SASARAN


Terwujudnya 1. Pengembangan 1. Meningkatkan 1. Peningkatan
Kabupaten Destinasi Kawasan kualitas Destinasi jumlah
Ende sebagai Strategis Pariwisata Pariwisata Kawasan wisatawan
destinasi Nasional Ende, Strategis Nasional mancanegara.
pariwisata Kelimutu dan Ende, Kelimutu dan
berbasis sekitarnya serta sekitarnya serta 2. Peningkatan
budaya dan kawasan-kawasan kawasan-kawasan jumlah
lingkungan, lainnya berwawasan lainnya. pergerakan
berdaya budaya dan wisatawan
saing global lingkungan yang 2. Mewujudkan nusantara.
serta mampu menarik, mudah Industri Pariwisata
mendorong dicapai , aman, Kabupaten Ende 3. Peningkatan
pembangunan nyaman, serta mampu yang memanfaatkan jumlah
berkelanjutan meningkatkan modal sosial budaya penerimaan
untuk pendapatan daerah dan lingkungan devisa dari
kesejahteraan dan kesejahteraan serta mampu wisatawan
masyarakat masyarakat. menggerakkan mancanegara.
perekonomian
2. Pengembangan industri daerah 4. Peningkatan
pariwisata yang jumlah
mampu bersaing, 3 . Meningkatkan pengeluaran
menggerakkan pemanfaatan wisatawan
kemitraan usaha, dan media pemasaran nusantara.
bertanggung jawab Destinasi pariwisata
terhadap lingkungan Kabupaten Ende 5. Peningkatan
social budaya dan secara efektif, lama tinggal
lingkungan alam. efisien, dan wisatawan.
bertanggung jawab.
3. Pengembangan 6.Peningkatan
pemasaran 4. Mengembangkan jumlah produk
pariwisata yang Kelembagaan domestik bruto
sinergis, unggul, dan Kepariwisataan dan Pendapatan
bertanggung jawab dan tata kelola Asli Daerah,
untuk meningkatkan pariwisata PAD Kabupaten
kuantitas dan kualitas yang mampu Ende
kunjungan wisatawan mensinergikan
nusantara dan Pembangunan
mancanegara. Destinasi Pariwisata,
Industri Pariwisata
4. Mewujudkan tata kelola ,dan Pemasaran
KSPN Ende - Kelimutu, Pariwisata, secara
dan sekitarnya serta professional
kawasan pariwisata
lainnya secara
terintegrasi yang
didukung oleh SDM
profesional

Sumber: Data Olahan Tahun 2014

31
32
BAB III
PENGEMBANGAN WILAYAH PARIWISATA
KABUPATEN ENDE

K
abupaten Ende memiliki kawasan pariwisata yang sudah
berkembang dan yang belum namun memiliki potensi
yang memang memerlukan strategi pengembangan.
Kawasan yang sudah berkembang adalah Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) Ende – Kelimutu dan Sekitarnya
yang rutin dikunjungi wisatawan mancanegara dan domestik
baik melalui udara, darat, dan laut. Kepariwisataan di kawasan
ini berkembang secara nyata terutama di Kota Ende dan Kawasan
Moni Kelimutu. Kota Ende menjadi pusat pertumbuhan ekonomi,
tidak saja disebabkan oleh berkembangnya usaha perdagangan
dan jasa-jasa, akan tetapi diikuti juga oleh perkembangan industri
pariwisata. Di Kawasan Moni juga telah berkembang usaha jasa
penginapan, usaha jasa informasi pariwisata (TIC), usaha jasa
makanan dan minuman, dan usaha jasa transportasi wisata.
Kawasan-kawasan pariwisata lainnya belum berkembang, namun
memiliki potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan buatan,
serta didukung dengan adanya aksesibilitas.
Pengembangan wilayah pariwisata di Kabupaten Ende
merujuk kepada perwilayahan pembangunan Destinasi Pariwisata
Nasional (DPN) dan rencana detail pembangunan Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) serta disesuaikan dengan
RTRW Kabupaten Ende. Oleh karena itu, pengembangan wilayah
pariwisata di Kabupaten Endemencakup 5 (lima) kawasan,
yaitu:

33
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

1. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Ende-


Kelimutu dan Sekitarnya
2. Kawasan Pariwisata Maurole – Wewaria – Detukeli
3. Kawasan Pariwisata Kotabaru – Lepembusu Kelisoke
4. Kawasan Pariwisata Lio Timur – Ndori
5. Kawasan Pariwisata Ende – Nangapanda – Pulau Ende –
Maukaro.

Arah pengembangan wilayah kepariwisataan Kabupaten


Ende menggunakan pendekatan sistem klaster untuk menggali,
memantapkan,  dan mengoptimalkan  potensi serta mengatasi
permasalahan secara spesifik. Dengan demikian, diharapkan
pengembangan wilayah kepariwisataan dapat lebih terarah,
spesifik, dan tetap mempunyai karakter sesuai dengan nilai-
nilai lokal. Klasterisasi wilayah perencanaan pengembangan
dimaksudkan untuk membagi wilayah Kabupaten Ende
sebagai satu kesatuan unit perencanaan kedalam sub­-subunit
perencanaan. Klasterisasi wilayah perencanaan ini merupakan
suatu pendekatan dalam memperkuat struktur aspek-aspek
kepariwisataan sekaligus memperjelas diferensiasi masing-
masing klaster sebagai suatu keunggulan komparatif dan sekaligus
keunggulan kompetitif (daya saing) kepariwisataan Kabupaten
Ende. Kriteria yang digunakan membagi unit perencanaan ke
dalam klaster-klaster pengembangan pariwisata meliputi aspek-
aspek berikut.
1) Karakteristik destinasi meliputi daya tarik wisata, daya
dukung lingkungan, dukungan jejaring aksesibilitas
dan infrastruktur pendukung pergerakan kegiatan
kepariwisataan.
2) Tingkat perkembangan industri pariwisata meliputi
pengusahaan daya tarik/atraksi wisata, penyediaan jasa-

34
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

jasa dan fasilitas pariwisata.


3) Aspek kelembagaan/kebijakan penataan ruang yaitu
arahan rencana struktur ruang wilayah.

Dasar pengelompokan kawasan dalam rencana


pengembangan wilayah kepariwisataan Kabupaten Ende
adalah (1) Penetapan KSPN dalam RIPPARNAS; (2) Kesamaan
wilayah administratif pada tatanan Pemerintahan Kabupaten
dan Kecamatan; (2) Peruntukan pariwisata dalam peraturan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah pemerintah yang memayungi;
(3) Hubungan sosial budaya (kekerabatan); (4) Aspek geografis
dan aksesibilitas.
Dalam rencana pengembangan wilayah kepariwisataan
Kabupaten Ende, tiap-tiap kawasan dipilah menjadi klaster-
klaster sesuai Arah Pengembangan masing-masing. Dasar
penentuan klaster adalah: (1) kesinambungan karakteristik dan
potensi daya tarik wisata dalam wilayah tersebut, (2) wilayah
administratif level kecamatan, (3) kesinambungan Program dan
kirencanakan dalam wilayah tersebut.

3.1 Pengembangan wilayah di KSPN Ende-Kelimutu dan


Sekitarnya
Secara umum, arah pengembangan KSPN Ende-Kelimutu
dan Sekitarnya yaitu pengembangankuantitas dan peningkatan
kualitas daya tarik wisata, peningkatan daya dukung lingkungan
melalui peningkatan layanan pergerakan, sanitasi, kuantitas dan
kualitas usaha industri pariwisata, konservasi lahan pertanian
sawah dan perladangan tradisional, serta pengembangan wisata
perdesaan dan ekowisata. Karakteristik utama aspek destinasi
KSPN Ende-Kelimutu dan sekitarnya yaitu kawasan pariwisata
yang bertumpu pada nilai-nilai alam dan budaya khususnya daya

35
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

tarik wisata unggulan Danau Tiga Warna di Taman Nasional


Kelimutu, trekking ke Danau Kelimutu, kampung adat, desa
wisata, wisata agro di sekitar Kelimutu, sumber air panas, air
terjun, dan tenun ikat.

Gambar 3.1 Kawasan Ende- Kelimutu dan Sekitarnya

Sesuai wilayah administratif tingkat kecamatan,letak


geografis, nilai sosial budaya (kekerabatan dan wilayah ulayat)
dan karakteristik daya tarik wisata yang ada dalam kawasan,
makaRencana Pengembangan Wilayah di KSPN Ende – Kelimutu
dan Sekitarnya dibagi menjadi 10 Klaster yang terdiri dari 21
kelurahan dan 55 desa berikut ini.
1. Klaster I, Kecamatan Kelimutu mencakupDesa-desa:
Nduaria, Nuamuri, Nuamuri Barat, Wolokelo, Koanara,
Woloara, Pemo, Detuena, dan Waturaka. Fungsi yang dapat
dikembangkan di wilayah ini meliputi(1) daya tarik wisata
alam: danau kawah berwarna,air terjun, sumber air panas,

36
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dan gas alam; (2) daya tarik wisata budaya: kampung adat,
sanggar seni, tarian, musik tradisional, seremoni adat;
(3) daya tarik wisata buatan: pasar tradisional,wisata
agro, kuliner lokal, trekking, kolam pemancingan ikan,
proses pembuatan tenun ikat secara tradisional, kerajinan
souvenir; (4) akomodasi homestaydengan kepadatan rendah;
(5) perdagangan dan jasa penunjang atraksi wisata; (6)
konservasi persawahan dan perladangan tradisional; (7)
ekowisata.
2. Klaster II, Kecamatan Wolowaru mencakup Kelurahan
Bokasape dan Desa-desa: Wolokoli, Jopu, Mbuliloo,
Rindiwawo, Mbuliwaralau, Mbuliwaralau Utara, Nakambara,
Lisedetu, Wolosoko, Niramesi, Lise Puu, dan Wolofeo. Fungsi
yang dapat dikembangkan di wilayah ini meliputi (1) daya
tarik wisata alam: air terjun, sumber air panas; (2) daya tarik
wisata budaya: kampung adat, pertunjukan seni budaya,
seremoni adat; (3) daya tarik wisata buatan: pasar tradisional,
wisata agro, kuliner lokal, trekking, proses pembuatan tenun
ikat secara tradisional, kerajinan souvenir, wisata ziarah; (4)
Akomodasi hotel melati; (5) perdagangan dan jasa penunjang
atraksi wisata; (6) konservasi persawahan dan perladangan
tradisional; (7) ekowisata.

3. Klaster III, Kecamatan Wolojita mencakup Kelurahan


Wolojita dan Desa-desa: Pora, Nggela, Tenda, Nuamulu, dan
Wiwipemo. Fungsi yang dapat dikembangkan di wilayah ini
meliputi (1) daya tarik wisata alam: sumber air panas; (2)
daya tarik wisata budaya: kampung adat, pertunjukan seni
budaya, seremoni adat; (3) daya tarik wisata buatan: pasar
tradisional, kuliner lokal, trekking, proses pembuatan tenun
ikat secara tradisional, kerajinan tangan tenun ikat, (4)

37
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

akomodasi hotel melati (homestay); (5) perdagangan dan


jasa penunjang atraksi wisata; (6) konservasi persawahan
dan perladangan tradisional; (7) ekowisata.

4. Klaster IV, Kecamatan Ndona Timur mencakupDesa-desa:


Roga, Toba, Kurulimbu, Demulaka, dan Sokoria. Fungsi yang
dapat dikembangkan di wilayah ini meliputi (1) daya tarik
wisata alam: gas alam; (2) daya tarik wisata budaya: kampung
adat, pertunjukan seni budaya, seremoni adat; (3) daya tarik
wisata buatan: kuliner lokal, trekking, kerajinan anyaman
tradisional, konservasi perladangan tradisional dan hutan,
serta wisata agro.

5. Klaster V, Kecamatan Detusoko mencakup Kelurahan


Detusoko dan Desa-desa: Wologai, Wologai Tengah, Saga,
Wolotolo, Dile, Niowula, Roa, Wolotolo Tengah, Detusoko
Barat, dan Nuaone. Fungsi yang dapat dikembangkan
di wilayah ini meliputi (1) daya tarik wisata alam: air
terjun, sumber air panas; (2) daya tarik wisata budaya:
kampung adat, pertunjukkan seni budaya, seremoni adat;
(3) daya tarik wisata buatan: pasar tradisional, wisata
ziarah, camping ground, wana wisata (hutan adat), sawah
bertingkat, kerajinan pandai besi, mumi, wisata agro, kuliner
lokal, trekking, kolam pemancingan ikan; (4) Akomodasi
hotel melati; homestay; (5) perdagangan dan jasa penunjang
atraksi wisata; (6) konservasi persawahan dan perladangan
tradisional; (7) ekowisata.

6. Klaster VI, Kecamatan Ndona mencakup Kelurahan


Lokoboko, Onelako dan Desa-desa: Nanganesa, Wolotopo,
Wolotopo Timur, Ngalupolo, dan Manulondo. Fungsi yang

38
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dapat dikembangkan di wilayah ini meliputi (1) daya tarik


wisata alam: pantai (2) daya tarik wisata budaya: kampung
adat, pertunjukan seni budaya, dan seremoni adat; (3) daya
tarik wisata buatan: proses pembuatan tenun ikat secara
tradisional, kerajinan tenun ikat, wisata agro, kuliner lokal,
trekking; (4) perdagangan dan jasa penunjang atraksi wisata;
(6) konservasi perladangan tradisional; (7) ekowisata.

7. Klaster VII, Kecamatan Ende Timur mencakup Kelurahan-


kelurahan: Rewarangga, Rewarangga Selatan, Mautapaga dan
Desa-desa: Ndungga, Kedebodu, dan Tiwutewa. Fungsi yang
dapat dikembangkan di wilayah ini meliputi (1) daya tarik
wisata alam: air terjun, sungai (2) daya tarik wisata budaya:
kampung adat, pertunjukan seni budaya, dan seremoni adat;
(3) daya tarik wisata buatan: pasar tradisional, trekking; (4)
konservasi perladangan tradisional.

8. Klaster VIII, Kecamatan Ende Tengah mencakup Kelurahan-


kelurahan: Onekore, Potulando, Paupire, Kelimutu.Fungsi
yang dapat dikembangkan di wilayah ini meliputi (1) daya
tarik wisata alam gunung; (2) daya tarik wisata budaya:
kampung adat, pertunjukan seni budaya, dan seremoni adat;
(3) daya tarik wisata buatan: hiburan dan rekreasi, gedung
tua, pasar tradisional, trekking, kuliner lokal, wisata kota;
(4) akomodasi hotel; (5) perdagangan dan jasa penunjang
atraksi wisata.

9. Klaster IX, Kecamatan Ende Utara mencakup Kelurahan-


kelurahan Kotaraja, Kotaratu, Roworena, Roworena Barat
dan Desa-desa Geogoma, Borokanda, Watusipi, Mbomba,
Embundoa, dan Raterua. Fungsi yang dapat dikembangkan

39
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

di wilayah ini meliputi: (1) daya tarik wisata alam: rekreasi


pantai, sunset; (2) daya tarik wisata budaya: kampung adat,
naskah lota, pertunjukan seni budaya; (3) daya tarik wisata
buatan: situs petilasan Bung Karno, lapangan Pancasila,
wisata ziarah, kuliner lokal, wisata kota; (4) akomodasi hotel;
(5) perdagangan dan jasa penunjang atraksi wisata.

10. Klaster X, Kecamatan Ende Selatan mencakup Kelurahan-


kelurahan: Mbongawani, Rukun Lima, Paupanda, Tetandara,
dan Tanjung. Fungsi yang dapat dikembangkan di wilayah
ini meliputi (1) daya tarik wisata alam: gunung dan gunung
api, rekreasipantai, sunset; (2) daya tarik wisata budaya:
pertunjukan seni budaya; (3) daya tarik wisata buatan: pasar
tradisional, situs petilasan Bung Karno, wisata ziarah, kuliner
lokal, wisata kota; (4) akomodasi hotel; (5) perdagangan dan
jasa penunjang atraksi wisata.

3.2 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata


Maurole – Detukeli – Wewaria
Karakteristik Kawasan Pariwisata Maurole – Detukeli –
Wewaria dalam aspek destinasi bertumpu pada nilai-nilai alam
yaitu pantai pasir putih dan danau;nilai budaya yaitu kampung
adat, pertunjukan seni budaya, dan ditunjang dengan potensi
pengembangan desa wisata, wisata agro, pasar tradisional,
wisata layar, atraksi pembuatan tuak, dan kerajinan anyaman
serta trekking.
Sesuai dengan administrasi tingkat kecamatan, letak
geografis, dan nilai sosial budaya (kekerabatan)dankarakteristik
daya tarik wisata yang ada dalam wilayah pengembangan, maka
kawasan pariwisata Maurole – Detukeli – Wewaria mencakup 3
klaster yang terdiri dari 26 desa berikut ini.

40
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

1. Klaster I, Kecamatan Maurole mencakupDesa-desa:


Maurole, Watukamba, Aewora, Otogedu, Detuwulu,
Mausambi, Niranusa, Keliwumbu, Ropa, Ranakolo,
Ranakolo Selatan, Ngalukoja, Woloau. Fungsi yang dapat
dikembangkan di wilayah ini meliputi (1) daya tarik wisata
alam: pantai, teluk, rekreasi pantai, sunset dan sunrise; (2)
daya tarik wisata budaya: kampung adat, seremoni adat,
pertunjukan seni budaya; (3) daya tarik wisata buatan: pasar
tradisional, atraksi pembuaan gula aren, atraksi pembuatan
tuak (moke), kuliner lokal, wisata perdesaan, trekking; (4)
akomodasi hotel; (5) perdagangan dan jasa penunjang atraksi
wisata.
2. Klaster II, Kecamatan Detukeli mencakup desa-desa:
Detukeli, Watunggere, Marilonga, Kebesani, Nida, Nggesabiri,
Wolomuku, Unggu, Ndetumbewa, Nggesa.Fungsi yang dapat
dikembangkan di wilayah ini meliputi: (1) daya tarik wisata
alam: semburan panas bumi, (2) daya tarik wisata budaya:
kampung adat, pertunjukan seni budaya, dan seremoni adat;
(3) daya tarik wisata buatan: pasar tradisional, Situs Benteng
Marilonga, kuliner lokal; (4) perdagangan dan jasa penunjang
atraksi wisata.
3. Klaster III, Kecamatan Wewaria mencakupDesa-desa:
Nuangenda, Wewaria, dan Tanali. Fungsi yang dapat
dikembangkan di wilayah ini meliputi: (1) daya tarik wisata
alam: panorama lanscape, sawah bertingkat (2) daya tarik
wisata budaya: kampung adat, pertunjukan seni budaya, dan
seremoni adat; (3) daya tarik wisata buatan: pasar tradisional,
kuliner lokal, permainan tradisional; (4) perdagangan dan
jasa penunjang atraksi wisata.

41
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

3.3 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata Kota


Baru – Lepembusu Kelisoke
Karakteristik utama kawasan pariwisata Kotabaru,
Lepembusu Kelisoke aspek destinasi bertumpu pada nilai-nilai
alam yaitu pantai, danau,hutan hujan tropis dan fauna, semburan
air panas, gunung; dan nilai budaya yaitu kampung adat,
pertunjukan seni budaya; dan wisata buatan: trekking, wisata
agro, dan pasar tradisional.
Sesuai denganwilayah administrasi tingkat kecamatan,
letak geografis dan nilai sosial budaya (kekerabatandan wilayah
ulayat) dan karakteristik daya tarik wisata dalam wilayah rencana
pengembangan pariwisata Kota Baru – Kelisoke Lepembusumaka
kawasan ini terbagi dalam 2 klaster yang terdiri atas7 desa berikut
ini.
1. Klaster I, Kecamatan Kotabaru mencakup Desa-desa:
Tou, Tou Timur, Tiwusora, Ndondo. Fungsi yang dapat
dikembangkan di wilayah ini meliputi: 1) daya tarik wisata
alam: pantai, danau, hutan hujan tropis, fauna, semburan
air panas, panorama landscape alam; 2) daya tarik wisata
budaya: kampung adat, pertunjukan seni budaya, seremoni
adat; 3) daya tarik wisata buatan meliputi: trekking, dan
wisata agro, wisata tirta; 4) perdagangan dan jasa atraksi
budaya.
2. Klaster II, Kecamatan Lepembusu mencakup Desa-
desa: Peibenga, Kuru, dan Detuara.Fungsi yang dapat
dikembangkan di wilayah ini meliputi: 1) daya tarik wisata
alam: panorama landscape alam gunung; 2) daya tarik wisata
budaya: kampung adat, seremoni adat, pertunjukan seni
budaya; 3) daya tarik wisata buatan meliputi: trekking, dan
wisata agro, perladangan tradisional; 4) perdagangan dan
jasa atraksi budaya.

42
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

3.4 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata Lio


Timur – Ndori
Karakteristik Kawasan Pariwisata Lio Timur – Ndori
dalam aspek destinasi bertumpu pada nilai-nilai alam yaitu
sumber air panas, gua kelelawar, batu alam, panorama lanscape
alam;nilai budaya: kampung adat, warisanlota, pertunjukan seni
budaya,serta atraksi wisata buatan; mumi,pasar tradisional, dan
kerajinan tangan serta trekking.
Sesuai denganwilayah administrasi tingkat kecamatan,
letak geografis, nilai sosial budaya (kekerabatan dan wilayah
ulayat) dan karakteristik daya tarik wisata dalam wilayah rencana
pengembangan, makakawasan pariwisata Lio timur – Ndori
terbagi dalam 2 klaster yang terdiri atas15 desa berikut ini.
1. Klaster I, Kecamatan Lio Timur mencakup Desa – desa:
Watuneso, Hobatuwa, Lia Beke, Wololele A, Detupera,
Wolosambi,dan Woloaro. Fungsi yang dapat dikembangkan
di wilayah ini meliputi: 1) daya tarik wisata alam: panorama
landscape alam, air terjun; 2) daya tarik wisata budaya:
kampung adat, pertunjukan seni budaya, seremoni adat; 3)
daya tarik wisata buatan meliputi: trekking, dan wisata agro,
kerajinan anyaman tikar; 4) perdagangan dan jasa atraksi
budaya.
2. Klaster II, Kecamatan Ndori mencakup Desa – desa: Mole,
Kelisamba, Wonda, Maubasa, Maubasa Barat, Serandori,
Lunggaria, dan Lunggaloo. Fungsi yang dapat dikembangkan
di wilayah ini meliputi: 1) daya tarik wisata alam: panorama
perbukitan dan gunung, air panas, pantai, dan sungai; 2)
daya tarik wisata budaya: kampung adat, pertunjukan seni
budaya, seremoni adat; 3) daya tarik wisata buatan meliputi:
trekking, wisata agro, kerajinan anyaman tikar, perladangan
tradisional; 4) perdagangan dan jasa atraksi budaya.

43
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

3.5 Pengembangan Wilayah di Kawasan Pariwisata Ende –


Nangapanda – Pulau Ende – Maukaro
Karakteristik Kawasan Pariwisata Ende – Nangapanada
– Pulau Ende – Maukaro dalam aspek destinasi bertumpu pada
nilai-nilai alam yaitu pantai, batu hijau, batu alam, air panas, air
terjun, gua,danau, pulau karang; dan nilai-nilai budaya meliputi
kampung adat, pertunjukan seni dan budaya, seremoni adat;dan
atraksi wisata buatan meliputi: pasar tradisional, peninggalan
sejarah, wisata agro, trekking, dan perladangan tradisional.
Sesuai dengan wilayah administrasi tingkat kecamatan,
letak geografis, dan nilai sosial budaya (kekerabatan dan wilayah
ulayat)maka wilayah rencana pengembangan pariwisata Ende –
Nangapanada – Pulau Ende – Maukaro terdiri atas 4 klaster yang
terdiri 4 kecamatan dan 19 desa berikut ini.
1. Klaster I, Kecamatan EndemencakupDesa – desa:
Tonggopapa, Riaraja, Tomberabu II, Tomberabu I, Ja Moke
Asa, dan Ndetundora I, Rukuramba, Wajakeajaya. Fungsi yang
dapat dikembangkan di wilayah ini meliputi: 1) daya tarik
wisata alam: panorama perbukitan dan gunung, air panas,
air terjun, pantai, sungai, gua; 2) daya tarik wisata budaya:
kampung adat, pertunjukan seni budaya, seremoni adat; 3)
daya tarik wisata buatan meliputi: trekking, wisata agro; 4)
perdagangan dan jasa atraksi budaya, camping ground.

2. Klaster II, Kecamatan NangapandamencakupDesa-desa:


Raporendu, Bheramari, Penggajawa, Tendambepa, dan
Ondorea. Fungsi yang dapat dikembangkan di wilayah ini
meliputi: 1) daya tarik wisata alam: panorama perbukitan
dan gunung, batu hijau, pantai, sungai; 2) daya tarik wisata
budaya: pertunjukan seni budaya, peninggalan sejarah; 3)
daya tarik wisata buatan meliputi: trekking, rekreasi pantai,

44
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

wisata ziarah; 4) perdagangan dan jasa atraksi budaya.

3. Klaster III, Kecamatan Pulau Ende meliputi Desa-


desa:Rendoraterua, Ndoriwoi, Rorurangga, Puutara, Aejeti,
dan Paderape. Fungsi yang dapat dikembangkan di wilayah
ini meliputi: 1) daya tarik wisata alam: pantai; 2) daya
tarik wisata budaya: pertunjukan seni budaya, peninggalan
sejarah, benteng; 3) daya tarik wisata buatan meliputi:
trekking, rekreasi pantai, wisata mancing, wisata religi; 4)
perdagangan dan jasa atraksi budaya.

45
46
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
KABUPATEN ENDE

D
alam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan
Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Ende, arah kebijakan
pengembangan disusun berdasarkan empat aspek
pengembangan kepariwisataan, yaitu destinasi pariwisata,
industri pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan
kepariwisataan.Arah kebijakan tersebut dijabarkan dalam
strategi pengembangan yang diimplementasikan melalui program
pengembangan kepariwisataan yang berkesinambungan seperti
yang terlihat pada Bagan 4.1 berikut.

Bagan 4.1 Bagan Hirarki Arah Kebijakan, Strategi dan Program

47
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

4.1 Arah Kebijakan danStrategi Pengembangan Destinasi


Pariwisata
Pengembangan destinasi pariwisata dijabarkan ke dalam
arah kebijakan dan strategi sebagai berikut.
1. Peningkatan kualitas dan pengembangan keanekaragaman
daya tarik wisata yang berdaya saing dan berbasiskan
sumber daya lokal. Untuk mencapai arah kebijakan ini
strategi yang ditempuh dijabarkan berikut ini
 Revitalisasi budaya lokal sebagai daya tarik wisata
sekaligus menguatkan jati diri dan menangkal
pengaruh negatif dari dinamika global.
 Mengembangkan potensi - potensi daya tarik wisata
budaya yang ada demi meningkatkan sosial dan
ekonomi.
 Menata dan mengembangkan kawasan strategis
dan daya tarik wisata alam sebagai ekowisata
(ecotourism).
 Mengembangkan potensi - potensi daya tarik wisata
buatan sebagai wisata kota.
2. Pengembangan dan peningkatan kemudahan akses dan
pergerakan wisatawan. Strategi yang dipakai untuk
mencapai arah kebijakan ini adalah mengembangkan
kuantitas dan meningkatkan kualitas infrastruktur pada
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Ende – Kelimutu
dan sekitarnya, serta kawasan pariwisata lain, bekerjasama
dengan instansi terkait.
3. Pengembangan dan peningkatan keamanan dan
kenyamanan pergerakan wisatawan menuju destinasi
pariwisata serta pergerakan wisatawan destinasi
pariwisata. Strategi yang digunakan untuk mencapai arah
kebijakan ini adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas

48
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

akses interdestinasi dan antardestinasi.


4. Pelestarian lingkungan destinasi dari wilayah hulu sampai
hilir. Strategi yang dipakai untuk mencapai arah kebijakan
ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan destinasi
pariwisata.
5. Pengembangan fasilitas pariwisata (amenitas). Strategi
yang dipakai untuk mencapai arah kebijakan ini adalah
meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas pendukung
destinasi pariwisata, mengembangkan fasilitas wisata
MICE lokal dan regional bersinergi dengan wisata kota
serta meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
informasi pariwisata.
6. Peningkatan peran serta masyarakat lokal dalam
kepariwisataan. Strategi yang dipakai dalam mencapai
arah kebijakan ini adalah meningkatkan kualitas dan
kuantitas organisasi dan sumber daya pengelola destinasi
pariwisata. Penjabaran arah kebijakan dan strategi dapat
dilihat pada Bagan 4.2Arah Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Destinasi Pariwisata.

49
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

No Strategi
1. Revitalisasi budaya lokal sebagai
daya tarik wisata sekaligus men-
guatkan jati diri dan menangkal
pengaruh negatif dari dinamika
global.
No Arah Kebijakan
Destinasi 2. Mengembangkan potensi - potensi
daya tarik wisata budaya yang ada
1. Peningkatan kualitas demi meningkatkan sosial dan
dan pengembangan ekonomi.
keanekragaman daya
tarik wisata yang berdaya 3. Menata dan mengembangkan
saing dan berbasiskan kawasan strategis dan daya tarik
sumber daya lokal. wisata alam sebagai ekowisata
(ecotourism).
2. Pengembangan dan
peningkatan kemudahan 4. Mengembangkan potensi - potensi
akses dan pergerakan daya tarik wisata buatan sebagai
wisatawan. wisata kota.

3. Pengembangan dan 5. Mengembangkan kuantitas dan


peningkatan keamanan meningkatkan kualitas infrastruk-
dan kenyamanan tur pada Kawasan Strategis Pari-
pergerakan wisatawan wisata Nasional Ende – Kelimutu
menuju destinasi dan sekitarnya, serta kawasan
pariwisata serta pariwisata lain, bekerjasama den-
pergerakan wisatawan gan instansi terkait
destinasi pariwisata.
6. Meningkatkan kuantitas dan
4. Pelestarian lingkungan kualitas akses interdestinasi dan
destinasi dari wilayah antardestinasi.
hulu sampai hilir.
7. Meningkatkan kualitas lingkungan
5. Pengembangan fasilitas destinasi pariwisata.
pariwisata (amenitas).
8. Meningkatkan kualitas dan
6. Peningkatan peran serta kuantitas fasilitas pendukung
masyarakat lokal dalam destinasi pariwisata,
kepariwisataan.
9. Mengembangkan fasilitas wisata
MICE lokal dan regional bersin-
ergi dengan wisata kota serta men-
ingkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan informasi pariwisata
10. Meningkatkan kualitas dan kuan-
titas organisasi dan sumber daya
pengelola destinasi pariwisata

Bagan 4.2 Arah Kebijakandan Strategi Pengembangan Destinasi

50
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

4.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri


Pariwisata
Sejalan dengan misi pengembangan industri pariwisata
yang mampu bersaing, menggerakkan kemitraan usaha, dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial budaya dan
lingkungan alam, bertujuan mewujudkan industri pariwisata
Kabupaten Ende yang memanfaatkan modal sosial budaya dan
lingkungan serta mampu menggerakkan perekonomian daerah
diarahkan pada kebijakan peningkatan kuantitas dan kualitas
usaha dan layanan yang berwawasan budaya lokal, berdaya saing
internasional, dan berkelanjutan.
Arah kebijakan peningkatan kuantitas dan kualitas usaha
dan layanan yang berwawasan budaya lokal, berdaya saing
internasional, dan berkelanjutan ini dicapai dengan strategi:
1. Mengembangkan industri akomodasi yang berbasiskan
arsitektur tradisional;
2. Mengembangkan industri destinasi pariwisata;
3. Mengembangkan industri transportasi (angkutan wisata/
agen perjalanan);
4. Mengembangkan makanan tradisional (kuliner lokal);
5. Mengembangkan industri kreatif berbasis potensi lokal
yang menunjang industri pariwisata;
6. Mengembangkan jejaring (networking) antarindustri
pariwisata.

Penjabaran arah kebijakan industri pariwisata ke dalam


strategi dan program saling berkesinambungan seperti yang
diperlihatkan pada Bagan 4.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Industri Pariwisata.

51
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

No Strategi

1. Mengembangkan industri
akomodasi yang berbasiskan
arsitektur tradisional.

Arah Kebijakan Industri 2. Mengembangkan industri destinasi


Pariwisata pariwisata.
Peningkatan kuantitas dan
kualitas usaha dan layanan 3. Mengembangkan industri
yang berwawasan budaya transportasi (angkutan wisata/agen
lokal, berdaya saing interna- perjalanan.
sional, dan berkelanjutan.
4. Mengembangkan makanan
tradisional (kuliner lokal).

5. Mengembangkan industri kreatif


berbasis potensi lokal yang
menunjang industri pariwisata

6. Mengembangkan jejaring
(networking) antarindustri
pariwisata

Bagan 4.3Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri


Pariwisata

4.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pemasaran


Pariwisata
Sejalan dengan misi pengembangan pemasaran pariwisata
yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkat­
kan kuantitas dan kualitas kunjungan wisatawan nusantara dan
mancanegara yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan media
pemasaran destinasi pariwisata Kabupaten Ende secara efektif,
efisien, dan bertanggung jawab yang diarahkan pada kebijakan:
1. Pengembangan pasar wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara sesuai karakteristik wisatawan.

52
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

2. Pengembangan sistem pemasaran yang integratif.


3. Peningkatan citra kawasan melalui integrated branding
secara berkelanjutan.
4. Penguatan dan pengembangan kemitraan pemasaran
pariwisata.

Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan manca­


negara dan wisatawan nusantara sesuai karakteristik wisatawan
dicapai melalui strategi meningkatkan penetrasi pasar melalui
pengoptimalan pasar aktual dan pasar potensial.
Arah kebijakan pengembangan sistem pemasaran yang
integratif dicapai melalui pengembangan strategi pemasaran
integratif berbasis marketing mix (8P: product, price, place,
promotion, people, physical evidence, partnership) dan inovatif
dengan memanfaatkan berbagai media pemasaran
Arah kebijakan peningkatan citra kawasan melalui
integrated branding secara berkelanjutan dicapai melalui strategi
meningkatkan citra kawasan sebagai destinasi wisata yang
berkualitas.
Arah kebijakan penguatan dan pengembangan kemitraan
pemasaran pariwisata dicapai melalui strategi mengembangkan
pemasaran kawasan secara terpadu.
Bagan 4.4 memperlihatkan Arah Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Pemasaran Pariwisata.

53
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

No Strategi
1. Meningkatkan
Arah Kebijakan Pemasaran penetrasi pasar melalui
No
Pariwisata pengoptimalan pasar aktual
dan pasar potensial
Pengembangan pasar
wisatawan mancanegara 2. Mengembangkan strategi
1. dan wisatawan nusantara pemasaran integratif
sesuai karakteristik berbasis marketing mix
wisatawan (8P: product, price, place,
promotion, people, physical
Pengembangan sistem
2. evidence, partnership)
pemasaran yang integratif
dan inovatif dengan
Peningkatan citra kawasan memanfaatkan berbagai
3. melalui integrated branding media pemasaran
secara berkelanjutan
3. Meningkatkan citra
Penguatan dan kawasan sebagai destinasi
4. pengembangan kemitraan wisata yang berkualitas.
pemasaran pariwisata
4. Mengembangkan
pemasaran kawasan secara
terpadu.

Bagan 4.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pemasaran


Pariwisata

4.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ke­


lembagaan Kepariwisataan
Sejalan dengan misi mewujudkan tata kelola KSPN Ende –
Kelimutu dan sekitarnya serta kawasan pariwisata lainnya secara
terintegrasi yang didukung oleh sumber daya manusia profesional
dengan tujuan mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan
tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan
destinasi pariwisata, industri pariwisata, dan pemasaran
pariwisata secara profesional yang diarahkan pada kebijakan:
1. Pengelolaan destinasi pariwisata terpadu berbasis
masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional.

54
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

2. Optimasi kebijakan pengembangan Kawasan Ende –


Kelimutu dan sekitarnya serta kawasan lainnya sebagai
destinasi pariwisata unggulan yang berkelanjutan.
3. Penataan dan pengendalian pengembangan usaha
pariwisata di kawasan pariwisata untuk menciptakan
iklim usaha yang kondusif.

Arah kebijakan pengelolaan destinasi pariwisata terpadu


berbasis masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional dicapai melalui strategimengembangkan
kebijakan yang mendukung pengelolaan dan pengembangan
kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan sesuai
daya dukung (carrying capacity).
Arah kebijakan optimasi kebijakan pengembangan Kawasan
Ende – Kelimutu dan sekitarnya serta kawasan lainnya sebagai
destinasi pariwisata unggulan yang berkelanjutan dicapai melalui
strategi sebagai berikut.
1) Menerapkan peraturan perundang-undangan dan aturan
lokal secara konsisten untuk mendukung pengelolaan dan
pengembangan kawasan pariwisata.
2) Menguatkan kelembagaan pengelolaan kawasan pari-
wisata dengan melibatkan para pemangku kepentingan
(stakeholder).
3) Menguatkan peran masyarakat adat setempat dalam
pengendalian pengalihan hak kepemilikan lahan secara
persuasif.
4) Mengembangkan kebijakan pengelolaan keamanan dan
kenyamanan destinasi secara terpadu.
5) Membentuk dan menguatkan lembaga/badan pengelola
destinasi kawasan yang melibatkan segenap kelompok
pemangku kepentingan (stakeholder).

55
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

6) Penguatan akses daerah pada pemanfaatan sumber-sumber


ekonomi dalam pengelolaan daerah otorita kepariwisataan.
Arah kebijakan penataan dan pengendalian pengembangan
usaha pariwisata di kawasan pariwisata untuk menciptakan iklim
usaha yang kondusif dicapai melalui strategi menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi industri pariwisata.Penjabaran arah
kebijakan dan strategi dapat dilihat pada Bagan 4.5 Arah Kebijakan
dan Strategi Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

No Strategi
1. Mengembangkan kebijakan yang men-
dukung pengelolaan dan pengemban-
gan kawasan pariwisata yang berdaya
No Arah Kebijakan saing dan berkelanjutan sesuai daya
Kelembagaan dukung (carrying capacity).
Kepariwisataan 2. Menerapkan peraturan perundang-un-
dangan dan aturan lokal secara konsis-
1. Pengelolaan destinasi ten untuk mendukung pengelolaan dan
pariwisata terpadu pengembangan kawasan pariwisata.
berbasis masyarakat yang 3. Menguatkan kelembagaan pengelo-
didukung oleh sumber laan kawasan pariwisata dengan me-
daya manusia yang libatkan para pemangku kepentingan
profesional. (stakeholder).
2. Optimasi kebijakan 4. Menguatkan peran masyarakat adat
pengembangan Kawasan setempat dalam pengendalian penga-
Ende – Kelimutu dan lihan hak kepemilikan lahan secara
sekitarnya serta kawasan persuasif
lainnya sebagai destinasi 5. Mengembangkan kebijakan pengelo-
pariwisata unggulan yang laan keamanan dan kenyamanan desti-
berkelanjutan. nasi secara terpadu
6. Membentuk dan menguatkan lembaga/
3. Penataan dan badan pengelola destinasi kawasan
pengendalian yang melibatkan segenap kelompok
pengembangan usaha pemangku kepentingan (stakeholders).
pariwisata di kawasan
7. Penguatan akses daerah pada peman-
pariwisata untuk
faatan sumber-sumber ekonomi dalam
menciptakan iklim usaha
pengelolaan daerah otorita kepari-
yang kondusif.
wisataan
8. Menciptakan iklim usaha yang kon-
dusif bagi industri pariwisata

Bagan 4.5 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ke­


lembagaan Kepariwisataan.

56
BAB V
RENCANAPENGEMBANGAN
KEPARIWISATAAN KABUPATEN ENDE

5.1 Rencana Pengembangan Destinasi Pariwisata


A. Daya Tarik Wisata

A
rah kebijakan pengembangan daya tarik wisata alam,
budaya, dan buatan yang berdaya saing dan berbasiskan
sumber daya lokal dicapai melalui strategi dan program
sebagai berikut.
1. Strategi revitalisasi budaya lokal sebagai daya tarik wisata
sekaligus menguatkan jati diri dan menangkal pengaruh
negatif dari dinamika global dijabarkan ke dalam 3
program, yaitu:
(1) penguatan lembaga adat dengan menggali nilai-
nilai luhur yang original sehingga bisa dilestarikan
dandiupayakan dengan melakukan identifikasi
dan pendataan nilai – nilai budaya yang terwujud
dalam kearifan lokal dan benda cagar budaya;
melakukan perekaman terhadap benda cagar
budaya, keanekaragaman seremoni adat dan
seni budaya baik dalam bentuk fotografi maupun
rekaman audio visual; melaksanakan koordinasi
pengembangan kepariwisataan dengan lembaga
adat dalam menjawab program strategis Kabupaten
Ende Lika Mboko Telu (Tiga Batu Tungku). Pelaksana
program ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengan Bappeda,
BPMPD, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga,

57
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

serta Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah


Kabupaten Ende. Program ini direncanakan sebagai
program jangka pendek.
(2) penyusunan cetak biru (blue print) revitalisasi budaya
lokal dan naskah lota (lontar) dalam bentuk tangible
dan intangible dengan upayamenginventarisir nilai
budaya, kekayaan budaya, dan keragaman budaya
lokal serta naskah lota. Program ini dilaksanakan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ende bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga sebagai program jangka pendek (2015
– 2019).
(3) implementasi cetak biru (blue print) revitalisasi
budaya lokal dalam menata dan mengembangkan
daya tarik wisata serta menangkal fenomena
degradasi budaya melalui upaya sosialisasi cetak
biru (blue print) kepada stakeholder, mahasiswa dan
pelajar yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama dengan Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ende. Program ini
direncanakan sebagai program jangka pendek (2015
– 2019).
2. Strategi mengembangkan potensi daya tarik wisata budaya
untuk peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi
dijabarkan dalam program:
(1) pelestarian dan pengembangan benda cagar budaya,
peninggalan bangunan dan gua bersejarah zaman
kolonial (peninggalan Portugis, Belanda, Gua Jepang)
sebagai daya tarik wisata sejarah, diupayakan
melalui peningkatan pengelolaan situs Bung Karno,
tempat permenungan Pancasila (Pohon Sukun),

58
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

Lapangan Pancasila, Gedung Imaculata, Makam Ibu


Amsi dan benda cagar budaya lainnya; penelitian dan
pengembangan benda cagar budaya intangible dan
tangible; peningkatan rasa cinta budaya lokal dengan
pengembangan paket wisata pendidikan bagi pelajar
dan mahasiswa. Pelaksana program ini adalah Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Ende dan pihak stakeholder. Program ini direncanakan
sebagai program jangka pendek (2015 – 2019).
(2) pengembangan kampung adat, pusat - pusat
kerajinan tradisional sebagai desa wisata
diupayakan melaluikegiatan penataan kampung
adat; pengembangan dan peningkatan usaha
kerajinan tenun ikat, gerabah, anyaman, dan
kerajinan tradisional lainnya sebagai atraksi wisata;
peningkatan kapasitas masyarakat lokal sebagai
pengelola desa wisata dan penyelenggaraan lomba
desa wisata. Program inimerupakan program jangka
pendek dan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengankomunitas adat
(mosalaki), BPMPD, Dinas PPO, Dinas Perindag,
Dekranasda.
(3) pengembangan potensi keberagaman seni
budaya tradisional dan ritual adat sebagai atraksi
wisatadengan penggalian dan pengembangan
keanekaragaman seni budaya tradisional,
pendampingan kepada kelompok seni budaya daerah
secara berkesinambungan,penyelenggaraan event
– event seni budaya tradisional; menjadikan ritual
adat sebagai atraksi budaya yang dapat dikunjungi

59
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

oleh wisatawan; penyusunancalender of event


sebagai salah satu sumber informasi atraksi wisata.
Dilaksanakan sebagai program jangka pendek (2014
– 2019 dan dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengankomunitas adat
(mosalaki), Dewan Kesenian DaerahdanDinas PPO
(4) revitalisasi sistem perladangan tradisional yang unik
untuk dikembangkan sebagai wisata agromelalui
upaya identifikasi dan inventarisasi lokasi
perladangan tradisional; peningkatan kapasitas
petani dalam pengembangan sistem perladangan
tradisional; pembudidayaan keanekaragaman
bahan pangan lokal. Program ini dikoordinasikan
oleh BKP3, Dinas Pertanian, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, komunitas adat (mosalaki), BAPPEDA
sebagai progam jangka pendek, menengah dan
program jangka panjang.
(5) pengembangan ragam makanan lokal sebagai wisata
kuliner melalui upaya identifikasi dan inventarisasi
ragam makan lokal, peningkatan kapasitas masyarakat
dan dunia usaha dalam mengelola keanekaragaman
pangan lokal sebagai pangan yang bercitarasa tinggi;
pengembangan diversifikasi pangan dari bahan
pangan lokal danpengembangandan penataan
kemasan pangan lokal yang unik, menarik, dan
higienis.
3. Strategi menata dan mengembangkan kawasan strategis
dan daya tarik wisata alam sebagai ekowisata (ecotourism).
Program yang dijabarkan untuk melaksanakan strategi ini
adalah sebagai berikut.
(1) Pengembangan TamanNasional Kelimutu sebagai

60
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

destinasi ekowisata berkualitas melalui upaya


pengusulan Taman Nasional Kelimutu sebagai
geopark, pengembanganatraksi wisata bird watching,
wisata berkuda, wana wisata, trekking, peningkatan
kapasitas masyarakat sekitar kawasan Taman
Nasional Kelimutu dan upaya konservasi secara
berlanjut. Pelaksanaan program ini dikoordinasikan
oleh Balai Taman Nasional Kelimutu bekerjasama
dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ende sebagai program jangka pendek (2014 –
2019).
(2) Pengembangan danau sebagai rintisan destinasi
ekowisatamelalui upaya penataan kawasan danau
dan sekitarnya,pengembangan artaksi wisata
pemancingan, pengembangan budi daya ikan air tawar
danpeningkatan kapasitas masyarakat pengelola
danau dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama dengan Dinas Perikanan,
Dinas PU, Dinas Perindag dan Dekranasda. Program
ini sebagai program jangka pendek dan menengah
(2014 – 2025).
(3) Pengembangan pantai sebagai rintisan
destinasi wisata bahari. Upaya pengembangan
denganpendokumentasian, pemetaan kawasan,
dan eksplorasi bawah laut; pengembangan atraksi
menyelam (diving), snorkling, pemancingan (fishing),
wisata layar (sailing) dan wind surfing; serta
penataan kawasan pesisir dan peningkatan kapasitas
masyarakat pesisirdalam rangka mengembangkan
desa wisata bahari. Program ini dikoordinasikan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kelautan

61
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dan Perikanan, BAPPEDA, BPMPD sebagai program


jangka pendek (2014 – 2019).
(4) Pengembangan air terjun dan sumber air panas
sebagai rintisan destinasi ekowisata dan wisata
kesehatan melalui penataan kawasan air terjun;
penataan kawasan sumber air panas; peningkatan
kapasitas masyarakat lokal sebagai pengelola air
terjun dan pengelola sumber air panas. Pelaksanaan
program dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengan BLHD (Badan
Lingkungan Hidup Daerah) sebagai program jangka
pendek (2014 – 2019).
(5) Pengembangan potensi pertanian sebagai wisata agro
dengan pengembangan keanekaragaman tanaman
pangan lokal organik; penataan kawasan pertanian;
pengembangan aktivitas pertanian sebagai atraksi
wisata; peningkatan kapasitas petani sebagai
pengelola wisata agro. Program ini dikoordinasikan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas
Pertanian, BKP3,Bappeda, Dinas Kehutanan dan
Dinas Perikanan.
(6) Pengembangan potensi kehutanan sebagai wisata
wana melalui pengembangan aktivitas kehutanan
sebagai atraksi wisata, peningkatan kapasitas petani
sebagai pengelola wisata wana, upaya peningkatan
konservasi hutan, peningkatan kesadaran masyarakat
akan pelestarian hutan, serta perlindungan daerah
aliran sungai. Pelaksana program dikoordinasikan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan Dinas Kehutanan, Balai Taman Nasional
Kelimutu, BLHD dan ditetapkan sebagai program

62
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

jangka pendek dan jangka menengah (2014 – 2025).


(7) Pengembangan potensi keindahan alam sebagai
wisata minat khusus adventure tourism (trekking,
hiking, cycling, camping) diimplementasikan pada
pengembangan dan penataan jalur trekking, jalur
hiking, jalur cycling, dan camping; peningkatan
kapasitas masyarakat sebagai pengelola adventure
tourism. Program ini dikoordinasikan oleh Dinas
kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
Balai Taman Nasional Kelimutu sebagai program
jangka menengah (2014 – 2025).
4. Strategi mengembangkan potensi - potensi daya tarik
wisata buatan sebagai wisata kota. Program yang
dijabarkan dalam melaksanakan strategi ini adalah
sebagai berikut.
(1) Pengembangan wisata kota dengan memanfaatkan
potensi daya tarik gereja dan masjid tua, pasar
tradisional, museum tenun ikat, Taman Kota Bung
Karno, Gedung Imaculata melaluiidentifikasi dan
inventarisasi daya tarik wisata buatan, penyusunan
paket wisata kota (city tour), peningkatan kapasitas
masyarakat sebagai pengelola sasaran kunjungan.
Pelaksana program dikoordinasikan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
Tokoh Agama, Dinas Perindag, Dinas Perhubungan
dan ditetapkan sebagai program jangka pendek
(2014 -2019).
(2) Pengembangan wisata MICE lokal dan regional
bersinergi dengan wisata kota melalui peningkatan
kuantitas dan kualitas sarana meeting, insentif,
conference dan exhibition, peningkatan kapasitas

63
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

pengelola MICE, peningkatan kerjasama dengan


penyelenggara MICE. Program ini dikoordinasikan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah), BAPPEDA dan ditetapkan sebagai
program jangka menengah (2014 – 2025).
(3) Pengembangan wisata ziarahkeagamaan dengan
penataan kawasan tempat ibadah dan tempat ziarah
lainnya melaluipeningkatan pengelolaan wisata
ziarah. Pelaksanaan program dikoordinasikan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
denganPastor Paroki, Imam Masjid, FKAUB,
Keuskupan, MUI dan Kantor Agama dan ditetapkan
sebagai program jangka pendek (2014 – 2019).

B. Aksesibilitas
Arah kebijakan pengembangan aksesibilitas dicapai dengan
strategi dan program yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Strategi meningkatkan kuantitas dan kualitas akses
interdestinasi dan antardestinasi dijabarkan dalam
program – program sebagai berikut.
(1) Peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana angkutan
darat (jalan, jembatan, rambu-rambu penunjuk jalan, dll)
melalui upaya pembukaan jaringan jalan menuju kawasan
pariwisata, perbaikan jalan dan jembatan, pemeliharaan
jalan dan jembatan, pengadaan rambu – rambu penunjuk
jalan melalui upaya pelaksanaan koordinasi dengan
Dinas PU dan Dinas Perhubungan dan ditetapkan sebagai
program jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang (2014 – 2034).
(2) Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana angkutan

64
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

darat (angkutan wisata dan angkutan umum) dengan


pengembangan sarana angkutan sebagai angkutan wisata,
penetapan rute dan angkutan umum yang menjangkau
seluruh wilayah dan jaminan pelayanan yang tepat waktu.
Program ini ditetapkan sebagai program jangka pendek
(2014 – 2019) dengan dikoordinasikan oleh Dinas
Perhubungan bekerjasama dengan Organda.
(3) Peningkatan keamanan dan kenyamanan wisatawan di
bandara, pelabuhan laut dan terminal angkutan darat
melalui peningkatan pengelolaan kawasan yang diikuti
dengan peningkatan fasilitas dan pelayanandi bandara,
pelabuhan laut dan terminal angkutan darat.
(4) Pengembangan marina untuk mendukung wisata layar
dan wisata mancing melalui upaya survey kawasan,
penyusunan rencana tapak dan design kawasan, dan
peningkatan kapasitas masyarakat pesisir terkait
pengembangan wisata mancing, wisata layar, dan
pengembangan marina. Program ini dikoordinasikan oleh
Dinas Perhubungan bekerjasama dengan BAPPEDA, Adpel,
Syahbandar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas
Kelautan dan Perikanan dan ditetapkan sebagai program
jangka menengah dan jangka panjang (2014 – 2034).
(5) Pengembangan angkutan tradisional (Kuda) untuk
pariwisata dengan identifikasi dan inventarisasi lokasi-
lokasi wisata yang dapat memanfaatkan kuda sebagai
alat angkutan wisata; penyusunan rencana detail
pengembangan wisata dengan menggunakan angkutan
kuda. Program ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata, Dinas Pertanian dan Peternakan, Balai
Taman Nasional Kelimutu, masyarakat setempat dan
ditetapkan sebagai program jangka pendek dan menengah

65
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

(2014 – 2025).
(6) Koordinasi kepastian jadwal transportasi darat, laut dan
udara baik dalam wilayah Kabupaten Ende, lintas Flores
maupun lintas wilayah di luar Flores melalui pelaksanaan
koordinasi dengan pihak yang terkait. Program ini
dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
Bappeda, Dinas Perhubungan Kabupaten Ende, otoritas
bandara, dan administrator pelabuhan, pengusaha
tranportasi darat, laut, dan udara sebagai program jangka
pendek (2014 – 2019).
(7) Koordinasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan
frekuensi penerbangan, pelayaran dan transportasi darat
melalui pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait.
Program ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata, Bappeda, Dinas Perhubungan Kabupaten
Ende, otoritas bandara, dan administrator pelabuhan,
pengusaha angkutan darat, laut, dan udara dan ditetapkan
sebagai program jangka pendek (2014 – 2025).
2. Strategi mengembangkan kuantitas dan kualitas
infrastruktur pada Kawasan Pariwisata Strategis Nasional
Ende - Kelimutu dan sekitarnya, serta kawasan pariwisata
lainnya dijabarkan dalam program sebagai berikut.
(1) Peningkatan kualitas infrastrukur jalan dan jembatan
menuju KSPN Ende – Kelimutu dan sekitarnya serta
kawasan pariwisata lainnya. dilakukan dengan
pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait untuk
peningkatan kualitas jalan dan jembatan. Program
ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata dan bekerjasama dengan BAPPEDA, Dinas
PU, Dinas Perhubungan Kabupaten Ende dan sebagai
program jangka pendek, jangka menengah dan jangka

66
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

penjang (2014 – 2034).


(2) Peningkatan kuantitas infrastruktur jalan dan
jembatan menuju KSPN Ende – Kelimutu dan
sekitarnya serta kawasan pariwisata lainnya.
Program ini diimplemantasikan dalam bentuk
kegiatan melakukan koordinasi dengan pihak
terkait untuk penambahan kuantitas dan panjang
jalan, serta jembatan sesuai kebutuhan. Program
ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata dan bekerjasama dengan BAPPEDA, Dinas
PU, Dinas Perhubungan Kabupaten Ende sebagai
program jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang (2014 – 2034).

C. Lingkungan Destinasi Pariwisata


Arah kebijakan pelestarian lingkungan destinasi dari
wilayah hulu sampai hilir dicapai dengan strategi meningkatkan
kualitas lingkungan destinasi pariwisata dan dijabarkan dalam
program sebagai berikut.
(1) Reboisasi dan penghijauan di kawasan pariwisata melalui
upaya identifikasi kawasan wisata yang membutuhkan
reboisasi dan penghijauan; pelibatan masyarakat dalam
program dimaksud, penyediaan tanaman, reboisasi dan
penghijauan di kawasan wisata yang sudah ditetapkan.
Program ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengan Bappeda, Dinas
Kehutanan, BLHD, Balai Taman Nasional Kelimutu, dan
masyarakat setempat.
(2) Melakukan penataan permukiman adat berorientasi
etnocentris melalui penyusunan rencana permukiman adat
berorientasi etnocentris; sosialisasi kepada masarakat adat

67
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dan penataan permukiman adat berorientasi etnocentris.


Program ini dikoordinasikan oleh Dinas Pariwisata dan
kebudayaan, BAPPEDA, Dinas Kehutanan, Dinas PU, tokoh
adat dan masyarakat setempat.
(3) Mengembangkan sarana dan prasarana pengelolaan
sampah dan pengolahan limbah oleh pemerintah, industri
pariwisata, dan masyarakat dengan sosialisasi kepada
masyarakat tentang pengurangan produksi sampah
khususnya sampah plastik, pemilahan sampah organik
dengan non organik serta penguatan keberadaan bank
sampah, sosialisasi kepada wisatawan/pengunjung agar
menaruh sampah di tempatnya, pelatihan pengolahan
sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis,
penyediaan tempat sampah di lokasi wisata, ruas jalan
ramai (pertokoan, sekolah, tempat ibadah, taman rekreasi
dan lapangan, serta penyediaan armada angkutan sampah.
Program ini adalah program jangka pendek (2014 - 2015)
yang dikoordinir oleh Kantor Pertamanan dan Kebersihan
bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
BAPPEDA, Dinas PU, Dinas Koperasi, Dinas Perindag.

D. Fasilitas Umum (Amenitas)


Arah kebijakan pengembangan fasilitas umum (amenitas)
dicapai dengan menggunakan strategi: 1. Mengembangkan
kualitas dan kuantitas fasilitas pendukung destinasi pariwisata;
2. Mengembangkan fasilitas wisata MICE lokal dan regional
bersinergi dengan wisata kota; 3. Meningkatkan kuantitas dan
kualitas pelayanan informasi pariwisata.
1. Strategi mengembangkan kualitas dan kuantitas fasilitas
pendukung destinasi pariwisata dijabarkan dalam
program:

68
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

(1) peningkatan kuantitas fasilitas pendukung destinasi


pariwisata (ketersediaan air bersih, listrik,
komunikasi, tempat parkir, rest area, toilet umum,
tempat parkir, puskesmas dan sarana ibadah);
(2) peningkatan kualitas layanan fasilitas pendukung
destinasi pariwisata (ketersediaan air bersih, listrik,
komunikasi, tempat parkir, rest area, toilet umum,
tempat parkir, puskesmas dan sarana ibadah);
program peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas
pendukung destinasi pariwisata dikoordinnasi oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan PDAM, Dinas PU, Dinas Kesehatan, Dinas
Perhubungan, PLN, Telkom, Tokoh Agama, Keuskupan,
Kevikepan dan MUI yang ditetapkan sebagai program
jangka pendek, jangka menengah dn program jangka
panjang (2014 – 2034).
(3) peningkatan pelayanan perbankan kepada
wisatawan dengan menyiapkan fasilitas ATM, kartu
kredit dan e-moneyyang lebih banyak dan tersebar
merupakan program jangka panjang (2014 – 2034)
dan dikoordinasi dengan pihak Bank BNI, BRI, Bank
Danamon dan Bank Mandiri.
2. Strategi mengembangkan fasilitas wisata MICE lokal dan
regional bersinergi dengan wisata kota dijabarkan dalam
program;
(1) pengembangan fasilitas pertemuan berskala lokal
dan regional;
(2) pengembangan fasilitas pameran berskala lokal dan
regional.
Program ini merupakan program jangka menengah (2014
– 2025) yang dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan

69
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

pariwisata bekerjasama dengan BKPMD.


3. Strategi meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan
informasi pariwisata dijabarkan dalam program:
(1) peningkatan kuantitas fasilitas pelayanan informasi
pariwisata melalui penyediaan papan informasi
pariwisata, papan peta daya tarik wisata, papan
penunjuk arah kawasan pariwisata dan daya tarik
wisata, pengembangan pelayanan infomasi yang
berbasis IT. Program ini dikoordinasikan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
BAPESITELDI, BAPPEDA, Dinas Perhubungan, Dinas
PU. Ditetapkan sebagai program jangka pendek (2014
– 2019).
(2) peningkatan kualitas fasilitas pelayanan informasi
pariwisata melalui penyediaan papan informasi
dan papan peta di tempat – tempat yang strategis
dan dapat dibaca dengan jelas baik pada siang hari
maupun malam hari; penyediaan informasi yang
tepat, akurat dan terbaru; peningkatan pelayanan
informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi yang tepat, mudah diakses, dan
selalu update.Program ini dikoordinasikan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
BAPESITELDI, BAPPEDA, Dinas Perhubungan, Dinas
PU. Ditetapkan sebagai program jangka pendek (2014
– 2019).

E. Sumber Daya Manusia


Arah kebijakan Peningkatan peran serta masyarakat lokal
dalam kepariwisataan dicapai dengan strategi meningkatkan
kualitas dan kuantitas organisasi dan sumber daya manusia

70
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

pengelola destinasi pariwisata, dijabarkan dalam program:


(1) peningkatan kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia pengelola pariwisata melalui
pengembangan lembaga desa wisata, peningkatan
kapasitas masyarakat lokal sebagai pengelola desa
wisata, peningkatan kapasitas kelompok sanggar
seni budaya, kelompok pengerajin tenun ikat,
anyaman, souvenir, serta pengerajin makanan dan
minuman yang berbasis bahan pangan lokal sebagai
pendukung keberadaan desa wisata dikoordinasikan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan Dinas Perindag, Dinas PPO, Dekranasda,
Dinas Koperasi, LLK Ende, Dewan Kesenian Daerah.
Program ini sebagai program jangka pendek dan
jangka menengah (2014 – 2025);
(2) penguatan kelompok sadar wisata, TMO Kelimutu,
DMO Flores dalam pengelolaan destinasi pariwisata
melalui upaya penguatan dan peningkatan kapasitas
anggota kelompok sadar wisata, TMO Kelimutu, dan
DMO Flores sebagai program jangka pendek dan
menengah (2014 – 2025), dikoordinasi oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata.

5.2 Rencana Pengembangan Industri Pariwisata


Arah kebijakan industri pariwisata dijabarkan ke dalam
strategi dan program pengembangan industri pariwisata sebagai
berikut.
1. Strategi mengembangkan industri akomodasi yang
berbasiskan arsitektur tradisional dijabarkan dalam
program sebagai berikut.
(1) Program peningkatan kuantitas industri akomodasi

71
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

yang mampu berdaya saing global berbasiskan potensi


dan budaya lokal diimplementasikan dalam design
model akomodasi yang berarsitektur tradisional
sebagai acuan pengembangan, menyosialisasikan
model akomodasi berarsitektur tradisional.
Program ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata, Dinas PU dan Bappeda. Program ini
adalahprogram jangka pendek dan menengah (2014
– 2025).
(2) Program peningkatan kualitas industri akomodasi
yang berdaya saing global berbasiskan potensi dan
budaya lokal yang diimplementasikan melalui upaya
inventarisasi dan identifikasi hotel dan homestay,
menyusun standarisasi fasilitas dan pelayanan
hotel dan homestay, menyosialisasikan standarisasi
dimaksud, meningkatkan kapasitas pengusaha
dan tenaga kerja di bidang akomodasi. Program
ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas Kesehatan, BAPPEDA. Dilaksanakan
sebagai program jangka pendek (2014 – 2019).
2. Strategi mengembangkan industri destinasi pariwisata.
Strategi ini dijabarkan dalam program sebagai berikut.
(1) Program peningkatan layanan destinasi pariwisata
yang berkualitas melalui peningkatan kapasitas
pengelola destinasi yang terkait dengan layanan
yang cepat, tepat, aman dan nyaman. Ditetapkan
sebagai program jangka pendek (2014 – 2019)
dan dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata.
(2) Program pengembangan industri destinasi potensial
dalam bentuk penyediaan fasilitas pelayanan

72
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

destinasi, pengembangan produk kreatif destinasi


dengan kemasan yang selalu dan tetap memikat.
Program ini dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata, Dinas Perindag, Bappeda dan
dilaksanakan baik sebagai program jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang.
3. Strategi mengembangkan industri transportasi (angkutan
wisata/agen perjalanan) yang dijabarkan dalam program
sebagai berikut.
(1) Peningkatan kuantitas industri transportasi
yang dapat memberikan kemudahan dalam
menyelenggarakan perjalanan wisata melalui upaya
penyediaan keragaman bentuk angkutan wisata (bus
kayu, minibus, bus, mobil, ojek), penyediaan paket
wisata unggulan.
(2) Peningkatan kualitas industri transportasi yang
dapat memberikan rasa aman dan nyaman melalui
peningkatan fasilitas angkutan wisata (ketersediaan
AC, pengeras suara, fasilitas musik dan video),
peningkatan pelayanan yang terkait dengan kepastian
jadwal/ketepatan waktu, hospitality petugas baik di
kantor maupun yang bertugas selama perjalanan
wisata.
Pelaksanaan kedua program ini secara simultan dalam
waktu lima tahun ke depan/jangka pendek (2014 –
2015), yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama dengan Dinas Perhubungan,
BAPPEDA.
4. Strategi mengembangkan makanan tradisional (kuliner
lokal). Untuk mencapai strategi ini dijabarkan dalam
program – program berikut ini.

73
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

(1) Pengembangan keanekaragaman makanan tradisional


sebagai wisata kuliner dengan upaya identifikasi dan
inventarisasi keanekaragaman makanan tradisional
yang diikuti dengan pemetaan lokasi asal makanan
tradisional, penyusunan buku keanekaragaman
kuliner Ende – lio, dan penyelenggaraan lomba
makanan lokal dalam waktu jangka pendek (2014
– 2019). Dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas Perindag, LLK Ende, BAPPEDA,
TP. PKK Kabupaten Ende, Dinas Pertanian dan
Peternakan, Dinas Kehutanan, BKP3.
(2) Peningkatan kuantitas industri rumah makan
yang bernuansa budaya lokal dan berdaya saing
global melalui pengembangan rumah makan yang
menyediakan makanan lokal khas Ende, peningkatan
kemudahan akses perijinan usaha rumah makan
masakan Ende, penerapan bangunan rumah makan
yang berarsitektur tradisional Ende yang akan
dilaksanakan dalam kurun waktu jangka pendek dan
jangka menengah (2014 – 2034) yang dikoordinir
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dins PU,
Kantor Satu Atap, BAPPEDA.
(3) Peningkatan kualitas industri rumah makan yang
bernuansa budaya lokal berdaya saing global
melalui upayapengembangan produk makanan yang
berbasis bahan pangan lokal, penyediaan proses
pengolahan makanan lokal sebagai atraksi wisata,
penyediaan kemasan makanan yang unik, menarik,
dan hygienis, penyusunan standarisasi rumah makan,
sosialisasi standarisasi rumah makan, peningkatan
kapasitas pengelola dan tenaga kerja rumah makan,

74
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

peningkatan pengawasan kualitas bahan pangan dan


pangan. Program ini dikoordinir Dinas kebudayaann
dan Pariwisata bekerjasama dengan BKP3, Dinas
Kelautan dan Perikanan, Dinas Kesehatan, BPOM, TP.
PKK Kabupaten Ende dan dilaksanakan dalam kurun
waktu lima tahun ke depan/jangka pendek (2014 –
2019).
5. Strategi mengembangkan industri kreatif berbasis potensi
lokal yang menunjang industripariwisata dijabarkan
dalam program – program sebagai berikut.
(1) Peningkatan kuantitas dan kualitas kerajinan tenun
ikat, anyaman, gerabah, tempurung, pandai besi
sebagai cenderamata yang berdaya saing melalui
peningkatan kapasitas pengrajin. Program ini
ditetapkan sebagai progam jangka pendek dan
jangka menengah (2014 – 2025), dikoordinir oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan Dinas Perindag, Dinas Koperasi, LLK Ende,
Dekranasda, TP. PKK Kabupaten Ende.
(2) Peningkatan nilai tambah kain tenun ikat menjadi
produk fashion melalui upaya pengembangan kain
tenun ikat menjadi fahion yang modis dan elegan.
Peningkatan kapasitas designer dan penjahit. Program
ini dikoordinir oleh Dinas perindag bekerjasama
dengan Dekranasda, BAPPEDA, TP. PKK Kabupaten
Ende, LLK Ende, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
yang dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun ke
depan/jangka pendek (2014 – 2019).
(3) Pengembangan permainan rakyat, cerita rakyat,
lagu, tari dan musik daerah setempat sebagai atraksi
seni yang berkualitas dan berbasiskan nilai budaya

75
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

lokal melalui upaya identifikasi dan inventarisasi


keanekaragaman permainan rakyat, cerita rakyat,
lagu, tari dan musik, penyusunan buku tentang
permainan rakyat Ende Lio, pembuatan komik cerita
rakyat Ende Lio, perekaman digital lagu, tari dan
musik Ende Lio, peningkatan kapasitas para pelaku
industri kreatif. Program ini merupakan program
jangka pendek dan jangka menengah (2014 –
2025) yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Dekranasda, Dewan Kesenian Daerah,
Dinas Perindag, Dinas PPO.

6. Mengembangkan jejaring (networking) antar industri


pariwisata yang dijabarkan dalam program – program
sebagai berikut.
(1) Pengembangan jejaring antar industri akomodasi
dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas
usaha.
(2) Pengembangan jejaring antar industri akomodasi
dalam upaya meningkatkan kerjasama promosi
pariwisata
(3) Pengembangan jejaring antar industri rumah makan
dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas
usaha.
(4) Pengembangan jejaring antar industri akomodasi
dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas
usaha.
(5) Pengembangan jejaring antar industri rumah makan
dalam upaya meningkatkan kerjasama promosi
pariwisata
(6) Pengembangan jejaring antar industri destinasi

76
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

pariwisata dalam upaya meningkatkan kuantitas dan


kualitas usaha.
(7) Pengembangan jejaring antar industri destinasi
pariwisata dalam upaya meningkatkan kerjasama
promosi pariwisata
(8) Pengembangan jejaring antar industri transportasi
darat dalam upaya meningkatkan kuantitas dan
kualitas usaha.
(9) Pengembangan jejaring antar industri transportasi
darat dalam upaya meningkatkan kerjasama promosi
pariwisata
(10) Pengembangan jejaring antar industri kreatif dalam
upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha.
(11) Pengembangan jejaring antar industri kreatif dalam
upaya meningkatkan kerjasama promosi pariwisata.
Program - program ini dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengan PHRI, HPI, ASITA,
TMO, DMO yang merupakan program jangka pendek
sampai dengan jangka panjang ( 2014 – 2034).

5.3 Rencana Pengembangan Pemasaran Pariwisata


Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara sesuai karakteristik
wisatawan dicapai melalui strategi meningkatkan penetrasi
pasar melalui pengoptimalan pasar aktual dan pasar potensial
yang dijabarkan dalam program sebagai berikut..
(1) Program pengembangan pasar aktual dan potensial
berdasarkan segmenting, targeting, dan positioning
diupayakan melalui upaya identifikasi pasar aktual
dan pasar potensial. Program ini merupakan program
jangka pendek (2014 – 2019) yang dilaksanakan

77
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

oleh Dinas kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama


dengan BKPMD.
(2) Program promosi destinasi unggulan kepada pasar
aktual dan potensial diupayakan melalui identifikasi
karakteristik kawasan pariwisata di mata wisatawan
nusantara dan mancanegara, identifikasi daya tarik
potensial yang belum mendapat penanganan promosi,
dan menyusun prioritas promosi daya tarik.Program
ini merupakan program jangka pendek (2014 –
2019) yang dilaksanakan oleh Dinas kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama dengan BKPMD.
Arah kebijakan pengembangan sistem pemasaran
yang integratif dicapai melalui pengembangan strategi
pemasaran integratif berbasis marketing mix (8P:
product, price, place, promotion, people, physical evidence,
partnership) dan inovatif dengan memanfaatkan berbagai
media pemasaran yang dijabarkan dalam program berikut.
(1) Pengembangan strategi pemasaran berbasis media
cetak diupayakan melalui pemanfaatan media
cetak pariwisata dalam mempromosikan destinasi,
pembuatan bahan cetak promosi pariwisata (brosur,
leaflet, guide book, peta). Dikoordinasikan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata sebagai program jangka
pendek (2014 – 2019).
(2) Pengembangan strategi pemasaran berbasis media
elektronik diupayakan melalui pemanfaatan media
elektronik untuk promosi pariwisata (Televisi, Radio,
Internet). Dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengan BAPPESITELDI
sebagai program jangka pendek (2014 – 2019).
Arah kebijakan peningkatan citra kawasan melalui

78
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

integrated branding secara berkelanjutan dicapai melalui strategi


meningkatkan citra kawasan sebagai destinasi wisata yang
berkualitas yang dijabarkan dalam program – program berikut
ini.
(1) Program pengembangan promosi dari mulut ke
mulut (positive words of mouth - WOM positif)
diupayakan melalui peningkatan kualitas pelayanan
yang membangun citra positif destinasi; merupakan
program jangka pendek (2014 – 2019) yang
dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama PHRI, HPI, ASITA, Taman
Nasional Kelimutu, Dinas Perhubungan, Bank.
(2) Peningkatan kesadaran sapta pesona bagi pelaku
pariwisata dan masyarakat (Empowering People to
Become Destination Ambassador) melalui penciptaan
iklim yang kondusif. Dikoordinasikan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
tokoh masyarakat, Dinas Perhubungan, Kepolisian,
Dinas Kesehatan, Kantor Pertamanan dan Kebersihan,
Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa.
(3) Pengembangan citra kawasan melalui special event
diupayakan melalui Pekan Pesta Danau Kelimutu
merupakan program jangka pendek (2014 – 2015)
yang dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama dengan BKPMD, Balai Taman
Nasional Kelimutu.
(4) Penyusunan branding pariwisata Ende melalui
kreasi slogan pariwisata. Dikoordinasikan oleh Dinas
Kebudayaan dan pariwisata sebagai program jangka
pendek (2014 – 2019).
(5) Implementasi branding pariwisata Ende melalui

79
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

sosialisasi branding pada berbagai event dan media


sebagai program jangka pendek (2014 – 2019) yang
dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Arah kebijakan penguatan dan pengembangan kemitraan
pemasaran pariwisata dicapai melalui strategi mengembangkan
pemasaran kawasan secara terpadu yang dijabarkan dalam
program – program sebagai berikut.
(1) Pengembangan kemitraan pemasaran (partnership)
diupayakan melalui pengembangan jejaring
promosi, pembentukan badan promosi bersama,
kerjasama promosi antara pemerintah daerah dan
industri pariwisata. Dikoordinasikan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
BKPMD, PHRI, ASITA, HPI sebagai program jangka
pendek dan jangka menengah (2014 – 2025).
(2) Pengembangan pemasaran Destinasi Flores terpadu
melalui kerjasama pemasaran dengan DMO Flores
dan Pemerintah Daerah se Flores sebagai program
jangka pendek dan jangka menengah (2014 – 2025)
yang dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata se Flores, DMO Flores.
(3) Pengembangan kemitraan pemasaran yang bersifat
holistik dan integratif antar pemangku kepentingan
di Kabupaten Ende melalui kerjasama pemasaran
dengan TMO, HPI, dan ASITA. Dikoordinasi oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
TMO, HPI, ASITA, BKPMD dan ditetapkan sebagai
program jangka pendek dan jangka menengah (2014
– 2025).
(4) Pengembangan paket wisata terintegrasi melalui

80
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

upaya pengembangan ekowisata dan desa wisata,


wisata bahari dan desa wisata pesisir, paket wisata
kota dan wisata MICE, wana wisata dengan trekking
merupakan program jangka pendek dan jangka
menengah (2014 – 2025) yang dikoordinasi oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan BPMPD, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Kehutanan, Balai Taman Nasional Kelimutu.

5.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan


Kepariwisataan
Arah kebijakan pengelolaan destinasi pariwisata terpadu
berbasis masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia
yang profesionaldicapai dengan strategi mengembangkan
kebijakan yang mendukung pengelolaan dan pengembangan
kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan sesuai
daya dukung (carrying capacity) yang dijabarkan dalam program
sebagai berikut.
(1) Penyusunan peraturan daerah yang mendukung
pengelolaan dan pengembangan kawasan pariwisata.
Ditetapkan sebagai program jangka pendek dan
jangka menengah (2014 – 2025) dikoordinasikan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan BAPPEDA, Bagian Hukum.
(2) Peningkatan kompetensi sumber daya manusia
pariwisata merupakan program jangka pendek
(2014 – 2019), dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengan Dinas Perindag,
Dekranasda, Dinas Koperasi, lembaga – lembaga
swasta penyelenggara pelatihan yang kredibel.
Arah kebijakanOptimasi Kebijakan Pengembangan

81
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

Kawasan Ende -Kelimutu dan sekitarnya serta kawasan lainnya


sebagai destinasi pariwisata unggulan yang berkelanjutan dicapai
dengan strategi:
1. Strategi menerapkan peraturan perundangan-undangan
dan aturan lokal secara konsisten untuk mendukung
pengelolaan dan pengembangan kawasan pariwisata yang
dijabarkan dalam program:
(1) pemberian sanksi terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan, Pemberian penghargaan
kepada yang patuh terhadap peraturan perundang-
undangan. Ditetapkan sebagai program jangka
pendek dan jangka menengah (2014 – 2025) yang
dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
bekerjasama Bagian Hukum, Pemerintah Kecamatan
dan Pemerintah Kelurahan dan Desa.
2. Strategi menguatkan kelembagaan pengelolaan kawasan
pariwisata dengan melibatkan para pemangku kepentingan
(stakeholder) yang dijabarkan dalam program:
(1) peningkatan kompetensi pengelola kawasan
pariwisata.
(2) peningkatan kompetensi pengelola destinasi
pariwisata.
(3) peningkatan kompetensi masyarakat di destinasi
pariwisata.
Ketiga program ini merupakan program jangka pendek,
jangka menengah dan program jangka panjang (2014
– 2034) yang dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama Dinas PU, Dinas Perhubungan,
PDAM, Dinas Kesehatan, Dinas Perindag, LLK, Dekranasda,
Dinas PPO, Dinas Koperasi, Badan Penaggulangan Bencana
Daerah, Dewan Kesenian Daerah, Dinas Pertanian

82
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dan Peternakan, Dinas kelautan dan Perikanan, Dinas


Kehutanan dan Perkebunan, Lembaga Pendidikan Tinggi
Universitas Flores dan STPM, Balai Taman Nasional
Kelimutu, DMO Flores, HPI, ASITA, PHRI, BAPPESITELDI,
Tim SAR.
3. Strategi menguatkan peran masyarakat adat setempat
dalam pengendalian pengalihan hak kepemilikan lahan
secara persuasif dijabarkan dalam program:
(1) peningkatan kapasitas masyarakat lokal tentang
hak kepemilikan tanah dalam pengembangan
kepariwisataan melalui upaya sosialisasi dan
penyuluhan tentang peran masyarakat lokal sebagai
tuan rumah dan aktor utama dalam pengembangan
kepariwisataan merupakan program jangka pendek
(2014 – 2019) yang dikoordinasi oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan
BPMPD, BKPMD, Mosalaki.
4. Strategi mengembangkan kebijakan pengelolaan
keamanan dan kenyamanan destinasi secara terpadu yang
dijabarkan dalam program:
(1) peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga
keamanan destinasi melalui upaya sosialisasi dan
penyuluhansadar wisata, serta kampanye sapta
pesona; merupakan program jangka pendek (2014
– 2019) dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan
Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Kelautan dan Perikanan, Kantor Pertamanan dan
Kebersihan, Kepolisian, Dinas PU, BAPPEDA.
5. Strategi membentuk dan menguatkan lembaga/badan
pengelola destinasi kawasan yang melibatkan segenap

83
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) yang


dijabarkan dalam program:
(1) pemberdayaan lembaga dan organisasi
kepariwisataan (DMO, TMO, PHRI, HPI, ASITA, Desa
Wisata, Kelompok Sadar Wisata); merupakan program
jangka pendek (2014 – 2019) yang dikoordinasi
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan BPMPD, Lembaga NGO Swisscontact Wisata.
(2) pembentukan lembaga kepariwisatan seperti
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI),
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Gabungan
Usaha Wisata Bahari (Gahawisri), Jaringan Ekowisata
Daerah; merupakan program jangka menengah dan
jangka panjang (2019 – 2034) yang dikoordinasi
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama
dengan lembaga kepariwisataan yang lebih tinggi.
(3) peningkatan kuantitas dan kualitas SDM industri
pariwisata yang memenuhi standar kompetensi
nasional dan mempersiapkan diri menuju persaingan
global merupakan program jangka pendek (2014
– 2019) yang dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata bekerjasama dengan lembaga yang
mengatur standarisasi sumber daya manusia industri
pariwisata.
(4) peningkatkan koordinasi dan kinerja lintas sektoral
antar instansi pemerintah dalam mendukung
kepariwisataan sebagai program jangka pendek (2014
– 2019) yang dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata.
6. Strategi menguatkan akses daerah pada pemanfaatan
sumber-sumber ekonomi dalam pengelolaan daerah

84
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

otorita kepariwisataan yang dijabarkan dalam program:


(1) koordinasi antar instansi terkait pengelolaan daerah
otorita kepariwisataan merupakan program jangka
pendek dan jangka menengah (2014 – 2025) yang
dikoordinasi oleh Dinas kebudayaan dan Pariwisata
bekerjasama dengan BKPMD.
Arah kebijakanPenataan dan Pengendalian
Pengembangan Usaha Pariwisata di Kawasan untuk
Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif yang dicapai
dengan strategi Menciptakan iklim usaha yang kondusif
bagi industri pariwisata dan dijabarkan dalam program:
(1) peningkatan peran instansi pemerintah dan lembaga
keuangan dalam mendukung pengembangan industri
pariwisata berkelanjutan;
(2) pengendalian investasi akomodasi berskala
menengah dan besar melalui penetapan peraturan
yang mengikat.
Kedua program ini merupakan progam jangka
pendek dan jangka menengah (2014 – 2025) yang
dikoordinasi oleh Dinas kebudayaan dan Pariwisata
bekerjasama dengan BKPMD, BAPPEDA.

85
86
BAB VI
PENUTUP

R
encana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah
(RIPPARDA) Kabupaten Ende ini merupakan dokumen
perencanaan kepariwisataan yang disusun secara
komprehensif dengan melihat kondisi kepariwisataan Ende
terkini, dan hasil analisis serta uraiannya memberikan butir-butir
penutup sebagai berikut.

6.1 Filosofi Pengembangan Kepariwisataan


Dimensi filosofi pengembangan kepariwisataan, baik
pengembangan yang berinspirasikan fenomena kemajuan
kepariwisataan lingkup mondial-global maupun pengembangan
yang berbasiskan sumber daya kearifan lokal-nasional, dipadukan
secara berimbang, harmonis, dan proporsional. Fondasi
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
sumber daya modal sosial, dan modal budaya berbasis dan
bersumber lokal diramu secara utuh, berjati diri, proporsional,
dan prospektif, seyogyanya menjadi landasan pengembangan yang
paling utama. Bertolak dari filosofi pembangunan kepariwisataan
yang diuraikan di atas, niscaya ungkapan metaforik masyarakat
Ende-Lio: Menge-Jonge, Ngeru-Ngore ‘Harum-Memikat, Busuk-
Menjauhkan” yang sarat dengan makna dan nilai kondisionalitas
itu secara sosiokultural layak dirujuk, diberdayakan, dan
dikembangkan secara kreatif dan kontekstual kepariwisataan.
Ende yang Menge Jonge“harum mewangi yang memikat hati
siapapun sehingga berulangkali datang melawatinya” adalah
konsep budaya dan kearifan lokal yang sangat penting. Modal

87
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

budaya penting, tidaklah hanya menyangkut pencitraan atau image


dalam konteks sosial-kepariwisataan khususnya. Konsep menge
‘keharuman’ mengandung makna konotatif yang sangat luas dan
dalam. Menge “keharuman” manusia dan masyarakat Ende-Lio
yang adalah produk dan prestasi kebudayaan dan keadabannya,
menjadi daya tarik dan daya pikat setiap insani wisatawan
dari luar untuk menikmati wilayah ini secara bergantian dan
berkelanjutan sebagaimana tersirat di balik ungkapan Jonge. Daya
tarik dan daya pikat dalam kemasan metafora Menge, tidaklah
juga hanya produk dan atrakasi alam Danau Triwarna Kelimutu,
melainkan juga keunikan alamnya yang belum tersingkap dan
belum dikemas, di sisi keunikan sumber daya kebudayaan dalam
pelbagai aspeknya.

6.2 Destinasi Wisata


Sebagai salah satu aspek pengembangan pariwisata
daerah, destinasi wisata Kabupaten Ende memiliki atraksi wisata,
aksesibilitas, dan amenitas yang merupakan tiga aspek penting
dari suatu destinasi wisata.
A. Atraksi
Daya tarik wisata di Kabupaten Ende terdiri atasdaya
tarik wisata alam, budaya, dan buatan. Daya tarik wisata alam
yang populer adalah Danau Tiga Warna Kelimutu yang menjadi
salah satu ikon pariwisata Flores. Selain itu, daratan dan perairan
Kabuaten Ende juga menyimpan keindahan dan tantangan.
Seperti wilayah lain di Flores, topografi wilayah ini berlembah,
memiliki dataran, dan bergunung-gunung menjadikan Ende kaya
akan potensi wisata alam seperti air terjun, sumber air panas, gas
alam, danau, laut, sungai yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai daya tarik wisata.
Keindahan alam Kabupaten Ende ditunjang oleh ke­

88
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

aneragaman budaya yang masih asli. Adat istiadat dan pertunjukan


seni budaya tradisional masih menjadi praktik hidup masyarakat
setempat. Di samping itu, peninggalan sejarah berupa artefak,
arsitektur tradisional, dan kerajinan tenun ikat hingga kini masih
dipertahankan keberadaannya. Alam, masyarakat, dan budaya
di Kabupaten Ende merupakan sumber daya potensial untuk
dikembangkan menjadi daya tarik wisata.

B. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju ke Kabupaten Ende bisa melalui
darat, laut dan udara. Namun, prasarana dan sarana yang
menunjang akses wisatawan ke berbagai daya tarik wisata masih
belum memadai. Dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh
untuk meningkatkan kualitas berbagai fasilitas aksesibilitas
darat, laut, dan udara. Upaya itu dilakukan melalui peningkatan
sistem pelayanan transportasi publik di destinasi, pengembangan
sarana dan prasarana transportasi umum, peningkatan kualitas
pelayanan transportasi umum, penataan sistem transportasi
publik yang selam ini juga menjadi angkutan bagi wisatawan.

C. Amenitas
Amenitas wisata meliputi akomodasi, rumah makan atau
restoran, toko souvenir, pusat informasi pariwisata, serta fasilitas
lain seperti biro perjalanan wisata, pemandu, dan pendukung
lain seperti prasarana umum dan fasilitas umum. Secara umum,
amenitas wisata di Kabupaten Ende belum memadai baik dari
aspek ketersediaan maupun kualitas pelayanannya. Seiring dengan
peningkatan perkembangan kepariwisataan di Flores umumnya,
dan Ende pada khususnya, maka diperlukan upaya peningkatan
ketersediaan dan kualitas amenitas wisata di Kabupaten Ende.
Upaya yang dilakukan adalah pengembangan prasarana umum

89
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

dan fasilitas umum, serta pengembangan fasilitas pariwisata.

6.3 Industri Pariwisata


Perkembangan Industri pariwisata di Kabupaten Ende
berjalan seiring perkembangan kepariwisataan Flores. Secara
umum perkembangannya terjadi secara natural dan kultural
sebagai wujud reaktif dan kreatif terhadap pemenuhan kebutuhan
wisatawan. Hal ini tampak pada usaha-usaha pariwisata yang
dijalankan oleh masyarakat lokal di Moni dengan menyediakan
sejumlah kamar di tempat tinggalnya sebagai jasa akomodasi
yang kemudian berkembang sebagai homestay.Demikian juga
dengan usaha jasa transportasi yang dikelola oleh masyarakat
seperti mobil rental.
Secara umum, struktur Industri Pariwisata, daya saing
produk pariwisata, kemitraan usaha pariwisata, kredibilitas
bisnis, dan tanggung jawab terhadap lingkungan belum terpola
secara sistematis. Oleh karena itu, pengembangan industri
pariwisata di Kabupaten Ende dilakukan melalui penataan usaha
pariwisata untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan
peningkatan kualitas usaha yang berdaya saing, berkelanjut­an,
dan berwawasan budaya lokal.

6.4 Pemasaran Pariwisata


Pemasaran Pariwisata Kabupaten Ende belum dilakukan
secara sistematik dan terpadu baik dalam upaya menciptakan,
mengomunikasikan, menyampaikan, dan menyebarluaskan
produk-produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan.
Akibatnya, pemasaran pariwisata Kabupaten Ende dilakukan
tanpa dukungan kerjasama pemasaran antara stakeholder
pariwisata. Oleh karena itu, upaya pengembangan pemasaran
yang sistemik dan terpadu perlu dlakukan. Dengan demikian

90
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

kebijakan pengembangan pemasaran pariwista Kabupaten Ende


dilakukan melalui upaya pengembangan sistem pemasaran yang
integratif dan inovatif, optimasi pasar wisatawan mancanegara
dan wisatawan nusantara, dan peningkatan keberagaman produk
dan citra positif kawasan.

6.5 Kelembagaan Kepariwisataan


Kelembagaan kepariwisataan di Kabupaten Ende belum
sepenuhnya mendukung pengelolaan dan penyelenggaraan
kegiatan kepariwisataan di destinasi pariwisata. Demikian pula
Organsisasi kepariwisaaan baik pemerintah maupun swasta
belum didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
manajemen yang efektif dan efisien. Kondisi ini menyebabkan
kulitas pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata
juga belum memadai.
Oleh karena itu, penataan kelembagaan kepariwisataan
di Kabupaten Ende diarahkan untuk pengembangan destinasi
pariwisata yang unggul dan berdaya saing. Di samping itu
pengembangnnay pun diarhkan untukmenjadikan industri
pariwisata yang didukung lembaga pariwisata sebagai motor
penggerak perekonomian demi kesejahteraan masyarakat,
pelestarian budaya dan lingkungan.

6.6 Faktor Pendukung Lainnya


Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Ende perlu
memperhatikan beberapa hal penting berikut ini.
• Mendorong diterbitkannya Perda yang berkaitan dengan
kepariwisataan, misalnya Perda tentang RIPPARDA.
• Melakukan upaya sinkronisasi dengan aturan lainnya,
misalnya RTRW, RDTRK, dan rencana sektoral lainnya.
• Regulasi pengembangan usaha jasa wisata, dokumen yang

91
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

terkait dengan sanitasi, drainase, air bersih, sampah, dan


limbah.
• Perpajakan di sektor jasa pariwisata.
• Masyarakat yang mampu mempertahankan nilai-nilai
kelokalan, seperti keramahan tradsional (hospitalitas),
bangunan tradisional, dan sistem perladangan
tradisional.

92
DAFTAR PUSTAKA

Apsari, Luh Oka Puji. 2005.”Studi Pengelolaan Obyek Wisata alam


Bukit Jambul Secara berkelanjutan di Desa Pesaban, Kecamatan
rending, Kabupaten Karangasem”(tesis).Denpasar: Universitas
Udayana.

Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar:


Pustaka Larasan.

Arsana, I Ketut. 2010. “Strategi Pengembangan Kawasan Masceti Sebagai


Daya Tarik Wisata Alam Berbasis Masyarakat di Desa Medahan
Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar” (Tesis). Denpasar:
Universitas Udayana

Bendesa, I Gede. 2003. “Kumpulan Materi Mata Kuliah Pariwisata


Berkelanjutan”. Denpasar: Universitas Udayana.

Da Costa Fernandes, Rogerio.2012.” Pengembangan Pariwisata di


Gunung Tatamailau, Desa Nunomgue, Kecamatan Hatubuilico,
Kabupaten Ainaro, Timor Leste (tesis). Denpasar: Universitas
Udayana.

Damanik, Janianton., dan Weber, Helmut. F., (2006). Perencanaan


Ekowisata. Yogyakarta.

Madiun, I Nyoman. 2010. Nusa Dua – Model Pengembangan Kawasan


Wisata Modern. Denpasar. Udayana University Press.
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Marjaya, I Made. 2010. “Tri Hita Karana A Conception in Conducting
Balinese Arts” (Paper).

Munandar, Agus. 2005. Istana Dewa Pulau Dewata: Makna Puri Bali
Abad ke-14-19. Depok: Komunitas Bambu.

Natalie, K. and Wendy, C. 2010. Atauro Island Investment Prospectus.


Timor-Leste. Indigo-Atauro Friendship Group.

93
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

Paturusi, Syamsul Alam, 2008. Perencanaan Kawasan Pariwisata.


Denpasar. Udayana Univesity Pers.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Kepariwisataan Budaya Bali.

Picard, Michel. 2006. “Bali Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata”.


Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:
Andi.
Pitana, I. Gede. 2000. “Cultural Tourism in Bali: A Critical Appreciation”.
Denpasar: Research Center for Culture and Tourism, University
of Udayana.

Prentice, Richard. 1993. Tourism and Heritage Attractions. 11 New Fetter


Lane, London EC4P 4EE: Routledge.

Putra, I Nyoman Darma. 2012. Ida Bagus Kompiang dan Anak Agung
Mirah Astuti Kompiang; Pasangan Pionir Pariwisata Bali.
Denpasar: Jagat Press.
Putra, I Nyoman Darma. 2014. Mewujudkan Impian melalui Pariwisata,
Hadi Taryoto (biografi). Denpasar: Pustaka Larasan.

Rero, Laurensius sandro 2011,Strategi pengembangan daya tarik wisata


spiritual di kota Larantuka, Kabupaten Flores Timor Provinsi
Nusa Tenggara Timor

Universitas Udayana

Soemarwoto, O. 2001. Paradigma baru Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Yogyakarta Gadja Mada University Suansri, P. 2003. Community
Based Tourism. Bangkok, Thailand : Responsible Ecological Social
Tours Project (REST).

Surya Wirawan, Gede Putu. 2009. Pengembangan Daya Tarik Wisata


Bahari secara Berkelanjutan di Nusa Lembongan Kabupaten
Klungkung,” (tesis). Universitas Udayana Suteja, Mertha. 2012.
Tri Hita Karana and World Peace, Bali Hinduism Philosophy of Life.
Surabaya: Paramita.

94
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende

Swarbrooke, John. 2002. The Development and Management of Visitor


Attractions. Oxford: Butterworth-Heinemann, Reed Educational
and Professional Publishing.

Timothy and Nyaupane. 2009. Cultural Heritage and Tourism in the


Developing World: A regional perspective. New York: Routledge –
edition published in the Taylor and Francis e-Library.

95
96

Anda mungkin juga menyukai