Anda di halaman 1dari 98

TABEL PERSANDINGAN

RANPERDA TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2021– 2041
SEBELUM DAN SETELAH RAPAT KOORDINASI LINTAS SEKTOR KEMENTERIAN/LEMBAGA

RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
NOMOR : .........TAHUN 2019 NOMOR : .........TAHUN 2021
TENTANG TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2020-2040 TAHUN 2021-2041
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI DELI SERDANG BUPATI DELI SERDANG

Menimbang: Menimbang:
a. bahwa untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di Kabupaten a. bahwa untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di Kabupaten Deli
Deli Serdang secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, Serdang secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna,
berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan serta dalam rangka berbudaya dan berkelanjutan serta dalam rangka meningkatkan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar
antarsektor, wilayah, dan antarpelaku pembangunan dalam sektor, wilayah, dan antar pelaku pembangunan dalam pemanfaatan
pemanfaatan ruang; ruang;

c. bahwa dalam rangka penerapan desentralisasi dan otonomi c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (7) Undang-
daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka perlu
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengenai dilakukan penjabaran ke dalam rencana tata ruang wilayah
kewenangan pelaksanaan pembangunan termasuk pelaksanaan Kabupaten;
perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota berada pada
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota; d. bahwa dalam rangka penerapan desentralisasi dan otonomi daerah
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
d. bahwa untuk menyesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah tentang Pemerintahan Daerah, mengenai kewenangan pelaksanaan
nasional sebagaimana diatur dalam Undang–Undang Nomor 26 pembangunan termasuk pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah
Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 kabupaten/kota berada pada Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; Kota;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam
dalam huruf a, b, c dan d, perlu ditetapkan Peraturan Daerah huruf a, b, c dan d, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli
Kabupaten Deli Serdang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Serdang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli SerdangTahun 2019-2039. Tahun 2021-2041.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Mengingat : Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Tahun 1945; 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Tahun 1945;

2. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang 2. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58); 1956 Nomor 58);

3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan 3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
2003 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Indonesia Nomor 4346); 4346);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6398); Republik Indonesia Nomor 6398);

6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua 6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
Indonesia Nomor 5679);
7. Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
7. Peraturan PemerintahNomor 15 tahun 2010 tentang Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245)
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 15 Tambahan Lembaran Negara 8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Republik Indonesia Nomor 1503); Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 15 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk 1503);
dan Tata Cara PeranMasyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, 9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
Peta Rencana Tata Ruang (Lembaga Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Indonesia Nomor 5393); Rencana Tata Ruang (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2011 Nomor 5393);
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai,
Deli Serdang, dan Karo (Lembaran Negara Republik Indonesia 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2011 tentang
Tahun 2011 Nomor 138); Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang,
dan Karo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
11. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata 138);
Ruang Pulau Sumatera (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 13); 12. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Sumatera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan 2012 Nomor 13);
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara 13. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, tambahan Lembaran Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Negara Republik Indonesia Nomor 6042); Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 77, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
13. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Nomor 6042);
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kabupaten 14. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
dan Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
394); Tata Ruang Wilayah Provinsi Kabupaten dan Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 394);
14. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera 15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2017
Utara2017-2037 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara 2017-
Tahun 2017 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi 2037 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 Nomor
Sumatera Utara Nomor 33);dan 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor
33);dan
15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2019
tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 16. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2019
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019-2039, (Lembaran Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 Nomor 4). Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019-2039, (Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 Nomor 4).

Dengan Persetujuan Bersama Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
SERDANG dan
dan BUPATI DELI SERDANG
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

BUPATI DELI SERDANG MEMUTUSKAN :


MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
Menetapkan :PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH DELI SERDANG TAHUN 2021- 2041
KABUPATEN DELI SERDANGTAHUN 2020- 2040

BAB I BAB I
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Pengertian Pengertian
Pasal 1 Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Kabupaten adalah Kabupaten Deli Serdang. 1. Kabupaten adalah Kabupaten Deli Serdang.

2. Bupati adalah Bupati Deli Serdang. 2. Bupati adalah Bupati Deli Serdang.

3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara 3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan 4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
pemerintahan di bidang penataan ruang. di bidang penataan ruang.

5. Pemerintah Pusat adalah selanjutnya disebut Pemerintah 5. Pemerintah Pusat adalah selanjutnya disebut Pemerintah adalah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud
sebagaimana yang dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai
6. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah unsur penyelenggara pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Provinsi
Sumatera Utara. 7. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Deli Serdang
7. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Deli 8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
Serdang adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat 9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
Deli Serdang. tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,dan
memelihara kelangsungan kehidupannya.
9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu 10. Tata ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, direncanakan maupun tidak
melakukan kegiatan,dan memelihara kelangsungan
kehidupannya. 11. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Tata ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan
ruang baik direncanakan maupun tidak 12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

11. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, 13. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
14. Struktur ruang adalah susunan pusat permukiman dan sistem
13. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif hubungan fungsional.
dan/atau aspek fungsional.
15. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
14. Struktur ruang adalah susunan pusatpermukiman dan yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional. 16. Kawasan peruntukan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
15. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 17. Kawasan peruntukan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
16. Kawasan peruntukan lindung adalah wilayah yang ditetapkan potensi sumber daya alam , sumber daya manusia, dan sumber daya
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan buatan.
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. 18. Kawasan permukiman perdesaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam
17. Kawasan peruntukan budi daya adalah kawasan yang dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam , sumber daya kegiatan ekonomi.
manusia, dan sumber daya buatan.
19. Kawasan permukiman perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
18. Kawasan permukiman perdesaan adalah wilayah yang kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa ekonomi.
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
20. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
19. Kawasan permukiman perkotaan adalah wilayah yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
21. Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah provinsi yang
20. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat sangat penting dalam lingkup provinsi, baik di bidang ekonomi, sosial,
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, budaya, dan/atau lingkungan.
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan 22. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan-
sebagai warisan dunia. ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
21. Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah lingkungan.
provinsi yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi, 23. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang ditetapkan
baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan
lingkungan. keamanan, yang terdiri dari kawasan latihan militer, kawasan
pangkalan TNI Angkatan Udara, kawasan pangkalan TNI Angkatan
22. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan- Laut, dan kawasan militer lainnya.
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, 24. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai
budaya, dan/atau lingkungan. fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
23. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
ditetapkan dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan
pertahanan dan keamanan, yang terdiri dari kawasan latihan 25. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah
militer, kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara, kawasan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
pangkalan TNI Angkatan Laut, dan kawasan militer lainnya. Internasional, Nasional atau beberapa Provinsi.

24. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang 26. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah atau beberapa kecamatan.
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah. 27. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
25. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN skala kecamatan atau beberapa desa.
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala Internasional, Nasional atau beberapa 28. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah
Provinsi. kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
desa.
26. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan 29. Kawasan pertanian adalah kawasan budidaya yang dialokasikan dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

skala kabupaten atau beberapa kecamatan. memenuhi kriteria untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan/atau peternakan.
27. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK
adalah adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk 30. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai,
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
28. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL fungsi sungai.
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala desa. 31. Sempadan mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk kelestarian fungsi mata air.
29. Kawasan pertanian adalah kawasan budidaya yang
dialokasikan dan memenuhi kriteria untuk budidaya 32. Kawasan ekosistem mangrove adalah kawasan pesisir laut yang
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi
peternakan. perlindungan kepada kehidupan pantai dan laut.

30. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang 33. Kawasan pelestarian alam selanjutnya disingkat KPA adalah kawasan
lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang
minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
arah darat. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
31. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan ekosistemnya.
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan 34. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
kelestarian fungsi sungai. dibangun atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

32. Sempadan mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang 35. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air
mempunyai manfaat penting untuk kelestarian fungsi mata dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau
air. kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu)
kilometer persegi.
33. Kawasan ekosistem mangrove adalah kawasan pesisir laut
yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi 36. Daerah irigasi yang selanjutnya disingkat dengan DI adalah kesatuan
memberi perlindungan kepada kehidupan pantai dan laut. wilayah atau hamparan tanah yang mendapatkan air dari satu
jaringan irigasi terdiri dari areal (hamparan tanah yang akan diberi
34. Kawasan pelestarian alam selanjutnya disingkat KPA adalah air), bangunan utama jaringan irigasi (saluran dan bangunannya).
kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun
di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan 37. Kawsan lindung geologi adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman utama melindungi kelestarian gejala geologi yang mencakup Kawasan
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari Cagar Alam Geologi (KCAG), kawasan rawan bencana alam geologi,
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

35. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu 38. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut dengan SPAM
yang dibangun atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan adalah satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

pariwisata. 39. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disingkat IPAL
adalah sistem yang berfungsi untuk mengolah air limbah yang
36. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan dikumpulkan melalui sistem perpipaan.
sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau 40. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA merupakan
sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer persegi. tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaan
sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/
37. Daerah irigasi yang selanjutnya disingkat dengan DI adalah pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
kesatuan wilayah atau hamparan tanah yang mendapatkan
air dari satu jaringan irigasi terdiri dari areal (hamparan 41. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST
tanah yang akan diberi air), bangunan utama jaringan irigasi adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
(saluran dan bangunannya). penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah.
38. Kawsan lindung geologi adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian gejala geologi 42. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
yang mencakup Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG), masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang nonpemerintah lain dalam penataan ruang.
memberikan perlindungan terhadap air tanah.
43. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
39. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
dengan SPAM adalah satu kesatuan sarana dan prasarana pemanfaatan ruang.
penyediaan air minum.
44. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat
40. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disingkat TKPRD adalah tim ad hoc yang dibentuk untuk mendukung
IPAL adalah sistem yang berfungsi untuk mengolah air pelaksanaan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
limbah yang dikumpulkan melalui sistem perpipaan. Ruang di daerah provinsi dan di daerah kabupaten/kota, dan
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas gubernur dan
41. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA bupati/walikota dalam pelaksanaan koordinasi penataan ruang di
merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir daerah.
dalam pengelolaan sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan.

42. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya


disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran
ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

43. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang


termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau
pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penataan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

ruang.

44. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam


perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

45. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya


disingkat TKPRD adalah tim ad hoc yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan Undang Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang di daerah provinsi dan di
daerah kabupaten/kota, dan mempunyai fungsi membantu
pelaksanaan tugas gubernur dan bupati/walikota dalam
pelaksanaan koordinasi penataan ruang di daerah.

Bagian Kedua Bagian Kedua


Peran dan Fungsi Peran dan Fungsi
Pasal 2 Pasal 2
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : Peran dan fungsi RTRW sebagai :
a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Menengah Daerah (RPJMD); Daerah (RPJMD);
b. acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah b. acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten;
kabupaten; c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam
c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten
wilayah kabupaten d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten; e. pedoman untuk penyusunan rencana tata ruang di wilayah
e. pedoman penyusunan rencana tata ruang di wilayah kabupaten;
kabupaten; f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/
f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/ pengembangan wilayah kabupaten; dan
pengembangan wilayah kabupaten; dan g. acuan dalam administrasi pertanahan.
g. acuan dalam administrasi pertanahan.
BAB II BAB II Direktur Toponimi dan Batas
LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN Daerah, Ditjen Bina Administrasi
Pasal 3 Pasal 3 Kewilayahan, Kementerian Dalam
(1) Wilayah administrasi kabupaten yang mencakup wilayah (1) Wilayah administrasi kabupaten yang mencakup wilayah daratan, laut, Negeri
daratan, laut, ruang dalam bumi serta ruang udara dengan ruang dalam bumi serta ruang udara dengan luas lebih kurang
luas lebih kurang 275.634 Ha (dua ratus lima puluh tujuh ribu 275.634 (dua ratus tujuh puluh lima enam ratus tiga puluh empat) Masukan:
enam ratus tiga puluh empat) hektar berada pada koordinat 3° hektar berada pada koordinat 3° 15’ sampai dengan 3° 40’ Lintang 1. Terkait Batas Wilayah meliputi:
15’ sampai dengan 3° 40’ Lintang Utara dan 98° 30’ sampai Utara dan 98° 30’ sampai dengan 98° 58’ Bujur Timur. − Deli Serdang berbatasan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

dengan 98° 58’ Bujur Timur. (2) Batas-batas wilayah kabupaten, meliputi; dengan 5 kabupaten kota,
(2) Batas-batas wilayah kabupaten, meliputi; a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat − Deli Serdang dengan Serdang
a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Malaka; Bedagai sudah Permendagri
Selat Malaka; b. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten tahun 2007 no. 29
b. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun; − Deli Serdang dengan Binjai
Kabupaten Simalungun; c. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat, Kota Binjai, sudah Permendagri no. 47
c.sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat, Kota dan Kabupaten Karo; tahun 2014,
Binjai, dan Kabupaten Karo; d. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai; dan − Deli Serdang dengan Langkat
d. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang e. mengelilingi Kota Medan. sudah Permendagri no. 49
Bedagai; dan (3) Lingkup wilayah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), meliputi: tahun 2014,
e.mengelilingi Kota Medan; a. Kecamatan Gunung Meriah; − Deli Serdang dengan Kota
(3) Lingkup wilayah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), b. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; Medan dan Simalungun
meliputi: c. Kecamatan Sibolangit; belum penegasan, masih
a. Kecamatan Gunung Meriah; d. Kecamatan Kutalimbaru; dalam tahap fasilitasi
b. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; e. Kecamatan Pancur Batu; permendagri
c. Kecamatan Sibolangit; f. Kecamatan Namorambe; 2. Penyesuaian penamaan kode dan
d. Kecamatan Kutalimbaru; g. Kecamatan Sibiru-biru; data wilayah penamaan Kecamatan
e. Kecamatan Pancur Batu; h. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; Sibiru-biru menjadi Kecamatan
f. Kecamatan Namorambe; i. Kecamatan Bangun Purba; Sibiru-biru berdasarkan
g. Kecamatan Sibiru-biru; j. Kecamatan Galang; Permendagri no. 72 tahun 2019
h. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; k. Kecamatan Tanjung Morawa; tentang Kode Dan Data Wilayah
i. Kecamatan Bangun Purba; l. Kecamatan Patumbak; Administrasi Pemerintahan
j. Kecamatan Galang; m. Kecamatan Deli Tua;
k. Kecamatan Tanjung Morawa; n. Kecamatan Sunggal; Tanggapan:
l. Kecamatan Patumbak; o. Kecamatan Hamparan Perak; 1. Batas adminitrasi dengan
m. Kecamatan Deli Tua; p. Kecamatan Labuhan Deli; Kabupaten/kota bersebelahan
n. Kecamatan Sunggal; q. Kecamatan Percut Sei Tuan; sudah sesuai
o. Kecamatan Hamparan Perak; r. Kecamatan Batang Kuis; 2. Telah diakomodir
p. Kecamatan Labuhan Deli; s. Kecamatan Pantai Labu;
q. Kecamatan Percut Sei Tuan; t. Kecamatan Beringin;
r. Kecamatan Batang Kuis; u. Kecamatan Lubuk Pakam; dan
s. Kecamatan Pantai Labu; v. Kecamatan Pagar Merbau.
t. Kecamatan Beringin;
u. Kecamatan Lubuk Pakam; dan
v. Kecamatan Pagar Merbau.

Pasal 4 Pasal 4
Muatan RTRW Kabupaten ini meliputi: Muatan RTRW Kabupaten ini meliputi:
a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
kabupaten; b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten; c. rencana pola ruang wilayah kabupaten;
c. rencana pola ruang wilayah kabupaten; d. penetapan kawasan strategis kabupaten;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

d. penetapan kawasan strategis kabupaten; e. ketentuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

BAB III BAB III


TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang Tujuan Penataan Ruang
Pasal 5 Pasal 5
Mewujudkan penataan ruang wilayah Kabupaten Deli Serdang Mewujudkan penataan ruang wilayah Kabupaten Deli Serdang berbasis
berbasis sektor industri dan perdagangan dan jasa melalui sektor industri dan perdagangan dan jasa melalui peningkatan
peningkatan infrastruktur untuk tercapainya penataan ruang yang infrastruktur untuk tercapainya penataan ruang yang aman, nyaman,
aman, nyaman, sejahtera, merata berdaya saing dan berwawasan sejahtera, merata berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
lingkungan.

Bagian Kedua Bagian Kedua


Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Pasal 6 Pasal 6
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai Kebijakan penataan ruang Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:
berikut: a. Pemeliharaan dan pelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan
a. Pemeliharaan dan pelestarian fungsi dan daya dukung hidup;
lingkungan hidup; b. Pengembangan pusat-pusat pelayanan wilayah secara merata sesuai
b. Pengembangan pusat-pusat pelayanan wilayah secara merata dengan daya dukung dan potensinya;
sesuai dengan daya dukung dan potensinya; c. Penyediaan sarana dan prasarana wilayah yang berkualitas dan
c. Penyediaan sarana dan prasarana wilayah yang berkualitas dan merata, guna meningkatkan perekonomian wilayah;
merata, guna meningkatkan perekonomian wilayah; d. Peningkatan luas dan produksi sektor-sektor unggulan yang produktif,
d. Peningkatan luas dan produksi sektor-sektor unggulan yang efesien dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional;
produktif, efesien dan mampu bersaing dalam perekonomian e. Pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, seimbang dan
nasional; berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan
e. Pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, seimbang dan f. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
dan
f. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.

Pasal 7 Pasal 7
Strategi penataan ruang Kabupaten Deli Serdang meliputi : Strategi penataan ruang Kabupaten Deli Serdang meliputi :

(1) Strategi untuk melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan (1) Strategi untuk melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan pelestraian
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

pelestraian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi; fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:

a. nenetapkan dan menjaga serta mempertahankan luasan a. menetapkan dan menjaga serta mempertahankan luasan kawasan
kawasan lindung; lindung;
b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
lindung yang telah menurun akibat pengembangan telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam
kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; wilayah;
c. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara c. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan kerusakan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup;
lingkungan hidup; d. mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang yang berpotensi
d. mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang yang mengganggu dan merubah fungsi kawasan lindung;
berpotensi mengganggu dan merubah fungsi kawasan e. mencegah dan menghindari kegiatan budidaya terbangun pada
lindung; kawasan rawan bencana;
e. mencegah dan menghindari kegiatan budidaya terbangun f. mewujudkan RTH kawasan Perkotaan dengan luas paling sedikit
pada kawasan rawan bencana; 20% untuk RTH publik dan 10% untuk RTH privat.
f. merehabilitasi fungsi kawasan lindung yang menurun g. merehabilitasi fungsi kawasan lindung yang menurun akibat
akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di
dalam dan di sekitar awasan lindung; dan sekitar kawasan lindung; dan
g. melindungi keberlanjutan ekosistem penting, rentan, dan h. melindungi keberlanjutan ekosistem penting, rentan, dan langka
langka oleh kegiatan pemanfaatan ruang. oleh kegiatan pemanfaatan ruang.

(2) Strategi untuk melaksanakan pengembangan pusat-pusat (2) Strategi untuk melaksanakan pengembangan pusat-pusat pelayanan
pelayanan wilayah secara merata sesuai dengan daya dukung wilayah secara merata sesuai dengan daya dukung dan potensinya
dan potensinya meliputi: meliputi:

a. mengembangkan pusat-pusat kegiatan wilayah secara a. mengembangkan pusat-pusat kegiatan wilayah secara berhierarki
berhierarki sesuai dengan daya tampung dan potensi sesuai dengan daya tampung dan potensi wilayah pantai, dataran
wilayah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi; rendah, dan dataran tinggi;
b. mengembangkan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, b. mengembangkan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan,
kawasan sektor unggulan lainnya; dan kawasan sektor unggulan lainnya; dan
c.meningkatkan jangkauan dan kapasitas pelayanan sistem c. meningkatkan jangkauan dan kapasitas pelayanan sistem
transportasi untuk mendukung konektivitas antar pusat- transportasi untuk mendukung konektivitas antar pusat-pusat
pusat pelayanan dan antar kawasan; pelayanan dan antar kawasan;

(3) Strategi untuk melaksanakan kebijakan penyediaan sarana (3) Strategi untuk melaksanakan kebijakan penyediaan sarana dan
dan prasarana wilayah yang berkualitas dan merata, guna prasarana wilayah yang berkualitas dan merata, guna meningkatkan
meningkatkan perekonomian wilayah meliputi: perekonomian wilayah meliputi:

a. membangun dan meningkatkan pelayanan jaringan jalan a. membangun dan meningkatkan pelayanan jaringan jalan yang
yang menghubungkan antar pusat pelayanan, antar pusat menghubungkan antar pusat pelayanan, antar pusat kegiatan, dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

kegiatan, dan antar kawasan dengan wilayah sekitarnya; antar kawasan dengan wilayah sekitarnya;
b. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung untuk b. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang
menunjang pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan dan sektor unggulan yang
sektor unggulan yang mampu mendorong pertumbuhan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi;
ekonomi; c. membangun dan menyediakan fasilitas umum dan jaringan utilitas
c. membangun dan menyediakan fasilitas umum dan pada kawasan permukiman sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
jaringan utilitas pada kawasan permukiman sesuai d. membangun dan menyediakan fasilitas umum dan jaringan utilitas
dengan kebutuhan masyarakat; untuk mendukung kegiatan industri, perdagangan dan jasa,
pariwisata dan sektor unggulan lainnya; dan
d. membangun dan menyediakan fasilitas umum dan
e. mengembangkan prasarana dan sarana mitigasi bencana, serta
jaringan utilitas untuk mendukung kegiatan industri,
adaptasi terhadap dampak perubahan iklim; dan
perdagangan dan jasa, pariwisata dan sektor unggulan
f. meningkatkan konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air,
lainnya; dan
serta pencegahan dan perlindungan daya rusak air bagi
e. mengembangkan prasarana dan sarana mitigasi bencana, kesejahteraan seluruh wilayah.
serta adaptasi terhadap dampak perubahan iklim; dan
f. meningkatkan konservasi dan pendayagunaan (4) Strategi untuk melaksanakan kebijakan peningkatan luas dan produksi
sumberdaya air, serta pencegahan dan perlindungan daya sektor-sektor ekonomi unggulan yang produktif, efisien, dan mampu
rusak air bagi kesejahteraan seluruh wilayah. bersaing dalam perekonomian nasional meliputi:

(4) Strategi untuk melaksanakan kebijakan peningkatan luas dan a. membangun sarana dan prasarana pendukung produksi untuk
produksi sektor-sektor ekonomi unggulan yang produktif, meningkatkan luas dan produktivitas serta membuka akses
efesian, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional kepada kantong-kantong produksi dan sektor-sektor unggulan
meliputi: wilayah;
b. mengembangkan kegiatan pariwisata dan sarana prasarana
a. membangun sarana dan prasarana pendukung produksi penunjang pariwisata untuk menunjang pemerataan ekonomi
untuk meningkatkan luas dan produktivitas serta wilayah yang bercirikan kearifan lokal dengan tetap
membuka akses kepada kantong-kantong produksi dan memperhatikan kelestarian lingkungan;
sektor-sektor unggulan wilayah; c. mengembangkan kegiatan industri dan sarana prasarana
b. mengembangkan kegiatan pariwisata dan sarana penunjang industri untuk menunjang pemerataan ekonomi
prasarana penunjang pariwisata untuk menunjang wilayah;
pemerataan ekonomi wilayah yang bercirikan kearifan d. memanfaatkan morfologi wilayah dataran pantai, dataran rendah,
lokal dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dataran tinggi sebagai potensi dalam pengembangan kawasan
c. mengembangkan kegiatan industri dan sarana prasarana pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri dan
penunjang industri untuk menunjang pemerataan pariwisata;
ekonomi wilayah; e. mengembangkan pusat-pusat agropolitan, minapolitan serta
kawasan wisata potensial untuk meningkatkan perekonomian dan
d. memanfaatkan morfologi wilayah dataran pantai, dataran daya saing;
rendah, dataran tinggi sebagai potensi dalam f. mempertahankan luasan lahan pertanian, perkebunan,
pengembangan kawasan pertanian, perikanan, peternakan, dan perikanan;
peternakan, perkebunan, industri dan pariwisata; g. meningkatkan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan,
e. mengembangkan pusat-pusat agropolitan, minapolitan dan perikanan;
serta kawasan wisata potensial untuk meningkatkan h. melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan, serta mencetak
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

perekonoian dan daya saing; kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan baru dan
f. mempertahankan luasan lahan pertanian, perkebunan, penyediaan sarana prasarananya untuk memenuhi swasembada
peternakan, dan perikanan; pangan;
g. meningkatkan produktivitas pertanian, perkebunan, i. menciptakan iklim investasi yang kondusif; dan
peternakan, dan perikanan; j. mengintensifkan promosi peluang investasi.
h. melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan, serta (5) Strategi untuk melaksanakan kebijakan pemanfaatan sumber daya alam
mencetak kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan secara optimal, seimbang, dan berkelanjutan untuk meningkatkan
baru dan penyediaan sarana prasarananya untuk kesejahteraan masyarakat meliputi:
memenuhi swasembada pangan;
i. menciptakan iklim investasi yang kondusif; dan a. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui
j. mengintensifkan promosi peluang investasi. daya dukung dan daya tampung kawasan;
b. mengelola sumber daya alam tak terbarukan dan sumber daya
(5) Strategi untuk melaksanakan kebijakan pemanfaatan sumber alam yang terbarukan secara lestari dengan tetap memelihara dan
daya alam secara optimal, seimbang, dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi: c. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan
a. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak keselamatan masyarakat.
melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;
b. mengelola sumber daya alam tak terbarukan dan sumber (6) Strategi untuk melaksanakan kebijakan peningkatan fungsi kawasan
daya alam yang terbarukan secara lestari dengan tetap untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya; dan a. mengembangkan kegiatan budidaya secara efektif di dalam dan di
sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi
c. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam
pertahanan dan keamanan;
dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan
b. menyediakan ruang kawasan pertahanan dan keamanan; dan
hidup, dan keselamatan masyarakat.
c. turut serta memelihara dan menjaga aset pertahanan dan
keamanan
(6) Strategi untuk melaksanakan kebijakan peningkatan fungsi
kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:

a. mengembangkan kegiatan budidaya secara efektif di dalam


dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga
fungsi pertahanan dan keamanan;
b. menyediakan ruang kawasan pertahanan dan keamanan;
dan
c. turut serta memelihara dan menjaga asset pertahanan dan
keamanan

BAB IV BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Umum Umum
Pasal 8 Pasal 8
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten meliputi: (1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten meliputi:
a. sistem perkotaan; a. sistem perkotaan; dan
b. sistem jaringan prasarana. b. sistem jaringan prasarana.
(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten kabupaten (2) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 :
dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000, sebagaimana tercantum 50.000, sebagaimana tercantum pada Lampiran I yang merupakan
pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Bagian Kedua


Sistem Perkotaan Sistem Perkotaan
Pasal 9 Pasal 9
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf a
meliputi:
(1) huruf a meliputi:
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN); b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
c.Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). (2) PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi seluruh
(2) PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi wilayah Kabupaten Deli Serdang yang merupakan bagian dari Kawasan
seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang yang merupakan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang dan Karo.
bagian dari Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang (3) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Lubuk Pakam befungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan,
dan Karo.
dan jasa regional, kota transit, pusat pelayanan fasilitas sosial dan
(3) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: umum, perumahan dan permukiman, pusat olahraga dan sosial
a. Lubuk Pakam befungsi sebagai pusat pemerintahan, budaya;
perdagangan, dan jasa regional, kota transit, pusat b. Pancur Batu berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa
pelayanan fasilitas sosial dan umum, perumahan dan regional (pasar induk dan terminal sayur), Transit Oriented
permukiman, pusat olahraga dan sosial budaya; Development (TOD), pusat pendidikan dan olahraga, pariwisata,
perumahan dan permukiman dan pertanian;
b. Pancur Batu berfungsi sebagai pusat perdagangan dan
c. Tanjung Morawa berfungsi berfungsi sebagai pusat perdagangan
jasa regional (pasar induk dan terminal sayur), Transit dan jasa, industri, perumahan dan permukiman, dan simpul
Oriented Development (TOD), pusat pendidikan dan transportasi;
olahraga, pariwisata, perumahan dan permukiman dan d. Hamparan Perak berfungsi pusat perdagangan dan jasa, industri,
pertanian; pariwisata, kegiatan militer, perumahan dan permukiman,
c. Tanjung Morawa berfungsi berfungsi sebagai pusat pertanian;
perdagangan dan jasa, industri, perumahan dan e. Percut Sei Tuan berfungsi sebagai pusat perumahan dan
permukiman, perdagangan dan jasa regional, pertanian dan
permukiman, dan simpul transportasi;
perikanan, industri, pusat pendidikan dan olahraga, dan
d. Hamparan Perak berfungsi pusat perdagangan dan jasa, pariwisata;
industri, kawasan kehutanan (Kawasan Suaka Alam, f. Sunggal berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa lokal,
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Hutan Lindung, dan Hutan Produksi Terbatas), industri, perumahan dan permukiman, dan pertanian;
pariwisata, kegiatan militer, perumahan dan g. Deli Tua berfungsi sebagai kegiatan perdagangan dan jasa regional,
permukiman, pertanian; Transit Oriented Development (TOD), pelayanan sosial dan
perumahan dan permukiman;
e. Percut Sei Tuan berfungsi sebagai pusat perumahan dan
h. Galang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa lokal, pertanian,
permukiman, perdagangan dan jasa regional, pertanian perkebunan, Transit Oriented Development (TOD), kegiatan militer,
dan perikanan, industri, pusat pendidikan dan olahraga, perumahan, dan permukiman;
pariwisata, hutan lindung dan hutan produksi terbatas; i. Labuhan Deli berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa,
f. Sunggal berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa industri, perumahan dan permukiman, pengolahan pertanian,
lokal, industri, perumahan dan permukiman, dan perkebunan, dan perikanan;
pertanian; j. Pantai Labu berfungsi sebagai pusat pengolahan pertanian,
perikanan dan peternakan, pengembangan transportasi dan
g. Deli Tua berfungsi sebagai perdagangan dan jasa regional
aerotropolis, perdagangan dan jasa, industri,
(pasar induk sayuran), Transit Oriented Development pergudangan/ekspedisi, perumahan dan permukiman, dan
(TOD), pelayanan sosial dan perumahan dan pariwisata;
permukiman; k. Batang Kuis berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa
h. Galang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa lokal, regional, pertanian dan perkebunan, Transit Oriented Development
pertanian, perkebunan, Transit Oriented Development (TOD), Perumahan dan Permukiman; dan
(TOD), militer, perumahan, dan permukiman; l. Sibolangit berfungsi sebagai perdagangan dan jasa lokal,
pariwisata, agropolitan, perumahan dan permukiman, dan
i. Patumbak berfungsi sebagai kawasan permukiman,
pertanian.
perdagangan dan jasa, kawasan industri; (4) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
j. Labuhan Deli berfungsi sebagai sebagai pusat a. Gunung Meriah berfungsi sebagai pertanian dan perkebunan,
perdagangan dan jasa, industri, perumahan dan perumahan dan permukiman;
permukiman, pengolahan pertanian, perkebunan, dan b. Senembah Tanjung Muda Hulu berfungsi sebagai pertanian,
perikanan; perkebunan, peternakan, permukiman, dan pariwisata;
c. Sibiru-biru berfungsi sebagai pengolahan pertanian, perkebunan,
k. Pantai Labu berfungsi sebagai pusat pengolahan
peternakan, permukiman, dan pariwisata;
pertanian, perikanan dan peternakan, pengembangan d. Senembah Tanjung Muda Hilir berfungsi sebagai pertanian,
transportasi dan aetropolis, perdagangan dan jasa, perkebunan, peternakan, dan permukiman;
industri, pergudangan/ekspedisi, perumahan dan e. Bangun Purba berfungsi sebagai pertanian dan perkebunan,
permukiman, pariwisata, kawasan suaka alam, dan permukiman; dan
hutan lindung; f. Pagar Merbau berfungsi sebagai perdagangan dan jasa lokal,
l. Beringin berfungsi sebagai transportasi dan aerotropolis pengolahan pertanian, perkebunan, permukiman, dan pertanian.
(5) Sistem perkotaan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya
pergudangan/ekspedisi, perdagangan dan jasa,
disusun dengan rencana detail tata ruang yang ditetapkan dengan
perumahan, dan permukiman, hutan lindung; peraturan kepala daerah.
m. Batang Kuis berfungsi sebagai pusat perdagangan dan
jasa regional, pertanian dan perkebunan, Transit
Oriented Development (TOD), Perumahan dan
Permukiman; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

n. Sibolangit berfungsi sebagai perdagangan dan jasa lokal,


pariwisata, agropolitan, kawasan kehutanan (kawasan
suaka alam, dan hutan produksi terbatas), perumahan
dan permukiman, dan pertanian.
(4) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Gunung Meriah berfungsi sebagai pertanian dan
perkebunan, perumahan dan permukiman, dan kawasan
kehutanan (kawasan suaka alam, hutan lindung, dan
hutan produksi tetap);
b. Senembah Tanjung Muda Hulu berfungsi sebagai
pertanian, perkebunan, peternakan, perumahan dan
permukiman, kawasan kehutanan (kawasan suaka alam,
hutan lindung, dan hutan produksi tetap), pariwisata;
c. Kutalimbaru berfungsi sebagai sebagai pertanian dan
perkebunan, perumahan, dan permukiman, kawasan
kehutanan (kawasan suaka alam, dan hutan produksi
tetap) dan pariwisata;
d. Namorambe berfungsi sebagai perdagangan dan jasa
lokal, perumahan dan permukiman, pertanian,
pariwisata;
e. Sibiru-biru berfungsi sebagai pengolahan pertanian,
pekerbunan, dan peternakan, perumahan dan
permukiman, pariwisata, hutan produksi tetap;
f. Senembah Tanjung Muda Hilir berfungsi sebagai
pertanian, perkebunan, dan peternakan, perumahan dan
permukiman, kawasan kehutanan (kawasan suaka alam,
dan hutan produksi tetap);
g. Bangun Purba berfungsi sebagai pertanian dan
perkebunan, perumahan dan permukiman, hutan
produksi tetap; dan
h. Pagar Merbau berfungsi sebagai sebagai perdagangan
dan jasa lokal, pengolahan pertanian dan perkebunan,
perumahan dan permukiman, dan pertanian.
i. Sistem perkotaan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) selanjutnya disusun dengan rencana detail tata ruang
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Bagian Ketiga Bagian Ketiga


Sistem Jaringan Prasarana Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 10 Pasal 10
Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b terdiri dari :
(1) huruf b terdiri dari :
a. sistem jaringan transportasi;
a. sistem jaringan transportasi; b. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan energi; c. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan telekomunikasi; d. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem jaringan sumberdaya air; dan e. sistem jaringan prasarana lainnya.
e. sistem jaringan prasarana lainnya.

Paragraf 1 Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 11 Pasal 11
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf
a terdiri dari :
huruf a terdiri dari :
a. sistem jaringan transportasi darat;
a. sistem jaringan transportasi darat; b. sistem jaringan transportasi laut; dan
b. sistem jaringan laut; dan c. sistem jaringan transportasi udara.
c. sistem jaringan transportasi udara.
Pasal 12 Pasal 12
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
Pasal 11 huruf a meliputi: huruf a meliputi:
a. sistem jaringan jalan; dan
a. sistem jaringan jalan; dan
b. sistem jaringan kereta api
b. sistem jaringan kereta api.
Pasal 13 Pasal 13 Direktur Toponimi dan Batas
(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 (1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf a Daerah, Ditjen Bina Administrasi
huruf a meliputi: meliputi: Kewilayahan, Kementerian Dalam
a. jaringan jalan nasional; a. jaringan jalan arteri; Negeri
b. jaringan jalan kolektor;
b. jaringan jalan provinsi;
c. jaringan jalan lokal; Masukan:
c. jaringan jalan kabupaten; d. jaringan jalan lingkungan; rencana struktur ruang, pasal 13
d. terminal penumpang; dan e. jaringan jalan tol; ayat 2 agar mengakomodir jaringan
e. jembatan timbang. f. jaringan jalan strategis; jalan arteri primer yaitu ruas jalan
g. terminal penumpang; dan BTS kab deli serdang- perbaungan,
(2) Sistem jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada h. jembatan timbang. berdasarkan Kepmen PUPR no.248
(2) Sistem jaringan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Tahun 2015 tentang penetapan ruas
ayat (1) huruf a meliputi:
berupa jaringan jalan arteri primer meliputi: jalan dalam jaringan jalan primer
a. jalan arteri primer meliputi:
a. BTS. Kota Medan – BTS. Kota Lubuk Pakam;
1) BTS. Kota Medan – BTS. Kota Lubuk Pakam;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

2) Jln. Medan (Lubuk Pakam); b. Jln. Medan (Lubuk Pakam); Tanggapan:


3) Tugu Kota Lubuk Pakam – BTS. Kab. Serdang c. Tugu Kota Lubuk Pakam – BTS. Kab. Serdang Bedagai; Telah diakomodir
Bedagai; d. BTS. Kota Medan – Tembung – Lubuk Pakam;
e. SP. Kayu Besar – Kuala Namu; Direktur Sistem dan Strategi
4) BTS. Kota Medan – Tembung – Lubuk Pakam;
f. BTS. Kota Binjai – BTS. Kota Medan; Penyelenggaraan Jalan dan
5) SP. Kayu Besar – Kuala Namu; g. Jln. Lingkar Luar Binjai; dan Jembatan, Ditjen Bina Marga,
6) BTS. Kota Binjai – BTS. Kota Medan; h. Jln. Amir Hamzah (Binjai). Kementerian Pekerjaan Umum dan
7) Jln. Lingkar Luar Binjai; dan Perumahan Rakyat
8) Jln. Amir Hamzah (Binjai). (3) Sistem jaringan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
b. jalan kolektor primer satu (JKP-1) meliputi BTS. Kota meliputi: Masukan:
Medan – BTS. Kab. Karo a. kolektor primer, meliputi: ruas ruas jalan nasional mengacu ke
1. BTS. Kota Medan – BTS. Kab. Karo; dalam SK 248 tahun 2015
c.jalan tol meliputi:
2. Bangun Purba - Tiga Juhar; Tanggapan:
1) Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi; 3. Sp. Tembakau Deli - Jl. Bandara Kuala Namu; Telah diakomodir
2) Balmera (Belawan – Medan – Tanjung Morawa); 4. Batang Kuis - Rantau Panjang;
3) Medan – Binjai; 5. Ds. Aras Kabu - Tembok Bandara;
4) Binjai – Langsa; dan 6. Pasar Sore - Psr VI Kuala Namu;
5) Fly Over Dari Inti Kota Menuju Jalan Tol. 7. Jl. Abas Ds. Beringin;
8. Jl. Emplasmen Kuala Namu;
9. Sidodadi - Sidoarjo II Ramunia Ds. Beringin;
(3) Jaringan jalan provinsi yang ada dalam wilayah kabupaten
10. Jl. Pantai Labu (Lubuk Pakam - Beringin);
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: 11. Pasar 3 Emplasmen Kuala Namu Desa Emplasmen Kuala
a. jalan kolektor primer dua (JKP-2) meliputi: Namu;
1) Jln. Marelan (Sp. Pertempuran - BTS. Medan); 12. Dsn Madiun Ds. Sidodadi - Ds. Sukamandi Hilir;
2) BTS. Kota Medan – Deli Tua – Sp.3 Patumbak; 13. Pasar 8 Biru Biru – BiruBiru;
3) Sp.Patumbak – Talun Kenas – Tiga Juhar; 14. Biru Biru – Penen;
15. Deli Tua (Jl. Stasiun) - Kongsi 5;
4) Tiga Juhar – Gunung Meriah;
16. Jl. Pasar V Dsn VI Ds. Kotasan;
5) Lubuk Pakam – SP. Tanah Abang; 17. Jl. Kantor Desa Kotasan;
6) Sp. Tanah Abang – Galang – BTS. Sergai; 18. Jl. Bukit Barisan;
7) Tanah Abang – Sei Buaya; 19. Sp. Kebun Jagung – Kotasan;
8) BTS. Sergai – Saran Padang; dan 20. Kotasan - Bandar Dolok;
9) Tandem Hilir – SP. Beringin. 21. Sp. Asrama Macan Kumbang 121 - Sp. Kebun Jagung;
10) Batas SP. Beringin – Hamparan Perak – Batas Kota 22. Pertumbukan - Bandar Dolok;
23. Sp. Dusun III - Galang Suka;
Medan
24. Galang - Galang Suka;
11) JL. K. Rahmat Buddin Kab. Deli Serdang 25. Jaharun A - Galang Suka;
b. jalan strategis provinsi meliputi: 26. Galang - Paya Gambar;
1) Rawasaring (Tanjung Morawa – Saribudolok – 27. Sp. Brigif – Kotarih;
Tongging); 28. Naga Timbul( Jl. Nagarejo) - Bandar Dolok;
2) Jalan Susur Pantai Timur; 29. Hamparan Perak - Paluh Manan;
30. Karang Gading - Paluh Kurau;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

3) Jalan Bebas Hambatan Medan – Berastagi; 31. Sp. Beringin – Klumpang;


4) Jalan Alternatif Akses Medan – Kualanamu; dan 32. Kota Datar - Telaga Tujuh;
5) Jalan Alternatif Senembah Tanjung Muda Hulu – Tiga 33. Klumpang - Tanjung Gusta;
34. Paluh Manan - Kota Datar;
Panah.
35. Paya Bakung - Sp. Kloni III;
(4) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 36. Tandem Hilir - Kota Datar;
huruf c meliputi: 37. Tuntungan I – Kutalimbaru;
a. jalan kolektor primer (JKP-4); 38. Namorih - Sp. Gambir (Ds. Sukadame);
b. jalan lokal primer (JLP); 39. SMK 1 Kutalimbaru - Batas Langkat;
c. jalan lingkungan primer (JLing-P); 40. SMK I Kutalimbaru;
d. jalan Arteri Sekunder (JAS); 41. Kutalimbaru – Namomirik;
42. Namomirik – Sukadame;
e. jalan Kolektor Sekunder (JKS); dan
43. Sei Glugur – Berdikari;
f. jalan Lingkungan Sekunder (Jling-S). 44. Sukarende - Kwala Lau Bicik;
(5) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (4) 45. Sukarende - Lau Bakeri;
meliputi ruas sebagaimana terncantum dalam Lampiran II 46. Berdikari - Watas langkat;
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan 47. Namomirik - Tanduk Benua;
Daerah ini. 48. Kp. Rimbun Baru - Lau Bekeri;
(6) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 49. Pekan Kemis Ds. Karang Gading;
50. Watas Langkat - Karang Gading;
huruf d meliputi:
51. Telaga Tujuh - Karang Gading;
a. terminal Tipe B berada di Kecamatan Lubuk Pakam. 52. Jl. Purwo;
b. terminal Tipe C berada di: 53. Jl. Sutomo;
1) Kecamatan Tanjung Morawa, 54. Jl. Diponegoro;
2) Kecamatan Batang Kuis, 55. Jl. K.H. Ahmad Dahlan;
3) Kecamatan Percut Sei Tuan, 56. Jl. Setia Budi;
57. Jl. Inpres (Pengadilan);
4) Kecamatan Hamparan Perak,
58. Jl. Sentiong;
5) Kecamatan Sunggal dan 59. Jl. Pembangunan Suka Mandi Hilir;
6) Kecamatan Pancur Batu; 60. Jl. Thamrin;
(7) Jembatan timbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf 61. Jl. Ahmad Yani;
e berada di: 62. Jl. Sudirman;
a. Kecamatan Tanjung Morawa; dan 63. Batas Medan Johor - Batu Penjemuran;
b. Kecamatan Sibolangit. 64. Namorambe – Sembahe;
65. Batu Penjemuran – Namorambe;
66. Batu Penjemuran - Deli Tua;
67. Jl. SMP 1 Ds. Jati Baru;
68. Sp. Warung Seri - Jl. Pasar Melintang Dsn XI;
69. Sp. Rambung Merah – Sukadame;
70. Sp. Tuntungan – Tuntungan;
71. Jl. Pacuan Kuda Tarean Tani;
72. Perumahan Graha Tj. Anom - RSUP Adam Malik (Watas Kota
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Medan);
73. Sp. Tj. Anom - Sp. Sei Glugur;
74. Tuntungan - Sei Glugur;
75. Tuntungan - Tuntungan I;
76. Sp. Tj. Anom - Sp. Tuntungan;
77. Sp. Namorih – Namorih;
78. Pancur Batu - Durin Tonggal;
79. Durin Tonggal - Simalingkar (Bts. Medan);
80. Durin Tonggal - Batu Penjemuran;
81. Durin Tonggal - Sugau (Kuta Kepar);
82. Pantai Labu - Denai Sarang Burung;
83. Durian - Ds. Sidourip;
84. Sidoarjo II Ramunia - Pantai Labu Baru;
85. Pantai Labu Pekan - Rantau Panjang;
86. Pantai Labu Pekan - Pintu Belakang Bandara;
87. Kongsi 5 - Jl. Mesjid;
88. Marendal 1 (Watas Medan) - Jl. Kesehatan (Deli Tua);
89. Patumbak - Patumbak 1;
90. Watas Medan – Patumbak;
91. Sigara-gara - Deli Tua;
92. Jl. Stasiun Psr VII - Ds. Amplas;
93. Bandar Setia – Tembung;
94. Jl. RS. Haji (Tol Road) - Pasar V;
95. Jl. Selamat Ketaren;
96. Jl. Suasa Tengah Psr IV - Kongsi VI;
97. Sp. Paluh Gelombang - Tj. Selamat;
98. Bandar Setia – Percut;
99. Sp. Monyet - Paluh Merbau;
100. Jl. Sempurna - Batang Kuis;
101. Percut (Cinta Damai) - Ds. Sei Tuan;
102. Bts Medan - Tembung - (Jl. Beringin Psr VIII);
103. Jl. Kapt Batu Sihombing;
104. Sp. Unimed - Psr V Ismail Harun;
105. Bts Medan (Jl. Metrologi) - Batang Kuis;
106. Batas Medan - Kongsi VI;
107. Batas Medan - Bagan Percut;
108. Jl. Paluh Gelombang;
109. Jl SMPN 7 Percut Sei Tuan - Paluh Merbau;
110. Mertelu - Bandar Baru;
111. Penen – Mertelu;
112. Tanduk Benua - Bandar Baru;
113. Sp. Undian - Tandukan Raga;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

114. Sp. Talun Kenas - Tandukan Raga;


115. Penen – Talapeta;
116. Undian - Pasar 7 Patumbak;
117. Penungkiran - Rambai Desa Penen;
118. Sp. Namolinting - Kuta Mbelin;
119. Jl Pendidikan Ds Purwodadi;
120. Jl Bintang Terang;
121. Jl Lembaga Pemasyarakatan;
122. Jl Inpres - Blok Gading Ds Tanjung Gusta;
123. Jl Stasiun;
124. Sp. Kp. Lalang - Sp. Tg. Balai;
125. Sp. Tg. Balai - Sunggal Kanan;
126. Watas Medan (PAM Sunggal) - Sunggal Kanan (Jl. Setia
Makmur);
127. Sunggal Kanan - Sei Beras Sekata;
128. Sp Sukamaju - Sei Beras Sekata;
129. Jl Masjid Ds Paya Geli Dsn III;
130. Sp Tj Balai - Sp Sukamaju;
131. Sei Beras Sekata - Tj Selamat;
132. Tj. Selamat (Watas Medan) - Sp. Tj. Anom;
133. Sei Beras Sekata – Sukaraya;
134. Sp. Sukamaju – Sukaraya;
135. Sp Sukamaju - Sada'arih (Sp. 4 Sei Mencirim);
136. Jl Pelita;
137. Diski – Sadarih;
138. Jl. Serasih - Jl. Pelita;
139. Jl. Pasar Kecil Ds. Medan Krio;
140. Jl Perintis Kemerdekaan;
141. Sei Semayang - Psr VI Diski;
142. Pasar IV Sei Semayang – Binjai;
143. Diski - Paya Bakung;
144. Jl Kompos;
145. Sp. Sa'adarih - Sp. Sei Glugur;
146. Sp Kompos (Jl. Pembangunan) - Pabrik Gula Sei Semayang;
147. Jl Kongsi;
148. Jl. SMP Negeri 2;
149. Jl. Ibnu Khatab Ds. Tanjung Morawa B;
150. Sp. Sinalco - Komplek Pemda;
151. Sp. Sungai Belumai - Dalu X B;
152. Sp. Penara - Sei Merah;
153. Jl. Industri Ds. Tanjung Morawa;
154. Sp. Kayu Besar (Limau Manis) - Sp. Undian;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

155. Sp. Undian – Undian;


156. Jl. Dahlan Tanjung;
157. Jl. Kelapa Sawit;
158. Jl. Perintis Kemerdekaan;
159. Tanjung Morawa - Naga Timbul;
160. Sp. Penara - Aras Kabu; dan
161. Tanjung Pekan - Sp. Tandukan Raga.

b. kolektor sekunder, meliputi:


1. Ds. Sena - Tumpatan Nibung;
2. Batang Kuis – Serdang;
3. Jl. Damai Tumpatan Nibung Desa Batang Kuis Pekan;
4. Jl. Benteng Sungai Serdang - Ds. Serdang;
5. Pasar 1 Ds Sidomulyo;
6. Jl. Lingkar Ds. Petumbukan;
7. Sp. Jl. Sutan Arab - Kp. Tempel Ds. Klumpang Kp.;
8. Jl. Pasar V Jl. Klumpang - Tanjung Gusta;
9. Kota Datar - Tanjung Anom;
10. Dusun Rejo;
11. Jembatan Lima Klambir Lima – Klumpang;
12. Gunung Kerang (Tandem Hilir II);
13. Serbajadi (TPA) - Salang Paku;
14. Sedarih – Serbajadi;
15. Jl. Kebun Sayur / Gg. Pelak;
16. Jl. Bersama;
17. Jl. T Fahrudin Bawah;
18. Jl. Perbatasan;
19. Jl. Bakti;
20. Jl. Sultan Hasannudin;
21. Jl. Mesjid Ds Sekip;
22. Jl. Karya Wisata Ujung;
23. Jl Bakti - Sp Umar Ds. Suka Raya;
24. Jl. Bakti Ds. Suka Raya;
25. Gg. Besi Ds. Ramunia I;
26. Jl. Batang Nibung;
27. Rantau Panjang - Pematang Biara;
28. Jl. Suka Tenang - Jl. SMAN 1 Deli Tua;
29. Jl. Pelikan Raya;
30. Jl. M Thalib Hasibuan (Kp. Karo Ds. Amplas);
31. Jl. Benteng Hilir (Bandar Khalipah);
32. Jl. Duku;
33. Jl. Garuda Raya;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

34. Kp. Kolam - Bandar Setia;


35. Sp. Kolam - Kp. Kolam;
36. Jl. Pembangunan Ds. Kolam;
37. Jl. Datuk Kabu Psr III (Batas Medan - Tembung);
38. Pasar V Tembung;
39. Jl. Baru Ds. Tembung;
40. Kp Karo Psr III (Ds Amplas);
41. Jl. Kiwi Raya;
42. Jl.Teruno Joyo;
43. Jl. Satria Barat Desa Amplas;
44. Jl Mesjid Ds Purwodadi;
45. Jl. Kompos Ujung;
46. Dusun Bangun Mulia Ds. Medan Krio;
47. Jl Setia Raya;
48. Jl Bintang Terang - Jl Pasar 1 Paya Bakung;
49. Jl Baru Ds Sei Mencirim;
50. Sei Mencirim - Salang Paku;
51. Jl Pardede;
52. Blok Gading Ds. Tanjung Gusta - Jembatan Merah Ds.
Klumpang Kampung;
53. Jl Horas;
54. Jl. Turi Ds. Wonosari;
55. Dsn XII Ds. Wonosari;
56. Jl. Pendidikan Ds Dalu X B;
57. Darmosari - Tj. Baru;
58. Dalu X B – Wonosari;
59. Jl. Swasembada Ds. Dalu X B;
60. Sp. Wonosari – Wonosari;
61. Ds. Sei Merah - Dsn III Ds. Langau Seprang;
62. Sp. Cakra – Undian; dan
63. Dsn IV Naga Timbul - Dsn III Langau Seprang.
(4) Jaringan jalan lokal berupa jaringan jalan lokal primer dan jalan lokal
sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini:
(5) Jaringan jalan lingkungan berupa jaringan jalan lingkungan primer dan
jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) Jaringan jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi;
b. Balmera (Belawan – Medan – Tanjung Morawa);
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c. Medan – Binjai;
d. Binjai – Langsa; dan
e. Fly Over Dari Inti Kota Menuju Jalan Tol.
(7) Jaringan jalan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
meliputi:
a. Rawasaring (Tanjung Morawa – Saribudolok – Tongging);
b. jalan Susur Pantai Timur;
c. jalan bebas hambatan Medan – Berastagi;
d. Jalan alternatif akses Medan – Kualanamu; dan
e. jalan alternatif Senembah Tanjung Muda Hulu – Tiga Panah.
(8) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
meliputi:
a. terminal Tipe B berada di Kecamatan Lubuk Pakam; dan
b. terminal Tipe C berada di:
1) Kecamatan Tanjung Morawa;
2) Kecamatan Batang Kuis;
3) Kecamatan Percut Sei Tuan;
4) Kecamatan Hamparan Perak;
5) Kecamatan Sunggal; dan
6) Kecamatan Pancur Batu.
(9) Jembatan timbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h berada
di:
a. Kecamatan Tanjung Morawa; dan
b. Kecamatan Sibolangit.

Pasal 14 Pasal 14
(1) Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf
12 huruf b meliputi : b meliputi :

a. jaringan jalur kereta api umum; dan


a. jaringan jalur kereta api umum; dan b. stasiun kereta api.
b. stasiun kereta api.
(2) Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa jaringan jalur kereta api antar kota meliputi :
ayat (1) huruf a meliputi :
a. Medan – Binjai;
b. Medan – Bandar Klippa - Aras Kabu - Lubuk Pakam;
a. Medan – Binjai; c. Aras Kabu – Kualanamu;
b. Medan – Bandar Klippa - Aras Kabu - Lubuk Pakam; d. Medan – Pancur Batu;
e. Medan – Deli Tua;
c. Aras Kabu – Kualanamu; f. Lubuk Pakam – Galang – Bangun Purba;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

d. Medan – Pancur Batu; g. Delitua – Sibolangit.


e. Medan – Deli Tua; (3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa
f. Lubuk Pakam – Galang – Bangun Purba; staisun penumpang meliputi :
g. Delitua – Sibolangit. a. stasiun Bandar Khalipah berada di Kecamatan Percut Sei Tuan;
b. stasiun Batang Kuis berada di Kecamatan Batang Kuis;
(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c. stasiun Aras Kabu berada di Kecamatan Batang Kuis;
b, meliputi : d. stasiun Kualanamu berada di Kecamatan Pantai Labu;
e. stasiun Lubuk Pakam berada di Kecamatan Lubuk Pakam;
a. Stasiun Bandar Khalipah berada di Kecamatan Percut Sei f. stasiun Galang berada di Kecamatan Galang;
Tuan; g. stasiun Pancur Batu berada di Kecamatan Pancur Batu;
b. Stasiun Batang Kuis berada di Kecamatan Batang Kuis; h. stasiun Deli Tua berada di Kecamatan Deli Tua;
c. Stasiun Aras Kabu berada di Kecamatan Batang Kuis; i. stasiun Sunggal berada di Kecamatan Sunggal, dan
j. stasiun Bangun Purba berada di Kecamatan Bangun Purba
d. Stasiun Kualanamu berada di Kecamatan Pantai Labu;
e. Stasiun Lubuk Pakam berada di Kecamatan Lubuk Pakam;
f. Stasiun Galang berada di Kecamatan Galang;
g. Stasiun Pancur Batu berada di Kecamatan Pancur Batu;
h. Stasiun Deli Tua berada di Kecamatan Deli Tua;
i. Stasiun Sunggal berada di Kecamatan Sunggal, dan
j. Stasiun Bangun Purba berada di Kecamatan Bangun
Purba.

Pasal 15 Pasal 15 Direktur Toponimi dan Batas


(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud (1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal Daerah, Ditjen Bina Administrasi
dalam Pasal 11 huruf b meliputi : 11 huruf b meliputi : Kewilayahan, Kementerian Dalam
a. pelabuhan laut; dan a. pelabuhan laut; dan Negeri
b. alur pelayaran di laut.
b. alur pelayaran di laut.
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa Masukan:
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a pelabuhan lokal meliputi :
meliputi : a. pelabuhan Pantai Labu, berada di Kecamatan Pantai Labu; perlu diklarifikasi status Pelabuhan
a. pelabuhan pengumpul Pantai Labu, berada di Kecamatan b. pelabuhan Rantau Panjang, berada di Kecamatan Pantai Labu; Pantai Labu dan Rantau Panjang
Pantai Labu c. pelabuhan percut, berada di Kecamatan Percut Sei Tuan. antara ranperda dengan kemenhub
b. pelabuhan pengumpan regional Rantau Panjang, berada di (3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan no.432 tahun 2017 tentang RIPN
Kecamatan Pantai Labu pelayaran umum dan perlintasan meliputi:
a. Rantau Panjang – Belawan; dan Tanggapan:
c.pelabuhan pengumpan lokal percut, berada di Kecamatan
b. Percut – Rantau Panjang – Pantai Labu.
Percut Sei Tuan Telah diakomodir menjadi pelabuhan
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b lokal
merupakan pelayaran umum dan perlintasan meliputi:
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. Rantau Panjang – Belawan; dan


b. Percut – Rantau Panjang – Pantai Labu.
Kepala Biro Perencanaan,
Sekretaris Jenderal, Kementerian
Perhubungan

Masukan:

Status pelabuhan lokal di Deli


Serdang yaitu Pelabuhan Pantai
Labu , Pelabuhan Percut dan
Pelabuhan Rantau Panjang.

Tanggapan:

Telah diakomodir

Pasal 16 Pasal 16
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud (1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dalam Pasal 11 huruf c meliputi : 11 huruf c meliputi :
a. bandar udara; dan a. bandar udara; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.
b. ruang udara untuk penerbangan.
(2) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
(2) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a a. Bandar udara pengumpul skala primer, yaitu Bandara Internasional
adalah bandar udara pengumpul skala primer, yaitu Bandar Kualanamu yang berada di Kecamatan Beringin dan Kecamatan
Kualanamu yang berada di: Pantai Labu;
a. Kecamatan Beringin dan b. Bandar udara khusus yaitu Pangkalan TNI Angkatan Udara
b. Kecamatan Pantai Labu. Soewondo yang berada di Kecamatan Hamparan Perak
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud (3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b terdiri atas:
dalam ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung
a. ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan bandar udara;
langsung untuk kegiatan bandar udara; b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk
b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan operasi penerbangan; dan
untuk operasi penerbangan; dan c. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.
c. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan. (4) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud ayat (3)
meliputi pengaturan dan pengelolaan kawasan keselamatan operasi
(4) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud ayat
penerbangan lebih lanjut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
(3) meliputi pengaturan dan pengelolaan kawasan keselamatan perundang-undangan.
operasi penerbangan lebih lanjut dilaksanakan sesuai dengan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

ketentuan perundang-undangan.

Paragraf 2 Paragraf 2

Sistem Jaringan Energi Sistem Jaringan Energi

Pasal 17 Pasal 17
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b
meliputi :
huruf b meliputi :
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan. (2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
(2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana pada ayat (1) huruf a berupa jaringan yang menyalurkan minyak dan
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: gas bumi dari fasilitas produksi - kilang pengolahan meliputi:
a. jaringan pipa gas bumi nasional, meliputi a. jalur Wampu – Belawan yang melewati wilayah administrasi Medan,
1. jalur Wampu – Belawan yang melewati wilayah Deli Serdang (Kecamatan Hamparan Perak) dan Binjai, Provinsi
Sumatera Utara;
administrasi Medan, Deli Serdang (Kecamatan Hamparan
b. jalur Pantai Pakam Timur – Hamparan Perak yang melewati wilayah
Perak) dan Binjai, Provinsi Sumatera Utara; administrasi Medan, Deli Serdang (Kecamatan Hamparan Perak);
2. jalur Pantai Pakam Timur – Hamparan Perak yang c. jalur Hamparan Perak - Paya Pasir yang melewati wilayah
melewati wilayah administrasi Medan, Deli Serdang administrasi Medan, Deli Serdang (Kecamatan Percut Sei Tuan);
(Kecamatan Hamparan Perak); d. jalur distribusi Medan yang memiliki wilayah pelayanan Medan,
3. jalur Hamparan Perak - Paya Pasir yang melewati Deli Serdang, Binjai dan sekitarnya;
e. jalur Secanggang – Belawan yang melewati wilayah administrasi
wilayah administrasi Medan, Deli Serdang (Kecamatan
Medan, Deli Serdang (Kecamatan Hamparan Perak);
Percut Sei Tuan); f. jalur Medan – Dumai – Duri yang melewati wilayah administrasi
4. jalur distribusi Medan yang memiliki wilayah pelayanan Kabupaten Deli Serdang
Medan, Deli Serdang, Binjai dan sekitarnya; g. jaringan pipa gas menuju kawasan industri Kabupaten Deli
5. jalur Secanggang – Belawan yang melewati wilayah Serdang.
administrasi Medan, Deli Serdang (Kecamatan Hamparan (3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada
Perak); ayat (1) huruf b meliputi:
a. infrastruktur pembangkit tenaga listrik dan sarana
6. jalur Medan – Dumai – Duri yang melewati wilayah
pendukungnya, meliputi:
administrasi Kabupaten Deli Serdang; dan 1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berada di:
b. jaringan pipa gas menuju kawasan industri Kabupaten a) Kecamatan Hamparan Perak; dan
Deli Serdang. b) Kecamatan Percut Sei Tuan.
(3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana 2. Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) berada di Kecamatan
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: Tanjung Morawa
3. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) berada di:
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. infrastruktur pembangkit tenaga listrik dan sarana a) Kecamatan Sibolangit;


pendukungnya, meliputi: b) Kecamatan Sibiru-biru; dan
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berada di: c) Kecamatan Gunung Meriah.
b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
a) Kecamatan Hamparan Perak dan
pendukungnya.
b) Kecamatan Percut Sei Tuan; 1. jaringan transmisi tenaga lisrik untuk menyalurkan tenaga
2. Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) berada di listrik antar sistem, meliputi:
Kecamatan Tanjung Morawa a) saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 250 KV pada
3. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) berada berada di Kecamatan Galang dan Kecamatan Tanjung
di: Morawa; dan
a) Kecamatan Sibolangit; b) saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV pada seluruh
kecamatan.
b) Kecamatan Sibiru-biru; dan
2. jaringan distribusi tenaga listrik meliputi saluran udara
c) Kecamatan Gunung Meriah. tegangan menengah (SUTM) pada seluruh kecamatan.
b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana 3. gardu induk (GI) yang berada di:
pendukungnya. a) Kecamatan Galang;
1. jaringan transmisi tenaga lisrik untuk menyalurkan b) Kecamatan Beringin;
tenaga listrik antarsistem, meliputi: c) Kecamatan Tanjung Morawa;
a) saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 250 kv d) Kecamatan Namorambe; dan
e) Kecamatan Pancur Batu.
pada seluruh kecamatan; dan
b) saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kv pada
seluruh kecamatan.
2. jaringan distribusitenaga listrik meliputi saluran udara
tegangan menengah (SUTM) pada seluruh kecamatan
3. gardu induk (GI) yang berada di:
a) Kecamatan Galang;
b) Kecamatan Beringin;
c) Kecamatan Tanjung Morawa;
d) Kecamatan Namorambe; dan
e) Kecamatan Pancur Batu.

Sistem Jaringan Telekomunikasi Paragraf 3


Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 18 Pasal 18
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam (1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
Pasal 10 huruf c meliputi: huruf c meliputi:
a. jaringan tetap; dan
a. jaringan tetap; dan
b. jaringan bergerak.
b. jaringan bergerak. (2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a berupa jaringan
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a berupa kabel meliputi jaringan telepon saluran tetap dan pusat automatisasi
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

jaringan kabel meliputi jaringan telepon saluran tetap dan sambungan telepon berada di seluruh kecamatan;
pusat automatisasi sambungan telepon berada di seluruh (3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:
kecamatan; a. jaringan bergerak seluler yang terdiri dari Base Transceiver Station
(BTS) yang dikelola dengan sistem menara telekomunikasi yang
(3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
berada di:
meliputi: 1. Kecamatan Lubuk Pakam;
a. jaringan bergerak seluler yang terdiri dari Base Transceiver 2. Kecamatan Tanjung Morawa;
Station (BTS) yang dikelola dengan sistem menara 3. Kecamatan Percut Sei Tuan;
telekomunikasi yang berada berada di 4. Kecamatan Labuhan Deli;
1. Kecamatan Lubuk Pakam; 5. Kecamatan Pancur Batu;
2. Kecamatan Tanjung Morawa; 6. Kecamatan Sunggal; dan
7. Kecamatan Labuhan Deli.
3. Kecamatan Percut Sei Tuan;
b. jaringan bergerak satelit di seluruh kecamatan.
4. Kecamatan Labuhan Deli;
5. Kecamatan Pancur Batu;
6. Kecamatan Sunggal; dan
7. Kecamatan Labuhan Deli.
b. jaringan bergerak satelit di seluruh kecamatan.

Paragraf 4 Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 19 Pasal 19
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam (1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf d meliputi:
Pasal 10 huruf d meliputi:
a. sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota yang
a. sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota berada di wilayah kabupaten; dan
yang berada di wilayah kabupaten; dan b. sistem jaringan sumber daya air kabupaten.
b. sistem jaringan sumber daya air kabupaten. (2) Sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota yang berada di
(2) Sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota yang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berada di wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi:
(1) huruf a meliputi: a. sumber air lintas Kabupaten meliputi Sungai Deli, Sungai Babura,
Sungai Belawan, Sungai Ular, Sungai Percut dan Sungai Belumai;
a. sumber air lintas Kabupaten meliputi Sungai Deli, Sungai
dan
Babura, Sungai Belawan, Sungai Ular, Sungai Percut dan b. prasarana sumber daya air lintas Kabupaten meliputi sistem
Sungai Belumai; dan jaringan irigasi pada Daerah Irigasi (DI) Sungai Ular dan DI Bekala.
b. prasarana sumber daya air lintas Kabupaten meliputi (3) Sistem jaringan sumber daya air kabupaten sebagaimana dimaksud
sistem jaringan irigasi pada Daerah Irigasi (DI) Sungai Ular pada ayat (1) huruf b meliputi:
dan DI Bekala. a. sumber air; dan
b. prasarana sumber daya air,
(3) Sistem jaringan sumber daya air kabupaten sebagaimana
(4) Sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupa air
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: permukaan, meliputi:
a. sumber air; dan a. mata air yang berada di:
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

b. prasarana sumber daya air, 1. Kecamatan Sibolangit;


(4) Sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a 2. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu;
meliputi: 3. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; dan
4. Kecamatan Gunung Meriah.
a. mata air yang berada di
b. danau linting yang berada di Kecamatan Senembah Tanjung Muda
1. Kecamatan Sibolangit, Hulu
2. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu, c. bendungan/waduk meliputi:
3. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir, dan 1. bendungan Lau Simeme di Kecamatan Sibiru-biru;
4. Kecamatan Gunung Meriah 2. bendung Namorambe di Kecamatan Namorambe;
b. danau linting yang berada di Kecamatan Senembah 3. bendung Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan;
Tanjung Muda Hulu 4. bendung Sungai Ular di Kecamatan Galang;
5. bendung Medan Krio di Kecamatan Sunggal;
c.bendungan/waduk meliputi:
6. bendung Sei Serdang di Kecamatan Batang Kuis; dan
1. bendungan Lau Simeme di Kecamatan Sibiru-biru; 7. bendung pendukung daerah irigasi.
2. bendung Namorambe di Kecamatan Namorambe; d. air tanah pada cekungan air tanah (CAT) meliputi CAT Wilayah I
3. bendung Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan; Medan, dengan daerah imbuhan air tanahnya berada di Kecamatan
4. bendung Sungai Ular di Kecamatan Galang; Sibolangit.
5. bendung Medan Krio di Kecamatan Sunggal; (5) Prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
6. bendung Sei Serdang di Kecamatan Batang Kuis; dan b terdiri atas:
a. Sistem irigasi meliputi:
7. bendung pendukung daerah irigasi.
1. jaringan irigasi primer berada di seluruh kecamatan;
d. air tanah pada cekungan air tanah (CAT) meliputi CAT 2. jaringan irigasi sekunder berada di
Wilayah I Medan, dengan daerah imbuhan air tanahnya a) Kecamatan Hamparan Perak;
berada di Kecamatan Sibolangit. b) Kecamatan Labuhan Deli;
(5) Prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat c) Kecamatan Batang Kuis;
(3) huruf b terdiri atas: d) Kecamatan Pantai Labu;
e) Kecamatan Beringin;
a. sistem jaringan irigasi meliputi berupa Daerah Irigasi (DI)
f) Kecamatan Lubuk Pakam;
tersebar di seluruh kecamatan yang rinciannya terdapat g) Kecamatan Pagar Berbau;
pada Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak h) Kecamatan Tanjung Morawa;
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini; i) Kecamatan Galang;
b. jaringan air baku untuk air bersih meliputi: j) Kecamatan Sunggal;
1. Kecamatan Deli Tua; k) Kecamatan Kutalimbaru;
2. Kecamatan Sunggal; l) Kecamatan Sibiru-biru; dan
m) Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir.
3. Kecamatan Hamparan Perak,
3. Daerah Irigasi (DI) tersebar di seluruh kecamatan yang
4. Kecamatan Pagar Merbau, rinciannya terdapat pada Lampiran III yang merupakan
5. Kecamatan Galang, bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
6. Kecamatan Pantai Labu; b. jaringan air baku untuk air bersih meliputi:
7. Kecamatan Beringin, 1. Kecamatan Deli Tua;
8. Kecamatan Patumbak; 2. Kecamatan Sunggal;
3. Kecamatan Hamparan Perak,
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

9. Kecamatan Tanjung Morawa; 4. Kecamatan Pagar Merbau,


10. Kecamatan Beringin; 5. Kecamatan Galang,
11. Kecamatan Sibolangit; 6. Kecamatan Pantai Labu;
7. Kecamatan Beringin,
12. Kecamatan Sibiru-biru;
8. Kecamatan Patumbak;
13. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu dan 9. Kecamatan Tanjung Morawa;
14. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir. 10. Kecamatan Sibolangit;
c.jaringan air bersih ke kelompok pengguna meliputi: 11. Kecamatan Sibiru-biru;
1. Kecamatan Lubuk Pakam, 12. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; dan
2. Kecamatan Tanjung Morawa, 13. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir.
3. Kecamatan Pantai Labu, c. jaringan air bersih ke kelompok pengguna meliputi:
1. Kecamatan Lubuk Pakam;
4. Kecamatan Beringin,
2. Kecamatan Tanjung Morawa;
5. Kecamatan Percut Sei Tuan, 3. Kecamatan Pantai Labu;
6. Kecamatan Patumbak, 4. Kecamatan Beringin;
7. Kecamatan Deli Tua, 5. Kecamatan Percut Sei Tuan;
8. Kecamatan Namorambe, 6. Kecamatan Patumbak;
9. Kecamatan Sunggal, 7. Kecamatan Deli Tua;
10. Kecamatan Pancur Batu, 8. Kecamatan Namorambe;
9. Kecamatan Sunggal;
11. Kecamatan Hamparan Perak,
10. Kecamatan Pancur Batu;
12. Kecamatan Labuhan Deli, 11. Kecamatan Hamparan Perak;
13. Kecamatan Pagar Merbau, 12. Kecamatan Labuhan Deli;
14. Kecamatan Galang, 13. Kecamatan Pagar Merbau;
15. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir, dan 14. Kecamatan Galang;
16. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu. 15. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; dan
16. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu.
Paragraf 5 Paragraf 5 Direktur Sistem dan Strategi
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Penyelengaaraan Infrastruktur
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Pasal 20 Permukiman, Ditjen Cipta Karya,
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kementerian Pekerjaan Umum dan
Pasal 20 10 huruf e meliputi: Perumahan Rakyat
a. sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL); Masukan:
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud c. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
d. sistem jaringan persampahan wilayah; dan 1. Nomenklatur air limbah, agar
dalam Pasal 10 huruf e meliputi:
e. sistem jaringan evakuasi bencana. disesuaikan mejadi sistem
a. sistem penyediaan air minum (SPAM) (2) Sistem penyediaan air minum (SPAM) sebagaimana dimaksud pada ayat pengolahan air limbah domestik
b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL) (1) huruf a terdiri atas: (SPALD), Sistem pengelolaan air
c.sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun a. jaringan perpipaan meliputi: limbah harap menambahkan
(B3); 1. unit air baku, meliputi: sistem terpusat dan sistem
d. sistem jaringan persampahan wilayah; dan a) Sungai Bah Singkam di Kecamatan Gunung Meriah; setempat
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

e.sistem jaringan evakuasi bencana. b) Sungai Kumuh di Kecamatan Senembah Tanjung Muda
(2) Sistem penyediaan air minum (SPAM) sebagaimana dimaksud Hulu; 2. TPS agar diarahkan penggunaan
pada ayat (1) huruf a terdiri atas: c) Sungai Lau Betaki di Kecamatan Senembah Tanjung Muda sistem TPS 3R
Hilir;
a. jaringan perpipaan meliputi:
d) Mata Air Dua Warna di Kecamatan Sibolangit; Tanggapan:
1. unit air baku, meliputi: e) Sungai Deli di Kecamatan Sibolangit; 1. Telah diakomodir
a) Sungai Bah Singkam di Kecamatan Gunung f) Sungai Seruei di Kecamatan Sibiru-biru; 2. Telah diakomodir
Meriah; g) Sungai Buaya di Kecamatan Galang;
b) Sungai Kumuh di Kecamatan Senembah Tanjung h) Sungai Deli di Kecamatan Deli Tua;
Muda Hulu; i) Sungai Tuntungan di Kecamatan Pancur Batu;
c) Sungai Lau Betaki di Kecamatan Senembah j) Sungai Belumai di Kecamatan Tanjung Morawa;
k) Sungai Ular di Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan
Tanjung Muda Hilir;
Beringin;
d) Mata Air Dua Warna di Kecamatan Sibolangit; l) Sungai Serdang di Kecamatan Beringin;
e) Sungai Deli di Kecamatan Sibolangit; m) Sungai Bedera di Kecamatan Hamparan Perak;
f) Sungai Seruei di Kecamatan Sibiru-biru; n) Sungai Belawan di Kecamatan Hamparan Perak;
g) Sungai Buaya di Kecamatan Galang; 2. unit produksi meliputi:
h) Sungai Deli di Kecamatan Deli Tua; a) Instalasi pengelolaan air (IPA) meliputi:
i) Sungai Tuntungan di Kecamatan Pancur Batu; 1) IPA Baru di Kecamatan Senembah Tanjung Muda
Hulu dan Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
j) Sungai Belumai di Kecamatan Tanjung Morawa;
2) IPA Deli Tua di Kecamatan Deli Tua;
k) Sungai Ular di Kecamatan Lubuk Pakam dan 3) IPA Belumei dan IPA Bandar Labuhan di Kecamatan
Kecamatan Beringin; Tanjung Morawa;
l) Sungai Serdang di Kecamatan Beringin; 4) IPA Jembatan KA di Kecamatan Lubuk Pakam;
m) Sungai Bedera di Kecamatan Hamparan Perak; 5) IPA Limau Manis di Kecamatan Percut Sei Tuan;
n) Sungai Belawan di Kecamatan Hamparan Perak; 6) IPA Pulo Naga di Kecamatan Pantai Labu; dan
7) IPA Sunggal di Kecamatan Sunggal.
2. unit produksi, meliputi:
b) Unit Produksi, meliputi:
a) Instalasi pengelolaan air (IPA), meliputi: 1) Unit Produksi Bangun Purba di Kecamatan Bangun
1) IPA Baru di Kecamatan Senembah Tanjung Purba;
Muda Hulu dan Kecamatan Senembah 2) Unit Produksi Sibolangit di Kecamatan Sibolangit;
Tanjung Muda Hilir; 3) Unit Produksi Namorambe di Kecamatan
2) IPA Deli Tua di Kecamatan Deli Tua; Namorambe;
3) IPA Belumei dan IPA Bandar Labu di 4) Unit Produksi Pagar Merbau di Kecamatan Pagar
Merbau;
Kecamatan Tanjung Morawa;
5) Unit Produksi Batang Kuis di Kecamatan Batang
4) IPA Jembatan KA di Kecamatan Lubuk Kuis; dan
Pakam; 6) Unit Produksi Hamparan Perak di Kecamatan
5) IPA Limau Manis di Kecamatan Percut Sei Hamparan Perak.
Tuan; c) unit distribusi meliputi
6) IPA Pulo Naga di Kecamatan Pantai Labu; 1) unit distribusi Pantai Labu di Kecamatan Pantai
Labu;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

7) IPA Sunggal di Kecamatan Sunggal; 2) unit distribusi Gunung Meriah di Kecamatan


b) Unit Produksi, meliputi: Gunung Meriah;
1) Unit Produksi Bangun Purpa di Kecamatan 3) unit distribusi Senembah Tanjung Muda Hilir di
Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
Bangun Purba;
4) unit distribusi Bangun Purba di Kecamatan Bangun
2) Unit Produksi Sibolangit di Kecamatan Purba;
Sibolangit; 5) unit distribusi Percut Sei Tuan di Kecamatan Percut
3) Unit Produksi Namorambe di Kecamatan Sei Tuan; dan
Namorambe; 6) unit distribusi Pancur Batu di Kecamatan Pancur
4) Unit Produksi Pagar Merbau di Kecamatan Batu.
Pagar Merabu; d) unit pelayanan meliputi:
1) Kecamatan Gunung Meriah;
5) Unit Produksi Batang Kuis di Kecamatan
2) Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu;
Batangkuis; 3) Kecamatan Sibolangit;
6) Unit Produksi Hamparan Perak di Kecamatan 4) Kecamatan Bangun Purba;
Hamparan Perak. 5) Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
3. unit distribusi meliputi 6) Kecamatan Sibiru-biru;
a) unit distribusi Pantai Labu di Kecamatan Pantai 7) Kecamatan Namorambe;
Labu; 8) Kecamatan Kutalimbaru;
9) Kecamatan Galang;
b) unit distribusi Gunung Meriah di Kecamatan
10) Kecamatan Pagar Merbau;
Gunung Meriah; 11) Kecamatan Lubuk Pakam;
c) unit distribusi Senembah Tanjung Muda Hilir di 12) Kecamatan Tanjung Morawa;
Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; 13) Kecamatan Patumbak;
d) unit distribusi Bangun Purba di Kecamatan 14) Kecamatan Deli Tua;
Bangun Purba; 15) Kecamatan Pancur Batu;
16) Kecamatan Sunggal;
e) unit distribusi Percut Sei Tuan di Kecamatan
17) Kecamatan Labuhan Deli;
Percut Sei Tuan; dan 18) Kecamatan Batang Kuis;
f) unit distribusi Pancur Batu di Kecamatan Pancur 19) Kecamatan Percut Sei Tuan;
Batu. 20) Kecamatan Hamparan Perak;
4. unit pelayanan meliputi 21) Kecamatan Pantai Labu; dan
a) Kecamatan Gunung Meriah; 22) Kecamatan Beringin.
b) Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; b. jaringan non perpipaan meliputi sumur gali, sumur bor, terminal
air, dan penempatan penampungan air hujan yang tersebar di
c) Kecamatan Sibolangit;
seluruh kecamatan.
d) Kecamatan Bangun Purba; (3) Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) sebagaimana dimaksud pada ayat
e) Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; (1) huruf b berupa infrastuktur sistem pembuangan air limbah domestik
f) Kecamatan Sibiru-biru; (SPALD) berada di
g) Kecamatan Namorambe; a. Kecamatan Lubuk Pakam;
h) Kecamatan Kutalimbaru; b. Kecamatan Tanjung Morawa;
c. Kecamatan Percut Sei Tuan;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

i) Kecamatan Galang; d. Kecamatan Sunggal;


j) Kecamatan Pagar Merbau; e. Kecamatan Pantai labu; dan
k) Kecamatan Lubuk Pakam; f. Kecamatan Beringin.
g. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; dan
l) Kecamatan Tanjung Morawa;
(4) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
m) Kecamatan Patumbak; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berada di:
n) Kecamatan Deli Tua; a. Kecamatan Tanjung Morawa;
o) Kecamatan Pancur Batu; b. Kecamatan Percut Sei Tuan;
p) Kecamatan Sunggal; c. Kecamatan Labuhan Deli;
q) Kecamatan Labuhan Deli; d. Kecamatan Hamparan Perak;
r) Kecamatan Batang Kuis; e. Kecamatan Patumbak; dan
f. Kecamatan Sunggal.
s) Kecamatan Percut Sei Tuan;
(5) Sistem jaringan persampahan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat
t) Kecamatan Hamparan Perak; (1) huruf d meliputi:
u) Kecamatan Pantai Labu dan a. TPS dengan sistem 3R tersebar di seluruh kecamatan;
v) Kecamatan Beringin. b. Tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah regional berada di
Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; dan
b. jaringan non perpipaan meliputi sumur gali, sumur bor, c. TPA Kabupaten meliputi:
terminal air, dan penempatan penampungan air hujan 1. TPA Senembah Tanjung Muda Hilir di Kecamatan Senembah
Tanjung Muda Hilir;
yang tersebar di seluruh kecamatan.
2. TPA Pantai Labu di Kecamatan Pantai Labu;
(3) Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) sebagaimana dimaksud 3. TPA Galang di Kecamatan Galang;
pada ayat (1) huruf b meliputi: 4. TPA Kutalimbaru di Kecamatan Kutalimbaru; dan
a. pengelolaan limbah bergerak (IPAL Mobile) berada di: 5. TPA Tandukan Raga di Kecamatan Senembah Tanjung Muda
1. Kecamatan Lubuk Pakam; Hilir.
2. Kecamatan Tanjung Morawa; (6) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e meliputi:
3. Kecamatan Percut Sei Tuan;
a. jalur evakuasi bencana meliputi jaringan jalan Tuntungan –
4. Kecamatan Sunggal; Kutalimbaru – Bandar Baru, Bandar Baru (Sibolangit) – Mertelu –
5. Kecamatan Pantai labu; dan Penen; dan Sibiru-biru – Buluhawar (Sibolangit); dan
6. Kecamatan Beringin. b. ruang evakuasi bencana meliputi sarana prasarana umum dan
b. instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) berada di perkantoran yang dilengkapi fasilitas pendukung evakuasi bencana
1. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir; dan berada di Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Beringin,
2. Kecamatan Sunggal. Kecamatan Pantai Labu, dan Kecamatan Pancur Batu.
(4) sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berada di:
a.Kecamatan Tanjung Morawa,
b. Kecamatan Percut Sei Tuan,
c. Kecamatan Labuhan Deli,
d. Kecamatan Hamparan Perak,
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

e. Kecamatan Patumbak dan


f. Kecamatan Sunggal.
(5) Sistem jaringan persampahan wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. TPS tersebar di seluruh kecamatan;
b. TPA regional berada di Kecamatan Senembah Tanjung
Muda Hilir; dan
c.TPA Kabupaten meliputi:
1. TPA Senembah Tanjung Muda Hilir di Kecamatan
Senembah Tanjung Muda Hilir,
2. TPA Pantai Labu di Kecamatan Pantai Labu,
3. TPA Galang di Kecamatan Galang,
4. TPA Kutalimbaru di Kecamatan Kutalimbaru,
5. TPA Tandukan Raga di Kecamatan Senembah
Tanjung Muda Hilir
(6) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e meliputi:
a. jalur evakuasi bencana meliputi jaringan jalan Tuntungan
– Kutalimbaru – Bandar Baru, Bandar Baru (Sibolangit) –
Mertelu – Penen; dan Sibiru-biru – Buluhawar (Sibolangit);
dan
b. ruang evakuasi bencana meliputi sarana prasarana umum
dan perkantoran yang dilengkapi fasilitas pendukung
evakuasi bencana berada di Kecamatan Lubuk Pakam,
Kecamatan Beringin,Kecamatan Pantai Labu, dan
Kecamatan Pancur Batu;

BAB V BAB V

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu Bagian Kesatu

Umum
Umum
Pasal 21
Pasal 21 (1) Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Deli Serdang meliputi:
(1) Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Deli Serdang meliputi: a. kawasan peruntukan lindung; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. kawasan peruntukan lindung; dan b. kawasan peruntukan budi daya.


b. kawasan peruntukan budidaya (2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Deli Serdang digambarkan
(2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Deli Serdang dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000, sebagaimana tercantum
pada Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000,
dengan Peraturan Daerah ini.
sebagaimana tercantum pada Lampiran IV yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Bagian Kedua


Kawasan Peruntukan Lindung
Kawasan Peruntukan Lindung Pasal 22
Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
Pasal 22 (1) huruf a meliputi:
Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
ayat (1) huruf a meliputi: bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan konservasi; dan
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan konservasi; dan
d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

Pasal 23 Pasal 23 Direktur Rencana, Penggunaan dan


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya Pembentukan Wilayah Pengelolaan
bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a yaitu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a yaitu kawasan hutan Hutan, Ditjen Planologi Kehutanan
kawasan hutan lindung dengan luas lebih kurang 8.644 Ha (delapan lindung dengan luas lebih kurang 8.644 (delapan ribu enam ratus empat dan Tata Lingkungan, Kementerian
puluh empat) hektar berada di : Lingkungan Hidup dan Kehutanan
ribu enam ratus empat puluh empat) hektar berada di :
a. Kecamatan Gunung Meriah;
a. Kecamatan Gunung Meriah; b. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; Masukan:
b. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; c. Kecamatan Hamparan Perak; 1. kawasan hutan Sumatera
c. Kecamatan Hamparan Perak; d. Kecamatan Percut Sei Tuan; dan Uatara mengacu pada SK
d. Kecamatan Percut Sei Tuan; dan e. Kecamatan Pantai Labu. 8088/2018
e. Kecamatan Pantai Labu. 2. Untuk TORA memang ada
tahapannya, Yang pertama
adalah penegasan batas atau
perubahan batas berada di level
provinsial kebawah, kemudian
dikumpulkan di pusat dan
nantinya ada Penetapan
kawasan hutan baru dan akan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

ada SK baru untuk


pemutakhiran dari Kawasan
hutan, memang belum bisa
digunakan untuk sekarang
karena belum ada penetapannya
yang hasil dari TORA
3. Terkait kegiatan untuk non
kehutanan memang bisa
menggunakan outline sesuai PP
8 Tahun 2013

Tanggapan:
1. Telah diakomodir
2. Telah diakomodir,
penggambaran TORA melalui
sistem holding zone dengan
penggambaran outline
3. Telah diakomodir

Pasal 24 Pasal 24
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam (1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pasal 22 huruf b meliputi: 22 huruf b meliputi:
a. sempadan sungai; dan a. sempadan sungai; dan
b. kawasan sekitar danau atau waduk.
b. kawasan sekitar danau atau waduk.
(2) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat luas lebih kurang 4.377 (empat ribu tiga ratus tujuh puluh tujuh)
(1) huruf a dengan luas lebih kurang 4.475 (empat ribu empat hektar tersebar di seluruh kecamatan.
ratus tujug puluh lima) hektar tersebar di seluruh kecamatan. (3) Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud (1) huruf b, dengan luas lebih kurang 136 (seratus tiga puluh enam)
pada ayat (1) huruf b, dengan luas lebih kurang 136 (seratus hektar yang berada di:
tiga puluh enam) hektar yang berada di: a. Kecamatan Sibiru-biru
b. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu;
a. Kecamatan Sibiru-biru
c. Kecamatan Sunggal; dan
b. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; d. Kecamatan Pancur Batu.
c.Kecamatan Sunggal; dan
d. Kecamatan Pancur Batu.

Pasal 25 Pasal 25
Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c (1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c
berupa Kawasan Suaka Alam (KSA) seluas lebih kurang 16.871 (enam meliputi:
a. Kawasan suaka alam (KSA); dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

belas ribu delapan ratus tujuh puluh satu) hektar berada di b. Kawasan pelestarian alam (KPA).
a. Kecamatan Hamparan Perak; (2) Kawasan Suaka Alam (KSA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b. Kecamatan Labuhan Deli; a berupa seluas lebih kurang 4.650 (empat ribu enam ratus lima puluh)
hektar berada di:
c. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
a. Kecamatan Hamparan Perak;
d. Kecamatan Kutalimbaru; b. Kecamatan Labuhan Deli; dan
e. Kecamatan Sibolangit; c. Kecamatan Sibolangit.
f. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; dan (3) Kawasan Pelestarian Alam (KPA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
g. Kecamatan Gunung Meriah. huruf b berupa taman nasional seluas lebih kurang 16.871 (enam belas
ribu delapan ratus tujuh puluh satu) hektar berada di
a. Kecamatan Sibiru-biru;
b. Kecamatan Gunung Meriah;
c. Kecamatan Kutalimbaru;
d. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; dan
f. Kecamatan Sibolangit.

Pasal 26 Pasal 26
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d yaitu kawasan dimaksud dalam Pasal 22 huruf d yaitu kawasan imbuhan air tanah
imbuhan air tanah dengan luas lebih kurang 76 (tujuh puluh enam) dengan luas lebih kurang 76 (tujuh puluh enam) hektar berada di
Kecamatan Sibolangit.
hektar berada di Kecamatan Sibolangit.

Bagian Ketiga Bagian Ketiga

Kawasan Peruntukan Budi Daya Kawasan Peruntukan Budi Daya

Pasal 27 Pasal 27
Kawasan peruntukan budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kawasan peruntukan budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) huruf b meliputi:
21 ayat (1) huruf b meliputi:
a. kawasan hutan produksi;
a. kawasan hutan produksi; b. kawasan pertanian;
b. kawasan pertanian; c. kawasan peruntukan industri;
c. kawasan peruntukan industri; d. kawasan perikanan;
d. kawasan perikanan; e. kawasan permukiman;
e. kawasan permukiman; f. kawasan pertahanan dan keamanan;
f. kawasan pertahanan dan keamanan; g. kawasan transportasi; dan
h. badan air.
g. kawasan transportasi; dan
h. badan air.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Pasal 28 Pasal 28
(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf
27 huruf a meliputi: a meliputi:
a. kawasan hutan produksi tetap; dan a. kawasan hutan produksi tetap; dan
b. kawasan hutan produksi terbatas.
b. kawasan hutan produksi terbatas.
(2) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada huruf a seluas lebih kurang 25.874 (dua puluh lima ribu delapan ratus
ayat (1) huruf a seluas lebih kurang 25.875 Ha (dua puluh lima tujuh puluh empat) hektar berada di:
ribu delapan ratus tujuh puluh lima hektar), berada di: a. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu;
a. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu, b. Kecamatan Sibolangi;
b. Kecamatan Sibolangit, c. Kecamatan Kutalimbaru;
c. Kecamatan Kutalimbaru, d. Kecamatan Sibiru-biru;
e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
d. Kecamatan Sibiru-biru,
f. Kecamatan Bangun Purba; dan
e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir, g. Kecamatan Namorambe.
f. Kecamatan Bangun Purba,
g. Kecamatan Namorambe. (3) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b seluas lebih kurang 3.037 (tiga ribu tiga puluh tujuh) berada di
(3) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada a. Kecamatan Hamparan Perak; dan
b. Kecamatan Percut Sei Tuan.
ayat (1) huruf b seluas lebih kurang 3.036 (tiga ribu tiga puluh
enam) berada di
a. Kecamatan Hamparan Perak, dan
b. Kecamatan Percut Sei Tuan.

Pasal 29 Pasal 29 Direktur Sinkronisasi Urusan


(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 (1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b Pemerintahan Daerah I, Ditjen
huruf b meliputi: meliputi: Bina Pembangunan Daerah,
a. kawasan tanaman pangan; a. kawasan tanaman pangan; Kementerian Dalam Negeri
b. kawasan hortikultura; dan
b. kawasan hortikultura;
c. kawasan perkebunan. Masukan:
c.kawasan perkebunan; dan (2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat dengan luas lebih kurang 34.756 (tiga puluh empat ribu tujuh ratus KP2B seluas 31.267 ha, agar hal ini
(1) huruf a, dengan luas lebih kurang 41.251 (empat puluh lima puluh enam) hektar berada di perlu ditetapkan lahan sawah ini
satu dua ratus lima puluh satu) hektar berada di a. Kecamatan Sibolangit; menjadi LP2B dalam perda RTRW ini,
a. Kecamatan Sibolangit, b. Kecamatan Kutalimbaru; karena sesuai surat edaran menteri
c. Kecamatan Pancur Batu; dalam negeri no 520/2464sc tanggal
b. Kecamatan Kutalimbaru,
d. Kecamatan Namorambe; 18 maret 2020 seluas 33.861 ha
c. Kecamatan Pancur Batu,
e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
d. Kecamatan Namorambe, f. Kecamatan Galang; Tanggapan:
e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir, g. Kecamatan Tanjung Morawa; Telah diakomodir, luasan KP2B
f. Kecamatan Galang, h. Kecamatan Patumbak; mengikuti LBS 2019 yang dikeluakan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

g. Kecamatan Tanjung Morawa, i. Kecamatan Sunggal; oleh Kementerian ATR/BPN, untuk


h. Kecamatan Patumbak, j. Kecamatan Hamparan Perak; LP2B akan didetailkan pada skala
i. Kecamatan Sunggal, k. Kecamatan Labuhan Deli; 1:5000 pada rencana rinci tata ruang
l. Kecamatan Batang Kuis; yang merupakan bagian dari KP2B
j. Kecamatan Hamparan Perak,
m. Kecamatan Sibiru-biru; seluas 31.284 Ha (penyesuaian
k. Kecamatan Labuhan Deli, n. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu; terhadap luas administrasi).
l. Kecamatan Batang Kuis, o. Kecamatan Gunung Meriah;
m. Kecamatan Sibiru-biru, p. Kecamatan Percut Sei Tuan;
n. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu, q. Kecamatan Pantai Labu;
o. Kecamatan Gunung Meriah, r. Kecamatan Beringin;
p. Kecamatan Percut Sei Tuan, s. Kecamatan Lubuk Pakam; dan
t. Kecamatan Pagar Merbau.
q. Kecamatan Pantai Labu,
(3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
r. Kecamatan Beringin, dengan luas lebih kurang 11.123 (sebelas ribu seratus dua puluh tiga)
s. Kecamatan Lubuk Pakam dan hektar berada di
t. Kecamatan Pagar Merbau. a. Kecamatan Pancur Batu;
(3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. Kecamatan Namorambe;
huruf b, dengan luas lebih kurang 12.010 (dua belas ribu c. Kecamatan Kutalimbaru;
sepuluh) hektar berada di d. Kecamatan Patumbak;
e. Kecamatan Sibiru-biru;
a. Kecamatan Pancur Batu,
f. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
b. Kecamatan Namorambe, g. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu;
c. Kecamatan Kutalimbaru, h. Kecamatan Sibolangit;
d. Kecamatan Patumbak, i. Kecamatan Galang;
e. Kecamatan Sibiru-biru, j. Kecamatan Gunung Meriah;
f. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir, k. Kecamatan Bangun Purba;
l. Kecamatan Lubuk Pakam;
g. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu,
m. Kecamatan Sunggal;
h. Kecamatan Sibolangit, n. Kecamatan Tanjung Morawa;
i. Kecamatan Galang, o. Kecamatan Hamparan Perak;
j. Kecamatan Gunung Meriah p. Kecamatan Labuhan Deli;
k. Kecamatan Bangun Purba, q. Kecamatan Deli Tua;
l. Kecamatan Lubuk Pakam, r. Kecamatan Batang Kuis;
m. Kecamatan Sunggal, s. Kecamatan Beringin;
t. Kecamatan Pantai Labu;
n. Kecamatan Tanjung Morawa,
u. Kecamatan Pagar Merbau; dan
o. Kecamatan Hamparan Perak, v. Kecamatan Percut Sei Tuan.
p. Kecamatan Labuhan Deli, (4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
q. Kecamatan Deli Tua, dengan luas lebih kurang 100.202 (seratus ribu dua ratus dua puluh)
r. Kecamatan Batang Kuis, hektar berada di
s. Kecamatan Beringin, a. Kecamatan Bangun Purba;
b. Kecamatan Gunung Meriah;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

t. Kecamatan Pantai Labu, c. Kecamatan Galang;


u. Kecamatan Pagar Merbau, dan d. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
v. Kecamatan Percut Sei Tuan. e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu;
f. Kecamatan Kutalimbaru;
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
g. Kecamatan Pantai Labu;
huruf c, dengan luas lebih kurang 102.583 (seratus dua ribu h. Kecamatan Sibiru-biru;
lima ratus delapan puluh tiga) hektar berada di i. Kecamatan Namorambe;
a. Kecamatan Bangun Purba, j. Kecamatan Pancur Batu;
b. Kecamatan Gunung Meriah, k. Kecamatan Hamparan Perak; dan
c. Kecamatan Galang, l. Kecamatan Percut Sei Tuan.
d. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir, (5) Kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) yang merupakan
bagian dari kawasan tanaman pangan dan kawasan hortikultura
e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu,
dengan luas lebih kurang 31.278 (tiga puluh satu ribu dua ratus tujuh
f. Kecamatan Kutalimbaru, puluh delapan) hektar berada di
g. Kecamatan Pantai Labu, a. Kecamatan Galang;
h. Kecamatan Sibiru-biru, b. Kecamatan Pagar Merbau;
i. Kecamatan Namorambe, c. Kecamatan Beringin;
j. Kecamatan Pancur Batu, d. Kecamatan Pantai Labu;
k. Kecamatan Hamparan Perak; dan e. Kecamatan Percut Sei Tuan;
f. Kecamatan Batang Kuis;
l. Kecamatan Percut Sei Tuan.
g. Kecamatan Tanjung Morawa;
(5) Kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) yang h. Kecamatan Patumbak;
merupakan bagian dari kawasan tanaman pangan dan i. Kecamatan Sunggal;
kawasan hortikultura dengan luas lebih kurang 31.267 (tiga j. Kecamatan Pancur Batu;
satu ribu dua ratus enam puluh tujuh) hektar berada di k. Kecamatan Namorambe; dan
a. Kecamatan Galang, l. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir.
b. Kecamatan Pagar Merbau,
(6) Di dalam kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat
c. Kecamatan Beringin, (2) terdapat:
d. Kecamatan Pantai Labu, a. kawasan tanaman pangan yang berdasarkan ketentuan peraturan
e. Kecamatan Percut Sei Tuan, perundang–undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
f. Kecamatan Batang Kuis, sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut kawasan hutan
g. Kecamatan Tanjung Morawa, lindung/kawasan tanaman pangan seluas lebih kurang 331 (tiga
h. Kecamatan Patumbak, ratus tiga puluh satu) hektar di Kecamatan Gunung Meriah,
Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan
i. Kecamatan Sunggal,
Percut Sei Tuan, Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu.
j. Kecamatan Pancur Batu, b. kawasan tanaman pangan yang berdasarkan ketentuan peraturan
k. Kecamatan Namorambe dan perundang–undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
l. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir. sebagai kawasan hutan produksi terbatas selanjutnya disebut
kawasan hutan hutan produksi terbatas/kawasan tanaman pangan
seluas lebih kurang 3 (tiga) hektar di Kecamatan Hamparan Perak,
dan Kecamatan Percut Sei Tuan.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c. kawasan tanaman pangan yang berdasarkan ketentuan peraturan


perundang–undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan produksi tetap selanjutnya disebut kawasan
hutan produksi tetap/kawasan tanaman pangan seluas lebih
kurang 136 (seratus tiga puluh enam) hektar di Kecamatan Sibiru-
biru, Kecamatan Kutalimbaru, Kecamatan Senembah Tanjung
Muda Hilir, Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu, dan
Kecamatan Sibolangit.
(7) Di dalam kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
terdapat:
a. kawasan perkebunan yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang–undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut hutan
lindung/kawasan perkebunan seluas lebih kurang 7.161 (tujuh ribu
seratus enam puluh satu) hektar di Kecamatan Gunung Meriah,
Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu.
b. kawasan perkebunan yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang–undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan produksi terbatas selanjutnya disebut
kawasan hutan produksi terbatas/kawasan perkebunan seluas
lebih kurang 3 (tiga) hektar di Kecamatan Hamparan Perak, dan
Kecamatan Percut Sei Tuan
c. kawasan perkebunan yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang–undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan produksi tetap selanjutnya disebut kawasan
hutan produksi tetap/kawasan perkebunan seluas lebih kurang
18.883 (delapan belas ribu delapan ratus delapan puluh tiga) hektar
di Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Sibiru-biru, Kecamatan
Kutalimbaru, Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir,
Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu, Kecamatan Sibolangit
.
(8) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dan (7) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang–undangan.

Pasal 30 Pasal 30 Direktur Perwilayahan Industri,


(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ditjen Ketahanan Perwilayahan
Pasal 27 huruf c meliputi: huruf c seluas lebih kurang 5.841 (lima ribu delapan ratus empat puluh dan Akses Industri Internasional,
a. kawasan industri; dan satu) hektar berada di
a. Kecamatan Percut Sei Tuan;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

b. sentra industri kecil dan menengah. b. Kecamatan Labuhan Deli; Kementerian Perindustrian
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a c. Kecamatan Tanjung Morawa;
seluas lebih kurang 4.468 (empat ribu empat ratus senam d. Kecamatan Hamparan Perak; Masukan:
e. Kecamatan Pantai Labu;
puluh delapan) hektar berada di
f. Kecamatan Tanjung Morawa;
a. Kecamatan Percut Sei Tuan, g. Kecamatan Patumbak; dan Perluasan Kawasan Industri Medan
b. Kecamatan Labuhan Deli, h. Kecamatan Sunggal. seluas lebih kurang 960 ha yang
c. Kecamatan Tanjung Morawa, berada di Kecamatan Percut Sei Tuan
d. Kecamatan Hamparan Perak dan dan Medan star Industrial Estate
e. Kecamatan Pantai Labu. dengan luas lebih kurang 105 ha
(3) Sentra industri kecil dan menengah sebagaimana dimaksud yang berada di Kecamatan Tanjung
pada ayat (1) huruf b seluas lebih kurang 969 (sembilan ratus Morawa. Medanstar Industrial Estate
enam puluh sembilan) hektar berada di seluas lebih kurang seluas 200 ha
a. Kecamatan Tanjung Morawa, hingga 500 ha yang berlokasi di Desa
b. Kecamatan Patumbak, dan Tanah Abang Kecamatan Deli
c. Kecamatan Sunggal. Serdang.

Tanggapan:

Telah diakomodir

Pasal 31 Pasal 31
Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d berupa
berupa sarana penunjang tempat pendaratan ikan (TPI) serta tempat sarana penunjang tempat pendaratan ikan (TPI) serta tempat pengolahan
pengolahan hasil perikanan yang berada di hasil perikanan yang berada di
a. Kecamatan Labuhan Deli;
b. Kecamatan Percut Sei Tuan;
a. Kecamatan Labuhan Deli,
c. Kecamatan Hamparan Perak; dan
d. Kecamatan Pantai Labu.
b. Kecamatan Percut Sei Tuan,

c. Kecamatan Hamparan Perak, dan

d. Kecamatan Pantai Labu.

Pasal 32 Pasal 32 Asisten Deputi Bidang Perkebunan


Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf (1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf e dan Kehutanan, Kementerian
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

e meliputi: meliputi: BUMN;

a. permukiman perkotaan seluas lebih kurang 19.823 (sebelas a. Kawasan permukiman perkotaan; dan Masukan:
belas ribu delapan ratus dua puluh tiga) hektar, yang berada di b. Kawasan permukiman perdesaan. Pengembangan lahan di lokasi PTPN
Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Pancur Batu, Kecamatan untuk kawasan permukiman,
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perdagangan dan jasa dan sentra
Tanjung Morawa, Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan huruf a, seluas lebih kurang 29.962 (dua puluh sembilan ribu sembilan industri, dan rencana perluasan
Percut Sei Tuan, Kecamatan Sunggal, Kecamatan Deli Tua, ratus enam puluh dua) hektar, yang berada di pengembangan Kota Galang, Bangun
Kecamatan Kecamatan Galang, Kecamatan Patumbak, a. Kecamatan Lubuk Pakam; Purba, dan Tanjung Morawa:
Kecamatan Labuhan Deli, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan b. Kecamatan Pancur Batu;
Beringin, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Sibolangit, dan c. Kecamatan Tanjung Morawa; Tanggapan:
Sebahagian Kecamatan Namorambe dan Kecamatan Pagar d. Kecamatan Hamparan Perak; Telah diakomodir
e. Kecamatan Percut Sei Tuan;
Merbau.
f. Kecamatan Sunggal;
b. permukiman perdesaan seluas lebih kurang 9.613 (sembilan g. Kecamatan Deli Tua;
ribu enam ratus tiga belas) hektar yang berada di Kecamatan h. Kecamatan Kecamatan Galang;
Gunung Meriah, Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu, i. Kecamatan Patumbak;
Kecamatan Kutalimbaru, Kecamatan Sibiru-biru, Kecamatan j. Kecamatan Labuhan Deli,
Senembah Tanjung Muda Hilir, Kecamatan Bangun Purba, dan k. Kecamatan Pantai Labu;
sebahagian Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Namorambe, l. Kecamatan Beringin;
m. Kecamatan Batang Kuis;
Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kecamatan
n. Kecamatan Sibolangit;
Pantai Labu, Kecamatan Beringin, Kecamatan Hamparan o. Kecamatan Namorambe; dan
Perak. p. Kecamatan Pagar Merbau.
(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b seluas lebih kurang 7.704 (tujuh ribu tujuh ratus empat) hektar
yang berada di
a. Kecamatan Gunung Meriah;
b. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu;
c. Kecamatan Kutalimbaru;
d. Kecamatan Sibiru-biru;
e. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir;
f. Kecamatan Bangun Purba;
g. Kecamatan Pagar Merbau;
h. Kecamatan Namorambe;
i. Kecamatan Sibolangit;
j. Kecamatan Percut Sei Tuan;
k. Kecamatan Pantai Labu;
l. Kecamatan Beringin; dan
m. Kecamatan Hamparan Perak.
(9) Di dalam kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdapat:
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. kawasan permukiman perdesaan yang berdasarkan ketentuan


peraturan perundang–undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung selanjutnya disebut
kawasan hutan lindung/kawasan permukiman perdesaan seluas
lebih kurang 142 (seratus empat puluh dua) hektar di Kecamatan
Gunung Meriah, Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Pantai
Labu, Kecamatan Percut Sei Tuan, dan Kecamatan Senembah
Tanjung Muda Hulu.
b. kawasan permukiman perdesaan yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang–undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi tetap selanjutnya
disebut kawasan hutan hutan produksi tetap/kawasan
permukiman perdesaan seluas lebih kurang 182 (seratus delapan
puluh dua) hektar di Kecamatan Sibiru-biru, Kecamatan
Kutalimbaru, Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir,
Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu, dan Kecamatan
Sibolangit.
(10) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang–undangan.

Pasal 33 Pasal 33
Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pasal 27 huruf f meliputi: 27 huruf f seluas lebih kurang 1.225 (seribu dua ratus dua puluh lima)
hektar meliputi:
a. Yonif 121 Macan Kumbang Jaharun B di Kecamatan Galang;
a. Pangkalan TNI Angkatan Udara Soewondo di Kecamatan Hamparan
b. Resor Pancur Batu Namosimpur di Kecamatan Pancur Batu;
Perak
c. Resor Kota Medan Sektor Deli Tua di Kecamatan Deli Tua; b. Yonif 121 Macan Kumbang Jaharun B di Kecamatan Galang;
d. Polsek Sei Tuan di Kecamatan Percut Sei Tuan; c. Resort Pancur Batu Namosimpur di Kecamatan Pancur Batu;
e. Polsek Namorambe di Kecamatan Namorambe; d. Resor Kota Medan Sektor Deli Tua di Kecamatan Deli Tua;
f. Polsek Gunung Meriah di Kecamatan Gunung Meriah; e. Polsek Percut Sei Tuan di Kecamatan Percut Sei Tuan;
g. Polsek Galang Kota di Kecamatan Galang; f. Polsek Namorambe di Kecamatan Namorambe;
h. Polsek Nplasmen Kualanamu di Kecamatan Beringin; g. Polsek Gunung Meriah di Kecamatan Gunung Meriah;
h. Polsek Galang Kota di Kecamatan Galang;
i. Polsek Binjai Tandem Hilir Satu di Kecamatan Hamparan
i. Polsek Emplasmen Kualanamu di Kecamatan Beringin;
Perak; j. Polsek Binjai Tadem Hilir Satu di Kecamatan Hamparan Perak;
j. Polsek Bangun Purba di Kecamatan Bangun Purba; k. Polsek Bangun Purba di Kecamatan Bangun Purba;
k. Polsek / Koramil Tanjung Sari di Kecamatan Batang Kuis; l. Polsek / Koramil Tanjung Sari di Kecamatan Batang Kuis;
l. Polres Pagar Merbau Tanjung Mulia di Kecamatan Pagar m. Polres Pagar Merbau Tanjung Mulia di Kecamatan Pagar Merbau;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Merbau; n. Polres Limau Manis di Kecamatan Tanjung Morawa;


m. Polres Limau Manis di Kecamatan Tanjung Morawa; o. Polisi Sektor Patumbak di Kecamatan Patumbak;
n. Polisi sektor Patumbak di Kecamatan Patumbak; p. Polisi Militer Lubuk Pakam Tiga di Kecamatan Lubuk Pakam;
q. Pangkalan Utama TNI AL di Kecamatan Tanjung Morawa;
o. Polisi Militer Lubuk Pakam Tiga di Kecamatan Lubuk Pakam;
r. Koramil Tanjung Morawa B di Kecamatan Tanjung Morawa;
p. Pangkal Utama TNI AL di Kecamatan Hamparan Perak; s. Koramil Rayon Militer 14 di Kecamatan Pancur Batu;
q. Koramil Tanjung Morawa B di Kecamatan Tanjung Morawa; t. Koramil Lubuk Pakam Satu-Dua di Kecamatan Lubuk Pakam;
r. Koramil Rayon Militer di Kecamatan Pancur Batu; u. Koramil Lima Belas/ DT Deli Tua di Kecamatan Deli Tua;
s. Koramil Lubuk Pakam Satu Dua di Kecamatan Lubuk Pakam; v. Koramil 01-SGL Sei Semayam di Kecamatan Sunggal;
t. Koramil Lima Belas/ DT di Kecamatan Deli Tua; w. Komando Rayon Militer 18 Galang Kota di Kecamatan Galang;
u. Koramil 01-SGL Sei Semayam di Kecamatan Sunggal; x. Komando Distrik 0201 Pematang Johar di Kecamatan Labuhan Deli;
y. Kodim Pagar Merbau Tiga di Kecamatan Lubuk Pakam;
v. Komando Rayon Militer 18 Galang Kota di Kecamatan Galang;
z. Kodam Rayon Militer 02 Kutalimbaru di Kecamatan Kutalimbaru;
w. Komando Distrik 0201 Pematang Johar di Kecamatan Labuhan aa. Kodam Deli Tua di Kecamatan Namorambe;
Deli; bb. Kesatuan Berigif 7/RR di Kecamatan Galang;
x. Kodim Pagar Merbau Tiga di Kecamatan Lubuk Pakam; cc. Kepolisian Resort Kota Medan di Kecamatan Percut Sei Tuan;
y. Kodam Rayon Militer 02 Kutalimbaru di Kecamatan dd. Batalion Zeni Tempur I Kompi A Tuntungan Dua di Kecamatan Pancur
Kutalimbaru; Batu;
z. Kodam Deli Tua di Kecamatan Namorambe; ee. Batalion Armed – 2/105 Sidomulyo di Kecamatan Sibiru-biru; dan
ff. Barak TNI Zeni Tuntungan Dua di Kecamatan Pancur Batu.
aa. Kesatuan Berigif 7/RR di Kecamatan Galang;
bb. Kepolisian Resor Kota Medan di Kecamatan Percut Sei Tuan;
cc. Batalion Zeni Tempur I Kompi A Tuntungan Dua di Kecamatan
Pancur Batu;
dd. Batalion Armed – 2/105 Sidomulyo di Kecamatan Sibiru-biru;
dan
ee. Barak TNI Zeni Tuntungan Dua di Kecamatan Pancur Batu.

Pasal 34 Pasal 34
Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf g Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf g
seluas lebih kurang 1.372 (seribu tiga ratus tujuh puluh dua) hektar seluas lebih kurang 1.372 (seribu tiga ratus tujuh puluh dua) hektar
berada di berada di

a. Kecamatan Pantai Labu dan


a. Kecamatan Pantai Labu dan
b. Kecamatan Beringin.
b. Kecamatan Beringin.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Pasal 35 Pasal 35
Badan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf h seluas Badan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf h seluas lebih
lebih kurang 1.778 (seribu tujuh ratus tujuh puluh delapan) hektar kurang 1.778 (seribu tujuh ratus tujuh puluh delapan) hektar tersebar di
tersebar di seluruh kecamatan. seluruh kecamatan.

BAB VI BAB VI

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

Pasal 36 Pasal 36
(1) Penetapan kawasan strategis meliputi: (1) Penetapan kawasan strategis meliputi:
a. kawasan strategis nasional (KSN);
a. kawasan strategis nasional (KSN);
b. kawasan strategis provinsi (KSP); dan
b. kawasan strategis provinsi (KSP); dan c. kawasan strategis kabupaten (KSK).
c.kawasan strategis kabupaten (KSK). (2) Kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
(2) Kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat a, yang merupakan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan
(1) huruf a, yang merupakan kawasan strategis nasional dari pertumbuhan ekonomi meliputi Kawasan Perkotaan Medan - Binjai -
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi Kawasan Deli Serdang - Karo (Mebidangro).
Perkotaan Medan - Binjai - Deli Serdang - Karo (Mebidangro). (3) Kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, merupakan kawasan strategis yang meliputi:
(3) Kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
a. Kawasan situs dan peninggalan bersejarah Kota Cina di Kota Medan
(1) huruf b, merupakan kawasan strategis yang meliputi: dan Kota Rantang di Kabupaten Deli Serdang;
a. Kawasan situs dan peninggalan bersejarah Kota Cina di b. bangunan bersejarah di Koridor Kota Lama Belawan dan Kota
Kota Medan dan Kota Rantang di Kabupaten Deli Serdang; Lama Kesawan di Kota Medan; dan
b. bangunan bersejarah di Koridor Kota Lama Belawan dan c. bangunan bersejarah budaya Kesultanan Deli di Kota Medan dan
Kota Lama Kesawan di Kota Medan; dan Kabupaten Deli Serdang.
(4) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
c.bangunan bersejarah budaya Kesultanan Deli di Kota Medan
huruf c terdiri atas:
dan Kabupaten Deli Serdang. a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
(4) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada meliputi:
ayat (1) huruf c terdiri atas: 1. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Percut Sei
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan Tuan;
ekonomi meliputi: 2. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Tanjung
1. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Morawa;
3. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Hamparan
Percut Sei Tuan;
Perak;
2. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan 4. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Patumbak;
Tanjung Morawa; 5. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Sunggal;
3. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan 6. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Labuhan Deli
Hamparan Perak; 7. Kawasan olahraga dan budaya di Kecamatan Batang Kuis;
8. kawasan aerocity di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

4. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Beringin;dan


Patumbak; 9. Kawasan pendidikan di Kecamatan Percut Sei Tuan dan
5. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan Kecamatan Pancur Batu.
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya meliputi:
Sunggal;
1. Kawasan pusat sosial dan budaya di Kecamatan Lubuk Pakam;
6. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kecamatan 2. Kawasan Situs Putri Hijau di Kecamatan Deli Tua dan
Labuhan Deli Kecamatan Namorambe;
7. Kawasan olahraga dan budaya di Kecamatan Batang 3. Kawasan pusat pendidikan dan pariwisata di Kecamatan
Kuis; Pancur Batu
8. kawasan aerocity di Kecamatan Pantai Labu dan c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
Kecamatan Beringin; lingkungan hidup meliputi kawasan eco-edu tourism di Kecamatan
Sibolangit
9. Kawasan pendidikan di Kecamatan Percut Sei Tuan
(5) Penetapan kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada
dan Kecamatan Pancur Batu; dan ayat (4) digambarkan dalam peta kawasan strategis kabupaten dengan
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran V
meliputi: yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
1. Kawasan pusat sosial dan budaya di Kecamatan
Lubuk Pakam;
2. Kawasan Situs Putri Hijau di Kecamatan Deli Tua
dan Kecamatan Namorambe;
3. Kawasan pusat pendidikan dan pariwisata di
Kecamatan Pancur Batu
c.kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup meliputi kawasan eco-edu
tourism di Kecamatan Sibolangit
(5) Penetapan kawasan strategis kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) digambarkan dalam peta kawasan
strategis kabupaten dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini
(6) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c akan diatur lebih lanjut dengan rencana rinci
tata ruang kawasan strategis kabupaten yang ditetapkan oleh
Peraturan Daerah.

BAB VII BAB VII

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Bagian Kesatu Bagian Kesatu

Umum Umum

Pasal 37 Pasal 37
(1) Arahan pemanfaatan ruang meliputi: (1) Arahan pemanfaatan ruang meliputi:
a. program utama;
a. program utama;
b. lokasi;
b. lokasi; c. besaran;
c.besaran; d. sumber pendanaan;
d. sumber pendanaan; e. instansi pelaksana; dan
e.instansi pelaksana; dan f. waktu pelaksanaan.
f. waktu pelaksanaan. (2) Program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud (1) huruf a meliputi:
a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
pada ayat (1) huruf a meliputi:
b. perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten; dan
a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten; c. perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten
b. perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten; dan (3) Sumber pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari
c.perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan
(3) Sumber pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber belanja daerah provinsi, anggaran pendapatan dan belanja daerah
dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran kabupaten, swasta, masyarakat dan/atau sumber lain yang sah.
(4) Pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
pendapatan dan belanja daerah provinsi, anggaran pendapatan
Pemerintah Kabupaten, Swasta, dan Masyarakat.
dan belanja daerah kabupaten, swasta, masyarakat dan/atau (5) Waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:
sumber lain yang sah. a. tahap I pada periode Tahun 2021 sd Tahun 2026;
(4) Pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah, Pemerintah b. tahap II pada periode Tahun 2027 sd Tahun 2031;
Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Swasta, dan Masyarakat. c. tahap III pada periode Tahun 2032 sd Tahun 2036; dan
(5) Waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: d. tahap IV pada periode Tahun 2037 sd Tahun 2041.
a. tahap I pada periode Tahun 2020 sd Tahun 2025; (6) Rincian program utama, lokasi, besaran, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
b. tahap II pada periode Tahun 2026 sd Tahun 2030;
(1) tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
c.tahap III pada periode Tahun 2031 sd Tahun 2035; dan terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
d. tahap IV pada periode Tahun 2036 sd Tahun 2040.
(6) Rincian program utama, lokasi, besaran, sumber pendanaan,
instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

Bagian Kedua Bagian Kedua


RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

Pasal 38 Pasal 38
(1) Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten (1) Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a meliputi
a. perwujudan pusat-pusat kegiatan di wilayah kabupaten; dan
meliputi
b. perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten.
a. Perwujudan pusat-pusat kegiatan di wilayah kabupaten; c. perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten
dan (2) Perwujudan pusat-pusat kegiatan di wilayah kabupaten sebagaimana
b. Perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten. dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu:
c.perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten a. Pengembangan dan penataan PPK meliputi Lubuk Pakam, Pancur
(2) Perwujudan pusat-pusat kegiatan di wilayah kabupaten Batu, Tanjung Morawa, Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Sunggal,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu: Deli Tua, Galang, Patumbak, Labuhan Deli, Pantai Labu, Beringin,
Batang Kuis, Sibolangit;
a. Pengembangan dan penataan PPK meliputi Lubuk Pakam,
b. Pengembangan dan penataan PPL meliputi Gunung Meriah,
Pancur Batu, Tanjung Morawa, Hamparan Perak, Percut Senembah Tanjung Muda Hulu, Kutalimbaru, Namorambe, Sibiru-
Sei Tuan, Sunggal, Deli Tua, Galang, Patumbak, Labuhan biru, Senembah Tanjung Muda Hilir, Bangun Purba, dan Pagar
Deli, Pantai Labu, Beringin, Batang Kuis, Sibolangit; Merbau.
b. Pengembangan dan penataan PPL meliputi Gunung (3) Perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten sebagaimana
Meriah, Senembah Tanjung Muda Hulu, Kutalimbaru, dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. perwujudan sistem jaringan transportasi;
Namorambe, Sibiru-biru, Senembah Tanjung Muda Hilir,
b. perwujudan sistem jaringan energi;
Bangun Purba, dan Pagar Merbau. c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
(3) Perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten sebagaimana d. perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: e. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
a. perwujudan sistem jaringan transportasi; (4) Perwujudan sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada
b. perwujudan sistem jaringan energi; ayat (3) huruf a yaitu:
c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi; a. pengembangan sistem jaringan jalan yang meliputi
1. pemeliharaan rutin dan berkala jalan nasional yang meliputi
d. perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan
jalan arteri primer, jalan kolektor primer 1 dan jalan tol;
e. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya. 2. pemeliharaan rutin dan berkala jalan provinsi yang meliputi
(4) Perwujudan sistem jaringan transportasi sebagaimana jalan kolektor primer 2 dan jalan strategis provinsi;
dimaksud pada ayat (3) huruf a yaitu: 3. pemeliharaan rutin dan berkala jalan kabupaten;
a. Pengembangan sistem jaringan jalan yang meliputi 4. peningkatan jalan kabupaten menjadi jalan nasional (arteri);
1. pemeliharaan rutin dan berkala jalan nasional yang 5. peningkatan jalan kabupaten menjadi jalan provinsi (kolektor
meliputi jalan arteri primer, jalan kolektor primer 1 primer) lintas kabupaten;
6. peningkatan jalan kabupaten yaitu jalan lokal;
dan jalan tol;
7. pengembangan terminal tipe B;
2. pemeliharaan rutin dan berkala jalan provinsi yang 8. pembangunan terminal tipe C; dan
meliputi jalan kolektor primer 2 dan jalan strategis 9. peningkatan terminal tipe C.
provinsi; b. pengembangan sistem jaringan kereta api yang meliputi:
3. pemeliharaan rutin dan berkala jalan kabupaten; 1. pengembangan dan peningkatan jalur kereta api dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

4. peningkatan jalan kabupaten menjadi jalan nasional 2. reaktivasi jalur kereta api yang lama.
(arteri); (5) Perwujudan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
5. peningkatan jalan kabupaten menjadi jalan provinsi huruf b meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan jaringan infrastruktur minyak dan
(kolektor primer) lintas kabupaten;
gas bumi yaitu:
6. peningkatan jalan kabupaten yaitu jalan lokal; 1. pembangunan jaringan pipa gas bumi nasional
7. pengembangan terminal tipe B; 2. pengembangan dan peningkatan jaringan pipa gas bumi
8. pembangunan terminal tipe C; nasional
9. peningkatan terminal tipe C; b. pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan yaitu:
b. pengembangan sistem jaringan kereta api yang meliputi: 1. pengembangan jaringan distribusi tenaga listrik;
1. pengembangan dan peningkatan jalur kereta api dan 2. peningkatan pelayanan;
3. pembangunan gardu induk dan peningkatan kapasitas gardu
2. reaktivasi jalur kereta api yang lama.
induk.
(5) Perwujudan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud (6) Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b meliputi: pada ayat (3) huruf c meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan jaringan infrastruktur a. pengembangan jaringan tetap berupa penambahan sambungan
minyak dan gas bumi yaitu: telepon kabel.
1. pembangunan jaringan pipa gas bumi nasional b. pengembangan jaringan bergerak berupa pengembangan jaringan
2. pengembangan dan peningkatan jaringan pipa gas bergerak satelit.
(7) Perwujudan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud
bumi nasional
pada ayat (3) huruf d meliputi:
b. pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan yaitu: a. peningkatan sumber air baku yaitu:
1. pengembangan jaringan distribusi tenaga listrik; 1. peningkatan sumber air baku untuk air bersih;
2. peningkatan pelayanan; 2. peningkatan pemanfaatan air permukaan sebagai air baku
3. pembangunan gardu induk dan peningkatan pertanian.
kapasitas gardu induk. b. pengembangan prasarana sumber daya air yaitu:
1. peningkatan dan pemeliharaan jaringan irigasi;
(6) Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
2. rehabilitasi jaringan irigasi eksisting;
dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi: 3. pembangunan dan perluasan jaringan irigasi yang baru;
a. Pengembangan jaringan tetap yaitu: 4. peningkatan dan pemeliharaan jaringan air bersih bagi
1. Penambahan sambungan telepon kabel. seluruh kecamatan;
b. Pengembangan jaringan bergerak yaitu; 5. pengendalian banjir; dan
1. Pengembangan jaringan bergerak satelit. 6. pengamanan sempadan sungai dan pantai.
(7) Perwujudan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana (8) Perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e meliputi:
dimaksud pada ayat (3) huruf d meliputi:
a. pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM)
a. Peningkatan sumber air baku yaitu: b. pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD);
1. Peningkatan sumber air baku untuk air bersih; c. pengembangan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
2. Peningkatan pemanfaatan air permukaan sebagai air beracun (B3);
baku pertanian. d. pengembangan sistem jaringan persampahan wilayah
b. Pengembangan prasarana sumber daya air yaitu: e. pembangunan dan atau penambahan TPS di seluruh wilayah
perkotaan;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

1. peningkatan dan pemeliharaan jaringan irigasi; f. pengembangan sistem daur ulang sampah di TPA;
2. rehabilitasi jaringan irigasi eksisting; g. pengembangan pengelolaan limbah bergerak;
3. pembangunan dan perluasan jaringan irigasi yang h. pembangunan TPA Regional
i. pengembangan TPA Kutalimbaru dan TPA Tandukan Raga
baru;
j. pembangunan TPA Kabupaten
4. peningkatan dan pemeliharaan jaringan air bersih k. pembangunan jalur dan ruang evakuasi bencana
bagi seluruh kecamatan;
5. pengendalian banjir; dan
6. pengamanan sempadan sungai dan pantai.
(8) Perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi:
a. pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM)
b. pengembangan sistem pengelolaan air limbah (SPAL);
c.pengembangan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3);
d. pengembangan sistem jaringan persampahan wilayah
e.pembangunan dan atau penambahan TPS di seluruh wilayah
perkotaan;
f. pengembangan sistem daur ulang sampah di TPA;
g. pengembangan pengelolaan limbah bergerak;
h. pembangunan TPA Regional
i. pengembangan TPA Kutalimbaru dan TPA Tandukan Raga
j. pembangunan TPA Kabupaten
k. pembangunan jalur dan ruang evakuasi bencana

Bagian Ketiga Bagian Ketiga

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

Pasal 39 Pasal 39
(1) Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten (1) Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b meliputi:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b
a. perwujudan kawasan peruntukan lindung; dan
meliputi: b. perwujudan kawasan peruntukan budi daya.
a. perwujudan kawasan peruntukan lindung; dan (2) Perwujudan kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud pada
b. perwujudan kawasan peruntukan budidaya. ayat (1) huruf a meliputi:
(2) Perwujudan kawasan peruntukan lindung sebagaimana a. perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: kawasan bawahannya;
a. Perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan b. perwujudan kawasan perlindungan setempat;
c. perwujudan kawasan konservasi ; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

terhadap kawasan bawahannya; d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
b. perwujudan kawasan perlindungan setempat; (3) Perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
c.perwujudan kawasan konservasi ; dan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. mempertegas batas-batas kawasan hutan lindung serta
d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
memberikan batasan fisik pada kawasan hutan lindung;
tanah. b. pembangunan jalan inspeksi dalam rangka mempermudah
(3) Perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kegiatan pengawasan dan pengendalian kawasan hutan lindung;
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) c. identifikasi pemilik lahan yang terkena peruntukkan kawasan
huruf a meliputi: hutan lindung;
d. pelaksanaan penyepakatan (penggantian, pembelian, atau
a. Pengawasan dan pengendalian pada kawasan yang
partisipasi) lahan peruntukkan hutan lindung;
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya e. identifikasi kerusakan dan penggundulan hutan lindung; dan
yaitu: f. pelaksanaan rehabilitasi dan penghutanan.
1. mempertegas batas-batas kawasan hutan lindung (4) Perwujudan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud
serta memberikan batasan fisik pada kawasan hutan pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. memberikan fungsi lindung pada kawasan sempadan sungai yaitu,
lindung;
1. mempertegas batas-batas dan memberikan batasan fisik
2. pembangunan jalan inspeksi dalam rangka pada kawasan sempadan sungai
mempermudah kegiatan pengawasan dan 2. pembangunan jalan inspeksi dalam rangka mempermudah
pengendalian kawasan hutan lindung; kegiatan pengawasan dan pengendalian;
3. identifikasi DAS (Daerah Aliran Sungai); dan
3. identifikasi pemilik lahan yang terkena peruntukkan 4. rehabilitasi dan pengerukan DAS.
kawasan hutan lindung; b. memberikan fungsi lindung pada kawasan sekitar danau atau
4. pelaksanaan penyepakatan (penggantian, pembelian, waduk yaitu mempertegas batas-batas dan memberikan batasan
atau partisipasi) lahan peruntukkan hutan lindung; fisik pada kawasan sekitar danau atau waduk.
(5) Perwujudan kawasan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
5. identifikasi kerusakan dan penggundulan hutan huruf c meliputi:
lindung; a. mempertegas batas-batas kawasan suaka alam serta memberikan
6. pelaksanaan rehabilitasi dan penghutanan batasan fisik pada kawasan suaka alam;
b. pembangunan jalan inspeksi dalam rangka mempermudah
(4) Perwujudan kawasan perlindungan setempat sebagaimana
kegiatan pengawasan dan pengendalian kawasan suaka alam;
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: c. identifikasi pemilik lahan yang terkena peruntukan kawasan suaka
a. memberikan fungsi lindung pada kawasan sempadan alam;
sungai yaitu, d. pelaksanaan penyepakatan (penggantian, pembelian, atau
partisipasi) lahan peruntukan kawasan suaka alam;
1. mempertegas batas-batas dan memberikan batasan e. identifikasi kerusakan dan penggundulan hutan pada kawasan
fisik pada kawasan sempadan sungai suaka alam;
2. pembangunan jalan inspeksi dalam rangka f. pelaksanaan rehabilitasi dan reboisasi pada kawasan suaka alam;
mempermudah kegiatan pengawasan dan g. sosialisasi perwujudan kawasan suaka alam.
h. pengembangan tanaman perkebunan yang berfungsi sebagai
pengendalian;
tanaman konservasi
3. identifikasi DAS (Daerah Aliran Sungai); dan (6) Perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

4. rehabilitasi dan pengerukan DAS. tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d berupa pengawasan
dan pengendalian lingkungan hidup sekitar kawasan yang memberikan
b. Memberikan fungsi lindung pada kawasan sekitar danau perlindungan terhadap air tanah.
atau waduk yaitu (7) Perwujudan kawasan peruntukan budidaya sebagaimana dimaksud
1. Mempertegas batas-batas dan memberikan batasan pada ayat (1) huruf b meliputi:
fisik pada kawasan sekitar danau atau waduk. a. perwujudan kawasan hutan produksi;
(5) Perwujudan kawasan konservasi sebagaimana dimaksud pada b. perwujudan kawasan pertanian;
c. perwujudan kawasan perikanan;
ayat (2) huruf c meliputi:
d. perwujudan kawasan peruntukan industri;
a. Memberikan perlindungan terhadap kawasan suaka alam e. perwujudan kawasan permukiman;
yaitu: f. perwujudan pertahanan dan keamanan;
g. perwujudan kawasan transportasi; dan
1. mempertegas batas-batas kawasan suaka alam serta
h. perwujudan badan air.
memberikan batasan fisik pada kawasan suaka alam;
(8) Perwujudan kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
2. pembangunan jalan inspeksi dalam rangka (7) huruf a yaitu :
mempermudah kegiatan pengawasan dan a. studi kelayakan dan desain pengembangan sentra industri
pengendalian kawasan suaka alam; pengolahan hasil kehutanan
b. pembangunan sentra industri pengolahan hasil kehutanan
3. identifikasi
pemilik lahan yang terkena peruntukan c. penyusunan peraturan pelimpahan penguasaan dan atau
kawasan suaka alam; memberikan kewenangan dalam pengawasan dan pengendalian
4. pelaksanaan penyepakatan (penggantian, pembelian, kawasan hutan produksi dari pemerintah kecamatan terhadap
atau partisipasi) lahan peruntukan kawasan suaka pemerintah desa; dan
d. penyusunan peraturan dan atau instruksi yang mengikat tentang
alam;
program tebang-pilih dan tebang tanam.
5. identifikasi kerusakan dan penggundulan hutan pada (9) Perwujudan kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
kawasan suaka alam; huruf b yaitu :
a. pembangunan sentra budidaya pertanian;
6. pelaksanaan rehabilitasi dan reboisasi pada kawasan
b. studi kelayakan pengembangan sentra budidaya tanaman lahan
suaka alam; kering, lahan basah, peternakan, dan perikanan;
7. sosialisasi perwujudan kawasan suaka alam. c. pelaksanaan pembangunan sentra budidaya benih dan bibit unggul
tanaman pertanian, peternakan, dan perikanan;
8. Pengembangan tanaman perkebunan yang berfungsi d. pelaksanaan pembangunan koperasi/pasar khusus pertanian;
sebagai tanaman konservasi e. pengembangan sentra agropolitan
(6) Perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap f. peningkatan fasilitas kegiatan pertanian;
air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d g. pengadaan kegiatan dan penyuluhan pertanian;
meliputi: h. pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan;
i. identifikasi kawasan perkebunan yang masih potensial;
a. Pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup sekitar
j. identifikasi kawasan perkebunan yang sudah tidak diperpanjang
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air ijin operasinya;
tanah. k. pengembangan tanaman tahunan pada daerah yang memiliki
(7) Perwujudan kawasan peruntukan budidaya sebagaimana kemiringan diatas 25%;
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: l. peningkatan produktifitas produksi perkebunan dan tanaman
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. perwujudan kawasan hutan produksi; tahunan melalui intensifikasi lahan; dan


m. penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan
b. perwujudan kawasan pertanian; (10) Perwujudan kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
c. perwujudan kawasan perikanan; huruf c yaitu :
a. Pembangunan pangkalan pelabuhan ikan (ppi) dan tempat
d. perwujudan kawasan peruntukan industri;
pelelangan ikan (TPI);
e. perwujudan kawasan permukiman; b. Pengembangan perikanan tangkapan laut;
f. perwujudan pertahanan dan keamanan; dan c. Pengembangan sentra budidaya perikanan laut; dan
d. Pengembangan industri pengolahan perikanan.
g. perwujudan badan air. (11) Perwujudan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud
(8) Perwujudan kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf d yaitu:
pada ayat (6) huruf a yaitu : a. Pengembangan kawasan industri yaitu:
1. pengembangan industri kabupaten (RPIK);
a. Peningkatan kualitas dan pengembangan kawasan hutan
2. penyusunan rencana pengembangan industri pengolahan;
produksi yaitu; 3. pembangunan agroindustri dan industri pengolahan;
1. Studi kelayakan dan desain pengembangan sentra 4. fasilitasi pemanfaatan teknologi industri tepat guna; dan
industri pengolahan hasil kehutanan 5. promosi investasi bagi pengembangan industri agro.
b. Pengembangan sentra industri kecil dan menengah yaitu:
2. Pembangunan sentra industri pengolahan hasil 1. Pembinaan dan pengembangan industri kecil menengah;
kehutanan 2. Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap
3. Penyusunan peraturan pelimpahan penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya;
atau memberikan kewenangan dalam pengawasan 3. Pengembangan pasar dan distribusi barang/produksi;
4. Kegiatan penataan tempat berusaha bagi pedagang kaki lima
dan pengendalian kawasan hutan produksi dari
dan asongan; dan
pemerintah kecamatan terhadap pemerintah desa; 5. Operasional pusat promosi produk unggulan daerah (ppud).
dan (12) Perwujudan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat
4. Penyusunan peraturan dan atau instruksi yang (7) huruf e yaitu :
mengikat tentang program tebang-pilih dan tebang a. pengembangan kegiatan permukiman kepadatan tinggi;
b. pengembangan kegiatan permukiman kepadatan sedang;
tanam.
c. pengembangan kegiatan permukiman kepadatan rendah;
(9) Perwujudan kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada d. pengembangan kasiba dan lisiba;
ayat (6) huruf b yaitu : e. pembangunan dan peningkatan fasilitas permukiman; dan
a. Peningkatan kualitas dan pengembangan kawasan f. pembangunan dan peningkatan utilitas permukiman.
pertanian; (13) Perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf f yaitu Peningkatan kualitas kawasan
1. pembangunan sentra budidaya pertanian; pertahanan dan keamanan.
2. studi kelayakan pengembangan sentra budidaya (14) Perwujudan kawasan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat
tanaman lahan kering, lahan basah, peternakan, dan (7) huruf g yaitu:
a. pengembangan kawasan transportasi;
perikanan;
b. pengembangan Bandara kualanamu di Kecamatan Pantai Labu dan
3. pelaksanaan pembangunan sentra budidaya benih Kecamatan Beringin;
dan bibit unggul tanaman pertanian, peternakan, dan c. pembuatan rencana induk transportasi kawasan;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

perikanan; d. pengembangan jaringan moda transportasi umum dengan


4. pelaksanaan pembangunan koperasi/pasar khusus membangun halte-halte;
e. pembangunan tempat pemberhentian (park and ride)
pertanian;
(15) Perwujudan badan air sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf h
5. pengembangan sentra agropolitan yaitu:
6. peningkatan fasilitas kegiatan pertanian; a. pembangunan Bendung Namorambe; dan
b. pembangunan Bendung Sei serdang
7. pengadaan kegiatan dan penyuluhan pertanian;
8. pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan
pangan;
9. identifikasi kawasan perkebunan yang masih
potensial;
10. identifikasikawasan perkebunan yang sudah tidak
diperpanjang ijin operasinya;
11. pengembangan tanaman tahunan pada daerah yang
memiliki kemiringan diatas 25%; dan
12. peningkatan produktifitas produksi perkebunan dan
tanaman tahunan melalui intensifikasi lahan.
13. Penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan
(10) Perwujudan kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) huruf c yaitu :
a. Peningkatan kualitas kawasan perikanan yaitu:
1. Pembangunan pangkalan pelabuhan ikan (ppi) dan
tempat pelelangan ikan (TPI);
2. Pengembangan perikanan tangkapan laut;
3. Pengembangan sentra budidaya perikanan laut; dan
4. Pengembangan industri pengolahan perikanan
(11) Perwujudan kawasan peruntukan industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf d yaitu:
a. Pengembangan kawasan industri yaitu:
1. Rencana pengembangan industri kabupaten (RPIK)
2. Penyusunan rencana pengembangan industri
pengolahan;
3. pembangunan agroindustri dan industri pengolahan;
4. fasilitasi pemanfaatan teknologi industri tepat guna;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

5. promosi investasi bagi pengembangan industri agro


b. Pengembangan sentra industri kecil dan menengah yaitu:
1. Pembinaan dan pengembangan industri kecil
menengah
2. Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap
pemanfaatan sumberdaya
3. Pengembangan pasar dan distribusi barang/produksi
4. Kegiatan penataan tempat berusaha bagi pedagang
kaki lima dan asongan
5. Operasional pusat promosi produk unggulan daerah
(ppud)
(12) Perwujudan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf e yaitu :
a. pengembangan kegiatan permukiman kepadatan tinggi;
b. pengembangan kegiatan permukiman kepadatan sedang;
c. pengembangan kegiatan permukiman kepadatan rendah;
d. pengembangan kasiba dan lisiba;
e. pembangunan dan peningkatan fasilitas permukiman; dan
f. pembangunan dan peningkatan utilitas permukiman.
(13) Perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf f yaitu Peningkatan kualitas
kawasan pertahanan dan keamanan.
(14) Perwujudan kawasan transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) huruf g yaitu:
a. Pengembangan kawasan transportasi;
1. pengembangan Bandara kualanamu di Kecamatan
Pantai Labu dan Kecamatan Beringin;
2. pembuatan rencana induk transportasi kawasan;
3. pengembangan jaringan moda transportasi umum
dengan membangun halte-halte;
4. Pembangunan tempat pemberhentian (park and ride)
(15) Perwujudan badan air sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf h yaitu:
a. Pengembangan kawasan badan air
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

1. pembangunan Bendung Namorambe; dan


2. pembangunan Bendung Sei serdang

Bagian Keempat Bagian Keempat

Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan Strategis Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
Kabupaten
Pasal 40
(1) Perwujudan kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
Pasal 40
ayat (2) huruf c meliputi:
(1) Perwujudan kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam
a. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan
Pasal 37 ayat (2) huruf c meliputi: pertumbuhan ekonomi;
a. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan b. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial
pertumbuhan ekonomi; budaya; dan
b. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan c. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
sosial budaya; dan daya dukung lingkungan hidup.
c.perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi (2) Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
dan daya dukung lingkungan hidup.
a. pengembangan Kecamatan Percut Sei Tuan menjadi kawasan
(2) Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan strategis cepat tumbuh;
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. pengembangan Kecamatan Tanjung Morawa menjadi kawasan
huruf a meliputi: strategis cepat tumbuh;
c. pengembangan Kecamatan Patumbak menjadi kawasan strategis
a. Pengembangan Kecamatan Percut Sei Tuan menjadi
cepat tumbuh;
kawasan strategis cepat tumbuh; d. pengembangan Kecamatan Sunggal menjadi kawasan strategis
b. Pengembangan Kecamatan Tanjung Morawa menjadi cepat tumbuh;
kawasan strategis cepat tumbuh; e. pengembangan Kecamatan Labuhan Deli menjadi kawasan strategis
cepat tumbuh;
c. Pengembangan Kecamatan Patumbak menjadi kawasan
f. pengembangan Kecamatan Batang Kuis menjadi kawasan olahraga
strategis cepat tumbuh; dan budaya;
d. Pengembangan Kecamatan Sunggal menjadi kawasan g. pengembangan Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Beringin
strategis cepat tumbuh; menjadi kawasan aerocity;
h. pengembangan kawasan pendidikan di Kecamatan Percut Sei Tuan
e. Pengembangan Kecamatan Labuhan Deli menjadi kawasan dan Kecamatan Pancur Batu.
strategis cepat tumbuh; (3) Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya
f. Pengembangan Kecamatan Batang Kuis menjadi kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
olahraga dan budaya; a. pengembangan kawasan pusat sosial dan budaya di Kecamatan
Lubuk Pakam
g. Pengembangan Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan b. pengembangan kawasan situs putri hijau di Kecamatan Deli Tua
Beringin menjadi kawasan aerocity; dan Kecamatan Namorambe;
h. Pengembangan kawasan pendidikan di Kecamatan Percut c. pengembangan kawasan pusat pendidikan dan pariwisata di
Kecamatan Pancur Batu.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Sei Tuan dan Kecamatan Pancur Batu. (4) Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
(3) Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: yaitu pengembangan Kecamatan Sibolangit menjadi kawasan eco-edu
tourism
a. Pengembangan kawasan pusat sosial dan budaya di
Kecamatan Lubuk Pakam
b. Pengembangan kawasan situs putri hijau di Kecamatan
Deli Tua dan Kecamatan Namorambe;
c. Pengembangan kawasan pusat pendidikan dan pariwisata
di Kecamatan Pancur Batu.
(4) Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c yaitu pengembangan Kecamatan
Sibolangit menjadi kawasan eco-edu tourism

BAB VIII BAB VIII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu Bagian Kesatu

Umum
Umum
Pasal 41
Pasal 41 (1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
kabupaten digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. (2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana pada ayat (1) meliputi:
dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
a. ketentuan umum peraturan zonasi; c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
b. ketentuan perizinan; d. arahan sanksi.
c. ketentuan umum insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

Bagian Kedua Bagian Kedua


RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 42 Pasal 42
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud (1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman 41 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah
Kabupaten dalam menyusun peraturan zonasi.
bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud meliputi:
pada ayat (1) meliputi: a. ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur ruang wilayah
a. ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur kabupaten;
ruang wilayah kabupaten; b. ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang wilayah;
dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang c. Ketentuan khusus.
wilayah; dan
c. Ketentuan khusus.

Pasal 43 Pasal 43
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur ruang (1) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana struktur ruang wilayah
wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a,
(2) huruf a, terdiri atas: terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan;
a. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan; b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem transportasi;
jaringan transportasi; c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
jaringan energi;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
sistem jaringan energi; jaringan telekomunikasi;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
jaringan sumber daya air;dan
sistem jaringan telekomunikasi;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
e. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar prasarana lainnya.
sistem jaringan sumber daya air;dan (2) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang wilayah
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b
f. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
meliputi:
sistem prasarana lainnya. a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lindung;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana pola ruang wilayah dan
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) b. ketentuan umum dan peraturan zonasi kawasan peruntukan budi
huruf b meliputi: daya.
a. kawasan peruntukan lindung; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

b. kawasan peruntukan budidaya.

Pasal 44 Pasal 44
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan (1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a terdiri dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a terdiri atas:
atas: a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk PKN;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPK; dan
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PKN; c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPL.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPK; dan (2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PKN sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPL. a. diperbolehkan meliputi kegiatan pusat pemerintahan kota,
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PKN sebagaimana kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan pelayanan olahraga,
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: pusat permukiman perkotaan, simpul transportasi, pusat
a. diperbolehkan meliputi kegiatan pusat pemerintahan kota, pendidikan dan kesehatan, dan perkantoran;
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana
kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan pelayanan
dimaksud dalam huruf a yang memenuhi persyaratan teknis dan
olahraga, pusat permukiman perkotaan, simpul tidak mengganggu fungsi PKN; dan
transportasi, pusat pendidikan dan kesehatan, dan c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menggangu fungsi PKN dan
perkantoran; kegiatan yang merusak dan/atau mencemari lingkungan.
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana (3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
dimaksud dalam huruf a yang memenuhi persyaratan
a. diperbolehkan meliputi kegiatan pusat permukiman perkotaan,
teknis dan tidak mengganggu fungsi PKN; dan pusat perdagangan dan jasa, sentra pertanian, perkebunan,
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menggangu fungsi PKN industri besar dan menengah, simpul transportasi, pusat kegiatan
dan kegiatan yang merusak dan/atau mencemari sosial, pusat pendidikan dan kesehatan, pariwisata, perkantoran;
lingkungan. b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a yang memenuhi persyaratan teknis dan
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPK sebagaimana
tidak mengganggu fungsi PPK; dan
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menggangu fungsi PPK dan
a. diperbolehkan meliputi kegiatan pusat permukiman kegiatan yang merusak dan/atau mencemari lingkungan.
perkotaan, pusat perdagangan dan jasa, sentra pertanian, (4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPL sebagaimana dimaksud
perkebunan, industri besar dan menengah, simpul pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. diperbolehkan meliputi kegiatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya
transportasi, pusat kegiatan sosial, pusat pendidikan dan
dan administrasi skala lingkungan dan/atau kelurahan;
kesehatan, pariwisata, perkantoran; b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang memenuhi persyaratan teknis dan
dimaksud dalam huruf a yang memenuhi persyaratan tidak mengganggu fungsi PPL; dan
teknis dan tidak mengganggu fungsi PPK; dan c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menggangu fungsi PPL dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menggangu fungsi PPK kegiatan yang merusak dan/atau mencemari lingkungan.
dan kegiatan yang merusak dan/atau mencemari
lingkungan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. diperbolehkan meliputi kegiatan kegiatan ekonomi, sosial,
budaya dan administrasi skala lingkungan dan/atau
kelurahan;
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a yang memenuhi persyaratan
teknis dan tidak mengganggu fungsi PPL; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menggangu fungsi PPL
dan kegiatan yang merusak dan/atau mencemari
lingkungan.

Pasal 45 Pasal 45
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
jaringan transportasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) transportasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf b,
huruf b, ketentuan sebagai berikut: ketentuan sebagai berikut:

a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:


a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 1. pengembangan jalur hijau;
1. pengembangan jalur hijau; 2. kegiatan yang memiliki kesesuaian fungsi jaringan jalan dan skala
2. kegiatan yang memiliki kesesuaian fungsi jaringan jalan pelayanan;
dan skala pelayanan; 3. pemanfaatan ruang disepanjang sisi jaringan jalan dengan
3. pemanfaatan ruang disepanjang sisi jaringan jalan dengan menyediakan ruang penyangga berupa garis sempadan bangunan,
yang bervariasi tergantung fungsi jaringan jalan dan peruntukan
menyediakan ruang penyangga berupa garis sempadan
kawasan;
bangunan, yang bervariasi tergantung fungsi jaringan jalan 4. ruang manfaat jalan hanya diperbolehkan bagi median, perkerasan
dan peruntukan kawasan; jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng,
4. ruang manfaat jalan hanya diperbolehkan bagi median, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya;
jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan 5. ruang milik jalan diperbolehkan bagi ruang manfaat jalan,
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas serta kebutuhan
ruangan untuk pengamanan jalan;
pelengkap lainnya;
6. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api
5. ruang milik jalan diperbolehkan bagi ruang manfaat jalan, dilakukan dengan tingkat intensitas rendah yang kecenderungan
pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas serta pengembangan ruangnya dibatasi; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan; 7. bangunan di sepanjang lintasan rel kereta api harus berada di luar
6. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta garis sempadan rel sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
api dilakukan dengan tingkat intensitas rendah yang
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi; dan
1. kegiatan kepentingan umum dengan mendapatkan izin sesuai
7. bangunan di sepanjang lintasan rel kereta api harus ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
berada di luar garis sempadan rel sesuai dengan peraturan 2. wajib melakukan analisis dampak lalu lintas (andalalin) yang
perundang-undangan. berpotensi menganggu arus lalu lintas.

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:


b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan yang dapat menimbulkan gangguan disekitar jaringan
1. kegiatan kepentingan umum dengan mendapatkan izin sesuai jalan nasional, provinsi dan kabupaten; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 2. pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kepentingan operasi
2. wajib melakukan analisis dampak lalu lintas (andalalin) yang dan keselamatan transportasi perkeretaapian.
berpotensi menganggu arus lalu lintas.

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:


1. kegiatan yang dapat menimbulkan gangguan disekitar
jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten; dan
2. pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kepentingan
operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian.

Pasal 46 Pasal 46
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf c ketentuan
c ketentuan sebagai berikut: sebagai berikut:

a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:


a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 1. pengembangan jalur hijau; dan
1. pengembangan jalur hijau; dan 2. pengembangan jaringan tenaga listrik memperhatikan keselamatan
2. pengembangan jaringan tenaga listrik memperhatikan dan keamanan kegiatan.
keselamatan dan keamanan kegiatan. b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi:
1. kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi: peternakan dan perumahan kepadatan rendah pada kawasan
1. kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dibawah jaringan listrik sesuai dengan ketentuan peraturan
peternakan dan perumahan kepadatan rendah pada perundang-undangan; dan
kawasan dibawah jaringan listrik sesuai dengan ketentuan 2. pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik dengan
peraturan perundang-undangan; dan memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain.
2. pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. melakukan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi
dengan memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain.
dan sekitar pembangkit listrik yang mengganggu fungsi utama; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi: 2. kegiatan dibawah koridor SUTT dan SUTM dengan resiko
1. melakukan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur kebakaran tinggi.
transmisi dan sekitar pembangkit listrik yang mengganggu
fungsi utama; dan
2. kegiatan dibawah koridor SUTT dan SUTM dengan resiko
kebakaran tinggi.

Pasal 47 Pasal 47
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf d,
(1) huruf d, ketentuan sebagai berikut: ketentuan sebagai berikut:

a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:


a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 1. pengembangan jalur hijau; dan
1. pengembangan jalur hijau; dan 2. kegiatan budidaya yang tidak mengganggu sistem jaringan
2. kegiatan budidaya yang tidak mengganggu sistem jaringan telekomunikasi.
telekomunikasi. b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. menara telekomunikasi bersama; dan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 2. menara pemancar telekomunikasi dengan memenuhi ketentuan
1. menara telekomunikasi bersama; dan perundang- undangan.
2. menara pemancar telekomunikasi dengan memenuhi c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu mendirikan bangunan di sekitar
ketentuan perundang- undangan. menara telekomunikasi dalam radius bahaya keamanan dan
keselamatan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu mendirikan bangunan
di sekitar menara telekomunikasi dalam radius bahaya
keamanan dan keselamatan.

Pasal 48 Pasal 48
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf e
(1) huruf e ketentuan sebagai berikut: ketentuan sebagai berikut:

a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:


a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 1. pengembangan ruang terbuka hijau;
1. pengembangan ruang terbuka hijau; 2. kegiatan budidaya yang tidak mengganggu sistem prasarana
2. kegiatan budidaya yang tidak mengganggu sistem sumber daya air;
prasarana sumber daya air; 3. bangunan untuk mendukung sumber daya air seperti waduk atau
3. bangunan untuk mendukung sumber daya air seperti reservoir, bangunan irigasi, bangunan air, bangunan pelindung
tebing sungai, rumah pompa, pos keamanan, pos hidrologi;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

waduk atau reservoir, bangunan irigasi, bangunan air, 4. mendirikan bangunan yang mendukung pengelolaan sumber daya
bangunan pelindung tebing sungai, rumah pompa, pos air; dan
keamanan, pos hidrologi; 5. membangun prasarana lalu lintas air, kegiatan pembangunan
prasarana pengambilan dan pembuangan air serta kegiatan
4. mendirikan bangunan yang mendukung pengelolaan
pengamanan sungai dan sempadan sungai, waduk, embung dan
sumber daya air; dan situ.
5. membangun prasarana lalu lintas air, kegiatan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
pembangunan prasarana pengambilan dan pembuangan 1. kegiatan pertanian dengan syarat tidak merusak tatanan
air serta kegiatan pengamanan sungai dan sempadan lingkungan dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas
sungai, waduk, embung dan situ. maupun kuantitas air;
2. prasarana pengendalian banjir;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 3. pelebaran jalan, pembuatan jembatan, pemasangan rentangan
1. kegiatan pertanian dengan syarat tidak merusak tatanan kabel listrik, kabel telpon, pipa air minum, pipa gas, mikrohidro dan
lingkungan dan bentang alam yang akan mengganggu kegiatan yang bersifat sosial untuk kepentingan umum sepanjang
kualitas maupun kuantitas air; tidak mengganggu fisik dan fungsi jaringan irigasi dan ruang
2. prasarana pengendalian banjir; sempadan jaringan irigasi; dan
3. pelebaran jalan, pembuatan jembatan, pemasangan 4. kegiatan wisata dan pendidikan yang tidak merusak kelestarian
lingkungan.
rentangan kabel listrik, kabel telpon, pipa air minum, pipa
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang dapat
gas, mikrohidro dan kegiatan yang bersifat sosial untuk mengganggu fungsi sumber daya air.
kepentingan umum sepanjang tidak mengganggu fisik dan
fungsi jaringan irigasi dan ruang sempadan jaringan
irigasi; dan
4. kegiatan wisata dan pendidikan yang tidak merusak
kelestarian lingkungan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang dapat
mengganggu fungsi sumber daya air.

Pasal 49 Pasal 49
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem (1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem prasarana
prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf f yaitu
(1) huruf f yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: dengan ketentuan sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar
penyediaan air minum (SPAM);
sistem penyediaan air minum (SPAM); b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar pengelolaan air limbah domestik (SPALD);
sistem pengelolaan air limbah (SPAL); c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
c.Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3); d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar jaringan persampahan wilayah; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

sistem jaringan persampahan wilayah; dan jaringan evakuasi bencana.


e.Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem (2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
jaringan evakuasi bencana. penyediaan air minum (SPAM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi
penyediaan air minum (SPAM) sebagaimana dimaksud pada sistem penyediaan air minum (SPAM), kantor instansi terkait, RTH,
ayat (1) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut: prasarana dan sarana mitigasi bencana;
a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang b. diperbolehkan bersyarat/terbatas fasilitas umum sesuai peraturan
fungsi sistem penyediaan air minum (SPAM), kantor perundang-undangan; dan
instansi terkait, RTH, prasarana dan sarana mitigasi c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi sistem
bencana; penyediaan air minum (SPAM).
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
b. diperbolehkan bersyarat/terbatas fasilitas umum sesuai
pengelolaan air limbah domestik (SPALD) sebagaimana dimaksud pada
peraturan perundang-undangan; dan ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
c.tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi
sistem penyediaan air minum (SPAM). sistem jaringan air limbah, kantor instansi terkait, IPAL, Ruang
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem Terbuka Hijau (RTH), sarana dan prasarana mitigasi bencana;
pengelolaan air limbah(SPAL) sebagaimana dimaksud pada ayat b. diperbolehkan bersyarat/terbatas fasilitas umum sesuai peraturan
(1) huruf b dengan ketentuan sebagai berikut: perundang-undangan; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi sistem
a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang
jaringan air limbah.
fungsi sistem jaringan air limbah, kantor instansi terkait, (4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
IPAL, Ruang Terbuka Hijau (RTH), sarana dan prasarana pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagaimana
mitigasi bencana; dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan sebagai berikut:
b. diperbolehkan bersyarat/terbatas fasilitas umum sesuai a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi
peraturan perundang-undangan; dan sistem pengelolaan B3, kantor instansi terkait, RTH, sarana dan
prasarana mitigasi bencana;
c.tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
b. diperbolehkan bersyarat/terbatas Fasilitas umum sesuai peraturan
sistem jaringan air limbah. perundang-undangan; dan
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pengelolaan B3.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan (5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
sebagai berikut: persampahan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang dengan ketentuan sebagai berikut:
a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi
fungsi sistem pengelolaan B3, kantor instansi terkait, RTH,
sistem pengelolaan persampahan, kantor instansi terkait, TPS, TPA,
sarana dan prasarana mitigasi bencana; RTH, sarana dan prasarana mitigasi bencana;
b. diperbolehkan bersyarat/terbatas Fasilitas umum sesuai b. diperbolehkan bersyarat/terbatas fasilitas umum sesuai peraturan
peraturan perundang-undangan; dan perundang-undangan; dan
c.tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi sistem
sistem pengelolaan B3. pengelolaan persampahan.
(6) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem jaringan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dengan
jaringan persampahan wilayah sebagaimana dimaksud pada ketentuan sebagai berikut:
ayat (1) huruf d dengan ketentuan sebagai berikut: a. diperbolehkan fasilitas umum dengan syarat menunjang fungsi
prasarana dan sarana evakuasi bencana; dan
a. diperbolehkan prasarana dan sarana untuk menunjang
b. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
fungsi sistem pengelolaan persampahan, kantor instansi penyediaan prasarana dan sarana evakuasi bencana.
terkait, TPS, TPA, RTH, sarana dan prasarana mitigasi
bencana;
b. diperbolehkan bersyarat/terbatas fasilitas umum sesuai
peraturan perundang-undangan; dan
c.tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
sistem pengelolaan persampahan.
(6) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan di sekitar sistem
jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. diperbolehkan fasilitas umum dengan syarat menunjang
fungsi prasarana dan sarana evakuasi bencana; dan
b. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu
fungsi penyediaan prasarana dan sarana evakuasi
bencana.

Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Pasal 50
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lindung
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah.

Pasal 50 Pasal 51
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

dimaksud dalam Pasal 50 huruf a yaitu ketentuan sebagai Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan
berikut: perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: dalam Pasal 50 huruf a yaitu ketentuan sebagai berikut:
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan militer
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
tanpa mengurangi fungsi kawasan hutan dan
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan militer tanpa
tutupan vegetasi;
mengurangi fungsi kawasan hutan dan tutupan vegetasi
2. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian dan
2. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian dan peningkatan
peningkatan fungsi hutan lindung; dan
fungsi hutan lindung; dan
3. kegiatan pengembangan sumber resapan air,.
3. kegiatan pengembangan sumber resapan air,.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam;
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam;
2. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan
2. pembangunan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
ketentuan peraturan perundang – undangan dan
peraturan perundang – undangan dan mendapatkan mendapat
mendapatkan mendapat persetujuan dari instansi
persetujuan dari instansi terkait;
terkait;
3. kegiatan pertambangan dengan pola pertambangan bawah tanah
3. kegiatan pertambangan dengan pola pertambangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan dan
bawah tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
mendapatkan mendapat persetujuan dari instansi terkait; dan
perundang – undangan dan mendapatkan mendapat
4. kegiatan pengelolaan sumber daya hutan yang berbasis
persetujuan dari instansi terkait; dan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pengawasan
4. kegiatan pengelolaan sumber daya hutan yang
pemerintah terkait.
berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
pengawasan pemerintah terkait.
1. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan lindung
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
dan tutupan vegetasi; dan
1. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan
2. kegiatan yang berpotensi mengganggu dan merusak ekosistem
hutan lindung dan tutupan vegetasi; dan
kawasan hutan lindung.
2. kegiatan yang berpotensi mengganggu dan merusak
ekosistem kawasan hutan lindung.

Pasal 51 Pasal 52
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan (1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat
setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b meliputi:
meliputi ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai a) ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai; dan
b) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau dan
dan danau atau waduk.
waduk.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai dan (2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai
danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai
dengan ketentuan sebagai berikut : berikut :
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:


1. ketentuan garis sempadan sungai dan danau atau 1. ketentuan garis sempadan sungai mengikuti ketentuan peraturan
waduk mengikuti ketentuan peraturan perundang- perundang-undangan;
2. pengembangan RTH;
undangan;
3. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian sungai ; dan
2. pengembangan RTH; 4. kegiatan konservasi, penataan dan pembangunan yang
3. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian mendukung fungsi kawasan sempadan sungai; dan
sungai dan danau atau waduk; dan 5. Kegiatan pemantauan untuk burung migran.
4. kegiatan konservasi, penataan dan pembangunan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
yang mendukung fungsi kawasan sempadan sungai 1. pengembangan prasarana wilayah yang tidak merusak atau
dan danau atau waduk; dan berdampak langsung terhadap badan sungai dan danau atau
waduk;
5. Kegiatan pemantauan untuk burung migran.
2. pengembangan sistem pengendalian banjir;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 3. pemanfaatan ruang khusus seperti bangunan sumberdaya air,
1. pengembangan prasarana wilayah yang tidak jembatan dan dermaga, jalur air minum, rentangan kabel
merusak atau berdampak langsung terhadap badan telekomunikasi dan ketenagalistrikan, serta vegetasi rumput
sungai dan danau atau waduk; pada sempadan bertanggul dan tanaman keras pada sempadan
2. pengembangan sistem pengendalian banjir; tidak bertanggul, penanaman tumbuhan pelindung;
3. pemanfaatan ruang khusus seperti bangunan 4. bangunan pengolahan limbah dan bahan pencemar lainnya; dan
5. kegiatan wisata dengan tidak mengubah bentang alam dan tidak
sumberdaya air, jembatan dan dermaga, jalur air
merusak unsur keseimbangan lingkungan.
minum, rentangan kabel telekomunikasi dan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu seluruh kegiatan yang
ketenagalistrikan, serta vegetasi rumput pada mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas sungai .
sempadan bertanggul dan tanaman keras pada (3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau atau waduk
sempadan tidak bertanggul, penanaman tumbuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai
pelindung; berikut :
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
4. bangunan pengolahan limbah dan bahan pencemar
1. ketentuan kawasan sekitar danau atau waduk mengikuti
lainnya; dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. kegiatan wisata dengan tidak mengubah bentang 2. pengembangan RTH;
alam dan tidak merusak unsur keseimbangan 3. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian danau dan
lingkungan. waduk; dan
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu seluruh kegiatan 4. kegiatan konservasi, penataan dan pembangunan yang
yang mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas mendukung fungsi kawasan sekitar danau atau waduk; dan
5. Kegiatan pemantauan untuk burung migran.
sungai dan danau atau waduk.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. pengembangan prasarana wilayah yang tidak merusak atau
berdampak langsung terhadap danau atau waduk;
2. pengembangan sistem pengendalian banjir;
3. pemanfaatan ruang khusus seperti bangunan sumberdaya air,
jembatan dan dermaga, jalur air minum, rentangan kabel
telekomunikasi dan ketenagalistrikan, serta vegetasi rumput dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

penanaman tumbuhan pelindung;


4. bangunan pengolahan limbah dan bahan pencemar lainnya; dan
5. kegiatan wisata dengan tidak mengubah bentang alam dan tidak
merusak unsur keseimbangan lingkungan.
d. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu seluruh kegiatan yang
mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas danau dan waduk
Pasal 52 Pasal 53
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi (1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c, meliputi: dimaksud dalam Pasal 50 huruf c, meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam; a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pelestarian alam.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pelestarian
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam sebagaimana
alam. dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan 1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian kawasan
ketentuan sebagai berikut: konservasi alam; dan
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 2. kegiatan pemanfaatan ruang lainnya yang dapat meningkatkan
1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian fungsi konservasi.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
kawasan konservasi alam; dan
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam;
2. kegiatan pemanfaatan ruang lainnya yang dapat 2. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan militer tanpa
meningkatkan fungsi konservasi. mengurangi fungsi kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 3. diperbolehkan terbatas pendirian bangunan yang merupakan
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam; bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum
2. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan militer yang keberadaannya telah mendapat persetujuan dari instansi
terkait.
tanpa mengurangi fungsi kawasan hutan dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
tutupan vegetasi; dan 1. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan dan tutupan
3. diperbolehkan terbatas pendirian bangunan yang vegetasi; dan
merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi 2. kegiatan yang berpotensi mengganggu dan merusak ekosistem
bagi kepentingan umum yang keberadaannya telah kawasan.
mendapat persetujuan dari instansi terkait. (3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pelestarian alam
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
dan tutupan vegetasi; dan 1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian kawasan
2. kegiatan yang berpotensi mengganggu dan merusak pelestarian alam;
ekosistem kawasan. 2. kegiatan pelestarian; dan
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pelestarian alam 3. kegiatan pemanfaatan ruang lainnya yang dapat meningkatkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan fungsi konservasi.
ketentuan sebagai berikut : b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 2. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan militer tanpa
1. kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian mengurangi fungsi kawasan dan tutupan vegetasi; dan
kawasan pelestarian alam; 3. diperbolehkan terbatas pendirian bangunan yang merupakan
bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum
2. kegiatan pelestarian; dan
yang keberadaannya telah mendapat persetujuan dari instansi
3. kegiatan pemanfaatan ruang lainnya yang dapat terkait.
meningkatkan fungsi konservasi. c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 1. kegiatan yang dapat mengurangi luas kawasan dan tutupan
1. kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam; vegetasi; dan
2. pemanfaatan ruang untuk kegiatan latihan militer 2. kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak ekosistem
tanpa mengurangi fungsi kawasan dan tutupan kawasan.
vegetasi; dan
3. diperbolehkan terbatas pendirian bangunan yang
merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi
bagi kepentingan umum yang keberadaannya telah
mendapat persetujuan dari instansi terkait.
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan yang dapat mengurangi luas kawasan dan
tutupan vegetasi; dan
2. kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak
ekosistem kawasan.

Pasal 54
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan RTH;
2. kegiatan yang berhubungan dengan perlindungan air tanah; dan
3. kegiatan konservasi, penataan dan pembangunan yang mendukung
fungsi perlindungan air tanah; dan
4. Kegiatan pemantauan untuk burung migran.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. pengembangan prasarana wilayah yang tidak merusak atau
berdampak langsung terhadap air tanah;
2. pengembangan sistem pengendalian banjir;
3. pemanfaatan ruang khusus seperti bangunan sumberdaya air,
jembatan, jalur air minum, rentangan kabel telekomunikasi dan
ketenagalistrikan, serta vegetasi dan tanaman keras , penanaman
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

tumbuhan pelindung;
4. bangunan pengolahan limbah dan bahan pencemar lainnya; dan
5. kegiatan wisata dengan tidak mengubah bentang alam dan tidak
merusak unsur keseimbangan lingkungan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu seluruh kegiatan yang
mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas air tanah.

Paragraf 3 Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Pasal 53 Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi daya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b meliputi:
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi;
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi; b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian; c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan;
industri; e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan; f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman; keamanan;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan transportasi; dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan
h. ketentuan umum peraturan zonasi badan air.
keamanan;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan transportasi; dan
h. ketentuan umum peraturan zonasi badan air.

Pasal 54 Pasal 56
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf a dengan ketentuan dimaksud dalam Pasal 55 huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
sebagai berikut:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi;kegiatan
yang diperbolehkan, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
1. pemanfaatan kawasan hutan, jasa lingkungan, dan hasil hutan
produksi;kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: kayu serta bukan kayu dengan memperhatikan kelestarian
1. pemanfaatan kawasan hutan, jasa lingkungan, dan hasil lingkungan;
hutan kayu serta bukan kayu dengan memperhatikan 2. pemanfaatan hutan yang menebang tanaman/pohon diwajibkan
kelestarian lingkungan; untuk melakukan penanaman kembali sebagai salah satu langkah
2. pemanfaatan hutan yang menebang tanaman/pohon konservasi;
3. kegiatan yang tidak mengolah tanah secara intensif atau merubah
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

diwajibkan untuk melakukan penanaman kembali sebagai bentang alam yang dapat menjadi penyebab bencana alam; dan
salah satu langkah konservasi; 4. kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya air dan
3. kegiatan yang tidak mengolah tanah secara intensif atau kekayaan hayati.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
merubah bentang alam yang dapat menjadi penyebab
1. pendirian bangunan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil
bencana alam; dan hutan;
4. kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya 2. kegiatan penambangan dengan ketentuan dilarang mengakibatkan
air dan kekayaan hayati. turunnya permukaan tanah, berubahnya fungsi pokok kawasan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: hutan secara permanen dan terjadinya kerusakan akuiver air
1. pendirian bangunan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan tanah;
hasil hutan; 3. kegiatan pengendalian perkembangan permukiman;
4. pengembangan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
2. kegiatan penambangan dengan ketentuan dilarang
perundang undangan.
mengakibatkan turunnya permukaan tanah, berubahnya c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
fungsi pokok kawasan hutan secara permanen dan 1. kegiatan merusak ekosistem yang dilindungi; dan
terjadinya kerusakan akuiver air tanah; 2. kegiatan pemanfaatan hutan produksi tanpa ada izin dari pihak
3. kegiatan pengendalian perkembangan permukiman; terkait.
4. pengembangan prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan 3. kegiatan yang dapat mengganggu dan mengurangi fungsi kawasan
perundang undangan. hutan;
.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan merusak ekosistem yang dilindungi; dan
2. kegiatan pemanfaatan hutan produksi tanpa ada izin dari
pihak terkait.
3. kegiatan yang dapat mengganggu dan mengurangi fungsi
kawasan hutan;
d. kegiatan permukiman yang sudah ada dan berada pada
kawasan hutan produksi akan diselesaikan melalui mekanisme
Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (IP4T) dengan ketentuan tidak menambah
jumlah permukiman baru di luar daerah IP4T dan mengacu
kepada peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 55 Pasal 57
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian (1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf b, meliputi: dimaksud dalam Pasal 55 huruf b, meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan tanaman a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan tanaman pangan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hortikultura; dan
pangan;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hortikultura; (2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian tanaman pangan
dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan sebagai
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c.Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan; berikut:


(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a 1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan pertanian tanaman pangan dengan
dengan ketentuan sebagai berikut:
memperhatikan daya dukung kawasan.
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 2. kegiatan budidaya tanaman pangan;
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung 3. aktifitas pendukung pertanian;
pengembangan pertanian tanaman pangan dengan 4. kegiatan pariwisata berbasis pertanian;
memperhatikan daya dukung kawasan. 5. kegiatan pelestarian sumber daya air;
2. kegiatan budidaya tanaman pangan; 6. kegiatan perikanan budidaya;
3. aktifitas pendukung pertanian; 7. pengembangan teknik konservasi lahan pertanian yang bersifat
ramah lingkungan dan berkelanjutan; dan
4. kegiatan pariwisata berbasis pertanian;
8. kegiatan peternakan babi dilaksanakan secara terbatas dan
5. kegiatan pelestarian sumber daya air; harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait.
6. kegiatan perikanan budidaya; b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
7. pengembangan teknik konservasi lahan pertanian 1. kegiatan permukiman berkepadatan rendah yang mendukung
yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan; fungsi kawasan;
dan 2. kegiatan industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan
8. kegiatan peternakan babi dilaksanakan secara dan hortikultura;
3. diperbolehkan terbatas tanaman tahunan/perkebunan dan
terbatas dan harus mendapatkan rekomendasi teknis
kebun campuran/ladang;
dari instansi terkait. 4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah; dan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 5. kegiatan pertambangan yang tidak menganggu dan merubah
1. kegiatan permukiman berkepadatan rendah yang fungsi kawasan pertanian tanaman pangan.
mendukung fungsi kawasan; c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
2. kegiatan industri pengolahan hasil pertanian 1. pengembangan kegiatan yang berpotensi menggangu fungsi
kawasan pertanian tanaman pangan;
tanaman pangan dan hortikultura;
2. mendirikan bangunan yang mengganggu dan memutus
3. diperbolehkan terbatas tanaman saluran irigasi; dan
tahunan/perkebunan dan kebun campuran/ladang; 3. alih fungsi lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah; dan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) kecuali untuk
5. kegiatan pertambangan yang tidak menganggu dan bangunan sistem jaringan prasarana.
merubah fungsi kawasan pertanian tanaman pangan. (3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hortikultura sebagaimana
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi: dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan kegiatan yang berpotensi menggangu
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung
fungsi kawasan pertanian tanaman pangan; pengembangan holtikultura dengan memperhatikan daya
2. mendirikan bangunan yang mengganggu dan dukung kawasan.
memutus saluran irigasi; dan 2. kegiatan budidaya tanaman pangan, kegiatan perkebunan;
3. alih fungsi lahan yang telah ditetapkan sebagai 3. kegiatan pariwisata berbasis pertanian;
kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) 4. kegiatan pelestarian sumber daya air;
5. kegiatan perikanan budidaya;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

kecuali untuk bangunan sistem jaringan prasarana. 6. kegiatan konservasi lahan pertanian yang bersifat ramah
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hortikultura lingkungan dan berkelanjutan; dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan 7. kegiatan peternakan unggas, ternak kecil, dan ternak besar
yang tidak mencemari lingkungan
ketentuan sebagai berikut:
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 1. pengembangan permukiman berkepadatan rendah yang
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung mendukung fungsi kawasan.
pengembangan holtikultura dengan memperhatikan 2. kegiatan industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan
daya dukung kawasan. dan hortikultura;
2. kegiatan budidaya tanaman pangan, kegiatan 3. diperbolehkan terbatas pengembangan budidaya tanaman
perkebunan; tahunan/perkebunan dan kebun campuran/ladang; dan
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah.
3. kegiatan pariwisata berbasis pertanian;
5. kegiatan peternakan babi dilaksanakan secara terbatas dan
4. kegiatan pelestarian sumber daya air; harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait.
5. kegiatan perikanan budidaya; c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
6. kegiatan konservasi lahan pertanian yang bersifat 1. pengembangan kegiatan yang berpotensi menggangu fungsi
ramah lingkungan dan berkelanjutan; dan kawasan pertanian tanaman pangan;
7. kegiatan peternakan unggas, ternak kecil, dan ternak 2. kegiatan yang memiliki potensi pencemaran;
besar yang tidak mencemari lingkungan 3. mendirikan bangunan yang mengganggu dan memutus
saluran irigasi; dan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
4. alih fungsi lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
1. pengembangan permukiman berkepadatan rendah pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) kecuali untuk
yang mendukung fungsi kawasan. bangunan sistem jaringan prasarana.
2. kegiatan industri pengolahan hasil pertanian (4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan sebagaimana
tanaman pangan dan hortikultura; dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan sebagai berikut:
3. diperbolehkan terbatas pengembangan budidaya a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung
tanaman tahunan/perkebunan dan kebun
pengembangan perkebunan dengan memperhatikan daya
campuran/ladang; dan dukung kawasan;
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah. 2. diperbolehkan kegiatan budidaya tanaman
5. kegiatan peternakan babi dilaksanakan secara tahunan/perkebunan dan kebun campuran/ladang;
terbatas dan harus mendapatkan rekomendasi teknis 3. kegiatan budidaya peternakan;
dari instansi terkait. 4. kegiatan pengembangan/pembangunan hutan kota;
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi: 5. kegiatan pelestarian sumber daya air; dan
6. diperbolehkan pengembangan teknik konservasi lahan
1. pengembangan kegiatan yang berpotensi menggangu
perkebunan yang bersifat ramah lingkungan dan
fungsi kawasan pertanian tanaman pangan; berkelanjutan.
2. kegiatan yang memiliki potensi pencemaran; 7. Kegiatan peternakan unggas, ternak kecil, dan ternak besar
3. mendirikan bangunan yang mengganggu dan yang tidak mencemari lingkungan
memutus saluran irigasi; dan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
4. alih fungsi lahan yang telah ditetapkan sebagai 1. pengembangan permukiman berkepadatan rendah yang tidak
mengganggu fungsi utama;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) 2. pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan;
kecuali untuk bangunan sistem jaringan prasarana. 3. diperbolehkan terbatas kegiatan budidaya perikanan,
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan
5. kegiatan wisata alam yang berbasis ekowisata; dan
sebagai berikut: 6. kegiatan pertambangan yang digolongkan menjadi
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: pertambangan panas bumi, pertambangan mineral logam,
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung mineral non logam, pertambangan batuan dan pertambangan
pengembangan perkebunan dengan memperhatikan migas.
daya dukung kawasan; 7. kegiatan peternakan babi dilaksanakan secara terbatas dan
2. diperbolehkan kegiatan budidaya tanaman harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait.
tahunan/perkebunan dan kebun campuran/ladang;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
3. kegiatan budidaya peternakan; 1. membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran
4. kegiatan pengembangan/pembangunan hutan kota; yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi
5. kegiatan pelestarian sumber daya air; dan lingkungan hidup;
6. diperbolehkan pengembangan teknik konservasi 2. kegiatan perkebunan tanpa ijin usaha perkebunan; dan
lahan perkebunan yang bersifat ramah lingkungan 3. pengembangan kegiatan yang berpotensi merusak kesuburan
dan berkelanjutan. tanah dan mengurangi unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
7. Kegiatan peternakan unggas, ternak kecil, dan ternak
besar yang tidak mencemari lingkungan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. pengembangan permukiman berkepadatan rendah
yang tidak mengganggu fungsi utama;
2. pengembangan industri pengolahan hasil
perkebunan;
3. diperbolehkan terbatas kegiatan budidaya perikanan,
pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah.
5. kegiatan wisata alam yang berbasis ekowisata; dan
6. kegiatan pertambangan yang digolongkan menjadi
pertambangan panas bumi, pertambangan mineral
logam, mineral non logam, pertambangan batuan dan
pertambangan migas.
6. kegiatan peternakan babi dilaksanakan secara
terbatas dan harus mendapatkan rekomendasi teknis
dari instansi terkait.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c.kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:


1. membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara
pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran
dan kerusakan fungsi lingkungan hidup;
2. kegiatan perkebunan tanpa ijin usaha perkebunan;
dan
3. pengembangan kegiatan yang berpotensi merusak
kesuburan tanah dan mengurangi unsur hara yang
dibutuhkan tanaman.

Pasal 56 Pasal 58 Direktur Perwilayahan Industri,


Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri Ditjen Ketahanan Perwilayahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf c, dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf c, dengan ketentuan sebagai dan Akses Industri Internasional,
sebagai berikut: berikut:
Kementerian Perindustrian
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: Masukan:
1. pengembangan RTH dan jalur hijau (green belt) sebagai
1. pengembangan RTH dan jalur hijau (green belt) sebagai penyangga fungsi antar kawasan;
penyangga fungsi antar kawasan; 2. kegiatan industri yang mempunyai teknologi, potensi sumber 1. Ditambahkan penyediaan
2. kegiatan industri yang mempunyai teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di sekitarnya; dan infrastruktur pendukung
daya alam dan sumber daya manusia di sekitarnya; dan 3. pengembangan sarana dan prasarana wilayah. industri di Kawasan Peruntukan
3. pengembangan sarana dan prasarana wilayah. 4. pengembangan/ pembangunan sarana pendukung industri
Industri”
4. pengembangan/ pembangunan sarana pendukung industri lainnya
5. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 2. Pada KUPZ Kawasan
lainnya Peruntukan Industri, agar
6. pengembangan sarana prasarana sumber daya air;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 7. diperbolehkan terbatas pembangunan kegiatan permukiman; menambahkan kegiatan
1. pengembangan sarana prasarana sumber daya air; dan pembangunan infrastruktur
2. diperbolehkan terbatas pembangunan kegiatan 8. membatasi pengambilan air tanah dalam, melakukan daur pengolahan limbah dalam KPI.
permukiman; dan ulang air dan atau penggunaan kembali air, mengolah air
3. pengambilan air tanah untuk
3. membatasi pengambilan air tanah dalam, melakukan daur limbah sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan.
9. mengelola seluruh limbah yang ditimbulkan (emisi udara dan industri, sebaiknya mengacu
ulang air dan atau penggunaan kembali air, mengolah air pada peraturan perundang-
limbah B3), mengintegrasikan pengelolaan air limbah dengan
limbah sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan, rencana IPAL terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan undangan yang berlaku.
mengelola seluruh limbah yang ditimbulkan (emisi udara perundang-undangan yang berlaku.
dan limbah B3), mengintegrasikan pengelolaan air limbah b. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi: Tanggapan:
air dengan rencana IPAL terpadu. 1. kegiatan industri yang dapat menggangu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi: 2. menggunakan air tanah secara berlebihan melebihi ketentuan
1. Telah diakomodir
1. kegiatan industri yang dapat menggangu fungsi kawasan; yang telah ditetapkan dalam kajian lingkungan; dan
3. membuang air limbah industri ke saluran drainase.
2. menggunakan air tanah secara berlebihan melebihi ketentuan 2. Telah diakomodir
yang telah ditetapkan dalam kajian lingkungan; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

3. membuang air limbah industri ke saluran drainase. 3. Telah diakomodir

Pasal 57 Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan sebagaimana Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 huruf d, dengan ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 55 huruf d, dengan ketentuan sebagai berikut:
berikut: a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan kegiatan budidaya perikanan dengan syarat
ramah lingkungan;
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
2. kegiatan mendirikan bangunan penunjang budidaya
1. pengembangan kegiatan budidaya perikanan dengan perikanan, perikanan organik, pengolahan dan pemasaran
syarat ramah lingkungan; hasil perikanan, penelitian dan wisata;
2. kegiatan mendirikan bangunan penunjang budidaya 3. pengembangan budidaya perikanan darat dengan syarat tidak
perikanan, perikanan organik, pengolahan dan menganggu kualitas air sungai dan perikanan darat; dan
pemasaran hasil perikanan, penelitian dan wisata; 4. pengembangan sarana dan prasarana pendukung budidaya
3. pengembangan budidaya perikanan darat dengan syarat ikan dan perikanan lainnya.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
tidak menganggu kualitas air sungai dan perikanan
1. diperbolehkan dengan syarat pengembangan industri
darat; dan pendukung perikanan
4. pengembangan sarana dan prasarana pendukung 2. pengembangan permukiman berkepadatan rendah yang tidak
budidaya ikan dan perikanan lainnya. menganggu fungsi utama;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: 3. kegiatan wisata alam yang berbasis ekowisata; dan
1. diperbolehkan dengan syarat pengembangan industri 4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah.
pendukung perikanan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu pengembangan kegiatan
yang berpotensi mencemari lingkungan pada kawasan yang
2. pengembangan permukiman berkepadatan rendah yang
ditetapkan sebagai perikanan tangkap dan budidaya.
tidak menganggu fungsi utama;
3. kegiatan wisata alam yang berbasis ekowisata; dan
4. kegiatan pengembangan prasarana wilayah.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu pengembangan
kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan pada
kawasan yang ditetapkan sebagai perikanan tangkap dan
budidaya.
Pasal 58 Pasal 60
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman (1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf e dengan dimaksud dalam Pasal 55 huruf e dengan ketentuan meliputi:
ketentuan meliputi: a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman
perkotaan; dan
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman
perkotaan; dan perdesaan.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman (2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

perdesaan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan ketentuan sebagai
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman berikut:
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan permukiman;
dengan ketentuan sebagai berikut:
2. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana;
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: 3. pengembangan sumber daya air;
1. kegiatan permukiman; 4. pengembangan sarana dan prasarana wilayah; dan
2. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana; 5. pengembangan dan pembangunan ruang terbuka.
3. pengembangan sumber daya air; 6. Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang didukung sarana dan
4. pengembangan sarana dan prasarana wilayah; dan prasarana penunjang pendidikan; dan
5. pengembangan dan pembangunan ruang terbuka. 7. Penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi ruang
terbuka hijau/taman, fasilitas parkir, sarana transportasi umum,
6. Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang didukung
proteksi kebakaran, sarana kesehatan, efisiensi dan efektivitas
sarana dan prasarana penunjang pendidikan; dan kemungkinan ruang belajar secara terpadu, dan jaringan utilitas
7. Penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi yang dilengkapi sarana bagi disabilitas
ruang terbuka hijau/taman, fasilitas parkir, sarana 8. Kegiatan olahraga yang didukung sarana dan prasarana
transportasi umum, proteksi kebakaran, sarana penunjang olahraga; dan
kesehatan, efisiensi dan efektivitas kemungkinan 9. Kegiatan perkantoran pemerintahan, perkantoran swasta, pusat
ruang belajar secara terpadu, dan jaringan utilitas bisnis dan fasilitas pendukungnya, penyediaan prasarana dan
sarana yang sesuai dengan kebutuhan.
yang dilengkapi sarana bagi disabilitas
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
8. Kegiatan olahraga yang didukung sarana dan 1. industri kecil yang ramah lingkungan;
prasarana penunjang olahraga; dan 2. kegiatan jasa dan perdagangan; dan
9. Kegiatan perkantoran pemerintahan, perkantoran 3. kegiatan pariwisata yang bersinergi dengan kawasan permukiman
swasta, pusat bisnis dan fasilitas pendukungnya, perkotaan.
penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang dapat
menimbulkan penurunan fungsi kawasan.
dengan kebutuhan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan
1. industri kecil yang ramah lingkungan; ketentuan sebagai berikut:
2. kegiatan jasa dan perdagangan; dan a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
3. kegiatan pariwisata yang bersinergi dengan kawasan 1. kegiatan permukiman dengan kepadatan rendah hingga sedang;
permukiman perkotaan. dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang dapat 2. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
menimbulkan penurunan fungsi kawasan.
1. kegiatan pariwisata;
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan 2. industri kecil yang ramah lingkungan;
permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 3. kegiatan jasa dan perdagangan; dan
huruf b, dengan ketentuan sebagai berikut: 4. kegiatan pertanian
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi kegiatan yang dapat
1. kegiatan permukiman dengan kepadatan rendah menimbulkan penurunan fungsi kawasan.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

hingga sedang; dan


2. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan pariwisata;
2. industri kecil yang ramah lingkungan;
3. kegiatan jasa dan perdagangan; dan
4. kegiatan pertanian
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi kegiatan yang
dapat menimbulkan penurunan fungsi kawasan.

Pasal 59 Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan
keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf f dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf f dengan ketentuan sebagai
ketentuan sebagai berikut: berikut:

a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu pembangunan sarana dan


a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu pembangunan sarana dan
prasarana pendukung kawasan pertahanan dan keamanan; dan
prasarana pendukung kawasan pertahanan dan keamanan; b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat yaitu pembatasan kegiatan
dan budidaya di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat yaitu pembatasan
kegiatan budidaya di sekitar kawasan pertahanan dan
keamanan.

Pasal 60 Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan transportasi Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan transportasi sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf g dengan ketentuan dimaksud dalam Pasal 55 huruf g dengan ketentuan sebagai berikut:
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan fasilitas keselamatan dan keamanan bandara;
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi penyediaan sarana dan
2. sistem catu daya kelistrikan;
prasarana minimum pendukung kegiatan transportasi; 3. fasilitas navigasi dan pagar;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas 4. landas pacu;
untuk kegiatan perdagangan dan jasa dengan memperhatikan 5. landas hubung;
ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan pelayanan 6. landas parkir;
transportasi; dan 7. Marka rambu di area sisi udara;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi kegiatan yang 8. taman meteo (fasilitas dan peralatan pengamatan cuaca);
9. bangunan terminal penumpang;
dapat menggangu fungsi kawasan.
10. bangunan terminal kargo;
d. Kegiatan di kawasan keselamatan operasi penerbangan diatur 11. bangunan menara pengatur lalu lintas penerbangan;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

dengan memperhatikan pembatasan tinggi dan intensitas 12. bangunan operasional penerbangan;
bangunan pada sekitar kawasan keselamatan operasi 13. parkir kendaraan;
penerbangan sesuai peraturan dan perundangan. 14. depo pengisian bahan bakar pesawat udara;
15. bangunan hanggar;
16. bangunan, administrasi/perkantoran; dan
17. fasilitas pengolahan limbah bandar udara.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dan/atau terbatas dengan
rekomendasi teknis otorita kawasan transportasi bandar udara
meliputi:
1. fasilitas pergudangan;
2. perdagangan dan jasa; dan
3. lapangan golf.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi kegiatan yang dapat
menggangu fungsi kawasan transportasi.
d. kegiatan dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP)
wajib memperhatikan pembatasan ketinggian dan intensitas bangunan
yang diatur sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 61 Pasal 63
Ketentuan umum peraturan zonasi badan air sebagaimana dimaksud Ketentuan umum peraturan zonasi badan air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 huruf h dengan ketentuan sebagai berikut: dalam Pasal 55 huruf h dengan ketentuan sebagai berikut:

a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu kegiatan pembangunan sarana dan


a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu kegiatan pembangunan prasarana sumber daya air
sarana dan prasarana sumber daya air b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat yaitu kegiatan perikanan dan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat yaitu kegiatan pariwisata; dan
perikanan dan pariwisata; dan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang mengganggu
fungsi badan air.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang
mengganggu fungsi badan air.

Pasal 62 Pasal 64
1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf (1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c,
c, meliputi: meliputi:
a. ketentuan khusus kawasan cagar budaya;
a. ketentuan khusus kawasan cagar budaya; dan b. Ketentuan khusus kawasan (KKOP); dan
c. ketentuan khusus kawasan pertanian pangan berkelanjutan
b. Ketentuan khusus kawasan (KKOP) (KP2B).
(2) ketentuan khusus kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
c. ketentuan khusus kawasan pertanian pangan berkelanjutan
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan pelestarian budaya dan peninggalansejarah;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

(KP2B). 2. Pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana; dan


3. sarana dan prasarana pendukung.
2) ketentuan khusus kawasan cagar budaya sebagaimana b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
dimaksud pada ayat 1 huruf a dengan ketentuan sebagai 1. wisata, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
berikut: pendidikan; dan
2. Pemanfaatan bangunan cagar budaya untuk mendukung
kegiatan pariwisata.
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi yaitu mengubah
1. kegiatan pelestarian budaya dan peninggalansejarah; bentuk fisik bangunan cagar budaya.
2. Pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana; (3) ketentuan khusus kawasan keselamatan operasi penerbangan
dan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dengan ketenteuan berupa
pengaturan dan pengelolaan kawasan keselamatan operasi penerbangan
3. sarana dan prasarana pendukung. lebih lanjut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi: (4) ketentuan khusus kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B)
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dengan ketentuan sebagai
1. wisata, penelitian dan pengembangan ilmu berikut:
pengetahuan, pendidikan; dan a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan pertanian tanaman pangan dengan
2. Pemanfaatan bangunan cagar budaya untuk
memperhatikan daya dukung kawasan.
mendukung kegiatan pariwisata. 2. kegiatan budidaya tanaman pangan;
3. aktifitas pendukung pertanian;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi yaitu mengubah 4. kegiatan pariwisata berbasis pertanian;
bentuk fisik bangunan cagar budaya. 5. kegiatan pelestarian sumber daya air;
6. pengembangan teknik konservasi lahan pertanian yang bersifat
3) ketentuan khusus kawasan keselamatan operasi penerbangan ramah lingkungan dan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dengan ketenteuan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
berupa pengaturan dan pengelolaan kawasan keselamatan 1. kegiatan permukiman berkepadatan rendah yang mendukung
operasi penerbangan lebih lanjut dilaksanakan sesuai dengan fungsi kawasan;
2. kegiatan pengembangan prasarana wilayah; dan
ketentuan perundang-undangan.
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
4. pengembangan kegiatan yang berpotensi menggangu fungsi
4) ketentuan khusus kawasan pertanian pangan berkelanjutan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B);
(KP2B) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dengan 5. mendirikan bangunan yang mengganggu dan memutus
ketentuan sebagai berikut: saluran irigasi; dan
6. alih fungsi lahan diluar fungsi kawasan pertanian pangan
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi: berkelanjutan (KP2B).
1. pengembangan sarana dan prasarana pendukung 5) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
pengembangan pertanian tanaman pangan dengan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000, sebagaimana
tercantum pada Lampiran VII yang merupakan bagian yang tidak
memperhatikan daya dukung kawasan.
terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

2. kegiatan budidaya tanaman pangan;


3. aktifitas pendukung pertanian;
4. kegiatan pariwisata berbasis pertanian;
5. kegiatan pelestarian sumber daya air;
6. pengembangan teknik konservasi lahan pertanian
yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, meliputi:
1. kegiatan permukiman berkepadatan rendah yang
mendukung fungsi kawasan;
2. kegiatan pengembangan prasarana wilayah; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan kegiatan yang berpotensi menggangu
fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan
(KP2B);
2. mendirikan bangunan yang mengganggu dan
memutus saluran irigasi; dan
3. alih fungsi lahan diluar fungsi kawasan pertanian
pangan berkelanjutan (KP2B).

Bagian Ketiga Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan Ketentuan Perizinan

Pasal 63 Pasal 65
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)
ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur
berdasarkan rencana struktur ruang, pola ruang dan ruang, pola ruang dan ketentuan umum peraturan zonasi yang
ketentuan umum peraturan zonasi yang ditetapkan dalam ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
Peraturan Daerah ini. 2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk :
(2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk : a. sebagai dasar dalam memberikan izin pemanfaatan ruang pada
a. sebagai dasar dalam memberikan izin pemanfaatan ruang wilayah kabupaten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
pada wilayah kabupaten sesuai dengan ketentuan undangan;
peraturan perundang-undangan; b. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
b. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata standar, dan kualitas minimum yang ditetapkan;
ruang, standar, dan kualitas minimum yang ditetapkan; c. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c.mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan d. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
d. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas. 3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah kabupaten,
(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah kabupaten, meliputi:
meliputi: a. Izin prinsip;
a. Izin prinsip; b. Izin lokasi;
b. Izin lokasi; c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);
c.Izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT); d. Izin mendirikan bangunan; dan
d. Izin mendirikan bangunan; dan e. Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
e.Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur yang
(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut telah ditetapkan peraturan perundang-undangan
prosedur yang telah ditetapkan peraturan perundang- 5) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
undangan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(5) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat Bagian Keempat Direktorat. Pengendalian


Pemanfaatan Ruang
Ketentuan Insentif dan Disinsentif Ketentuan Insentif dan Disinsentif Kementerian Agraria dan Tata
ruang
Paragraf 1 Paragraf 1
Masukan:
Umum 1. Tata cara pemberian insentif
Umum
dan disinsentif belum
Pasal 66 dijelaskan, atau akan dijelaskan
Pasal 64 (1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal dalam aturan turunan dari
(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud 41 ayat (2) huruf c adalah ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah perda ini?
dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c adalah ketentuan yang daerah kabupaten untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang
diterapkan oleh pemerintah daerah kabupaten untuk agar sesuai dengan rencana tata ruang dan untuk mencegah 2. Seharusnya bisa dilengkapi
mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang. kegiatan apa yang mendapatkan
dengan rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan (2) ketentuan insentif dan disinsentif berfungsi untuk: insentif dan bentuk insentifnya
ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang. a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam seperti apa, dan kegiatan apa
rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang; yang mendapatkan disinsentif
(2) ketentuan insentif dan disinsentif berfungsi untuk:
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan dan jenis disinsentifnya seperti
a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang rencana tata ruang; dan apa?
dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan c. meningkatkan kemitraan semua masyarakat dalam rangka
rencana tata ruang; pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang. Tanggapan:
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan 1. Tidak diakomodir dalam perda
ini namun akan diatur lebih
dengan rencana tata ruang; dan
lanjut melalui Peraturan Kepala
c. meningkatkan kemitraan semua masyarakat dalam rangka Daerah
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata 2. Tidak diakomodir dalam perda
ruang. ini namun akan diatur lebih
lanjut melalui Peraturan Kepala
Daerah

Paragraf 2 Paragraf 2

Ketentuan Insentif Ketentuan Insentif

Pasal 65 Pasal 67
(1) Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk imbalan (1) Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan agar sejalan dengan rencana tata ruang,
terhadap pelaksanaan kegiatan agar sejalan dengan rencana
ketentuan insentif disusun berdasarkan:
tata ruang, ketentuan insentif disusun berdasarkan: a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah dan penetapan kawasan strategis kabupaten;
kabupaten dan penetapan kawasan strategis kabupaten; b. ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
b. ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan (2) Ketentuan insentif berupa:
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya. a. fiskal berupa pemberian keringanan pajak dan/atau pengurangan
(2) Ketentuan insentif berupa: retribusi; dan/atau
a. fiskal berupa pemberian keringanan pajak dan/atau b. non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi silang,
kemudahan perizinan, imbalan, sewa ruang, urun saham,
pengurangan retribusi; dan/atau
penyediaan sarana dan prasarana, penghargaan, dan/atau
b. non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi silang, publikasi atau promosi.
kemudahan perizinan, imbalan, sewa ruang, urun saham, (3) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
penyediaan sarana dan prasarana, penghargaan, dan/atau a. insentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah
publikasi atau promosi. lainnya; dan
(3) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. insentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat.
meliputi: (4) Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah
daerah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupa:
a. insentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah
a. pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat
daerah lainnya; dan kepada daerah pemberi manfaat atas manfaat yang diterima;
b. insentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat. b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
(4) Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada c. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat diberikan oleh pemerintah daerah penerima manfaat kepada
(3) huruf a berupa: investor yang berasal dari daerah pemberi manfaat; dan/atau
d. publikasi atau promosi daerah.
a. pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima
(5) Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat
manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, berupa:
yang diterima; a. pemberian keringanan pajak;
b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana; b. pemberian kompensasi;
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

c.kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang c. pengurangan retribusi;


diberikan oleh pemerintah daerah penerima manfaat d. imbalan;
kepada investor yang berasal dari daerah pemberi e. sewa ruang;
f. urun saham;
manfaat; dan/atau
g. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
d. publikasi atau promosi daerah. h. kemudahan perizinan.
(5) Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,
berupa:
a. pemberian keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c.pengurangan retribusi;
d. imbalan;
e.sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
h. kemudahan perizinan.

Paragraf 3 Paragraf 3 e.
Ketentuan Disinsentif Ketentuan Disinsentif
Pasal 66 Pasal 68
(1) Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya yang (1) Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya yang diberikan
untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi
diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan
pengembangannya;
yang dibatasi pengembangannya; (2) Ketentuan disinsentif disusun berdasarkan:
(2) Ketentuan disinsentif disusun berdasarkan: a. rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah kabupaten
a. rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah dan penetapan kawasan strategis kabupaten;
kabupaten dan penetapan kawasan strategis kabupaten; b. ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
c.peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya. (3) Ketentuan disinsentif berupa:
a. fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi; dan/atau
(3) Ketentuan disinsentif berupa:
b. non fiskal berupa:
a. fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi; dan/atau c. kewajiban memberi kompensasi;
b. non fiskal berupa: d. pensyaratan khusus dalam perizinan;
a. kewajiban memberi kompensasi; e. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
b. pensyaratan khusus dalam perizinan; f. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
c.kewajiban memberi imbalan; dan/atau (4) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah
d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
lainnya; dan
(4) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat.
meliputi: (5) Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

a. disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a berupa:
daerah lainnya; dan a. pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah
b. disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada penerima manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas manfaat
yang diterima;
masyarakat.
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
(5) Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada c. persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan
pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat ruang yang diberikan oleh pemerintah daerah pemberi manfaat
(4) huruf a berupa: kepada investor yang berasal dari daerah penerima manfaat.
a. pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah (6) Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat,
penerima manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b berupa:
manfaat yang diterima; a. kewajiban memberi kompensasi;
b. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
ruang yang diberikan oleh pemerintah kabupaten;
c.persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan c. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pemerintah d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
daerah pemberi manfaat kepada investor yang berasal dari
daerah penerima manfaat.
(6) Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada
masyarakat, sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
berupa:
a. kewajiban memberi kompensasi;
b. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pemerintah
kabupaten;
c.kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.

Bagian Kelima Bagian Kelima


Ketentuan Sanksi Ketentuan Sanksi
Paragraf 1 Paragraf 1
Umum
Umum
Pasal 69
Pasal 67 (1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf d
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) diberikan bagi setiap orang pelaku usaha saja yang melakukan
huruf d diberikan bagi setiap orang pelaku usaha saja yang pelanggaran ketentuan kewajiban pemanfaatan ruang sesuai dengan
melakukan pelanggaran ketentuan kewajiban pemanfaatan rencana tata ruang yang berlaku.
ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. (2) Arahan sanksi merupakan perangkat atau upaya pengenaan sanksi
(2) Arahan sanksi merupakan perangkat atau upaya pengenaan administratif yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
sanksi administratif yang diberikan kepada pelanggar (3) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
acuan bagi pemerintah kabupaten dalam pengenaan sanksi
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

pemanfaatan ruang. administratif terhadap:


(3) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;
merupakan acuan bagi pemerintah kabupaten dalam b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang yang diberikan oleh pejabat yang berwenang;
pengenaan sanksi administratif terhadap:
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW diberikan oleh pejabat yang berwenang;
Kabupaten; d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin yang dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat yang miliki umum;
berwenang; e. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang
c.pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan tidak sesuai dengan peruntukannya dalam rencana tata ruang; dan
f. pemanfaatan ruang dengan izin pemanfaatan ruang yang tidak
izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang;
sesuai dengan rencana tata ruang.
d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap
kawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundang-
undangan sebagai miliki umum;
e.pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi
yang tidak sesuai dengan peruntukannya dalam rencana
tata ruang; dan
f. pemanfaatan ruang dengan izin pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
(4) Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya yang
diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan
yang dibatasi pengembangannya;
Paragraf 2 Paragraf 2

Ketentuan Sanksi Administratif Ketentuan Sanksi Administratif

Pasal 68 Pasal 70
(1) Arahan sanksi administratif bagi pelanggaran sebagaimana (1) Arahan sanksi administratif bagi pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (2), dikenakan sanksi administratif berupa:
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2), dikenakan sanksi
a. peringatan tertulis;
administratif berupa: b. penghentian sementara kegiatan;
a. peringatan tertulis; c. penghentian sementara pelayanan umum; dan
b. penghentian sementara kegiatan; d. penutupan lokasi;
c.penghentian sementara pelayanan umum; dan e. pencabutan izin;
d. penutupan lokasi; f. penolakan izin;
e.pencabutan izin; g. pembatalan izin;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
f. penolakan izin;
i. denda administratif.
g. pembatalan izin; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
i. denda administratif. Peraturan Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi berlaku.
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Bupati sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB IX BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Hak Masyarakat
Pasal 71
Pasal 69 Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk: a. mengetahui rencana tata ruang;
a. mengetahui rencana tata ruang; b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
ruang; pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul ruang;
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di daerah;
rencana tata ruang;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat yang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata berwenang; dan
ruang di daerah; f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah, Pemerintah
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan/atau pemegang izin apabila
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dan menimbulkan kerugian.
kepada pejabat yang berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan menimbulkan kerugian.
Bagian Kedua Bagian Kedua

Kewajiban Masyarakat Kewajiban Masyarakat

Pasal 70 Pasal 72
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib: Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

1. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;


a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang pejabat yang berwenang;
dari pejabat yang berwenang; 3. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan Peraturan
pemanfaatan ruang; dan
Perundang-Undangan dinyatakan sebagai milik umum.
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan sebagai milik
umum.

Pasal 71 Pasal 73
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
dalam Pasal 65dikenai sanksi administratif. Pasal 65 dikenai sanksi administratif.

Bagian Ketiga Bagian Ketiga

Peran Masyarakat Peran Masyarakat

Pasal 72 Pasal 74
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap: Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:

a. perencanaan tata ruang;


a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang;
b. pemanfaatan ruang; c. pengendalian pemanfaatan ruang.
c. pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 73 Pasal 75
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf a dapat berupa dimaksud dalam Pasal 74 huruf a dapat berupa

a. masukan mengenai: a. masukan mengenai:


1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan; 3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan atau kawasan;
wilayah atau kawasan; 4. perumusan konsep rencana tata ruang; dan/atau
4. perumusan konsep rencana tata ruang; dan/atau 5. penetapan rencana tata ruang.
5. penetapan rencana tata ruang. b. kerja sama dengan pemerintah kabupaten, dan/atau sesama unsur
b. kerja sama dengan pemerintah kabupaten, dan/atau sesama masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

Pasal 74 Pasal 76
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 huruf b dapat berupa: dimaksud dalam Pasal 74 huruf b dapat berupa:

a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang; a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan pemerintah kabupaten dan/atau sesama unsur
b. kerja sama dengan pemerintah kabupaten dan/atau sesama
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang; c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan
di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta peraturan perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta dan sumber daya alam; dan/atau
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
hidup dan sumber daya alam; dan/atau peraturan perundang-undangan.
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua

Tata Cara Peran Masyarakat


Bagian Kedua
Pasal 77
Tata Cara Peran Masyarakat Tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan
secara langsung dan/atau tertulis kepada Bupati dan/atau melalui unit
Pasal 75 kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dapat
disampaikan secara langsung dan/atau tertulis kepada Bupati
dan/atau melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 76 Pasal 78
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah kabupaten
kabupaten membangun sistem informasi dan dokumentasi membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat
penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh diakses dengan mudah oleh masyarakat.
masyarakat.

Pasal 77 Pasal 79
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan yang
berlaku. berlaku.

BAB X BAB X
KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN
Pasal 78 Pasal 80
(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penataan ruang dan (1) Dalam rangka mengkoordinasikan penataan ruang dan kerjasama antar
sektor/daerah di bidang penataan ruang, dibentuk Tim Koordinasi
kerjasama antar sektor/daerah di bidang penataan ruang,
Penataan Ruang Daerah (TKPRD);
dibentuk Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD); (2) Untuk membantu pelaksanaan tugas TKPRD sebagaimana dimaksud
(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas TKPRD sebagaimana pada ayat (1) dibentuk Sekretariat dan Kelompok Kerja yang terbagi atas
dimaksud pada ayat (1) dibentuk Sekretariat dan Kelompok Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja
Kerja yang terbagi atas Kelompok Kerja Perencanaan Tata Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang;
Ruang dan Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian (3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Tim Koordinasi Penataan
Pemanfaatan Tata Ruang; Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Tim Koordinasi
Penataan Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XI
BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 81
PENYELESAIAN SENGKETA (1) Penyelesaian sengketa penataan ruang diupayakan berdasarkan prinsip
musyawarah untuk mufakat.
Pasal 79 (2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang diupayakan tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya
penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau di luar pengadilan
berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat
menempuh upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan
atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB XII BAB XII

PENYIDIKAN PENYIDIKAN

Pasal 80 Pasal 82
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

(1) Selain pejabat penyidik kepolisian Negara Republik Indonesia, (1) Selain pejabat penyidik kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat penyidik
ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
membantu pejabat penyidik kepolisian Negara Republik Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Hukum Acara Pidana. berwenang:
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
(1) berwenang: yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana dalam
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
bidang penataan ruang; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
melakukan tindak pidana dalam bidang penataan ruang; d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan
c.meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
ruang; bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan
penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan penataan ruang; dan
ruang; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
e.melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang.
terdapat bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Pejabat Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
perkara tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, Penyidik pegawai
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan negeri sipil melakukan koordinasi dengan Pejabat Penyidik Kepolisian
tugas penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
ruang. perundang-undangan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Pejabat menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui
Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
ayat (2) memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, perundang-undangan.
Penyidik pegawai negeri sipil melakukan koordinasi dengan
Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum
melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata
cara serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII BAB XIII


KETENTUAN PIDANA KETENTUAN PIDANA
Pasal 81 Pasal 83
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 diancam pidana sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor
dalam Pasal 67 diancam pidana sesuai dengan ketentuan Undang-
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

BAB XIV BAB XIV


KETENTUAN LAIN-LAIN KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 82 Pasal 84
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten berlaku untuk 20 (dua puluh) (1) Jangka waktu RTRW Kabupaten berlaku untuk 20 (dua puluh) tahun
dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
tahun. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan Peraturan
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan Perundang-Undangan dan/atau perubahan batas wilayah yang
dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan ditetapkan dengan undang-undang, RTRW Kabupaten dapat ditinjau
Peraturan Perundang-Undangan dan/atau perubahan batas kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
wilayah yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRW (3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
Kabupaten dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategis
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kebupaten dan/atau dinamika
5 (lima) tahun.
internal kabupaten.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan
strategis yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kebupaten
dan/atau dinamika internal kabupaten.
(4) Peraturan daerah tentang RTRW Kabupaten dilengkapi dengan
Buku Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB XIV BAB XIV
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 83 Pasal 85
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah
ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
daerah yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang
dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
Peraturan Daerah ini. a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka : dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah dengan masa berlakunya.
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
berlaku sesuai dengan masa berlakunya. dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi
tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini Peraturan Daerah ini;
berlaku ketentuan : 2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa
izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi
berdasarkan Peraturan Daerah ini; kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, ijin yang telah
habis masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan timbul sebagai akibat pembatasan izin tersebut dapat
Daerah ini; dan diberikan penggantian yang layak.
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya c. kawasan peruntukan budidaya yang berdasarkan ketentuan
dan tidak memungkinkan untuk dilakukan peraturan perundang–undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai peruntukan kawasan hutan dengan ketentuan
penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan
tidak diperbolehkan adanya pengembangan dan pembangunan
Peraturan Daerah ini, ijin yang telah diterbitkan baru, hingga perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–
sebagai akibat pembatasan izin tersebut dapat undangan.
diberikan penggantian yang layak. d. pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tanpa izin dan
c.pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.
e. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan
akan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan
Daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang
Daerah ini. diperlukan.
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan
RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

izin yang diperlukan.

BAB XVI BAB XVI (4)


KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP
Pasal 84 Pasal 86
Dengan berlakukanya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Dengan berlakukanya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Deli Serdang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Rencana Tata
Kabupaten Deli Serdang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2009, dicabut dan
Ruang Wilayah Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2009, dicabut dinyatakan tidak berlaku lagi.
dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 85 Pasal 87
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap
setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang.
Ditetapkan di Lubuk Pakam
Ditetapkan di Lubuk Pakam
pada tanggal
pada tanggal .........................................
.........................................

BUPATI DELI SERDANG


BUPATI DELI SERDANG

H. ASHARI TAMBUNAN

H. ASHARI TAMBUNAN

Diundangkan di Deli Serdang Diundangkan di Deli Serdang

pada tanggal ……………………….. pada tanggal ………………………..

SEKRETARIS DAERAH SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN DELI SERDANG,


RANPERDA SEBELUM RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA RANPERDA SETELAH RAKOR LINSEK KEMENTERIAN/LEMBAGA CATATAN PENYEMPURNAAN

KABUPATEN DELI SERDANG,

DARWIN ZEIN, S.Sos

DARWIN ZEIN, S.Sos LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN ………. NOMOR
:……..
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN ……….
NOMOR :……..

Anda mungkin juga menyukai