Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006)
Haidadalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2008). Panjang siklus haid yang normal atau
dianggap sebagai suatu siklus yang klasik adalah 28 hari ,tetapi cukup bervariasi tidak
sama untuk setiap wanita (Guyton, 2006). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang
1-2 hari diikuti darah sedikit- sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Jumlah darah normal
yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun
ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun ialah
51,9 hari (Wiknjosastro, 2008).
Siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata lain tidak berada
pada interval pola haid pada rentang waktu kurang dari 21 atau lebih dari 35 hari dengan
interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari7 hari disebut siklus
menstruasi/haid yang tidak teratur (Berek, 2002). Gangguan Haid digolongkan atas 4
bagian yaitu kelainan banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada haid, kelainan
siklus, perdarahan di luar haid, gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid
(Wiknjosastro, 2008).Menurut Berek (2002) ada enam jenis gangguan menstruasi yang
termasuk kedalam siklus menstruasi yang tidak teratur adalah oligomenorea,
polimenorea, menoragia, metroragia, menometroragia, hipomenorea.
Perubahan pola haid dipengaruhi usia seseorang (Wiknjosastro, 2008), pemakaian
kontrasepsi (Llewellyn, 2005), penyakit pada ovarium misalnya:tumor,kelainan pada
sistem saraf pusat- Hipotalamus dan Hipofisis (Benson, Ralph C. dan Pernoll, Martin L.,
2009). Perubahan pola haid normalnya terjadi pada kedua ujung siklus haid ,yaitu waktu
remaja dan menjelang menoupause. Dalam siklus haid masa remaja dan menjelang
menoupase, dinding rahimnya hanya dirangsang pertumbuhannya oleh estrogen.Hanya
hormon FSH saja yang dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak.Akibatnya siklus haid tidak
teratur (Llewellyn, 2005).
Menstruasi atau haid sama tuanya dengan sejarah umat manusia, namun sampai
sekarang masih merupakan topik yang banyak menarik minat sebagian besar kalangan
wanita karena setiap bulan wanita mengalami menstruasi sering mengalami nyeri haid.
Nyeri haid ini timbul bersamaan dengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisa juga
segera setelah menstruasi (Marsden et al, 2004).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah definisi menstruasi?
Apakah siklus mestruasi?
Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi?
Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan gangguan dalam mentruasi?

1.3 TUJUAN
Tujuan umum
Menjelaskan gangguan menstruasi dan askep asuhan keperawatan gangguan dalam
menstruasi.
Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi dari menstruasi
2. Menjelaskan siklus menstruasi
3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi
1.4 MANFAAT
1. Pembaca dapat memahami definisi,etiologi, manifestasi klinis, yang terjadi pada saat
menstruasi.
2. Pembaca khususnya ,mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MENSTRUASI
Menstruasi atau haid adalah perdarahan uterus yang disertai pelepasan endometrium.
Umumnya panjang siklus menstruasi adalah 28minggu±7 hari. Jumlah darah yang keluar
rata-rata 20–60 ml. Menstruasi pertama kalinya pada remaja perempuan disebut
menarche. Usia menarchebervariasi antara 10–16 tahun, tetapi rata-ratanya adalah 12,5
tahun.
Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase menstruasi
Fase paling jelas, ditandai dengan pengeluaran darah dan sisa endometrium
melalui vagina.Fase ini bersamaan dengan fase folikular ovarium. Saat korpus
luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi, kadar progesteron dan
estrogen menurun tajam, merangsang pembebasan prostaglandin yang
menyebabkan vasokonstriksi vaskular endometrium. Penurunan distribusi oksigen
menyebabkan kematian endometrium beserta vaskularnya.Perdarahan yang terjadi
melalui kerusakan vaskular ini membilas jaringan yang mati ke lumen uterus dan
hanya menyisakan sebuah lapisan tipis epitel dan kelenjar yang nantinya menjadi
asal regenerasi endometrium.Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi
ritmik ringan miometrium uterus yang membantu mengeluarkan darah dansisa
endometrium melalui vagina. Kontraksi yang terlalu kuat akibat produksi
prostaglandin berlebih dapat menyebabkan rasa kram yang disebut dismenorea.
b. Fase proliferasi
Berlangsung bersamaan dengan bagian akhir fase folikular ovarium.Ketika
darah haid berhenti, endometrium mulai memperbaiki diri dan berproliferasi di
bawah pengaruh estrogen dari folikel-folikel yang baru berkembang.Estrogen
memacu proliferasi sel epitel, kelenjar, dan vaskular endometrium. Fase ini
berlangsung dari akhir menstruasi hingga ovulasi, kadar puncak estrogen memicu
lonjakan LH yang menjadi penyebab ovulasi.
c. Fase sekretorik
Berlangsung bersamaan dengan fase luteal ovarium.Setelah ovulasi, terbentuk
korpus luteum baru yang mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen.
Progesteron mengubah endometrium menjadi kaya vaskular dan glikogen yang
mana dipersiapkan untukimplantasi.
Gambar 1. Siklus menstruasi

2.2 GANGGUAN MENSTRUASI ( HAID)


Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapatdigolongkan dalam:
1. Gangguan Siklus Haid
a. Polimenorea
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari, perdarahan
kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal. Penyebabnya adalah
gangguan hormonal, kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan
lai-lain. Pada gangguan hormonal terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan
pendeknya masa luteal. Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan
hormonal dan laboratorium lain.
b. Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan
perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini kesehatan penderita
tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
c. Amenorea
Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan berturut
turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan
sekunder.Amenorea primer ialah kondisi dimana seorang perempuan berumur 18
tahun atau lebih tidak pernah haid, umumnya dihubungkan dengan kelainan-
kelainan kongenital dan genetik.Amenorea sekunder adalah kondisi dimana
seorang pernah mendapatkan haid, tetapi kemudian tidak mendapatkan haid,
biasanya merujuk pada gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit
infeksi, dan lain-lain. Ada pula amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas,
masa kehamilan, masa laktasi, dan setelah menopause.
2. Gangguan Volume Haid
a. Hipermenorea (menoragia)
Merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama
dari 8 hari.Penyebab kelainan ini terdapat pada kondisi dalam uterus.Biasanya
dihubungkan dengan adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium yang
lebih luas dan gangguan kontraktilitas, polip endometrium, gangguan peluruhan
endometrium, dan sebagainya. Terapi kelainan ini ialah terapi pada penyebab
utama.
b. Hipomenorea
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih sedikit dari
normal.Penyebabnya adalah terdapat pada konstitusipenderita, kondisi uterus,
gangguan endokrin, dan lain-lain.Terapi hipomenorea adalah bersifat psikologis
untuk menenangkan penderita, kecuali bila sudah didapatkan penyebab nyata
lainnya. Kondisi ini tidak memperngaruhi fertilitas.
c. Gangguan Lain Terkait Haid
d. Dismenorea
Dismenorea adalah gangguan ginekologik berupa nyeri saat menstruasi, yang
umumnya berupa kram dan terpusat di bagian perut bawah.Rasa kram ini
seringkali disertai dengan nyeri punggung bawah, mual muntah, sakit kepala atau
diare.Istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri terjadi demikian hebatnya, oleh
karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bagian bawah
sebelum dan selama haid. Dikatatakan demikian apabila nyeri yang terjadi ini
memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya untuk
beberapa jam atau hari.
Disminorea dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Dismunorea Primer
Merupakan nyeri menstruasi yang diasosiasikan dengan siklus ovulasi
dan merupakan hasil dari kontraksi miometrium tanpa teridentifikasinya
kelainan patologik.Dismenorea primer umumnya terjadi 12-24 bulan
setelah menarche, ketika siklus ovulasi sudah terbentuk.
2. Disminore Sekunder
Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan
kelainan pelvis, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan
lainnya. Oleh karena itu, dismenorea sekunder umumnya berhubungan
dengan gejala ginekologik lain seperti disuria, dispareunia, perdarahan
abnormal atau infertilitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disminorea primer :
1. Faktor kejiwaan
Disminorea mudah terjadi pada remaja yang emosinya tidak stabil.
2. Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapatjuga
menurunkan ketahanan pada rasa nyeri, seperti anemia, penyakit
menahun, dan lainnya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Kontraksi uterus yang berlebihan umumnya dianggap sebagai
sebab kejang yang terjadi pada dismenorea primer. Faktor endokrin
memiliki hubungan dengan tonus dan kontraktilitas uterus, dimana
estrogen disebutkan merangsang kontraktilitas uterus sedangkan
progesteron menghambat, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan
fakta bahwa pada perdarahan disfungsional anovulatoar yang
biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tidak
menimbulkan rasa nyeri.
4. Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya hubungan dismenorea
dengan urtikaria, migraine atau asma bronkial.

2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENSTRUASI (HAID)


Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan
dalam sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi
endometrium dan perdarahan.
1. Faktor vascular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-
arteria, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul statis
dalm vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan
akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari
arteri maupun dari vena.
2. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Secara khusus, perempuan mengalami haid pada usia dua belas dan tiga belas
tahun, tetapi selalu terdapat perempuan yang mengalaminya pada usia lebih awal,
kira-kira sepuluh tahun, dan beberapa diantaranya bahkan lebih dini. Dilain pihak ,
beberapa perempuan mungkin belum mengalami haid pada usia lima belas atau enam
belas tahun. Ini semua bergantung pada produksi dan pelepasan hormon.
Cepat atau lambatnya haid (kematangan seksual) ini kecuali ditentukan oleh
konstitusi fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor
iklim, cara hidup, dan milieu yang melingkungi anak. Badan yang lemah atau
penyakit yang mendera seorang anak gadis, umpamanya bisa memperlambat tibanya
menstruasi.
Selanjutnya , rangsangan-rangsangan kuat dari luar, umpamanya saja berupa
film-film sex (blue film) buku bacaan dan majalah-majalah bergambar sex godaan
dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan
sex/coitus, semua itu tidak hanya meningkatkan memuncaknya atau semakin
panasnya reaksi-reaksi sexual saja, akan tetapi juga mengakibatkan kematangan
sexual yang lebih cepat pada diri anak. Maka pengaruh kultur dan peradaban itu
tampaknya ambivalen sifatnya, artinya kultur dan peradapan dapat memperlambat
atau mempercepat tempo kematangan sexual anak. Jadi, juga memperlambat atau
mempercepat awal dari haid anak gadis.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan fisik dan mental yang sering
dikeluhkan oleh para penderita sindrom pra-haid diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik:
 Kenaikan berat badan
  Perasaan bengkak dan Pembengkakan (perut, jari, tungkai, pergelangan
kaki, dll)
 Ketidaknyamanan buah dada (pembesaran, nyeri tekan, terasa berat, terasa
kaku)
 Sakit kepala dan serangan migren
 Pegal dan nyeri pada otot
 Dismenore kongestif, yaitu sakit perut atau sakit pinggang bagian bawah
 Berkurangnya air kencing
 Perubahan kulit, termasuk bisul, jerawat, bercak putih, dan
pembengkakan-pembengkakan lain
 Perubahan nafsu makan (kehilangan nafsu makan atau keinginan makan
makanan yang berlemak)
 Perubahan tidur ( kurang tidur atau tidur berlebihan)
  Tidak ada gairah untuk aktif serta badan terasa lelah
  Mata terasa sakit, hidung tersumbat, dan timbul reaksi alergi
  Mual, pingsan, asma, dan epilepsy
 Kejang, terjadi karena dinding-dinding otot uterus dengan perlahan akan
mengkerut untuk membantu mengeluarkan lapisan.
b. Gejala mental (psikis)
 Ketegangan dan cepat marah (emosional)
 Depresi, termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga
 Stres
 Kelesuan
  Berkurangnya daya konsentrasi dan daya ingat berkurang
 Kecenderungan kearah keagresifan dan/atau kekerasan fisik
  Control emosi yang rendah dan reaksi emosi yang tidak logis
 Penurunan efisiensi, terutama dalam memecahkan masalah mental
 Kurang atau tidak ada dorongan seks
 Dorongan yang kuat untuk banyak makan, tidak ada hubungan dengan
nafsu makan
 Bertambahnya kecenderungan minum obat, tablet, dsb.
2.4 ASKEP GANGGUAN MENSTRUASI
Kasus
Nona L, 17 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas letih dan lesu serta
nyeri hebat ketika haid, sampai tidak mampu melakukan aktivitas karena nyeri abdomen
akan bertambah. Pasien juga mengeluh mual, muntah dan diare.

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan
wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti:
1. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit dahulu
Pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri
serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Dismenore primer biasanya mulai
sesaat setelah menarche. Kadang-kadang pasien mengemukakan riwayat kelelahan
yang berlebihan dan ketegangan saraf.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Tidak Ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
  Nutrisi
  Pola Latihan
  Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
  Konsep diri (body image)
  Skala nyeri 4-6

2. Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6


a. B1 (Breath)
Pernapasan 18 x/menit
 Pernapasan tidak teratur
b. B2 (Blood)
  Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
  Akral Basah dan dingin
c. B3 (Brain)
  Penurunan Konsentrasi
  Pusing
  Konjungtiva Anemia
d. B4 (Bladder)
  Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
e. B5 (Bowel)
  Nyeri pada adomen
  Nafsu makan Menurun
f. B6 (Bone)
  Badan mudah capek
  Nyeri pada punggung

3. Pemeriksaan Fisik
  Pemeriksaan Abdomen :Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum
atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising
usus normal
  Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis adalah
normal.

B. Analisis Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPER
AWATA
N

1 DS:Pxmengatakannyerisaathaidsehinggatidakmam Menstruasi Nyeri akut


pumelakukanaktivitas ↓
Regresi
P : Nyeri disminore.
korpus
: Nyeridirasakanmenjalarhinggapunggung luteum

R : Lokasi nyeriabdomen
progesteron↓
S : Nyeri 4-6 ↓
T : Nyeri sering dan terus – Miometrium
menerusdandirasakanmeningkatsaataktivitas terangsan
g
DO: TD : 90/60 mmHg ↓
1. Wajah tampak menahan nyeri Kontraksi&di
2. Pxtampaklemas sritmia
uterus↑

Aliran darah
ke uterus↓

Iskemia

Nyeri haid

2 DS:Pxtidak mampu melakukan aktivitas karena Menstruasi Intoleran


nyeri abdomen akan bertambahdan pasien ↓ aktivitas
menyatakan mudah lelah Pendarahan

DO:
Anemia
1. TD : 90/60 mmHg ↓
RR : 18 x/menit
2. Px. terlihat pucat Kelemahan
3. Sclera/ konjungtiva anemis ↓
Intoleran
aktivitas

3 DS: Menstruasi Ansietas



1. Px. menyatakan merasa gelisah
Nyeri haid
2. DO:

3. Pucat
Kurang
4. Memperlihatkan kurang inisiatif
pengetahu
an

Ansietas

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
D. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
a. Tujuan: Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
b. Kriteria hasil:
  Skala nyeri 0-1
  Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan
rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping

2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri


pemberian analgesic

3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya


nafas berirama lambat, nafas dalam, 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
bimbingan imajinasi farmakologi tambahan

4. Evaluasi dan dukung mekanisme 4. Penggunaan persepsi sendiri atau


koping px prilaku untuk menghilangkan nyeri
dapat membantu mengatasinya lebih
efektif

5. Kompres hangat 5. Mengurangi rasa nyeri dan


memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen


a. Tujuan:Pasien dapat beraktivitas seperti semula
b. Kriteria hasil:
 Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas
 Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas
istirahat tanpa gangguan, dorong dan regenerasi seluler/ penyembuhan
istirahat sebelum makan jaringan

2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap 2. Tirah baring lama dapat menurunkan


kemampuan

3. Menurunkan penggunaan energi dan


3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
a. Tujuan:Pasien bisa kembali
b. Kriteria hasil:
  Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
  Pasien menunjukkan relaksasi
  Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat 1. Keterlibatan akan membantu pasien
dalam rencana perawatan merasa stres
berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada penyembuhan

2. Berikan lingkungan tenang dan 2. Memindahkan pasien dari stress luar


istirahat meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas

3. Perilaku yang berhasil dapat


3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ dikuatkan pada penerimaan masalah
memerlukan perilaku koping yang stress saat ini, meningkatkan rasa
digunakan pada masa lalu control diri pasien
4. Bantu pasien belajar mekanisme 4. Belajar cara baru untuk mengatasi
koping baru, misalnya teknik masalah dapat membantu dalam
mengatasi stres menurunkan stress dan ansietas
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina,yang berasal dari rahim,berlangsung
secara teratur,sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (yantokadarusman,2000).
Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada saat masa
remaja.gangguan ini dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada pasien
maupun keluarganya.
B.Saran
Kita harus memperhatikan gangguan dalam menstruasi sejak awal remaja agar bisa
mengetahui dan mengantisipasi gamgguan dalam menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai