Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :........................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1. HOMEOSTASIS........................................................................................................................4
A. Pengertian dan Fungsi Homeostasis..........................................................................................4
B. Pembagian Homeostasis......................................................................................................5
D.Sistem Pengendalian Tubuh..................................................................................................11
E. Konsep Pengendalian............................................................................................................11
D. Sistem Saraf........................................................................................................................12
2.2. Lengkung Reflek................................................................................................................13
A. Reflek..................................................................................................................................13
B. Lengkung Refleks..............................................................................................................14
C. Macam - Macam Gerak Refleks.......................................................................................17
D. Aktivitas...............................................................................................................................19
BAB 3..............................................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................................22
Kesimpulan......................................................................................................................................22
Saran................................................................................................................................................22
Daftar Pustaka....................................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan statis berarti “berdiri
atau diam”. Banyak sekali gangguan-gangguan yang dapat mengancam keadaan sistem tubuh
mamalia. Sistem tubuh mamalia memiliki organ-organ yang berfungsi untuk
mempertahankan keadaan sistem tubuh itu sendiri.  Keadaan sistem tubuh itu diatur oleh
homeostasis dalam tubuh. Mekanisme homeostasis berkaitan erat dengan keadaan cairan
dalam tubuh, baik dalam hal pengeluaran maupun asupan cairan tubuh.
Mamalia sangat beruntung karena memiliki organ-organ penunjang dalam
mempertahankan keadaan tubuh tersebut, karena apabila hal ini tidak terdapat dalam sistem
tubuh maka semua kegiatan hidup tidak akan berjalan dengan normal. Akibat dari tidak
berfungsinya homeostasis tubuh, mamalia dapat mengalami sakit atau bahkan akan menuju
kematian.
Berkaitan dengan pentingnya keadaan homeostasis dalam mempertahankan kadar cairan
dalam tubuh, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang peran homeostasis beserta
mekanismenya.
Tubuh manusia daapat dilihat sebagai suatu sistem yang dapat berubah-ubah kinerjanya
bergantung antara lain pada perubahan rangsang dari lingkungannya, kemampuan berbagai
organ didlamnya serta pengendalian setiap organ secara terkoordinasi dalam suatu sistem.
Dalam rangka mempelajari perubahan kapasitas funsi tubuh manusia sebagai suatu
sistem, termasuk mempelajari berbagai sistem organ serta pola komunikasi antar sistem organ
tersebu, perlu diketahui pula peran sistem pengendalian tubuh. Sistem pengendalian tubuh
tersebut berperan dalam mengendalikan kualitas keluaran (output) sistem tubuh secara utuh
dan menyeluruh dengan kisaran perubahan yang cukup terbatas. Manusia dapat
mempertahankan kehidupan (survive), meningkatkan kinerjanya, serta memertahankan
keberadaanya dengan cara reproduksi, antara lain karena bekerjanya sistem pengendalian
tersebut. Sebagai contoh, pada keadaan volme air dalam tubuh berkurang, yang terjadi akibat
kurang minum atau diare yang berat, akan terjadi penurunan pengeluaran air melalui keringat

2
atau urin. Keadaan ini dapat berlangsung karena bekerjanya sistem pengendali dalam tubuh .
demikian pula kinerja orang yang meningkt setelah berolah raga secara teratur disebkan oleh
bekerjanya sistem pengendali yang memungkingkan penggunaan tenaga yang lebih efisien.
Sistem pengendali tubuh secara garis besar dilakukan oleh sistem saraf dan sistem
edokrin. Kedua sistem ini dapat bekerja sama secara berurutan (sequential), bergantian, atau
dapat juga secara serempak (simultaneous)untuk tujuan yang sama.
Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Menurut Departemen Kesehatan RI (2007),
Aktivitas fisik sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Departemen Kesehatan RI (2007) menyarankan masyarakat untuk melakukan

Aktivitas fisik secara teratur minimal 30 menit dalam sehari. Aktivitas fisik dapat berupa
Olahraga seperti push up, lari ringan, tenis, yoga, fitness, senam, bermain bola, bermain tenis,
dan angkat beban. Selain olahraga, aktivitas fisik dapat berupa kegiatan sehari-hari seperti
berjalan, berkebun, bermain dan menari(WHO, 2012).
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari ana yang artinya memisah-misahkan
atau mengurai dan tomos yang artinya memotong-motong.Anatomi berarti mengurai dan
memotong. Ilmu bentuk dan susunan tubuh dapat diperoleh dengan cara mengurai badan
melalui potongan bagian-bagian dari badan dan hubungan alat tubuh satu dengan yang
lainnya.
Anatomi Ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan
maupun bagian-bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.Anatomi adalah
ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan/ potongan tubuh baik secara keseluruhan maupun
bagian-bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal,fungsi atau pekerjaan dari tiap jaringan tubuh
atau bagian dari alat tubuh tersebut. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja
tubuh manusia dalam keadaan normal. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai
fungsi dari tubuh manusia yang hidup.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi homeostasis ?
2. Apa pengertian sistem pengendalian ?
3. Apa yang dimaksud dengan lengkung reflek ?
4. Apa saja macam-macam gerak reflek ?
5. Apa pengertian aktivitas ?
6. Apa pengertian anatomi ?
7. Bagaimana sikap posisi anatomi ?
8. Apa saja macam-macam jaringan ?
C. Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan fungsi homeostasis.
2. Mengetahui dan memahami sistem pengendalian.
3. Mengetahui dan memahami maksud dari lengkung reflek.
4. Mengetahui dan memahami macam-macam gerak reflek.
5. Mengetahui dan memahami pengertian aktivitas.
6. Mengetahui dan memahami pengertian anatomi.
7. Mengetahui dan memahami sikap posisi anatomi.
8. Mengetahui dan memahami macam-macam jaringan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. HOMEOSTASIS

A. Pengertian dan Fungsi Homeostasis


Homeostasis berasal dari bahasa yunani homeo berarti “yang sama” dan statis berarti
“mempertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang diahadapi. Istilah ini
digunakan olh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir
selalu konstan dilingkungan dalam.
Homeostasis adalah segala upaya yang dilakukan oleh tubuh kita agar lingkungan
hidup sel didalam tubuh kita, yaitu cairan extrasel selalu dalam keadaan statis, konstan, atau
menetap (Setiadi, 2007). Homeostasis adalah pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu
konstan di lingkungan dalam (Guyton et al, 2008). Homeostasis adalah mempertahankan
lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme multisel yang kompleks dapat hidup bebas di
lingkungan luar sangat bervariasi (Sherwood, 2001). Homeostasis dipertahankan oleh
berbagai proses pengaturan yang melibatkan semua sistem organ tubuh melalui pengaturan
keseimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state) (Minarma
Siagian, 2004). Homeostasis adalah pemeliharaan keadaan-keadaan stabil dalam tubuh
melalui koordinasi proses-proses fisiologi (Kamus FK UI). Homeostasis adalah
kecenderungan stabilitas pada keadaan fisiologi organisme normal (Santana,D., 2007).
Homeostasis adalah berbagai proses fisiologik yang berfungsi memulihkan keadaan normal
setelah terjadi gangguan (Ganong,W.F,. 2002). Homeostasis adalah kestabilan relatif
lingkungan internal dalam menjaga fungsi sel. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa
homeostasis merupakan mekanisme pengaturan mempertahankan kestabilan internal tubuh.
Perlu diketahui kata stabil dalam homeostasis ini tidak sama dengan kaku namun stabil
tersebut dapat bervariasi dalam limit atau batasan tertentu serta merupakan suatu proses yang
dinamis (Guyton et al, 2008).
Konsep homeostasis (keadaan tetap) mengacu pada mempertahankan kondisi fisik
dan kimia yang relatif konstan dalam lingkungan sel organisme, menurut batas-batas
fisiologis. Persyaratan kimia untuk mempertahankan yang konstan meliputi, volume air yang

5
mencukupi, nutrisi, dan oksigen yang mencukupi, persyaratan fisik meliputi suhu dan tekanan
atmosfer (Ethel Slone,2003,Hal;4)
Cannon mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostasis, yaitu:
1. Peran sistem saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dengan
kehidupan.
2. Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3. Adanya pengendalin yang bersifat antagonistik.
4. Siatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda dijaringan tubuh
yang berbeda.
Selain itu Cannon mengajukan beberapa parameter yang diatur secara homeostatic, yaitu
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sel dan yang dibutuhkan sel, serta adanya
sekresi internal. Hal-hal yang diajukan oleh Cannon ini sekarang telah terbukti ada dalam
tubuh.
Fungsi homeostasis :
1. Untuk menjaga kulit tubuh dan organ internal beroperasi secara seimbang dan
normal.
2. Menyeimbangkan suhu dan pH tubuh melalui sistem saraf yang sehat.
3. Mengatur semua tanggapan internal tubuh.
4. Meningkatkan aliran darah didaerah yang terluka, yang juga menghasilkan
pembengkakan.

B. Pembagian Homeostasis
Homeostasis terdiri atas homeostasis fisiologi dan homeostasis psikologi. Homeostasis
fisiologi dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh system edokrin dan system saraf
otonom. Proses homeostasis fisiologi terjadi melalui 4 cara berikut:
1. Pengaturan diri. Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat, contohnya
pada proses pengaturan fungsi organ tubuh.
2. Kompensasi. Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi
didalamya. Misalnya, apabila secara tiba-tiba lingkungan menjadi dingin, maka maka
pembuluh darah perifer akan mengalami kontriksi dan merangsang pembuluh darah
bagian dalam untun meningkatkan kegiatan (misalnya menggigit) yang dapat
menghasilan panas sehingga suhu tetap stabil, pelabaran pupil untuk meningkatkan
persepsi visual pada saat terjadi ancaman terhadap tubuh, dan peningkatan keringat
untuk mengontrolkenaikan suhu tubuh.

6
3. Umpan balik negative. Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal.
Dalam keadaan abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan
balik untuk menyeimbangkan penyimpangan ysng terjadi.
4. Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis. Sebagai contoh, apabila
seorang mengalami hipoksia, akan terjadi proses peningkatan denyut jantung untuk
membawa darah dan oksigen yang cukup keseluruh tubuh.
Homeostasis psikologi berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental.
Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi
oleh norma dan kultu masyarakat. Contoh homeostasis psikologi adalah pertahanan diri,
seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul, meremas, dan lain-lain (A-Aziz Alimul
H,2006;2-2)

C. Mekanisme Homeostasis
Mekanisme homeostasis melibatkan hampitr seluruh sistem organ tubuh. Walaupun
kondisi internal berubah secara konstan, tubuh dilindungi terhadap perubahan yang besar
dengan mekanisme control pengaturan sendiri seperti sistem umpan balik. Sistem ini
mengacu pada pemberian informasi dari suatu sistem(output) kembali kedalam sistem (input)
untuk menimbulkan respons.
1. Komponen sistem umpan balik
a. Setpoint adalah nilai fisiologis normal dari masing-masing variabel tubuh, seperti
suhu nomal, konsentrasi zat dalam cairan ekstraseluler, atau kadar keasaman dan
kadar kebasaan darah.
b. Sensor (penerima) mendeteksi suatu penyimpangan dari setiap variabel norml.
c. Pusat pengendali menerima informsi dari berbagai sensor, mengintegrasi dan
memproses informasi tersebut, kemudian menentukan respons balasan untuk
kembali ke setpoint.
d. Efektor menjalankan respons, yang terus berlangsung sampai setpoint tercapai
kembali.
2. Sistem umpan balik ada dua yaitu :
a. Mekanisme umpan balik negatif adalah mekanisme dimana informasi balasan
untuk sistem (input) mengurangi perubahan (output) sehingga dapat kembali ke
setpoint yang sesuai. Salah satu contooh adalah kemampuan untuk
mempertahankan glukosa darah pada kadar yang relatif konstans yaitu 90 sampai
110/100 ml darah.

7
 Setelah makan, peningkatan kadar glukosa darah merangsang keluarnya
insulin (umpan balik negatif) untuk mengurangi pelepasan insulin dari sel-
sel khusus dalam pancreas.
 Insulin memfasilitasi masuknya glukosa kedalam sel-sel tubuh sehingga
mengurangi kadar glukosa darah.
 Penurunan kadar glukosa darah kemudian mempengaruhi sel-sel pelepasan
insulin (umpan balik positif) untuk mengurangi pelepasan insulin dan
glukosa darah dipertahankan pada kadar yang sesuai.

Contoh umpan balik negatif :


1. Hipofisis memerintahkan ACTH untuk meningkatkan kortisol pada adrenalin yang
berfungsi dalam metabolism glukosa, lipid dan protein kemudian setelah produksi
kortisol
mencukupi adrenal akan memerintahkan hipopisis untuk menghentikan produksi
ACTH.
2. Pada penderita diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar gula dalam darah karena
kurangnya hormone insulin sehingga pada saat kita mengkonsumsi gula yang kita
ketahui sifat
gula membawa air hal ini menyebabkan pada saat penyaringan di glomerulus sebagian
gula
yang lolos dari penyaringan akan keluar bersama urine dan terjadi peningkatan urine
(poliuri)
karena banyaknya air yang keluar dari tubuh lewat urine maka tubuh akan mengalami
dehidrasi
akibatnya penderita akan merasa kehausan.
3. Pada penderita Diabetes Mealitus karena kurangnya insulin maka terdapat banyak
gula
diluar sel akibatnya sel akan memakan gula yang ada pada otot untuk mendapat
energi,
akibatnya penderita merasa kelelahan dan mudah kelaparan.
4. Mekanisme penginderaan (reseptor) mengenali perubahan keadaan diluar batas-
batas
tertentu. Pusat control atau integrator (sering terdapat diotak) menilai perubahan
tersebut dan
mengaktifkan mekanisme kedua(efektor) untuk memperbaiki keadaan. Keadaan
tersebut
senantiasa dipantau oleh reseptor dan dievaluasi oleh pusat kontrol. Ketika pusat
kontrol
menentukan bahwa keadaan telah kembali normal, tindakan perbaikan tidak
dilanjutkan lagi.

8
b. Mekanisme umpan balik positif adalah mekanisme dimana informasi balasan
kesistem meningkatkan atau memperlama, bukanya mengurangi, penyimpanan
dari kondisi fisiologis asal.
1) Salah satu umpan balik positif terjadi saat membrane saraf dirangsang.
 Rangsangan megubah permeabilitas membran terhadap ion-ion
natrium, yang kemudian mengalir melewati membran.
 Arus ion ntrium ini kemudian menambah permeabilitas membran
terhadap ion natrium sehingga ion natrium yang melewatinya

9
semakin banyak. Hasil dari kejadian tersebut adalah cetusan impuls
saraf.
Umpan balik positif juga bisa terjadi dalam mekanisme pembekuan darah. Cetusan pada
proses pembekuan darah menyebabkan keluarnya zat-zat kimia yang mempercepat proses
pembekuan darah (Ethel Sloane,2003,Hal;5)

Contoh umpan balik positif :


1. Pada saat terjadi kontraksi saat persalinan, hormon oksitosin dilepaskan kedalam
tubuh
yang merangsang kontraksi lebih lanjut yang meyebabkan kontraksi meningkat.
2. Pada proses pembekuan darah trombosit diaktifkan yang menyebabkan pembekuan
darah
dapat terjadi lebih cepat.
3. Pada proses menyusui lebih banyak susu diproduksi melalui peningkatan sekresi
prolaktin.
4. Estrogen yang berfungsi selama fase folikuler dari menstruasi juga merupakan
contoh dari
umpan balik positif
5. Generasi sinyal saraf adalah contoh lain, di mana membran dari serat saraf
menyebabkan
kebocoran sedikit ion natrium melalui saluran natrium, sehingga perubahan dalam
potensial
membrane menyebabkan saluran membukan lebih. Jadi hasil sedikit kebocoran awal
dalam
ledakan kebocoran natrium menciptakan saraf potensial aksi.
6. Kontrol lonjakan LH pada saat okulasi
7. Pada saat orgasme seksual.

10
11
D.Pengendalian Tubuh

1. Sistem

Sistem adalah seperangkat kompenen yang bekerja sama secara terkoordinasi untuk
mencapai tujuan suatu atau beberapa tujuan. Sistem tersebut merupakan struktur yang
terbatas dengan maskan (input) dan keluaran (output) tertentu sesuai tujuan sistem.
Biasanya masukan berasal dari sistem lain dan keluarannya akan menjadi masukan bagi
sistem lain untuk kembali kesistem semula. Melalui hubungan semacam itu terdapat bentuk
jejaring (network) dalam sistem yang lebih besar (super sistem) dengan melibatkan beragam
struktur yang lebih majemuk, misalnya yang berlangsung dalam tubuh manusia. Hampir
semua proses dalam tubuh terselenggara melalui sistem yang secara langsung atau tidak
langsung mendapat masukan kembali dari hasil keluarannya sendiri yang telah
termodifikasi sehingga terbentuk suatu sirkuit umpan balik (feedback circuit). Untuk
melihat secara lebih sederhana, berikut ini contoh keterlibatan sistem dan super sistem
dalam tubuh manusia. Pada waktu melakukan olahraga, otot rangka serta persarafan dalam
sistem gerak tubuh memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk mendapatkan tambahan
energi yang siap pakai, agar dapat melakukan fungsinya sesuai dengan kebutuhan tubuh
yang sedang berolahraga. Kinerja tubuh sebagai hasil keluaran supersistem sewaktu
berolahraga, dapat dipertahankan berkat kerjasama semua sistem organ dalam tubuh.
Sebagai contoh pada kasus ini antara lain terjadi peningkatan kinerja sistem kardiovaskuler
– respirasi yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen dalam darah serta
mengalirkannya ke semua organ yang memerlukannya. Kegiatan intrasel otot rangka juga
meningkat sehingga perlu mobilisasi cadangan energi yang terdapat dalam sel otot. Semua
perubahan tersebut bertujuan untuk mendapat tambahan energi yang siap pakai sehingga
kegiatan berolahraga dapat berlangsung.

E. Konsep Pengendalian
Ciri dasar makhluk hidup antara lain ialah mempunyai perilaku (beavior). Secara
umum dapat dikatakan bahwa perilaku ialah suatu respons dinamik suatu sistem terhadap
suatu rangsangan melalui mekanisme tertentu. Sebagai contoh, seseorang akan lari untuk
menghindari sebagai respons terhadap rangsangan yang berupa ancaman yang yang
berbahaya. Sejak melihat ancaman sebagai rangsangan hingga bergerak untuk lari akan

12
terjadi proses yang melalui beberapa mekanisme yang melibatkan berbagai oragan dalam
tubuh. Untuk melakukan gerakan lari yang cekatan diperlukan suatu pengendalian.
Pengendalian tersebut, termasuk pengendalian beragam perilaku yang lain, berkaitan
dengan kualitas respons yang perlu dibedakan dengan mekanisme terbentuknya suatu
respons. Pengendalian beraneka perilaku yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari
merupakan suatu sistem dengan tujuan tertentu. Dengan kata lain sistem pengendalian
merupakan sistem yang mempunyai tujuan (control system arsystems with a goald).
Pengendalian tersebut dapat berlangsung di tingkat sel, jaringan, organ maupun
menyeluruh di tubuh. Sebagai contoh, selama berlari kegiatan jantung akan meningkat
secara involunter yang diperlukan antara lain untuk meningkatkan aliran darah dan
pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Peningkatan kerja jantung tersebut
merupakan hasil sistem pengendalian dalam upaya menyesuaikan kapasitas berbagai
organ tubuh lain agar dapat menopang kegiatan berlari. Peningkatan jumlah darah yang
dicurahkan jantung (cardiak output) karena meningkatnya kontraksi otot oleh jantung
dan frekuensi denyut jantung, berlangsung sampai batas tertentu. Bila kegiatan berlari
dilakukan lebih cepat dan lebih lama maka pada suatu saat curah jantung tersebut akan
menurun. Hari ini akan mengakibatkan penurunan kecepatan berlari karena
berkurangnya penyediaan energi otot rangka yang antara lain disebabkan oleh
menurunnya jumlah oksigen. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hasil pengendalian
tidak selalu linier dengan besar atau lama rangsangan. Dalam keadaan fisiologik, hasil
pengendalian akan menunjukkan bentuk kurva. Dari contoh tersebut dapat terlihat pula
adanya umpun balik negatif (servomechanism) dari hasil keluaran sistem kardio vaskuler
yang menjadi masukan terhadap sistem alat gerak.
sistem saraf dan sistem endokrin mengendalikan beragam fungsi tubuh dengan proses
dasar yang tidak jauh beda, yaitu memerlukan integrasi di otak, dapat mempengaruhi
proses lain di organ yang jauh letaknya serta menggunakan proses umpan balik (negatif
feedback) dalam proses pengendalian yang lebih cermat. Dalam proses penyampaian
(transmis) informasi, kedua sistem tersebut menggunakan bahan kimia. Sistem saraf
menggunakan neurotransmitor sedangkan sistem endokrin menggunakan hormon.

D. Sistem Saraf
Sistem saraf meruapan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai
media untuk berkomunikasi atar sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai
pengendalian berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi hormon.

13
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sistem saraf secara garis besar dapat diabagi dalam
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak medulla
spinalis yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang berbeda-beda. Dalam
sistem saraf pusat ini terjadi berbagai proses analisis informasi yang masuk serta proses
sistesis dan mengintegrasikannya. Pada dasarnya proses tersebut bertujuan untuk
mengendalikan berbagai sistem organ yang lain sehingga terbentuk keluaran berupa
perilaku makhluk hidup. Sistem saraf tepi terdiri dari saraf aferen eferen. Saraf aferen
yang juga disebut saraf sensorik, berfungsi menyalurka informasi yang berasal dari organ
reseptor. Mekanisme pengantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat
terjadi melalui proses pengantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu.
Saraf eferen yang juga disebut saraf motorik, terdiri dari 2 bagian yaitu saraf motorik
somatik dan saraf motorik autonom. Saraf motorik somatik membawa impuls dari pusat
ke otot ranga sebagai organ efektor. Melalui proses komunikasi secara biolostrik disaraf
dan proses komunikasi melalui neurotransmitor dihubungan saraf-otot dapat terbangkit
kontraksi otot. Baik kekuatan maupun jenis kontraksi otot rangka dapat dikendalikan
oleh sistem saraf pusat maupun oleh sistem saraf tepi. Sistem saraf somatik turut
berperan dalan proses pengendalian kinerja otot rangka yang dipelukan untuk
menyelenggarakan beragam sikap dan gerak tubuh. Saraf motorik autonom merupakan
salah satu komponen sistem saraf autonom yang mengendalikan otot polos, otot jantung
dan kelenjar. Sistem saraf autonom (SSAU) termasuk berbagai pusat pengendali diotak,
pada dasarnya melaksanakan kegiatan secara independen dan tidak langsung
dikendalikan oleh kesadaran. SSAU terutama mengendalikan berbagai fungsi organ
viseral yang sangat penting umtuk mempertahankan kehidupan, antara lain fungsi
jantung dalam memngatur volume curah jantung (cardiac ouput) fungsi pembuluh darah
dalam mengatur aliran darah keberbagai organ, dan fungsi pencernaa.

2.2. Lengkung Reflek


Mekanisme Lengkung reflek
A. Reflek
Reflek adalah respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada
rute yang disebut dengan reflek. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun,
adapula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan
sadar melalui jalan panjang, yitu dari reseptor kesaraf sensori, dibawa keotak untuk

14
selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan otak berupa tanggapan, dibawa
oelh saraf motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak
reflek berjalan sangat cepat dan tanggapanya terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak (Robinson,2002). Jadi dapat
dikatakan gerak reflek terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari
terlebih dahulu. Contoh gerak reflek misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak reflek, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu
dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori
kepusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) berada didalam otak
misalnya gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan reflek
sumsum tulang belakang bila sel saraf penghubung berada didalam susmsum tulang
belakang misalnya reflek pada lutut (Sherwood,2001).
Adapun pengertian dari reflek adalah suatu bentuk respon segera baik motorik
maupun sekretorik terhadap impuls dari saraf sensoorik aferen. Refleks merupakan
suatu jalur saraf sederhana, dimana stimulus akan disampaikan ke mudulla spinalis.
Dari medulla spinalis, sinyal akan disampaikan baik ke otak maupan ke saraf eferen
sebagai pemegang kendali otot-otot yang terpengaruh oleh stimulus. Dengan
demikian, tanpa adanya interfensi dari otak, otot dapat berkontraksi sebagai respon
stimulus (Robinso, 2002). Tidak adanya interfensi dari otak, membuat reflek terjadi
secara cepat diluar kesadaran.
B. Lengkung Refleks
Alur sistem refleks dimulai dari rangsangan yang diterma suatu reseptor
sampai terjadinya respon yang dilakukan efektor. Suatau sistem alur tersebut
dinamakan dengan lengkung refleks atau reflex arc.
Lengkung refleks ini terdiri dari alat indra, saraf-safar aforen satu atau lebih
sinaps yang terdapat disusunan saraf pusat atau di ganglion simfstif, saraf-saraf
eferen , dan efektor.

15
Adapun kegiatan dalam lengkung refleks ini dimulai pada reseptor sensorik
sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial
reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas pada
saraf eferen. Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan
besarnya potensial generator. Pada sistem saraf pusat (SSP), terjadi lagi respon yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang yang berupa potensial eksitasi pascasinaps
(Excitatory Postsynapatic Potential=EPSP) dan potensial inhibisi posinaps (inhibitory
Postsynapatic=IPSP) dihubung-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di saraf
eferen juga berupa respons ang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini
sampai di efektor, maka akan terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan
kuat rangsang. Bila efektor otot polos, maka akan terjadi sumasi respon sehingga
dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa
otot rangka, respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial
aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan
antara neron aferen dan neuron eferen biasanya terdapat di sistem saraf pusat, dan

16
kegiatan dalam lengkung reflek ini dapat di modifikasi oleh berbagai masukan dari
neuron lain yang juga bersinap pada neuron eferen tersebut (sharewood, 2001).
Reflek dapat terjadi secara monosinaps, disinaps, maupun polisinaps. Apabila
saraf sensorik (SN) langsung berhubungan dengan saraf motorik (MN), maka
dikatakan monosinaps. Monosinaps berarti “satu sinaps”, dengan demikian hanya
terdapat satu hubungan dalam spinal cord, yakni antara SN dan MN, pada refleks
monosinaps. Contohnya adalah pada knee-jerk reflex dimana SN pada muscle
spindele, m. Quadriceps vemoris terhubung langsung dengan MN pada serabut otot
m. Quadriceps vemoris, mengakibatkan kontraksi otot tersebut. Sedangkan disinaps
menandakan adanya penghubung neuron (I) anatara SN dan MN di dalam spinal cord
sehingga ada sua sinapsis yang terjadi dalam busur reflek sinaps. Disinaps dapat
terjadi sebagai pelengkap monosinaps. Suatu pergerakan selalu berkaitan dengan
kontraksi dan relasaksi dua otot yang bekerja berlawanan. Knee-jerk refleks
meliatkan kontraksi m. Quadriceps vemoris dan relaksasi otot gamstring (Ganong,
2006).
Relaksasi otot hamsring melibatkan interneuron sebagai penghubung SN dan
MN, sehingga dapa dikatakan “setengah” dari knee-jerk refelx terjadi secara disinaps
reflek polisinaps terjadi apabila SN dan MN terhubung oleh interneuron (Tamarkin,
2006). Sehingga ada dua lintasan didalam medulla spinalis ketika reflek yakni
langsung ke anterior motorneuron melalui lintasan monosinaptik, atau melalui satu
atau lebih interneuron sebelum berjalan kedalam motorneuron (Guyton, 2006).
Reflek somatik (reflek yang bagi mempengaruhi otot) pada umumnya terjadi pada
polisinaps sepertihalnya flexor reflex, reflek jalan, reflek lari, loncat, memegang,
menggaruk, serta banyak lagi gerakan anggota tubuh yang terjadi secara reflektoris.
Tipe reflek terbagi menjadi tiga, yakni reflek tendon (deep or tendon reflexes),
refelek kuli (superficial or skin reflexes), dan reflek fiseral (organic or viceral
reflexes). Tiga jenis reflek ini harus pada ada orang sehat, dan pada kasus reflek
viseral harus terjadi di kedua bagian tubuh.

Tejadinya Gerak Refleks


Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron
motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.

17
Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipesel saraf
yaitu neuron sensor dan neuron motor.Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan
tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak
paku, secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi
ketika kita membaui makanan enak, dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Pada
gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf,
diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung
dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau
kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas
refleks otak bilasaraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak
mengedip atau mempersempitpupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang
belakang bila set saraf penghubung berada didalam sumsum tulang belakang
misalnya refleks pada lutut.

C. Macam - Macam Gerak Refleks


Macam - Macam Gerak Refleks - Gerak refleks merupakan gerakan secara
langsung oleh anggota tubuh jika terkena rangsangan atau sentuhan baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. Sesuai dengan jenisnya gerak reflek terdiri dari 4 jenis
gerak refleks, yaitu : refleks superficial, reflek tendon atau periosteum, reflek
patologis, dan yang terakhir reflek primittive. gerakan refleks Sebenarnya selain dari
4 jeni reflek tersebut masih ada jenis rflek yang lainnya seperti apraxia, alexia,
agraphia, fingdragnisia, disorientasi kiri kanan, acalculia. Namun disini saya hanya
akan membahas mengenai 4 jenis reflek yang sudah saya diatas, karena 4 jenis reflek
tersebut yangsering muncul atau digunakan dalam pemeriksaan.

1. Refleks Superficial reflek superficial terdiri dari 3 jenis reflek yaitu:


Reflek dinding perut : jika terjadi geresan baik secara sengaja maupun tidak
sengaja padabagian dinding perut bagian epigastrik, supra umbilikal, umbilikal,
intra umbilikal dari lateral ke medial,maka akan terjadi kontraksi pada dinding
perut.
Reflek cremaster : berikan goresan pada paha bagian medial dari atas ke bawah,
maka akan terjadi elevasi testes ipsilateral.

18
Reflek gluteal : lakukan goresan pada bagian gluteal maka terjadi gerakan
reflektorik otot gluteal ipsilateral.refleks testi

2. Refleks Tendon/ Refleks Periosteum


Refleks Biceps (BPR) : berikan pukulan pada bagian atas siku dengan posisi
tangan setengan ditekuk, maka respon lengan fleksi lengan pada persendian siku.
Refleks Triceps (TPR) : lakukan ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi, maka akan terjadi gerakan ekstensi
pada lengan bawah bagiansiku.
Refleks Periosto Radialis : lakukan : ketukan pada periosteum ujung distal os
symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi, maka akan terjadi
gerakan fleksi pada lengan bawah pada sendi siku dan supinasi.
Refleks Periostoulnaris : jika diberian ketukan pada pada periosteum prosesus
styloid ilna,posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi, maka akan
terjadi gerakan pronasi pada tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.
Refleks Patela (KPR) : berikan ketukan pada daerah tendon patella dengan
menggunakan hammer , maka akan terjadi gerakan plantar fleksi longlegs karena
kontraksi m.quadrisesfemoris.

Refleks Achilles (APR) : jika dilakukan ketukan pada tendon acilles, maka akan ada
gerakan plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal, maka akan terjadi
kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
Refleks Klonus Kaki : posisikan klien dorsofleksi secara maksimal dan posisi tungkai
fleksi pada sendi lutut, maka akan terjadi kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung.

3. Refleks Patologis

Babinsky : berikan goresan pada telapak kaki dari bagian atas ke bawah, maka akan
terjadi :ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.

19
Rossolimo : brikan pukulan ringan pada telapak kaki, maka akan terjadi fleksi pada
jari jari kaki.
Hoffman : jika diberikan goresan pada jari tengah maka akan terjadi gerakan fleksi
pada bagianjari jari.
Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan
dengan bagian ventral menghadap ke atas, maka tidak akan terjadi gerakan fleksi pada
sendi siku.
Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan, maka tidak akan
terjadi oposisi pada ibu jari.

mekanisme refleks
4. Refleks Primitif
A. Sucking Refleks : jika kita berikan sentuhan pada bagian bibir, maka akan muncul
gerakan pada bibir, lidah dan juga rahang seperti bayi waktu menyusu.
B.Snout Refleks : berikan ketukan pada bibir bagian atas , maka akan terjadi
kontraksi otot disekitar bibir atau di bawah hidung.
C. Grasps refleks : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan klien, maka akan
terjadi respon mengepal pada tangan.
D. Palmo Mental Refleks : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian
thenar, maka akan terjadi kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral).

D. Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan
sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan
dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan

20
berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi
kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. Latihan
merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga kinerja
otot dan mempertahankan postur tubuh.

Fisiologi Aktivitas
Gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem muskuloskeletal dan sistem saraf.
Tidak hanya terbatas pada gerakan fisikyang dapat kita lihat. Ini juga meliputi aktivitas
bertahan hidup yang tidak dapat dilihat secara kasat mata (misalnya penapasan,
pencernaan, sirkulasi).

Komponen kunci dari gerakan meliputi tulang, otot, sendi, dan saraf.
• Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang rapuh memiliki
kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk kapan saja dan selanjutnya dapat
menghalangi gerak.
• Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi berbeda: sinartrosis atau
sendi serabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas tulang tengkorak); amfiartrosis atau
sendi kartilago yang mengizinkan gerakan ringan (tulang belakang); dan diartrosis atau
sendi synovial yang mengizinkan gerakan maksimal. Sendi synovial paling banyak
mendukung aktivitas.Ligamen merupakan kumpulan jaringan serabut fleksibel yang
menghubungkan tulang satu dengan yang lain. Ligamen yang robek menghambat stabilitas
sendi dan akan merusak gerak.
• Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon (struktur berbentuk
gelendong kuat yang melekatkan otot pada tulang) untuk menghasilkan gerak.
• Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon, otot tidak dapat
bergerak tanpa bantuan sistem saraf pusat (SSP). SSP mengendalikan krontraksi dan
relaksasi otot, yang pada gilirannya menyebabkan fleksi (bengkok) dan ekstensi (lurus),
yang pada akhirnya menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dengan baik.

Jenis Aktivitas
Jenis aktivitas antara lain:
1. Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan

21
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami aktivitas
sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi
dan tulang.
b. Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang
reversibel,contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera
tulang belakang,poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.

22
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Tubuh mahkluk hidup terdiri atas satuan-satuan biologis yang mencakup satuan fisik,
kimiawi,
dan biologis. Sel-sel membentuk jaringan, jaringan membentuk organ, dan organ-organ
yang
bekerja bersama-sama membentuk sistem. Keterkaitan, keharmonisan, dan keterpaduan
fungsi
komponen-komponen nilai yang merupakan keunikan sifat mahkluk hidup yang disebut
manusia.

Saran

Dengan terbitnya makalah ini maka kami berwasiat kepada para pembaca dan diri kami
sendiri
pada khususnya bahwa kita hendaknya dapat memahami fungus dari orhan-organ tubuh
kita
sendiri agar nantinya kita dapat menjaga tubuh dengan baik dengan cara berolahraga rutin
dan
mengkonsumsi makanan yang bergisi alias seimbang.

23
Daftar Pustaka
www.academia.edu
www.scribd.com
http://www.sridianti.com/-fungsi-utama-html

Mile, Sarjan (2008) Fisiologi Manusia atau Faat Manusia.Gorontalo ; Fotocopy Fadila
http://www*pustakasekolah.com/organ-tubuh-manusia.html (Diakses tanggal [21 September
2014]

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://satuankata.wordpress.com/2
011/10/31/istilah-anatomi/amp/&ved=2ahUKEwik0-ux35TfAhWDvo8KHV89BWUQFjAEegQIBhA
B&usg=AOvVaw086Xu10Ab2EqTaZ8ajBgHl&ampcf=1

24

Anda mungkin juga menyukai