Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DAN KELUARGA

Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu


tersebut dirawat dirumah sakit. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya ke rumah.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor
yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering
berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau
malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.

 Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisasi


1. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh
citra tubuh perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial
diri, harga diri dan identitasnya.
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih
rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak
realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan
identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.

5. Takut dan Ansietas


Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap
penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan
yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan,
berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.

 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi


Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan
kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan,kehilangan, perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.

 Reaksi anak pada hospitalisasi :


1. Masa bayi(0-1 th)
Dampak perpisahan Pembentukan rasa P.D dan kasih sayangUsia anak > 6 bln
terjadi stanger anxiety /cemas
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tak menyenangkan

2. Masa todler (2-3 th)


Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan, Disini respon perilaku anak
dengan tahapnya.
- Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
- Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis
- Pengingkaran/ denial
- Mulai menerima perpisahan
- Membina hubungan secara dangkal
- Anak mulai menyukai lingkungannya

3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )


- Menolak makan
- Sering bertanya
-Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
 Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada
perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak
mau bekerja sama dengan perawat.

4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun


Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai , keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan.
Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm keluarga, kehilangan
kelompok sosial,perasaan takut mati, kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa
digambarkan dgn verbal dan non verbal.

5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )


Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat
MRS cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan control
Reaksi yang muncul:
- Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
- Tidak kooperatif dengan petugas
 Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
- bertanya-tanya
- menarik diri
- menolak kehadiran orang lain
 Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi,
Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi. Kehilangan anak yang dicintainya:
- Prosedur yang menyakitkan
- Informasi buruk tentang diagnosa medis
- Perawatan yang tidak direncanakan
- Pengalaman perawatan sebelumnya & Perasaan sedih
Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain & Perasaan frustasi.
Kondisi yang tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif,putus asa,menolak
tindakan,menginginkan P.P & Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di
RS Marah,cemburu,benci,rasa bersalah

 Intevensi Keperawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi


 Fokus intervensi keperawatan adalah
- meminimalkan stressor
- memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada
anggotakeluarga
- mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

 Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan cara :
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri

 Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan :


- Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
- Modifikasi ruang perawatan
- Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah: - Surat menyurat, bertemu
teman sekolah.

 Mencegah perasaan kehilangan kontrol:


- Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
- Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
- Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
- Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua
dalam perencanaan kegiatan

 Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri:


- Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri
- Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
- Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
- Tunjukkan sikap empati
- Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang
dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang
kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.

 Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak:


- Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk
belajar .
- Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
- Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
- Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
- Memberi support kepada anggota keluarga.

 Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit


- Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
- Mengorientasikan situasi rumah sakit.

2.2 KONSEP FAMILY CENTER CARE DALAM KEPERAWATAN ANAK

Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan seorang individu yang
mendukung, menghargai, dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap anak.
Sistem pelayanan dan personelnya harus mendukung, menghargai, memicu, dan
meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pendekatan pemberdayaan
dan perbantuan efektif .
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta
komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga
sehat sesuai budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan,
konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahay dini
gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.
Sebagai perawat, kita harus mampu memfasilitasi keluarga dalam pemberian
tindakan keperawatan langsung, pemberian pendidikan kesehatan pada anak,
memperhatikan bagaimana kehidupan sosial, budaya dan ekonomi keluarga sehingga
dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari keluarga tersebut
dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Tujuan dari family care center ini adalah memelihara peran keluraga dan perawat
dalam merawat anak di rumah sakit untuk mengurangi rasa cemas dan rasa
keputusasaan ketika anak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Keluarga dapat menjalankan fungsinya sebagai koping bagi anak untuk
memberikannya kenyamanan emosional, membantu anak dalam membentuk identitas
dan mempertahankan saat terjadi stress.
Mengurangi stersor dan reaksi keluarga terhadap anak yang dihospitalisasi.
Karena stresor juga bisa berdampak pada orang tua atau keluarga klien diakibatkan rasa
takut, cemas dan frustasi akan keseriusan penyakit yang di derita oleh anggota
keluarganya

 Konsep dasar pada proses family center care


Terdapat 2 konsep dasar pada proses family center care antara lain:
1. Enabling (melibatkan keluarga)
Stress utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah, terutama
untuk anak-anak yang berusia 6-30 bulan, adalah kecemasaan akibat perpisahan,
disebut depresi anaklitik. ada beberapa fase perpisahan pada anak yaitu:
a. Fase protes Pada fase ini anak-anak bereaksi secara agresif terhadap
perpisahan dengan orang tua. Mereka menangis dan berteriak
memanggil orang tua mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan
kedudukan mereka tidak dapat ditenangkan.
b. Fase putus asa Selama fase putus asa, tangisan berhenti, dan muncul
depresi. Anak tersebut menjadi kurang begitu aktif, tidak tertarik untuk
bermain atau terhadap makanan, dan menarik diri dari orang lain.
c. Fase pelepasan disebut juga penyangkalan. Pada tahap ini, secara
superfisial tampak bahwa anak akhirnya menyesuaikan diri terhadap
kehilangan. Anak tersebut menjadi lebih tertarik pada lingkungan
sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak membentuk hubungan
baru. Akan tetapi perilaku ini merupakan hasil dari kepasrahan dan
bukan merupakan tanda-tanda kesenangan. Anak memisahkan diri dari
orang tua sebagai upaya menghilangkan nyeri emosional karena
menginginkan kehadiran yang dangkal dengan orang lain, menjadi
makin berpusat pada diri sendiri, dan semakin berhubungan dengan
objek materi.
Fase-fase tersebut mengakibatkan distress pada orang tua, yang tidak menyadari arti
dari reaksi tersebut. Jika orang tua dianggap pengacau maka orang tua akan menganggap
ketidakhadiran mereka sebagai suatu yang bermanfaat bagi penyesuaian dan pemulihan
anak. Mereka berespons terhadap perilaku anak degan hanya tinggal sebentar, tidak sering
mengunjungi anak, atau membohongi anak jika tiba saatnya untuk pergi. Akibatnya adalah
siklus kesalahpahaman yang destruktif dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Pada proses ini perawat melibatkan keluarga dengan cara menciptakan kesempatan
bagi para anggota keluarga terutama orangtua dari anak tersebut untuk menemani anak
dan cara bagi semua anggota keluarga untuk menampilkan kemampuan dan keterampilan
yang ada dalam menjalankan fungsinya sebagai keluarga. Sehigga dapat mengurangi rasa
cemas akibat perpisahan dengan keluarga pada anak tersebut.
Untuk menguragi rasa cemas akibat perpisahan dapat di lakukan dengan cara
menerima kehardiran orang tua setiap waktu, melakukan pendekatan kepada klien dengan
cara meluangkan waktu secara fisik dekat dengan anak sambil menggunakan suara
bernada tenang, pilihan kata yang tepat, kontak mata, dan sentuhan dengan cara yang
membentuk hubungan dan mengkomunikasikan empati.
2. Empowering (pengambil keputusan)
Perawat memberikan hak kepada keluarga dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan anaknya dan tidakan-tindakan yang harus
dilakukan, namun sebelumnya perawat harus memberikan informasi mengenai keputusan-
keputusan yang seharusnya keluarga putuskan.
Pada konsep empowering perawat harus menjalankan fungsinya sebagai pendidik,
fasilitator, dan sebagai supervisor pelayanan keperawatan atau sebagai pembina dalam
menjalankan sauhan keperawatan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehata.
 Adapun kosep-konsep pendukung lainnya yaitu:
1. Family Strengths (kekuatan keluarga)
Keluarga merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan anak-anak.
Perawat mendukung keluarga dalam pengambilan keputusan untuk perawatan
anak mereka dan membantu keluarga agar lebih percaya diri dalam
menghadapi penyakit anak mereka.
2. Respect (menghormati)
Keluarga membutuhkan kepercayaan dan dihormati, termasuk menghormati
nilai masing-masing keluatga tentang kehatan, kepercayaan, nilai agama, dan
budaya. Perawat juga harus menghargai pengetahuan keluarga tentang anak
mereka, menngakui otoritas mereka sebagai pengambil keputusan dan
menghormati pilihan mereka.
3. Choice (pilihan)
Perawat menyediakan informasi yang keluarga butuhkan untuk membuat suatu
keputusan yang cerdas mengenai pengobatan dan mendukung keputusan yang
mereka buat sehingga keluarga mengerti dan mengetahui keuntungan dan
kerugian dari keputusan yang mereka buat.
4. Information sharing (berbagi informasi)
Perawat memberikan informasi medis kepada keluarga mengenai informasi
pribadi anak mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun kepercayaan antara
tenaga medis dan keluarga
5. Support (mendukung)
Perawat mendukung keluarga dan menghormati keputusan yang mereka buat.
Mendukung atau mendorong kemampuan keluarga dalam merawat anak
mereka, sehingga keluarga lebih percaya diri.
6. Fleksibilitas
Keluarga memiliki kepribadian yang berbeda, pengalaman hidup, nilai,
kepercayaan, pendidikan dan latar belakang agama dan budaya sehingga
family center care menekankan bahwa perawat harus fleksibel, tidak
membeda-bedakan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi dari
semua keluarga.

7. Kolaborasi
Sebagai mitra dalam perawatan, staf profesional, dan anggota keluarga
bekerjasama sebagai kolabolator dalam kepentingan terbaik anak

 Kegunaan dari family center care


1. Kontinuitas keluarga dengan anak Dalam hal ini kelurga dan anak bisa
menjalankan fungsinya seperti biasa, agar tidak ada kesenjanga selama
hospitalisasi.
2. Menghilangkan separation anxiety Dengan adanya keluarga yang berperan dalam
asuhan keperawatan anak, dapat mengurangi rasa cemas akibat perpisahan
dengan keluarga, karena keluarga selalu mendampingi setian intervensi yang
diberikan kepada anak.
3. Reaksi terhadap denial dan keputusasaan berkurang
4. Meningkatkan rasa aman anak Anak akan merasa aman ketika ada keluarga di
dekatnya ataupun ornag terdekat sehingga mereka akan percaya ketika perawat
akan memberikan asuhan keperawatan pada dirinya.
5. Meningkatkan peran orangtua Peran orang tua sangat mempengaruhi proses
kesembuhan anak karena anak akan merasa didukung oleh orang tuanya, atau
memotivasi anak agar lekas sembuh.
6. Mengurangi rasa bersalah
7. Mengurangi reaksi hospitalisasi Biasanya anak-anak dapat bereaksi terhadap
stress hospitalisasi, sehingga peran keluarga sanagt penting sekali dalam hal ini.
8. Keluarga merasakan kepercayaan diri dan kompetensi yang lebih besar dan lebih
sedikit stress dalam mengasuh anak-anaknya
9. Ketergantungan keluraga berkurang Dengan memberikan pengarahan atau
pengetahuan kepada keluarga, ketergantungan keluarga dengan perawat akan
berkurang, dan keluarga dapat mandiri dalam mengsuh anaknya.
10. Para profesional merasakan kepuasan kerja yang lebih besar
11. Baik orang tua atau pemberi asuhan keperawatan mendapat kemampuan untuk
mengembangkan keterampilan dan keahlian baru

 Elemen kunci pada family center care


1. Mengenal bahwa keluarga bersifat menetap pada kehidupan anak, sedangkan
personil dan sistem pelayanan berfluktuasi.
2. Memfasilitasi kolaborasi orangtua dan perawat pada semua tingkat asuhan
3. Menghormati keanekaragaman ras, budaya, dan sosio ekonomi dalam keluarga
4. Mengenali kekuatan keluarga dan perorangan serta menghormati perbedaan
5. Mendorong dan memfasilitasi dukungan keluarga dan jaringan kerja
6. Mengerti dan memasukkan kebutuhan perkembangan bayi, anak, remaja, dan
keluarga dalam sistem asuhan
7. Menerapkan sistem asuhan yang dapat dilaksanakan secara fleksibel
8. Hubungan anak da orang tua adalah unk, berbeda antara yang satu dan yang
lainnya
9. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi anaknya
10. Bekerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak, saat tertentu perawat dapat melakukan asuhan
keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan
11. Keberhasilan dari pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan
untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orang tua.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hospitalisasi pada anak biasanya menimbulkan masalah berupa cemas, rasa
kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Hospitalisasi pada anak tidak hanya berdampak pada anak itu sendiri tapi juga
berdampak pada orang tua dari anak tersebut.
Peran perawat sangat diperlukan untuk mencegah masalah hospitalisasi pada
anak. Perawat harus memberikan dukungan dan dorongan kepada anak yang efektif
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan anak
agar anak tidak merasa takut akan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat.
Selain itu perawat juga berperan sebagai promotif  yang memberikan pandangan
pada keluarga agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian lebih pada anak
yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Di dalam family center care keluarga didukung dan diberdayakan dalam
peranannya sebagai pengasuh alamiah dan pembuat keputusan dengan cara membina
kemampuan uniknya sebagai individu dan keluarga. Sehingga peran dan fungsi
keluarga bisa berjalan seperti biasanya dan tidak ada yang berubah selama anak dalam
hospitalisasi. Family center care juga dapat membuat anak mengurangi rasa cemasnya
akibat hospitalisasi, dan lebih mendekatkan keluarga dengan anak.
3.2 SARAN
kami mengharapkan sesuatu yang kami setingkat atau bagi-pengalaman jadi inspirasi
untuk kita dan kami semua dalam hal untuk mencegah mengurangi resiko yang
kurang kita inginkan bersama, maka dari hal tersebut kurangin rasa cemas berlebihan,
panik dan lain semacamnya agar tidak terjadi lagi hal yang kurang di harapkan
tersebut
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.psychologymania.com/2012/08/hospitalisasi-pada-anak.html
2. http://kumpulan-askepaskep/2011/03/hospitalisasi-pada-anak.html
3. http://wwwbroniescom/2010/05/makalah-hospitalisasi.html
4. Repository.usu.ac.id (dikutippadatanggal 24 maret 2014 8:59)
5. www.library.upnvj.ac.id(dikutippadatanggal 24 maret 2014 09:01)
6. Wong, Donna L. 2008. “PedomanKlinisKeperawatanPediatrik Volume 2”. Jakarta:
EGC
7. Sudiharto. 2007.
“AsuhanKeperawatanKeluargadenganPendekatanKeperawatanTranskultural”.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai