Anda di halaman 1dari 17

Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no.

1 (2019): 13-29
Copyright © Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan
pISSN: 1411-7649; eISSN: 2684-9194
DOI: 10.36421/veritas.v18i1.319

Arminius, Arminian, dan Kaum Injili: Sebuah Klarifikasi

Marlon Lahope
Program Studi Magister Teologi Sekolah Tinggi Teologi SAAT, Malang
Korespondensi: marlon.lahope@yahoo.co.id

Abstrak: Tulisan ini akan memberikan klarifikasi terhadap tuduhan-tuduhan palsu yang sering
dilontarkan sebagian besar kaum Calvinis kepada kaum Arminian dan kemudian mendiskusikan
alasan utama kaum Arminian menolak ajaran Calvinisme. Klarifikasi ini akan difokuskan pada
dua tuduhan yang sering menjadi kartu favorit, yakni Arminianisme menolak konsep kerusakan
total dan mengajarkan manusia sebagai penentu keselamatannya. Jawaban terhadap tuduhan
ini sederhana, kedua tuduhan ini adalah hasil dari pembacaan yang keliru atau representasi
yang cacat terhadap teologi Arminian. Setelah itu, penulis akan mendiskusikan alasan utama
penolakan kaum Arminian terhadap ajaran Calvinisme, yakni konsep kedaulatan Allah Calvi-
nisme membawa logika kepada konsekuensi yang sulit dihindari bahwa Allah adalah sumber dari
segala dosa. Di sisi yang lain, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk melebarkan jurang pemisah
dalam tubuh kaum Injili. Sebaliknya, kaum Injili harus melihat perbedaan sebagai keragaman
dalam tubuh Kristus daripada menjadikannya sebagai pemicu keterpecahan. Di tengah perbe-
daan yang ada, injil haruslah menjadi prioritas utama dan bukan perdebatan-perdebatan minor
yang akhirnya hanya menghambat pemberitaan injil Yesus Kristus.
Kata-kata kunci: Arminian(isme), Calvinis(isme), Kerusakan Total, Keselamatan karena Anu-
gerah, Kedaulatan Allah, Injili

Abstract: This article will provide clarification of the false accusations that most Calvinists often make
to the Arminians and then discuss the main reasons Arminians reject the teachings of Calvinism. This
clarification will focus on two accusations that are often favorite cards, namely Arminianism rejects
the concept of total depravity and teaches that human as a determinant factor of their salvation. The
answer to these accusations is simple, these two accusations are the result of a false reading or defec-
tive representation of Arminian theology. After that, the author will discuss the main reason why the
Arminians reject the teachings of Calvinism, namely the concept of God’s sovereignty in Calvinism
brings logic to the inevitable consequences that God is the source of all sins. On the other hand, this
article is not intended to widen the gap in the body of the evangelical. Conversely, evangelicals must
see the differences as diversity in the body of Christ rather than making it a trigger for division. In the
midst of differences, the gospel must be a top priority and not minor debates which ultimately only
hinder the preaching of the gospel of Jesus Christ.
Keywords: Arminian(ism), Calvinis(m), Total Depravity, Salvation by Grace, Sovereignty of God,
Evangelical

13
14 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

PENDAHULUAN yang beredar tentang teologi Arminian.2 Ada


banyak sekali tuduhan palsu yang ber­ edar
Mengejutkan jika perdebatan antara Calvi- dan kemudian menciptakan stigma negatif
nis dan Arminian masih sepanas empat ratus mengenai Arminianisme. Namun, karena
tahun yang silam. Sejarah telah memberikan keterbatasan halaman, penulis hanya akan
catatan yang melimpah bahwa perdebatan mendiskusikan beberapa yang penting saja.
ini sudah menghasilkan banyak sekali per- Pertama, penulis akan membahas menge-
pecahan dan permusuhan dalam gereja yang nai tuduhan bahwa Arminianisme menolak
malah menjadi batu sandungan bagi injil konsep kerusakan total. Kedua, penulis akan
Yesus Kristus. Sebagai kaum Injili, sebelum merespons tuduhan yang mengatakan bahwa
kita memperdebatkan isu-isu teologis, apa Arminianisme mengajarkan keselamatan
pun itu, mungkin kita harus berhenti sejenak merupakan usaha manusia. Setelah itu, penu-
untuk merenung dan bertanya: “Apakah per- lis akan mendiskusikan alasan utama meng-
debatan ini akan memberi dampak positif bagi apa kaum Arminian memilih untuk menjadi
pemberitaan injil atau hanya menjadi dinding Arminian daripada menganut Calvinisme.
penghalang bagi orang-orang untuk melihat Beberapa orang mengatakan bahwa kaum
Kristus di dalam Kristen?” atau, “Akankah Arminian menolak Calvinisme hanya karena
gereja semakin bersatu ataukah malah akan ingin mempertahankan kehendak bebas
terus saling melukai?” Beberapa teolog kon- manusia,3 namun dalam tulisan ini penulis
temporer telah bergerak lebih maju dengan akan memberikan tanggapan bahwa pada
menekankan common ground dalam gerakan hakikatnya tuduhan tersebut salah sasaran.
Protestan daripada mencari perbedaannya
dan kemudian saling menjatuhkan.1 Semen- SEKILAS TENTANG JAMES ARMINIUS
tara yang lain, sibuk mencari atau membicara- DAN KONFLIK DI LEIDEN
kan kesalahan dan menciptakan permusuhan.
Terhadap mereka yang gemar melebarkan Terminologi Arminianisme berasal dari nama
perbedaan dan menciptakan permusuhan seorang teolog Belanda, James Arminius,
dalam tubuh Kristus, khususnya di dalam yang lahir tahun 1560 dan meninggal dunia
tubuh kaum Injili, tepatlah jika mengutip pada tahun 1609.4 Pada usia lima belas tahun
ucapan Yesus, “Pergilah, dan jangan berbuat Arminius dikirim ke Jerman untuk belajar.
dosa lagi mulai dari sekarang” (Yoh. 8:11). Kemudian ia melanjutkan studinya di Univer-
sitas Leiden. Karena prestasi akademik yang
Namun, memang tidak jarang kita diperha- gemilang, gereja Reformed di Amsterdam
dapkan dengan dilema akademik. Beberapa membiayai studinya selama ia belajar di Lei-
orang entah sengaja atau tidak, menuduh teo- den sampai ia melanjutkan pendidikannya di
log atau kaum tertentu dengan tuduhan yang Swiss. Di Swiss inilah Arminus belajar tentang
palsu atau keliru. Hal seperti ini tentu harus
direspons, namun bukan sebagai ajakan untuk 2
Sebenarnya beberapa teolog Arminian telah mem-
berikan klarifikasi terhadap tuduhan-tuduhan palsu
berdebat atau merangsang permusuhan,
yang beredar. Misalnya, dua belas tahun yang lalu pakar
tetapi merupakan sebuah klarifikasi demi dis- sejarah teologi Kristen, Roger Olson, menulis salah satu
kusi teologis yang sehat, objektif, dan jujur. buku yang sangat baik berjudul Arminian Theology: Myths
Inilah alasan utama dari keberadaan karya and Realities (Downers Grove: IVP, 2006). Juga F. Leroy
Forlines, Classical Arminian: A Theology of Salvation
ini, yakni demi sebuah klarifikasi. Dalam (Nashville: Randall House, 2011). Namun, jarang sekali
tulisan ini penulis akan memberikan beberapa klarifikasi-klarifikasi ini didiskusikan atau tersampaikan,
klarifikasi mengenai tuduhan-tuduhan palsu khususnya di Indonesia.
3
Misalnya, Edwin H. Palmer, Lima Pokok Calvinisme,
terj. Elsye (Surabaya: Momentum, 2011), 45 dan Paul
1
Misalnya, Kevin J. Vanhoozer, Biblical Authority: Helm, “Classical Calvinist Doctrine of God,” dalam Per-
Retrieving the Solas in the Spirit of Mere Christianity (Grand spectives on the Doctrine of God, ed. Bruce A. Ware (Nash-
Rapids: Brazos, 2016), 1–34 dan Kevin J. Vanhoozer dan ville: B&H Academic, 2008), 7.
Daniel J. Treier, Theology and the Mirror of Scripture: A
Mere Evangelical Account (London: Apollos, 2016), 19–44. 4
Olson, Arminian Theology, 13.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 15

Calvinisme di bawah asuhan Theodore Beza, satu-satunya ajaran Reformed, namun bagian
seorang tokoh Calvinis yang skolastik, juga dari gerakan Reformasi yang besar.10
menantu John Calvin.5
Ada banyak alasan mengapa Arminius meno-
Setelah menyelesaikan studinya di Swiss, lak konsep predestinasi yang digadang oleh
Arminius mulai melakukan kritik secara ter- Calvin. Beberapa di antaranya adalah konsep
buka kepada Calvinisme, baik aliran supralap- ini tidak diterima atau diajarkan dalam kon-
sarian ataupun infralapsarian.6 Penting untuk sili-konsili gereja ekumenis, seperti Konsili
diketahui bahwa penolakan terhadap konsep Nicea, Konsili Konstantinopel yang pertama
predestinasi John Calvin tidak hanya datang sampai yang ketiga, Konsili Efesus, dan Kon-
dari Arminius saja, selain mendapat kritikan sili Kalsedon.11 Selain itu, konsep ini tidak
tajam dari gereja Katolik Roma saat itu. Peno- diajarkan oleh Bapa-bapa gereja sampai
lakan-penolakan ini sebenarnya muncul dari enam ratus tahun setelah kebangkitan Yesus.
beberapa teolog Reformed yang lain, misalnya Sejarah mencatat bahwa perdebatan antara
Sebastian Castellio, yang akibat penolakannya Agustinus dan Pelagius tidak pernah mem-
ia diusir dari Jenewa,7 atau Jerome Bolsec, buat gereja mengafirmasi dan mengajarkan
tepat ketika ia datang ke Jenewa tahun 1550, predestinasi, meskipun ajaran Pelagius bahwa
ia langsung melancarkan serangan terhadap manusia terlahir sebagai kertas putih dikutuk
konsep predestinasi Calvin dan cenderung sebagai bidah dalam Konsili Efesus.12 Namun,
sependapat dengan tokoh-tokoh reformasi ada satu kritikan Arminius yang sangat tajam
seperti, Melanchthon, Brenz, dan Bullinger.8 kepada Calvin. Menurutnya, konsep predes-
Beberapa contoh penolakan-penolakan ini tinasi Calvin yang mengatakan bahwa segala
cukup untuk menjelaskan kepada kita bahwa sesuatu telah ditetapkan Allah, termasuk
predestinasi yang digadang Calvin tidak men- segala dosa dan kejahatan, membuat Allah
dapatkan penerimaan yang monolit.9 Dengan sebagai penyebab dosa, bahkan Allah adalah
kata lain, Calvinisme saat itu bukanlah satu-satunya Pribadi yang berdosa.13
Sekitar tahun 1590 perdebatan antara
5
Roger E. Olson, The Story of Christian Theology: Arminius dan teolog-teolog Calvinis yang
Twenty Centuries of Tradition and Reform (Downers Grove:
IVP, 1999), 461. Dalam sejarah teologi Beza juga dikenal
kaku berkembang menjadi sebuah konflik.14
sebagai salah satu pencetus tipe teologi Calvinisme yang Salah satu pemicu utamanya adalah ketika
ekstrem yang dikenal dengan supralapsarian (Ibid., 456). Arminius diteguhkan sebagai profesor teologi
6
Terdapat wacana bahwa Arminius sebelumnya ada-
lah seorang Calvinisme supralapsarian. Namun, sarjana 10
Bangs, “Arminius and the Reformation,” 155-170.
Arminius yang terkenal, Carl Bangs, mengatakan bahwa Pembahasan Bangs dalam artikel ini dapat menjadi sema-
semua bukti yang ada malah mengasumsikan sebaliknya. cam pendahuluan yang baik mengenai letak konsep pre-
Menurut Bangs, selama Arminius belajar teologi di bawah destinasi Calvin pada masa Reformasi dan bagaimana
Beza, ia tidak pernah sependapat dengan Beza (Carl konsep ini direspons secara berbeda oleh gereja Reformed
Bangs, Arminius: A Study in the Dutch Reformation [Grand saat itu. Lihat juga Olson, Arminian Theology, 44-47.
Rapids: Zondervan, 1985], 144).
11
James Arminius, The Works of James Arminius, ed.
7
Carl Bangs, “Arminius and the Reformation,” Church Jon Van Hofwegen (Grand Rapids: Christian Classics
History 30, no. 2 (Juni: 1961): 157. Ethreal Library, 2002), 1:123.
8
Bangs, “Arminius and the Reformation,” 157. 12
Ibid. Penting untuk dicatat bahwa Konsili Efesus
Belakangan ketika Bullinger menulis The Second Helvetic tahun 431 memang mengutuk ajaran Pelagius tetapi juga
Confession tahun 1562, ia menyisipkan artikel yang menga- tidak menerima dan mengajarkan doktrin predestinasi
firmasi predestinasi atau pemilihan ilahi, meskipun tanpa yang digadang Agustinus. Lucunya, sebagian pendukung
membahas mengenai reprobasi (Ibid., 158). Agustinus menafsirkan hasil konsili mengafirmasi pre-
destinasi Agustinus (lih. Olson, The Story of Christian
9
Bahkan Richard Muller mengakui adanya penolakan
Theology, 268).
atau perbedaan pendapat mengenai konsep predestinasi
Calvin saat itu dalam gerakan Reformasi atau Protestan. 13
Ibid.,125-126, 130.
Lihat Richard A. Muller, “Arminius and the Reformed
Tradition,” dalam The Westminster Theological Journal 70, 14
Robert A. Peterson dan Michael D. Williams, Why I
no. 1 (Spring, 2008): 40. Am Not an Arminian (Downers Grove: IVP, 2004), 99.
16 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

di Universitas Leiden tahun 1603 dan ber- ini bersifat fisik dan intelektual saja.18 Stu-
temu dengan Franciscus Gomarus, seorang art Picken dengan gamblang mengatakan,
Calvinis supralapsarian, juga sebagai profesor Arminian­ isme menolak konsep kerusakan
teologi di universitas yang sama. Tidak lama total dan dosa asal.19 Robert Letham dalam
setelah Arminius menjabat sebagai profesor pemaparannya mengenai Arminianisme
teologi, Gomarus mulai melakukan kampanye mengatakan bahwa menurut kaum Arminian
untuk melawan Arminius.15 Kontroversi atau manusia yang berdosa masih memiliki kehen-
perdebatan ini memuncak dan akhirnya men- dak bebas. Bahkan, ia menuduh kaum Armi-
ciptakan perang warga sipil antarprovinsi di nian memperkenalkan ajaran semipelagian.20
Belanda.16 Pada tahun 1609 di tengah penye- Senada dengan teolog-teolog sebelumnya,
lidikan mengenai konflik yang ada oleh otori- Edwin Palmer, mengatakan bahwa menurut
tas gereja dan pemerintah, Arminius mening- Arminianisme “manusia yang belum disela-
gal dunia akibat penyakit tuberkulosis yang matkan (masih berdosa) dengan kekuatan-
dideritanya. Di acara pemakamannya seorang nya sendiri, dengan pertolongan Roh Kudus,
sahabat dekatnya menyampaikan eulogi yang berkemampuan untuk meminta kepada Yesus
mengharukan, “There lived in Holland a man untuk menyelamatkan dia.”21
whom they who did not know could not suffi-
ciently esteem, whom they who did not esteem Daftar tokoh Calvinisme yang melemparkan
had never sufficiently known.”17 tuduhan yang serupa masih bisa terus bertam-
bah. Namun, beberapa teolog papan atas yang
ARMINIAN DAN FITNAH TENTANGNYA telah disebutkan tadi tentu dapat mewakili
dan menjelaskan kepada kita bahwa tuduhan
Ada banyak tuduhan palsu yang beredar itu menjalar dan berjangkit dalam pemi-
mengenai Arminianisme. Dalam bukunya kiran rekan-rekan Calvinis. Untuk menjawab
Arminian Theology, Olson membahas kurang tuduhan-tuduhan ini kita harus membaca
lebih sembilan tuduhan palsu. Namun, karena sumber-sumber yang ditulis oleh kaum Armi-
keterbatasan halaman maka dalam tulisan ini nian sendiri. Mereka yang mencari jawaban
penulis hanya akan mendiskusikan beberapa pada lembar-lembar buku yang ditulis oleh
tuduhan yang paling populer saja, atau yang kalangan Calvinis sangat mungkin terjebak
paling sering digunakan sebagai kartu favorit dalam kekeliruan komunal yang telah mem-
oleh sebagian teolog Calvinis ketika mendis- budaya sampai hari ini. Jadi, apakah Armini-
kusikan Arminianisme, yakni Arminianisme anisme menolak konsep kerusakan total?
menolak konsep kerusakan total dan meng-
ajarkan bahwa keselamatan adalah usaha Teolog Aminian, F. Leroy Forlines, mengata-
manusia. kan dengan tegas bahwa sangatlah jelas jika
Alkitab mengajarkan manusia jatuh dari kon-
disi kudus kepada kondisi yang penuh dosa
Arminian dan Kerusakan Total:
(Yes. 53:6; Rm. 3:23). Sangatlah jelas bahwa
Antropologi yang Optimistik?
manusia yang berdosa tidak mampu untuk
Henry C. Thiessen dalam salah satu kar-
yanya menuliskan bahwa bagi kaum Armi- 18
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang:
nian akibat dosa Adam dan Hawa terhadap Gandum Mas, 2010), 286. Lihat juga, Paul Enns, The
keturunannya hanya sampai pada kondisi Moody Handbook of Theology: Buku Pegangan Teologi 2,
terj. Rahmiati Tanudjaja (Malang: Literatur SAAT, 2010),
sakit saja dan bukan mati atau rusak secara 131.
total. Ia menambahkan, ketidakmampuan
19
Stuart Picken, Historical Dictionary of Calvinism
(Lanham: Scarecrow, 2012), 32.
Olson, The Story of Christian Theology, 462 dan
15

Peterson dan Williams, Why I Am Not An Arminian, 100.


20
Robert Letham, “Arminianism,” dalam Encyclopedia
of the Reformed Faith, ed. Donald K. McKim (Louisville:
16
Ibid., 463. WJK, 1992), 11.
17
Ibid. Palmer, Lima Pokok Calvinisme, 18.
21
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 17

menyenangkan Allah (Ef. 2:1-3; Rm. 8:7-8). fear of God at all; neither is God in all his
Sangatlah jelas bahwa manusia tidak mampu thoughts. Whatever change may afterwards
datang kepada Allah tanpa kuasa Roh Kudus be wrought, (whether by the grace of God, or
yang menariknya (Yoh. 6:44).22 Kemudian by his own reflection, or by education,) he is,
Forlines menyimpulkan pernyataannya by nature, a mere Atheist.27
mengenai kerusakan total yang dipahami
Arminianisme demikian, “In summary total Wesley dengan senang hati menerima konsep
means that the corruption has extended to all kerusakan total seperti yang dipercaya oleh
aspects af man’s nature, to his entire being; and Calvinisme, bahkan mungkin dengan des-
depravity means that, because of that corrup- kripsi yang lebih radikal.
tion, there is nothing man can do to merit sav- James Arminius sendiri dengan gamblang
ing favor with God.”23 Forelines dengan jelas mengatakan bahwa dalam statusnya yang
menegaskan bahwa Arminianisme mengafir- berdosa manusia tidak memiliki kemam-
masi konsep kerusakan total yang disebabkan puan dari dirinya sendiri untuk berpikir, atau
oleh dosa. menginginkan, atau melakukan apa pun yang
Senada dengan Forelines, Roger Olson, mene- baik.28 Menurut Arminius, dalam kondisi ini
kankan bahwa Arminianisme sependapat kehendak bebas manusia untuk melakukan
dengan Calvinisme dalam menerima konsep kebaikan yang sesungguhnya, bukan hanya
kerusakan total yang disebabkan oleh keja- terluka, lumpuh, lemah, cacat, atau tak ber-
tuhan manusia melalui Adam. Arminian per- daya tetapi terpenjara, hancur, dan hilang.
caya akan kerusakan total yang menyebabkan Manusia takkan mampu melakukan apa-apa
setiap aspek dari natur manusia dicemari oleh tanpa anugerah dari Allah.29
dosa.24 Teolog Wesleyan, William Greathouse Jadi, apakah kaum Arminian menolak kon-
dan Ray Dunning, dengan jelas mengatakan sep kerusakan total? Μὴ γένοιτο! Sekali-kali
bahwa “our natural inheritance (dari Adam) tidak. Jelaslah bahwa tuduhan yang selama ini
is death and sin.”25 Dalam kondisi ini manu- beredar dan yang dipelihara dengan manja,
sia bukan hanya tidak mampu menyenangkan bahwa Arminian menolak konsep keru-
Allah, namun tanpa anugerah Allah manusia sakan total adalah kesalahan total.30 Tepat
tidak memiliki kehendak bebas, satu-satunya seperti yang diakui oleh teolog Calvinis sen-
kebebasan yang dimiliki manusia adalah ber- diri, Michael Horton, bahwa adalah sebuah
buat dosa.26 John Wesley, salah satu tokoh karikatur jika kita berpikir kaum Arminian
Arminian yang paling berpengaruh dalam
sejarah kekristenan mengatakan: 27
John Wesley, dalam William J. Abraham, Aldersgate
After all that has been so plausibly written and Athens: John Wesley and the Foundation of Christian
Belief (Waco: Baylor University Press, 2010), 25-26.
concerning “the innate idea of God”; after
all that has been said of its being common 28
Arminius, The Works of James Arminius, 2:144.
to all men, in all ages and nations; it does 29
Ibid., 1:312-313.
not appear, that man has naturally any more
30
Memang sebagian teolog yang mengaku sebagai
idea of God than any of the beasts of the
kaum Arminian menolak konsep kerusakan total. Misal-
field; he has no knowledge of God at all; no nya, Charles Finney yang menerima kemampuan moral
manusia dalam hal spiritual tanpa topangan anugerah
22
Forlines, Classical Arminian, 16. Allah (Charles Finney, Finney’s Systematic Theology, ed.
J.H. Fairchild [Minneapolis: Bethany Fellowship, 1976],
23
Ibid., 17. 261, 299). Namun, telah didiskusikan di atas bahwa
Arminius dan para pengikutnya dengan tegas mengafir-
24
Olson, Arminian Theology, 55-56.
masi kerusakan total yang disebabkan oleh dosa, maka
25
William M. Greathouse dan H. Ray Dunning, An tidak mungkin untuk meletakkan Finney dalam tradisi
Introduction to Wesleyan Theology (Kansas City: Beacon Arminian. Posisi Finney sejajar dengan ajaran semi-Pelagi-
Hill, 1989), 56. anisme atau bahkan Pelagianisme daripada Arminianisme
atau Calvinisme yang memegang teguh konsep kerusakan
26
Ibid. total.
18 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

menolak kerusakan total manusia yang dise- anugerah.34 Boice melanjutkan sindirannya
babkan oleh dosa.31 dengan mengatakan bahwa di surga nanti seo-
rang Arminian bisa menyombongkan diri dan
Arminian dan Keselamatan: berkata, “Aku memilih untuk percaya. Aku,
Semua karena Aku? dengan kekuatanku, menerima Yesus Kristus
sebagai Juruselamat.”35
Sebagai konsekuensi dari tuduhan palsu yang
telah dibahas di atas, maka wajar saja jika Daftar nama teolog yang melayangkan
sebagian besar teolog Calvinis menyimpulkan tuduhan ini dapat terus bertambah.36 Namun,
bahwa kaum Arminian mengajarkan kese- Palmer dan Boice cukup untuk menjadi
lamatan sebagai hasil dari usaha manusia. rujukan jika sebagian kaum Calvinis menu-
Misalnya, Edwin Palmer, memberikan ilus- duh bahwa Arminianisme memiliki konsep
trasi mengenai konsep keselamatan menurut keselamatan yang memberikan penekanan
Arminian demikian: kepada usaha manusia. Manusialah penentu
ultimat keselamatan mereka dan bukan anu-
Kepalanya timbul tenggelam di dalam air gerah Allah. Semua karena aku (manusia)!
sementara ia menggapai-gapaikan tangan-
nya, berusaha untuk tidak tenggelam. Bila Tuduhan ini sebenarnya telah terjawab ber-
tidak ada orang yang menyelamatkan- sama dengan pembahasan mengenai tuduhan
nya, ia akan mati. Mungkin paru-parunya pertama di atas. Jika Arminianisme memer-
sudah kemasukan air, mungkin ia sempat cayai konsep kerusakan total, bahwa keja-
pingsan sebentar, tetapi ia masih dapat tuhan manusia dalam dosa menyebabkan
berpikir dan masih mampu melambai serta manusia mati—bukan hanya sekadar terluka
menjerit kepada pengawas pantai agar parah atau sekarat, seperti anggapan bebe-
diselamatkan. Bila ia berseru kepada penga- rapa teolog Calvinis—maka tentu manusia
was pantai, maka pengawas pantai itu akan tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri,
menyelamatkan dia.32 karena manusia mati dalam dosa. Arminius
menekankan dengan tegas bahwa dalam
Melalui ilustrasi ini Palmer ingin menekan- kondisi berdosa ini kehendak bebas manusia
kan bahwa Arminianisme mengajarkan kese- bukan hanya terluka, lumpuh, lemah, cacat,
lamatan sebagai usaha manusia.33 atau tak berdaya, tetapi terpenjara, hancur,
James Montgomery Boice melantunkan dan hilang. Dengan demikian, segala kemung-
tuduhan yang sama. Ketika mendiskusikan kinan yang membuat manusia mampu mela-
mengenai topik keselamatan sebagai anu- kukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya
gerah semata, ia menyindir kaum Armi- sirna karena dosa telah menguasai seluruh
nian dengan mengatakan bahwa mereka aspek hidup manusia. Artinya, kaum Armi-
ingin memuliakan Allah, tentu mereka bisa nian dengan segenap hati mengimani bahwa
mengatakan “kemuliaan bagi Allah,” meski keselamatan seutuhnya dan sepenuh-penuh-
demikian mereka tidak boleh mengata- nya adalah anugerah Allah.
kan “kemuliaan hanya bagi Allah,” karena
mereka menekankan kekuatan manusia atau
kemampuan manusia dalam merespons injil 34
James Montgomery Boice, Whatever Happened to the
Gospel of Grace?: Rediscovering the Doctrines that Shook
the World (Wheaton: Crossway, 2001), 167. Penekanan
sesuai aslinya.

Michael Horton, The Christian Faith: A System-


31 35
Ibid.
atic Theology for Pilgrims on the Way (Grand Rapids: 36
Mis. Herman Bavinck, Reformed Dogmatics: Abridged
Zondervan, 2011), 565.
in One Volume, ed. John Bolt (Grand Rapids: Baker Aca-
32
Palmer, Lima Pokok Calvinisme, 16. demic, 2011), 252; Letham, “Arminianism,” 11; dan Picken,
Historical Dictionary of Calvinism, 32.
33
Ibid., 18, 32, 45.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 19

Pakar Perjanjian Baru, I. Howard Marshall, Spirit which appertain to the regeneration
yang juga adalah seorang Arminian dengan and renewing of man—such as faith, hope,
tegas mengatakan: charity, etc.; for, without these gracious
gifts, man is not sufficient to think, will, or
In every case it is God who takes the initia- do anything that is good.39
tive in salvation and calls men to him, and
works in their hearts by his Spirit. Salvation Penegasan Arminius adalah keselamatan
is never the result of human merit, nor can sepenuh-penuhnya merupakan anugerah
anybody be saved without first being called Allah. Allah melalui Roh Kudus memam-
by God. Men cannot in any sense save them- pukan manusia untuk merespons injil kese-
selves. It must be declared quite emphatically lamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus
that the non-Calvinist affirms this as heart- dengan sempurna dan tak bercacat. Bagi
ily as the Calvinist and repudiates entirely Arminius, sangat jelas bahwa tindakan iman
the Pelagianism which is often (but wrongly) atau respons terhadap injil hanya dapat
thought to be inherent in his position. When bekerja melalui anugerah Allah.40 Allah yang
a person becomes a Christian, he cannot do memberikan anugerah melalui karya Roh
anything else but own that it is all of grace.37 Kudus di dalam diri manusia. Dengan demi-
kian, menurut Arminius,
Poin Marshall sangat jelas, Arminianisme
percaya bahwa Allah yang berinisiatif untuk Evangelical faith is an assent of the mind,
menyelamatkan dan memanggil manusia. produced by the Holy Spirit, through the
Keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, gospel, in sinners, who, through the law,
namun pekerjaan Allah melalui Roh Kudus know and acknowledge their sins, and are
yang bekerja dalam hati manusia. Kesela- penitent on account of them, by which they
matan semata-mata adalah anugerah Allah. are not only fully persuaded within them-
Hal ini ditekankan juga ratusan tahun yang selves that Jesus Christ has been constituted
lalu oleh John Wesley dengan mengatakan by God the author of salvation to those who
bahwa apa pun yang baik dalam diri manusia obey him, and that he is their own saviour if
(termasuk keselamatan) atau dilakukan oleh they have believed in him, and by which they
manusia, Allah adalah penulisnya, Allah ada- also believe in him as such, and through him
lah pelakunya.38 on God as the benevolent Father in him, to
the salvation of believers and to the glory of
James Arminius sendiri mengajarkan hal ini Christ and God.41
dengan gamblang. Ia mengatakan:
Dengan demikian, tepat seperti yang disim-
It is a gratuitous affection by which God is pulkan oleh sarjana Arminius, Keith Stanglin,
kindly affected towards a miserable sinner, “In sum, humanity is totally unable to be saved
and according to which he, in the first place, without God’s grace.”42
gives his Son, “that whosoever believers in
him might have eternal life,” and, afterwards, Karena itu, kaum Calvinis yang masih memi-
he justifies him in Christ Jesus and for his liki pemahaman yang keliru mengenai
sake, and adopts him into the right of sons, Arminianisme harus berhenti melontarkan
unto salvation. It is an infusion (both into
the human understanding and into the will Arminius, The Works of James Arminius, 1:144-145.
39

and affections,) of all those gifts of the Holy Penekanan dari penulis.
40
Ibid., 2:78.
37
I. Howard Marshall, “Predestination in the New Tes-
tament,” dalam Grace Unlimited, ed. Clark H. Pinnock 41
Ibid., 2:84.
(Minneapolis: Bethany Fellowship, 1975), 49. Penekanan
sesuai aslinya.
42
Keith Stanglin, Arminius on the Assurance of Salva-
tion: The Context, Roots, and Shape of the Leiden Debate,
38
John Wesley, The Works of John Wesley, ed. Albert C. 1603-1609 (Boston: Brill, 2007), 82. Penekanan dari
Outler (Nashville: Abingdon, 1986), 3:545. penulis.
20 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

tuduhan-tuduhan palsu yang telah didiskusi- dapat ditemukan dalam beberapa tulisan teo-
kan di atas. Hal ini tentu demi objektivitas, log Calvinis, melihat beberapa di antaranya
kejujuran, dan kedewasaan dalam berteo- akan menolong kita memahami konsep ini
logi. Meski demikian, dari diskusi ini mun- dengan lebih baik.
cul pertanyaan yang lain. Jika Calvinisme
dan Arminianisme sama-sama mengafirmasi J.I. Packer, teolog Calvinis yang tersohor,
kerusakan total dan keselamatan sepenuhnya mengatakan, “Alkitab mengajarkan bahwa
adalah anugerah Allah, seharusnya tidak ada sebagai Raja, Allah mengatur dan mengen-
lagi perbedaan yang signifikan antara teo- dalikan segala sesuatu, termasuk tindakan
logi Calvinisme dan Arminianisme, karena manusia, sesuai dengan maksud kekal-Nya.”45
perdebatan selama ini sangat dipengaruhi Dalam konteks keselamatan, Packer menam-
oleh dua tuduhan palsu di atas. Lantas, apa bahkan bahwa sejak dari kekekalan Allah telah
yang menjadi masalah utama atau keberatan memilih siapa saja yang akan diselamatkan-
utama James Arminius atau kaum Arminian Nya.46 Menyadari bahaya dari konsep ini yang
terhadap penolakan mereka yang tegas terha- berpotensi membuat Allah sebagai penyebab
dap teologi Calvin atau Calvinisme? Diskusi segala sesuatu termasuk dosa dan moralitas
dalam subbab selanjutnya akan memberikan yang rusak, Packer memberikan penjelasan
jawaban terhadap pertanyaan ini. tambahan. Ia mengatakan, manusia adalah
mahluk moral, meski ia dikendalikan oleh
ANTARA KEDAULATAN ALLAH DAN Allah. Di sisi yang lain, manusia dikendali-
KEBABLASAN CALVINISME kan oleh Allah meski ia juga adalah makhluk
moral yang bertanggung jawab atas perbuat-
Poin utama yang membuat James Arminius annya.47 Namun, bagaimana mungkin dua hal
dan kaum Arminian menolak Calvinisme ini dapat direkonsiliasi? Bagaimana mung-
bukanlah konsep kerusakan total, bukan pula kin jika Allah yang telah menetapkan segala
konsep keselamatan yang sepenuhnya adalah sesuatu termasuk semua tindakan manusia,
anugerah Allah, apalagi hanya demi memper- namun manusia tetap bertanggung jawab atas
tahankan kehendak bebas manusia.43 Namun, semua perbuatannya? Menurut Packer kita
tentang ajaran Calvin yang kemudian dipe- harus menerima hal ini sebagai “antinomi”
gang dengan teguh oleh Calvinisme, yakni yang diwahyukan Allah.48 Antinomi berarti,
konsep dekrit Allah yang kekal atas segala “dua kebenaran yang tampaknya saja tidak
sesuatu. Secara sederhana ketetapan ilahi ini bersesuaian.”49 Meski demikian, Packer terke-
berarti sebelum dunia dijadikan Allah telah san kesulitan dalam memberikan penjelasan
menetapkan segala sesuatu dan segala sesu- mengenai antinomi yang ia maksudkan dan
atu itu pasti terjadi. Dalam kaitannya dengan pada dasarnya ia tidak memberikan solusi apa
soteriologi, ketetapan ini mengatakan bahwa
sebelum dunia dijadikan Allah telah mene- menetapkan mereka untuk dilemparkan ke dalam neraka
tapkan siapa saja yang dipilih-Nya untuk yang kekal karena Allah tidak memilih mereka? Konse­
menjadi umat pilihan dan siapa saja yang kuensi dari tidak dipilih berarti ditolak. Apa pun kata yang
akan digunakan untuk memperhalus tindakan yang kejam
ditetapkan Allah untuk dibinasakan dalam ini tetap saja sulit untuk diterima oleh logika yang sehat
nereka yang kekal (reprobasi).44 Konsep ini apalagi jika disinari dengan terang Alkitab. Pembahasan
berikutnya akan memperjelas diskusi ini.
43
Palmer, Lima Pokok Calvinisme, 45. 45
J.I. Packer, Penginjilan dan Kedaulatan Allah,
Beberapa teolog Calvinis memperhalus dengan
44 terj. Helda Siahaan (Surabaya: Momentum, 2001), 12.
mengatakan bahwa kaum reprobasi atau mereka yang tidak Penekanan oleh penulis.
dipilih Allah adalah mereka yang dilewatkan Allah atau
dibiarkan Allah dan bukan ditetapkan Allah. Pernyataan
46
Ibid., 82.
ini bukan hanya cacat secara logika, argumentasi seperti 47
Ibid., 13.
ini butuh harga yang mahal karena harus mengorbankan
intelektualitas. Jika sebelum dunia diciptakan, Allah telah 48
Ibid.
menetapkan untuk tidak memilih sebagian orang atau
melewatkan sebagian, apakah itu berbeda dengan Allah 49
Ibid., 9.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 21

pun untuk kontradiksi yang ada, malah hanya abad kelima belas pada saat Luther mema-
mewariskan kerumitan. kukan sembilan puluh lima tesisnya ataupun
abad keenam belas pada saat Calvin menye-
R.C. Sproul, apologet Calvinis yang dihor- lesaikan Institutio-nya. Kalimat provokatif
mati, ketika ia mengajar mengenai kedau- seperti ini harus dihindari karena berpo-
latan Allah mengutip Westminster Confession tensi memecah belah kekristenan daripada
of Faith yang berbunyi: menyatukannya.
Allah dari segala kekekalan, bertindak Lantas, bagaimana Sproul memecahkan kon-
berdasarkan kehendak-Nya yang bijak- flik antara Allah yang menetapkan segala
sana dan kudus, dan tanpa perubahan sesuatu dan manusia yang tetap bertanggung
menentukan segala sesuatu akan terjadi. jawab atas dosanya? Menurut Sproul, Allah
Namun demikian itu sama sekali tidak ber- yang menetapkan segala sesuatu dan di sisi
arti bahwa Allah adalah penyebab/pencipta yang lain manusia memiliki kehendak bebas
dosa, dan penyebab dari kejahatan yang memang terlihat seperti sebuah kontradiksi,
ada dalam kehendak ciptaan. Allah tidak namun hal ini hanya di permukaan saja. Pada
mengambil kemerdekaan dari penyebab dasarnya tidaklah demikian.53 Di sisi lain,
kedua, malahan meneguhkannya.50 Sproul mengakui konflik ini memang sangat
Menariknya, Sproul menambahkan bahwa sulit untuk dijawab atau diterima, meski
barang siapa menolak ide ini ia adalah seo- demikian, ia tetap menegaskan bahwa Allah
rang ateis karena ide bahwa Allah menetap- bukanlah penyebab dosa.54 Dengan demikian,
kan segala sesuatu pada dasarnya bukanlah senasib dengan Packer, Sproul tidak mem-
ajaran Calvinisme atau kekristenan, namun berikan solusi apa pun untuk konflik antara
merupakan suatu keharusan dalam teisme.51 konsep Allah yang menetapkan segala sesu-
Secara tidak langsung, Sproul mengatakan atu dan tanggung jawab manusia atas dosa.55
bahwa satu-satunya kekristenan yang benar 53
Sproul, Kaum Pilihan Allah, 34-35. Jika Packer meng-
adalah kekristenan Calvinisme, di luar Cal- gunakan antinomi sebagai solusi, Sproul memilih kata
vinisme yang ada hanyalah ateisme. Kristen paradoks dan kemudian memahami makna antinomi
yang diusulkan Packer sebagai paradoks yang ia gunakan.
Katolik, Kristen Ortodoks, atau aliran Kris-
Menurut Sproul, Packer memilih kata “antinomi” dengan
ten lain yang sudah ratusan bahkan ribuan mempertimbangkan konteks budaya Inggris yang mema-
tahun menyembah Yesus dan mengikuti-Nya kai antinomi tetapi memiliki makna yang sinonim dengan
pada dasarnya adalah ateisme. Mengapa? paradoks di Amerika. Menariknya, Packer sepertinya
menggunakan antinomi dengan definisi yang diciptakan-
Karena mereka menolak konsep kedaulatan nya sendiri. Faktanya, ia sendiri menolak definisi antinomi
Allah yang deterministik. Faktanya, konsep yang disajikan oleh kamus singkat Oxford (lih. Packer,
kedaulatan Allah versi Calvinis ini tidak mun- Penginjilan dan Kedaulatan Allah, 9).
cul sebelum Agustinus mengajarkannya, dan 54
Ibid., 21.
ironinya, konsep ini ditolak oleh Bapa-bapa
Gereja Timur, seperti Yohanes Chrysostom
55
Michael Horton mencoba memecahkan masalah
ini dengan mengatakan bahwa Allah tidak menyebabkan
dan Yohanes dari Damaskus.52 Sproul harus manusia berdosa, tetapi Allah menetapkan untuk meng-
selalu sadar bahwa kekristenan tidak dimulai izinkan dosa terjadi atau dilakukan oleh manusia yang
memiliki kehendak bebas (Horton, The Christian Faith,
311-312). Namun, bagaimana mungkin manusia bisa bebas
50
R.C. Sproul, Kaum Pilihan Allah, terj. Rahmiati
jika Allah telah menetapkan segala sesuatu dari keke-
Tanudjaja dan Jenny Wongka (Malang: Literatur SAAT,
kalan? Apa pun usaha untuk melarikan diri dari premis
2011), 18. Penekanan oleh penulis. Untuk rujukan utuh
dasar seperti yang ditemukan dalam Pengakuan Iman
mengenai WCF dalam bahasa Indonesia, lihat G.I.
Westminster bahwa Allah secara aktif telah menetapkan
Williamson, Pengakuan Iman Westminster, terj. Irwan
segala sesuatu sebelum dunia dijadikan, sekali lagi segala
Tjulianto (Surabaya: Momentum, 2012).
sesuatu, maka usaha untuk memberikan kehendak bebas
51
Ibid.,15-16. Penekanan oleh penulis. kepada manusia hanya akan berujung pada kontradiksi
(Lih. Jack W. Cottrell, “The Nature of the Divine Sov-
52
Dennis W. Jowers, “Introduction,” dalam Four Views ereignty,” dalam The Grace of God and the Will of Man:
on Divine Providence, ed. Stanley N. Gundry dan Dennis A Case for Arminianism, ed. Clark H. Pinnock [Grand
W. Jowers (Grand Rapids, Zondervan, 2011), 14-15. Rapids: Academic Books, 1989], 97). Selain itu, jika Allah
22 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

Mungkin Edwin Palmer adalah salah satu bahkan memaksa mereka yang tidak dipilih
tokoh Calvinis yang paling konsisten. Ia ber- (reprobasi) untuk taat kepada ketetapan-
pendapat bahwa penetapan sejak semua Nya. Seperti yang diutarakan Olson bahwa
berarti rencana Allah yang berdaulat, yang menurut Calvin, dosa atau kejahatan yang
dengannya Allah menetapkan semua yang dilakukan oleh manusia atau kaum reprobasi
akan terjadi di seluruh alam semesta ini. Bagi- (orang-orang ditetapkan untuk dibinasakan)
nya, Allah tidak perlu cemas mengenai apa ditetapkan dan dibuat oleh Allah.58
yang akan terjadi karena “Sejak semula Allah
telah menetapkan segala sesuatu ‘menurut “MENYEMBUHKAN” KARAKTER
keputusan kehendak-Nya’ (Ef. 1:11): gerakan ALLAH: ARMINIAN DAN
sebuah jari, detak sebuah jantung, tawa ceria KEDAULATAN ALLAH
seorang gadis, kesalahan seorang juru ketik—
bahkan dosa.”56 Jika teolog-teolog Calvinis Penolakan Arminius atau kaum Arminian
yang lain berupaya untuk tidak membuat terhadap Calvinisme bukanlah demi memper-
Allah sebagai penyebab dosa, Palmer seolah- tahankan kehendak bebas manusia, seperti
olah membusungkan dadanya dan dengan yang telah dijelaskan di atas. Bukan pula
tenang mengatakan: Allah menetapkan segala mempermasalahkan keadilan Allah dalam
sesuatu, apa pun itu, termasuk dosa dan keja- kaitannya dengan kaum pilihan dan repro-
hatan. Masalah selesai! Setidaknya mengenai basi. Namun, berkaitan dengan ide mendasar
bayang-bayang kontradiksi yang menghantui dari teologi Calvinisme mengenai kedaulatan
hukum logika. Allah yang pada dasarnya mencederai karak-
ter Allah. Jangan salah paham, semua tradisi
Terakhir, John Calvin, ketika menyimpulkan Kristen yang ortodoks, baik gereja Katolik,
topik pemeliharaan Allah, Calvin mengata- gereja Timur Ortodoks, atau gereja Protestan
kan, “To sum up, since God’s will is said to be the termasuk Arminianisme, mengimani dengan
cause of all things, I have made his providence kuat doktrin kedaulatan Allah.59 Seperti yang
the determinative principle for all human plans dikatakan Olson, “Classical Arminianism
and works, not only in order to display its force goes far beyond belief in general providence
in the elect, who are ruled by the Holy Spirit, but to include affirmation of God’s intimate and
also to compel the reprobate to obedience.”57 direct involvement in every event of nature and
Penjelasan Calvin ini sejajar dengan Palmer, history.”60 Dengan kata lain, Arminianisme
atau lebih tepatnya, Palmer membuktikan percaya bahwa tidak satu pun ciptaan yang
dirinya sebagai Calvinis yang sejati. Melalui mampu memutuskan atau bertindak tanpa
pernyataan ini, Calvin dengan jelas menga- penetapan atau perizinan Allah.61 Tepat
takan bahwa Allah yang mendorong atau seperti yang dikatakan Arminius bahwa,

memang menetapkan untuk mengizinkan manusia ber- I consider Divine Providence to be “that
dosa, mengapa perizinan ini hanya berkaitan dengan dosa solicitous, continued, and universally present
saja namun tidak dengan kebajikan yang terpuji? Bukan-
kah ketetapan untuk mengizinkan manusia berdosa sama
inspection and oversight of God, according
saja dengan menetapkan manusia berdosa? Karena, jika to which he exercises a general care over the
Allah tahu bahwa manusia akan berdosa dan dalam hal ini whole world, but evinces a particular con-
Ia hanya menetapkan untuk mengizinkan dosa, dan tidak cern for all his [intelligent] creatures without
menetapkan untuk mengizinkan manusia melakukan seba-
liknya, maka tetap saja Allah tidak memberikan pilihan any exception, with the design of preserving
yang lain kepada manusia, selain untuk berdosa. Jika tidak and governing them in their own essence,
ada pilihan yang lain, maka konsekuensinya adalah Allah
yang membuat manusia berdosa. Roger E. Olson, Against Calvinism (Grand Rapids:
58

Zondervan, 2011), 74.


56
Palmer, Lima Pokok Calvinisme, 28. Penekanan oleh
penulis. 59
Olson, Against Calvinism, 83.
John Calvin, Institutes of the Christian Religion, ed.
57 60
Olson, Arminian Theology, 116.
John T. McNiell, terj. Ford Lewis Battles (Philadelphia:
Westminster, 1959), 232. Penekanan dari penulis. 61
Ibid., 117.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 23

qualities, actions, and passions, in a manner Agustinian) tampaknya mengubah Allah


that is at once worthy of himself and suitable menjadi Iblis.65
to them, to the praise of his name and the
salvation of believers.62 Inilah masalah utama dari penolakan kaum
Arminian terhadap teologi Calvinisme, yakni
Untuk memperjelas maksud pernyataannya, konsep kedaulatan Allah dalam Calvinisme
Arminius menambahkan, “In this definition secara logis mencederai karakter Allah.66
of Divine Providence, I by no means deprive it Tentu teolog-teolog Calvinis akan menimpali
of any particle of those properties which agree dan menolak kesimpulan ini, namun konse­
with it or belong to it; but I declare that it pre- kuensi logis dari konsep kedaulatan yang
serves, regulates, governs and directs all things mereka suguhkan, bahwa Allah yang secara
and that nothing in the world happens fortu- absolut dan tidak bersyarat menetapkan
itously or by chance.”63 Jelaslah Arminianisme segala sesuatu untuk terjadi sebelum dunia
dengan teguh meyakini bahwa “segala sesu- dijadikan, akan menjadi penghancur untuk
atu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, setiap pembelaan apa pun yang dikemuka-
yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik kan.67 Seperti yang ditegaskan Cottrell, bahwa
singgasana, maupun kerajaan, baik pemerin- apa pun usaha yang dilakukan teolog-teolog
tah, maupun penguasa; segala sesuatu (yang)
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol.
65
William Lane Craig, “God Directs All Things: On
Behalf of a Molinist View of Providence,” dalam Four
1:16), berada di bawah kontrol atau pemerin- Views on Divine Providence, ed. Stanley N. Gundry dan
tahan Allah sebagai Raja alam semesta. Dennis W. Jowers (Grand Rapids, Zondervan, 2011), 91.
Meski demikian, penulis tidak sependapat dengan Craig
Artinya, Calvinisme dan Arminianisme sepa- berkaitan dengan solusi yang ditawarkannya dalam menja-
kat mengafirmasi kedaulatan Allah. Tetapi, wab masalah yang timbul dari konflik teologis antara relasi
kedaulatan Allah, prapengetahuan Allah, dan kehendak
masalahnya tidak terletak pada penerimaan bebas manusia. Posisi Craig yang mengikuti teolog Kato-
atau penolakan doktrin kedaulatan Allah, lik Yesuit, Lois de Molina (1535-1600) yang menawarkan
namun bagaimana mendefinisikannya.64 Di middle knowledge, memimpin kepada determinisme Cal-
sinilah letak masalahnya. Bagi kaum Armi- vinistik, dan hal ini jelas tidak kompatibel dengan Armi-
nianisme pada umumnya, termasuk Arminius sendiri (lih.
nian, konsep kedaulatan Allah Calvinisme Olson, Arminian Theology, 197).
yang percaya bahwa Allah menetapkan segala
66
Olson, Against Calvinism, 83.
sesuatu, menjadikan Allah sebagai penyebab
dosa dan segala kejahatan yang mengerikan. 67
Ibid., 83. Misalnya, seperti yang telah disinggung di
Seperti yang dipertanyakan dan dikhawatir- atas, bahwa sebagian Calvinis mengatakan bahwa berka-
itan dengan dosa Allah menetapkan untuk mengizinkan
kan oleh filsuf dan teolog Kristen yang sangat manusia berdosa. Namun, gagasan utama yang dibawa
dihargai, William Lane Craig, bahwa bagai- oleh terminologi “mengizinkan” adalah bersyarat atau
mana mungkin Allah yang Mahakudus itu kondisional, yakni suatu respons yang reaktif. Artinya,
menetapkan manusia melakukan kejahatan bagaimana mungkin suatu penetapan di waktu yang sama
tidak bersyarat dan permisif? (Cottrell, “The Nature of the
moral? Lebih jauh lagi, bagaimana mung- Divine Sovereignty,” 105). Kesimpulan ini senada dengan
kin manusia yang ditetapkan untuk berdosa pernyataan Walls dan Dongell, “But if one is a determinist,
itu mempertanggungjawabkan secara moral each event must be understood in light of its connection with
events that precede it as well as those that follow it. Even if we
apa yang dilakukannya, sementara mereka
grant that God could have determined things in a very differ-
tidak memiliki kontrol atas setiap keputus- ent way than he did, the fact remains that for a determinist—
annya? Konsep kedaulatan Calvinisme (dan and this is the crucial point—no event can be seen in isola-
tion from the events that cause it. When this is kept clearly in
mind, it’s hard to see how Calvinists can speak of any events
or choices as being permitted. Seen as isolated choices this
may seem plausible. But if God has arranged things in such
a way that previous events and choices cause later ones in
a deterministic fashion, then the persons involved could not
62
Arminius, The Works of James Arminius, 1: 143-144.
possibly choose differently than they do precisely because of
63
Ibid., 1:144. God’s intentional activity” (Jerry L. Walls and Joseph R.
Dongell, Why I Am Not A Calvinist [Downers Grove: IVP,
64
Cottrell, “The Nature of the Divine Sovereignty,” 97. 2004], 129).
24 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

Calvinis untuk merekonsiliasi kedaulatan Bahkan, John Loftus, seorang ateis yang
Allah dan kehendak bebas manusia akan cukup vokal, melibatkan diri untuk meng-
selalu berujung pada inkonsistensi.68 Sulit kritisi konsep kedaulatan Allah menurut
untuk menghindari Allah sebagai penyebab Calvinisme. Loftus membenarkan apa yang
dari dosa dan kejahatan. dikatakan teolog Injili, Clark Pinnock, bahwa
jangan heran jika ada orang memilih men-
Kritik keras terhadap konsep kedaulatan jadi ateis jika berhadapan dengan konsep
Allah Calvinisme juga datang dari teolog ter- kedaulatan yang seperti ini.72 Tentu hal ini
kenal, David Bentley Hart. Menurut Hart, merupakan sebuah ironi karena ateisme sen-
teolog-teolog yang memegang konsep kedau- diri tidak tertarik dengan konsep kedaulatan
latan Allah dalam Calvinisme mencemarkan Allah menurut Calvinisme. Hal ini berpotensi
kasih dan kebaikan Allah.69 Sikap ini keluar menjadikan injil bukan lagi sebuah kabar baik
dari ketertarikan yang tidak sehat terhadap tentang kasih Allah yang besar akan dunia ini
kedaulatan Allah yang sebenarnya menakut- (Yoh. 3:16) bagi mereka yang tidak percaya,
kan.70 Lebih jauh, Hart mengatakan: namun sebaliknya, menjadi semacam batu
If indeed there were a God whose true sandungan. Mengapa? Karena konsep ini
nature—whose justice or sovereignty—were menyajikan Allah sebagai pemberi anugerah
revealed in the death of a child or the der- keselamatan, adalah Allah yang sama yang
eliction of a soul or a predestined hell, then menetapkan segala dosa dan kejahatan.
it would be no great transgression to think of Doktrin inilah yang menjadi salah satu alasan
him as a kind of malevolent or contemptible utama James Arminius untuk menolak kon-
demiurge, and to hate him, and to deny him sep kedaulatan yang diajarkan Calvinisme
worship, and to seek a better God than he.71 empat ratus tahun yang silam. Konsep kedau-
Penekanan Hart sangat jelas, jika sebelum latan Allah yang diajarkan Calvin atau Cal-
dunia dijadikan Allah telah menetapkan vinisme menjadikan Allah sebagai penyebab
segala sesuatu termasuk dosa dan berbagai atau sumber dosa dan segala kejahatan.73
kejahatan keji yang menakutkan dan kemu- Dengan gamblang ia mengatakan:
dian melemparkan pendosa yang ditetapkan- For I consider it impossible for any art or
Nya ke neraka, maka bukanlah suatu pelang- sophistry to prevent this dogma concerning
garan besar jika kita menganggap-Nya sebagai “such a previous determination” from pro-
Allah berhati dengki, jahat, dan kemudian ducing the following consequences: FIRST.
membenci-Nya, dan menolak untuk menyem- It makes God to be the author of sin, and
bah-Nya, serta mencari Allah yang lebih baik man to be exempt from blame. SECONDLY.
dari-Nya. It constitutes God as the real, proper and
only sinner: Because when there is a fixed law
which forbids this act, and when there is such
68
Cottrell, “The Nature of the Divine Sovereignty,” “a fore-determination” as makes it “impossi-
102-103.
ble for this act not to be committed,” it fol-
69
Senada dengan Hart, Craig mengatakan, “It is deeply lows as a natural consequence, that it is God
insulting to God to think that he would create beings that are himself who transgresses the law, since he
in every respect causally determined by him and then treat
them as though they were free agents, punishing them for the
is the person who performs this deed against
wrong actions he made them do or loving them as though
they were freely responding agents” (William Lane Craig,
72
John W. Loftus, Why I Became an Atheist: A Former
“Response to Paul Kjoss Helseth,” dalam Four Views of Preacher Rejects Christianity (Amherst: Prometheus, 2012),
Divine Providence, ed. Stanley N. Gundry dan Dennis W. 218.
Jowers [Grand Rapids, Zondervan, 2011], 62). 73
Arminius memberikan kurang lebih dua puluh dua
David Bentley Hart, The Doors of the Sea: Where Was
70 alasan mengapa ia menolak predestinasi Calvinisme
God in the Tsunami? (Grand Rapids: Eerdmans, 2005), 89. (sebagai konsekuensi dari konsep kedaulatan Allah yang
menetapkan segala sesuatu), lih. Arminius, The Work of
71
Ibid., 91. James Arminius, 1:129-141.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 25

the law. For though this be immediately per- Seperti yang ditekankan di atas bahwa Armi-
petrated by the creature, yet, with regard to it, nianisme percaya Allah berdaulat atas segala
the creature cannot have any consideration sesuatu. Tidak ada hal yang terjadi tanpa
of sin; because this act was unavoidable on penetapan atau perizinan Allah. Hal ini
the part of man, after such “fore-determina- senada yang apa yang dikatakan Jack Cottrell,
tion” had been fixed. THIRDLY. Because, kedaulatan Allah memuat dua kategori, yakni
according to this dogma, God needed sin- tidak bersyarat (penetapan) dan bersyarat
ful man and his sin, for the illustration of his (perizinan Allah).75 Berkaitan dengan dosa
justice and mercy. FOURTHLY. And, from atau kejahatan, Alkitab berulang kali mene-
its terms, sin is no longer sin.74 kankan bahwa semua dosa dan kejahatan
masuk dalam kategori bersyarat dari doktrin
Arminius dengan jelas menekankan bahwa kedaulatan Allah. Dalam kategori bersyarat
mustahil bagi Calvinisme untuk menyela- ini kita bertemu dengan konsep “divine-self
matkan diri dari konsep kedaulatan Allah limitation” atau Allah yang membatasi diri-
yang deterministik yang menjadikan Allah Nya. Artinya, dalam relasi Allah-manusia,
sebagai penyebab segala dosa, Allah sebagai Allah di dalam kedaulatan-Nya memberikan
satu-satunya pendosa, Allah membutuhkan ruang bagi kehendak bebas manusia.76 Mela-
manusia yang penuh dosa, dan dosa tidak lagi lui kehendak bebas inilah manusia diberikan
berarti dosa dalam pengertian pelanggaran kemampuan untuk taat kepada Allah atau
terhadap perintah Allah karena Allah adalah memalingkan muka dari-Nya dan hidup di
pelaku utama dari semua dosa dan kejahatan. dalam dosa. Namun, jika kehendak bebas
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adalah satu-satunya jalan di dosa dan keja-
dasar utama dari penolakan Arminius atau hatan, mengapa Allah memberikan kehendak
kaum Arminian terhadap Calvinisme adalah bebas kepada manusia? C.S. Lewis, apologet
sifat deterministik dalam teologi kedaulatan Kristen yang terkenal, menjawab pertanyaan
Allah Calvinisme. Apa yang ingin diperta- ini dengan indah:
hankan atau diusahakan Arminius dan kaum 75
Cottrell, “The Nature of Divine Sovereignty,” 107.
Arminian adalah mempertahankan karakter
Allah yang dipaparkan dalam Kitab Suci, khu-
76
Olson, Against Calvinism, 99-100. Meski demikian,
pertanyaan lain akan muncul, “Bagaimana mungkin manu-
susnya berkaitan dengan kasih, keadilan, dan sia yang sudah mati dalam dosa masih memiliki kehendak
kekudusan Allah. Dengan kata lain, kaum bebas?” Arminianisme percaya bahwa kehendak bebas
Arminian melihat bahwa konsep kedau- manusia sepenuhnya adalah anugerah Allah. Teolog-teo-
log Arminian menyebut anugerah yang memampukan
latan Allah Calvinisme “mencemari” karak- manusia untuk memiliki kehendak bebas ini dengan “pre-
ter Allah yang dipaparkan Alkitab sehingga venient grace” atau anugerah pendahuluan. Anugerah pen-
merasa perlu untuk “ditahirkan.” dahuluan ini akan memampukan manusia menolak atau
menerima injil Kristus. Untuk diskusi lebih jauh mengenai
Lantas bagaimana kaum Arminian men- anugerah pendahuluan, lihat W. Brian Shelton, Prevenient
definisikan kedaulatan Allah? Pertanyaan Grace: God’s Provision for Fallen Humanity (Anderson:
Francis Asbury, 2014). Selain itu, konsep anugerah yang
ini dapat dijawab secara komprehensif atau dipahami hari ini tidak sesuai dengan konsep anugerah
secara sederhana. Namun, untuk memberi- yang dipahami atau diajarkan Paulus dan dunia Yudaisme
kan jawaban secara komprehensif akan mem- Bait Suci kedua. Sarjana Paulus yang dihormati, John
M.G. Barclay, dalam studinya mengenai konsep anugerah
butuhkan banyak halaman lain yang tentunya menurut Paulus dan Yudaisme Bait Suci kedua, menga-
tidak memungkinkan untuk dibahas di sini. takan bahwa konsep anugerah yang diajarkan Agustinus,
Karena itu, penulis akan menjawab perta- Luther, Calvin, atau tradisi Reformed, asing di telinga
nyaan ini secara sederhana. Studi lebih lanjut dunia Yunani-Romawi. Menariknya, konsep keselamatan
dalam bingkai sinergisme atau kerja sama dipahami seba-
terhadap pertanyaan ini dapat dilihat rujuk- gai anugerah tanpa jatuh dalam Pelagian atau Semi-Pela-
annya pada catatan kaki. gian (lih. John M.G. Barclay, Paul and the Gift [Grand
Rapids: Eerdmans, 2015]). Lihat juga, Matthew W. Bates,
Salvation by Allegiance Alone: Rethinking Faith, Works, and
74
Arminius, The Work of James Arminius, 1:185. the Gospel of Jesus the King (Grand Rapids: Baker Aca-
Penekanan oleh penulis. demic, 2017), 170-172.
26 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

Karena kehendak bebas, meskipun Klarifikasi telah disajikan, jelaslah bahwa


memungkinkan kejahatan, juga merupa- Arminianisme menerima dan mengajarkan
kan satu-satunya hal yang memungkinkan konsep kerusakan total dan keselamatan
kasih atau kebaikan atau sukacita apa pun karena anugerah. Selain itu, penulis juga telah
itu menjadi patut dimiliki. Suatu dunia memaparkan masalah utama dari penolakan
yang terdiri atas automata—atas makh- Arminianisme terhadap Calvinisme, yakni
luk-makhluk yang bekerja seperti mesin— mengenai konsep kedaulatan Allah dalam
akan menjadi hampir tidak bernilai untuk Calvinisme yang deterministik membawa
diciptakan.77 logika kepada Allah sebagai sumber dari
segala dosa dan kejahatan. Oleh karena itu,
Karena itu, bagi kaum Arminian, divine self- Arminianisme merasa perlu untuk memberi-
limitation memungkinkan kedaulatan Allah kan tanggapan terhadap konsep kedaulatan
dan kehendak bebas manusia dapat berdam- Allah menurut Calvinisme. Motifnya hanya
pingan tanpa membuat Allah menjadi penye- satu, yakni menggaungkan kembali karakter
bab segala dosa dan kejahatan atau tanpa Allah yang mahakasih, mahaadil, dan maha-
berujung pada kontradiksi yang tidak tersele- kudus, sesuai dengan ajaran Kitab Suci.
saikan. Namun, apakah Allah menjadi tidak
berdaulat ketika manusia memiliki kehendak Di sisi yang lain, tentu sebagian teolog-teo-
bebas? Tentu tidak, karena kehendak bebas log Calvinis tidak setuju jika dikatakan bahwa
manusia bekerja dalam kedaulatan Allah. konsep kedaulatan Allah yang mereka per-
Dengan kata lain, di dalam kedaulatan-Nya, caya dan ajarkan membuat Allah menjadi
Allah memberikan manusia kehendak bebas. sumber dari segala dosa dan kejahatan. Hal
Kehendak bebas manusia ini hanya dapat ber- ini tentu bisa dimengerti dan diterima. Poin
operasi jika Allah mengizinkannya (kategori yang paling penting dari diskusi seperti ini
bersyarat). Allah tentu bisa saja menetapkan adalah objektivitas dalam memaparkan teo-
segala sesuatu dan tidak memberikan ruang logi seseorang atau aliran tertentu dan keter-
sedikit pun bagi kehendak bebas manusia, bukaan hati untuk menerima adanya perbe-
namun Allah memilih untuk tidak melaku- daan dalam tubuh Kristus, khususnya dalam
kannya. Allah memilih untuk memberikan kalangan Injili. Kaum Injili harus dewasa
manusia kehendak bebas agar Ia dapat bere­ dalam melihat perbedaan dan menerima yang
lasi dengan manusia dengan relasi perjanjian berbeda sebagai saudara seiman dan bukan
dua arah.78 Dalam relasi inilah kebaikan, keta- musuh yang harus disisihkan. Telah cukup
atan, cinta, kasih, dan sukacita mendapatkan lama sentimen dalam memberikan penekanan
maknanya yang sejati dan bukan merupakan pada perbedaan berkembang dan menjalar
hasil dari ketetapan yang akan membuat dalam tubuh kaum Injili. Sudah cukup lama
nilai-nilai ini menjadi hambar dan tak berarti. kaum Injili saling melempar stigma-stigma
Di sisi yang lain, konsep kedaulatan Allah negatif. Padahal perbedaan seharusnya dili-
seperti ini tidak mencederai karakter Allah hat sebagai kekayaan.
yang mahakasih, mahaadil, dan mahakudus.
Fakta bahwa kaum Injili terdiri dari beberapa
Epilog: Dalam Rumah Bapaku tradisi yang berbeda (Menonit, Wesleyan,
Ada Banyak Kaum Injili79 Arminian, Calvinis, Dispensasional, Teisme
Terbuka, dan lain sebagainya) merupakan
keragaman yang seharusnya dijaga dan dipeli-
hara demi injil Kristus.80 Menerima perbedaan
77
C.S. Lewis, Kekristenan yang Asali, terj. Grace P.
Christian (Bandung: Pionir Jaya, 2006), 81. Penekanan 80
Sebagian teolog menolak untuk memasukkan Teisme
oleh penulis.
Terbuka (Open Theism) sebagai kaum Injili. Misalnya,
78
Olson, Against Calvinisim, 101. Bruce A. Ware, dengan lantang mengatakan bahwa, “My
own view is that open theism is both wrong and damaging
79
Untuk judul epilog ini penulis berutang kepada to faith in ways that cannot rightly be tolerated in the evan-
Vanhoozer dan Treier, Theology and Mirror of Scripture, 19. gelical church” (Bruce A. Ware, Their God Is Too Small:
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 27

tentu memberikan sumbangsih positif bagi Grand Rapids: Christian Classics Ethreal
intelektualitas kaum Injili dan terutama bagi Library, 2002.
pekabaran injil Kristus. Sedangkan sikap ter-
tutup terhadap perbedaan akan berujung Barclay, John M.G. Paul and the Gift. Grand
pada fundamentalisme kaku yang membuat Rapids: Eerdmans, 2015.
sikap penuh curiga dan gampang menghakimi Bangs, Carl. “Arminius and the Reformation.”
tumbuh subur, yang akhirnya bermuara pada Church History 30, no. 2 (Juni: 1961): 157.
perpecahan gereja. Mental kekanak-kanakan
seperti ini harus ditinggalkan. Vanhoozer dan ———. Arminius: A Study in the Dutch Refor-
Treier memberikan nasihat yang baik, “While mation. Grand Rapids: Zondervan, 1985.
practicing the wisdom of particular traditions,
Bates, Matthew W. Salvation by Allegiance
together we pursue the fullest possible commu-
Alone: Rethinking Faith, Works, and the
nion in gospel faith and collaboration in mis-
Gospel of Jesus the King. Grand Rapids:
sion.”81 Prioritas kita adalah bagaimana kaum
Baker Academic, 2017.
Injili bersatu dalam keragaman demi maksi-
malnya pemberitaan injil Kristus. Kaum Injili Bavinck, Herman. Reformed Dogmatics:
harus membiarkan metanarasi Allah (injil) Abridged in One Volume. Diedit oleh John
menguasai berbagai narasi diskusi teologis Bolt. Grand Rapids: Baker Ademic, 2011.
sehingga kita tidak terjebak dalam sensasi-
sensasi perdebatan yang tidak esensi. Dengan Bird, Michael F. Evangelical Theology: A Bib-
demikian, kaum Injili sebagai komunitas yang lical and Systematic Introduction. Grand
dibentuk oleh injil, menjadi saksi dan pem- Rapids: Zondervan, 2013.
bawa berita tentang injil Kristus bagi dunia Boice, James M. Whatever Happened to the
yang terhilang.82 Soli Deo Gloria! Gospel of Grace?: Rediscovering the Doc-
trines that Shook the World. Wheaton:
DAFTAR KEPUSTAKAAN Crossway, 2001.
Abraham, William J. Aldersgate and Athens: Calvin, John. Institutes of the Christian Reli-
John Wesley and the Foundation of Chris- gion. Diedit oleh John T. McNiell. Diter-
tian Belief. Waco: Baylor University Press, jemahkan oleh Ford L. Battles. Philadel-
2010. phia: Westminster, 1959.
Arminius, James. The Works of James Armin- Cottrell, Jack W. “The Nature of the Divine
ius. 2 vol. Diedit oleh Jon Van Hofwegen. Sovereignty.” Dalam The Grace of God
and the Will of Man: A Case for Arminian-
Open Theism and the Undermining of Confidence in God ism, diedit oleh Clark H. Pinnock. Grand
[Wheaton: Crossway, 2003], 8). Namun, seperti yang Rapids: Academic Books, 1989.
diketahui bersama bahwa sampai hari ini tidak pernah
ada konsensus ekumenis untuk mendefinisikan makna Craig, William Lane. “God Directs All
atau arti dari kaum Injili. Menariknya, dari kebanyakan
definisi atau ciri-ciri yang dipaparkan teolog-teolog Injili Things: On Behalf of a Molinist View of
mengenai definisi kaum Injili, tidak satu pun kategori Providence.” Dalam Four Views on Divine
yang dilanggar oleh penganut Teisme Terbuka (misalnya, Providence, diedit oleh Stanley N. Gun-
definisi Injili dalam The Cambridge Companion to Evan-
dry dan Dennis W. Jowers. Grand Rapids,
gelical Theology, ed. Timothy Larsen dan Daniel J. Treier
[Cambridge: Cambridge University Press, 2007], 1). Selain Zondervan, 2011.
itu, penolakan Ware bersifat personal dan tidak mewakili
Injili. ———. “Response to Paul Kjoss Helseth.”
Dalam Four Views on Divine Providence,
81
Vanhoozer dan Treier, Theology and the Mirror of
Scripture, 42.
diedit oleh Stanley N. Gundry dan Den-
nis W. Jowers. Grand Rapids, Zondervan,
Bandingkan dengan Michael F. Bird, Evangelical
82
2011.
Theology: A Biblical and Systematic Introduction (Grand
Rapids: Zondervan, 2013), 699.
28 Arminius, Arminian, dan Kaum Injili (Marlon Lahope)

Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: McKim, Donald K., ed. Encyclopedia of the
Buku Pegangan Teologi 2. Diterjemahkan Reformed Faith. Louisville: WJK, 1992.
oleh Rahmiati Tanudjaja. Malang: Litera-
tur SAAT, 2010. Muller, Richard. “Arminius and the Reformed
Tradition.” The Westminster Theological
Finney, Charles. Finney’s Systematic Theology. Journal 70, no. 1 (Spring, 2008): 40.
Diedit oleh J.H. Fairchild. Minneapolis:
Bethany Fellowship, 1976. Olson, Roger E. The Story of Christian The-
ology: Twenty Centuries of Tradition and
Forlines, F. Leroy. Classical Arminian: A The- Reform. Downers Grove: IVP, 1999.
ology of Salvation. Nashville: Randall
House, 2011. ———. Arminian Theology: Myths and Reali-
ties. Downers Grove: IVP, 2006.
Greathouse, William M. dan H. Ray Dun-
ning. An Introduction to Wesleyan Theol- ———. Against Calvinism (Grand Rapids:
ogy. Kansas City: Beacon Hill, 1989. Zondervan, 2011), 74.

Hart, David Bentley. The Doors of the Sea: Packer, J.I. Penginjilan dan Kedaulatan Allah.
Where Was God in the Tsunami?. Grand Diterjemahkan oleh Helda Siahaan.
Rapids: Eerdmans, 2005. Surabaya: Momentum, 2001.

Helm, Paul. “Classical Calvinist Doctrine of Palmer, Edwin H. Lima Pokok Calvinisme.
God.” Dalam Perspectives on the Doctrine Diterjemahkan oleh Elsye. Surabaya:
of God, diedit oleh Bruce A. Ware, 5-52. Momentum, 2011.
Nashville: B&H Academic, 2008. Peterson, Robert A. dan Michael D. Williams.
Horton, Michael S. The Christian Faith: A Sys- Why I Am Not an Arminian. Downers
tematic Theology for Pilgrims on the Way. Grove: IVP, 2004.
Grand Rapids: Zondervan, 2011. Picken, Stuart. Historical Dictionary of Calvin-
Jowers, Dennis W. “Introduction.” Dalam ism. Lanham: Scarecrow, 2012.
Four Views on Divine Providence, diedit Pinnock, Clark H., ed. Grace Unlimited. Min-
oleh Stanley N. Gundry dan Dennis W. neapolis: Bethany Fellowship, 1975.
Jowers, 7-24. Grand Rapids, Zondervan,
2011. ———., ed. The Grace of God and the Will
of Man: A Case for Arminianism. Grand
Larsen, Timothy dan Daniel J. Treier, ed. Rapids: Academic Books, 1989.
The Cambridge Companion to Evangelical
Theology. Cambridge: Cambridge Univer- Shelton, W. Brian. Prevenient Grace: God’s
sity Press, 2007. Provision for Fallen Humanity. Anderson:
Francis Asbury, 2014.
Lewis, C.S. Kekristenan yang Asali. Diter-
jemahkan oleh Grace P. Christian. Ban­ Sproul, R.C. Kaum Pilihan Allah. Diterjemah-
dung: Pionir Jaya, 2006. kan oleh Rahmiati Tanudjaja dan Jenny
Wongka. Malang: Literatur SAAT, 2011.
Loftus, John W. Why I Became an Atheist:
A Former Preacher Rejects Christianity. Stanglin, Keith D. Arminius on the Assur-
Amherst: Prometheus, 2012. ance of Salvation: The Context, Roots, and
Shape of the Leiden Debate, 1603-1609.
Marshall, I. Howard. “Predestination in the Boston: Brill, 2007.
New Testament.” Dalam Grace Unlimited,
diedit oleh Clark H. Pinnock. Minneapo- Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika.
lis: Bethany Fellowship, 1975. Malang: Gandum Mas, 2010.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (2019): 13-29 29

Vanhoozer, Kevin J. Biblical Authority: Retriev- Ware, Bruce A. Their God Is Too Small: Open
ing the Solas in the Spirit of Mere Christian- Theism and the Undermining of Confi-
ity. Malang: Literatur SAAT, 2016. dence in God. Wheaton: Crossway, 2003.
Vanhoozer, Kevin J. dan Daniel J. Treier. ———., ed. Perspectives on the Doctrine of
Theology and the Mirror of Scripture: A God. Nashville: B&H Academic, 2008.
Mere Evangelical Account. London: Apol-
los, 2016. Wesley, John. The Works of John Wesley. Vol
3. Diedit oleh Albert C. Outler. Nashville:
Walls, Jerry L. dan Joseph R. Dongell. Why I Abingdon, 1986.
Am Not A Calvinist. Downers Grove: IVP,
2004. Williamson, G.I. Pengakuan Iman Westmin-
ster. Diterjemahkan oleh Irwan Tjulianto.
Surabaya: Momentum, 2012.

Anda mungkin juga menyukai