Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Makalah pelayanan keperawatan dalam keadaan bencana

Dosen Pengampu : Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Muhammad Usamah 2011313027

Amelia fransisca 2011313004

Nurlita sholatul 2011313028

Anggea pahmareza 2011313048

Wulan umairah 2011313067

Robiatul adawiyah 2011313006

Rinne febriani 2011312049

Putri anisa fazira 2011312019

Hendia romi 2111312028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada kami. Sholawat
beserta salam juga kami haturkan kepada kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga kita
semua mendapat syafaat Beliau di Yaumil Akhir kelak. Amin ya Robbal ‘Alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Dalam Keperawatan II dan dengan judul makalah ini adalah “Pelayanan
Keperawatan Jiwa Pada Situasi Bencana”.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J selaku
dosen pengajar dan kepada teman-teman anggota kelompok yang sudah membantu dalam
penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih dapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai
pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
layak sebagaimana mestinya.
Makalah pelayanan keperawatan dalam keadaan bencana

A. Definisi bencana
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan definisi bencana Secara umum pengertian mengenai beberapa istilah
bencana dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.
b. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
c. Bencana Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic
dan wabah penyakit.
d. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
dan antar komunitas masyarakat serta terror.

A. Jenis-jenis bencana
a. Jenis-jenis bencana alam
 Gempa bumi Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi yang disebabkan oleh tumbukan antarlempeng bui, patahan aktif, aktvitas gunung
api atau runtuhan batuan.
 Erupsi gunung berapi Letusan gunung api atau gunung meletus adalah bagian dari
aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat
berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami
dan banjir lahar.
 Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan.
Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
 Tanah longsor Tanah longsor adalah salah satu gerakan massa tanah atau batuan, atau
gabungan keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng.
 Banjir Banjir adalah peristiwa atau keadaan di mana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yan datang
secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai
pada alur sungai.

b. Jenis-jenis bencana nonalam


 Kebakaran Kebakaran adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti rumah
atau pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan
korban dan atau kerugian.
 Kebakaran hutan dan lahan Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan di
mana hutan dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan
yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan
kesehatan masyarakat sekitar.
 Kecelakaan transportasi Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi
yang terjadi di darat, laut dan udara.
 Kecelakaan industri Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan dua faktor
yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya
(unsafe conditions). Jenis kecelakaan industri yang terjadi bergantung pada macam
industrinya, Misal bahan dan peralatan kerja yang digunakan, proses kerja, kondisi
tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
 Kejadian Luar Biasa Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. Status KLB diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
c. Jenis-jenis bencana sosial
 Konflik sosial Konflik sosial atau kerusuhan sosial (huru-hara) adalah suatu gerakan
massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada. Konflik sosial
dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai
pertentangan antara Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).
 Aksi teror Aksi teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Aksi teror menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
masal.
 Sabotase Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui
subversi, penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran. Dalam perang, istilah
sabotase digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap
beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi dan lain-lain.

B. Cakupan wilayah bencana


a. Bencana lokal
Bencana lokal memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan bencana
terjadi pada sebuah gedung atau bangunan bangunan di sekitarnya biasanya adalah
karena akibat faktor manusia seperti kebakaran adakan terorisme kebocoran bahan kimia
dan lainnya
b. Bencana regional
Bencana regional memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup
luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai banjir letusan gunung
ternado dan lainnya

C. Fase-fase bencana
Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu
fase pre impact,impact,dan post impact
1. Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari bencana.Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan
dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.
2. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus berlanjut hingga tejadi
kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap respons
fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah (angry),tawar – menawar
(bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).
1. Permasalahan dalam penanggulangan bencana secara umum masyarakat Indonesia termasuk
aparat pemerintah didaerah memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti
berikut :
b) Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya
c) Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA
d) Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan
e) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya

2. Kelompok rentan bencana


Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana untuk mencegah,
menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu.Kerentanan
terbagi atas:
1). Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman
bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan
gempa.
2). Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam
pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
3). Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan
tentang
4). Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya masyarakat
yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah
longsor
D. Faktor yang berpengaruh :

1. Pengalaman problem solving sebelumnya


2. Persepsi individu terhadap suatu masalah
3. Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain
4. Jumlah dan tipe krisis sebelumnya
5. Waktu terakhir mengalami krisis
6. Kelompok beresiko
7. Sense of mastery
8. Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi terhadap keberhasilan
koping dengan stress lain.
Faktor perlindungan antara lain kompetensisocial, ketrampilan memecahkan masalah,
otonomi, berorientasi pada tujuan, idebelajar, dukungan keluarga, dukungan social.
Resilient ( individu yang tabah/ulet )mempunyai harga diri tinggi, berdaya guna,
mempunyai keterampilan memecahkanmasalah, mempunyai kepuasan dalam hubungan
interpersonal.

E. Paradigma-paradigma Penanggulangan Bencana


a. Daur Penanggulangan Bencana : Memandang bencana sebagai rentetan kejadian
dengan fokus ketika, sebelum dan sesudah bencana.

b. Model Kue-marmer : Upaya penanggulangan bencana dapat dilaksanakan setiap


saat, masing-masing meluas atau menyempit, tergantung pada risiko yang
dihadapi.

c. Tabrakan Unsur : Upaya mengatasi (melepaskan tekanan) kerentanan (tekanan)


yang berakar pada proses proses sosial ke arah masyarakat yang aman, berdaya
tahan, dan berkesinambungan

d. Pengurangan Risiko : Upaya-upaya untuk mengatasi secara komprehensif dan


terpadu untuk mengurangi risiko bencana.

F. Pengurangan risiko bencana


Adalah konsep dan praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk
menganalisa dan mengurangi faktor-faktor penyebab bencana.

Secara umum, upaya pengurangan risiko bencana dapat dilaksanakan melalui beberapa
langkah berikut:

1. Pengaturan pemanfaatan ruang secara spasial. Perencanaan tata ruang berperan


penting dalam membantu mewujudkan produk tata ruang yang baik dan
berkualitas, termasuk di dalamnya mencakup aspek kebencanaan. Pengaturan
pemanfaatan ruang dapat dimulai dengan pemetaan daerah rawan bencana,
kemudian mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk pembangunan berintensitas
tinggi ke luar area rawan bencana. Sedangkan perencanaan pemanfaatan ruang di
daerah rawan bencana perlu diatur secara tepat dan optimal untuk mengurangi
potensi hingga dampak negatif yang dapat muncul.

2. Pengoptimalan rekayasa teknis bangunan. Umumnya berupa rekayasa teknis


terhadap bangunan, lahan, ataupun infastruktur yang disesuaikan dengan kondisi,
keterbatasan, dan ancaman bencana. Misalnya konstruksi bangunan rumah tahan
gempa.

3. Peningkatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Permasalahan akibat


bencana cukup rumit, bahkan seringkali menimpa kawasan dengan kondisi
masyarakat yang cukup rentan seperti kemiskinan, kurangnya kewaspadaan,
ketidakberdayaan, sulitnya aksesibilitas, dan sebagainya. Peningkatan pendidikan
dan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi tingkat kerentanan dan
keterisolasian menjadi penting untuk dilakukan. Untuk mewujudkannya,
diperlukan elemen-elemen penting seperti adanya tokoh penggerak masyarakat;
tersedianya konsep penanggulangan dan penanganan bencana alam yang jelas;
adanya objek aktivitas masyarakat yang jelas; kuatnya kohesivitas masyarakat
setempat, bahasa komunikasi kerakyatan yang tepat berbasis pada kearifan
budaya lokal; serta jaringan informasi yang mudah diakses.

4. Kelembagaan. Terkait dengan kelembagaan, ada beberapa hal yang harus


dipenuhi, yaitu struktur organisasi dan tata cara kerja yang jelas; fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang aplikatif; serta tercukupinya
ketersediaan sumberdaya manusia, pembiayaan, dan perlengkapan.

5. Pengkajian potensi dan risiko bencana. Upaya ini merupakan sebuah pendekatan
untuk memperlihatkan potensi negatif yang mungkin timbul akibat suatu bencana
yang melanda. Hal ini perlu dilakukan secara sistematis dan akademis, sehingga
hasil kajian tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Hasil kajian akan menjadi
acuan dan berperan penting dalam menentukan kebijakan dasar dalam upaya
pengurangan risiko di suatu wilayah yang sistematis dan terencana. Pengkajian
ini tercakup di dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), yang terdapat
baik dalam lingkup nasional ataupun lingkup daerah kabupaten/kota.

G. Pencegahan Bencana
Perka BNPN No. 4 tahun 2008 membagi pasif dan aktif dalam tindakan pencegahan
bencana:

a) Tindakan pencegahan pasif antara lain:


1. Penyusunan peraturan perundang-undangan;
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah;
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur;
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster;
5. Penelitian/ pengkajian karakteristik bencana;
6. Pengkajian / analisis risiko bencana;
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan;
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana;
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum;
10.Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan;
b) Tindakan pencegahan aktif antara lain:
1.Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana dsb.
2.Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin
mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan
bencana.
3.Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4.Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
5.Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6.Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana.
7.Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, penahan
erosi pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya.

H. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana

Tujuan mitigasi
1. Mengurangi dampak yang ditimbulkan
2. Menjadi landasan untuk perencanaan pembangunan
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi risiko
bencana.

Materi mitigasi bencana


1. Beberapa kegiatan mitigasi bencana antara lain:
2. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
3. Perencanaan penanggulangan bencana
4. Penerapan upaya fisik, non disik, dan pengaturan penanggulangan bencana
5. Pemantauan pengelolaan sumber daya.

Waktu mitigasi bencana ,Kegiatan mitigasi bencana harus dilakukan pada saat 4 waktu:
1. Sebelum terjadi bencana: mitigasi dan kesiapsiagaan
2. Saat terjadi bencana: perlindungan dan evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
Selain itu, pada saat terjadi bencana, harus melakukan tanggap darurat bencana.
3. Tepat setelah terjadi bencana: pencarian dan penyelamatan korban

Pasca bencana: merupakan fase pemulihan dan rehabilitasi, baik secara fisik, psikologis,
dan sarana.
I.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan
dalam situasi tanggap bencana. Mahasiswa keperawatan tidak hanya dituntut memiliki
pengetahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan saja, Lebih dari itu,
kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini
diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa keperawatan untuk bisa terjun memberikan
pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat
tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan
dengan mahasiswa keperawata, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

A. Jenis Kegiatan Siaga Bencana


Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan medis
dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penting.
Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dalam
situasi tanggap bencana:
1) Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan kerusakan,
baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang
mungkin akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan.
Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga
kesehatan. Mahasiswa keperawatan bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi
dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan
pengobatan bersama mahasiswa keperawatan lainnya secara cepat, menyeluruh dan
merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari
pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.
2) Pemberian bantuan
Mahasiswa keperawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti makanan, obat
obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa
dilakukan langsung oleh mahasiswa keperawatan secara langsung di lokasi bencana
dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam
kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di
butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak
mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat
sasaran.
3) Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat kejadian
yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan
dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak
yang sedang dalam massa pertumbuhan. Sehinnga apabila hal ini terus berkelanjutan
maka akan mengakibatkan stress berat dan gannguan mental bagi para korban bencana.
Hal yang dibutukan dalam penanaganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan
mental yang dapat dilakukan oleh mahasiswa keperawatan. Pada orang dewasa,
pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan
yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk
tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan
mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak
yang berada pada masa bermain. Mahasiswa keperawatan dapat memdirikan sebuah
taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu,
dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4) Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana biasanya akan
menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya keaadaan pasca bencana.,
akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka
yang patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong
membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka

Jenis Kegiatan Siaga Bencana


Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan
medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yangmenjadi perhatian penting.
Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukanoleh mahasiswa keperawatan dalam situasi
tanggap bencana.
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisikBencana alam yang menimpa suatu daerah,
selalu akan memakankorban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka
luka,kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akanmenyebabkan isolasi
tempat, sehingga sulit dijangkau oleh pararelawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh
korban saat itu adalah pengobatan
dari tenaga kesehatan. Mahasiswa keperawatan bisa turutandil dalam aksi ini, baik
berkolaborasi dengan tenaga perawat atau puntenaga kesehatan profesional, ataupun juga
melakukan pengobatan bersama mahasiswa keperawatan lainnya secara cepat,
menyeluruh danmerata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun
bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnyasesuai dengan
profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuanMahasiswa keperawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi
korban bencana, dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk,
seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang danlain sebagainya. Pemberian bantuan
tersebut bisa dilakukan langsungoleh mahasiswa keperawatan secara langsung di lokasi
bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskandalam
kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuaikebutuhan yang di
butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidakakan ada lagi para korban yang tidak
mendapatkan bantuan tersebutdikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat
sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mentalPara korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologisakibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupakesedihan yang
mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidaksedikit trauma ini menimpa wanita, ibu
ibu, dan anak anak yang sedangdalam massa pertumbuhan. Sehinnga apabila hal ini terus
berkelanjutanmaka akan mengakibatkan stress berat dan gannguan mental bagi parakorban
bencana. Hal yang dibutukan dalam penanaganan situasi sepertiini adalah pemulihan
kesehatan mental yang dapat dilakukan olehmahasiswa keperawatan. Pada orang dewasa,
pemulihannya bisadilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan
keluhanyang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, carayang efektif
adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali,hal ini mengingat sifat lahiriah
anak anak yang berada pada
masa bermain. Mahasiswa keperawatan dapat memdirikan sebuah taman bermain, dimana
anak anak tersebut akan mendapatkan permainan,cerita lucu, dan lain sebagainnya.
Sehinnga kepercayaan diri merekaakan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakatKondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah
pasca bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibatmemburuknya
keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta bendayang mereka miliki. sehinnga
banyak diantara mereka yang patah arahdalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang
bisa menolongmembangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan
pemberdayaanmasyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat
menjadi bekal bagi mereka kelak. Mahasiswa keperawatan dapatmelakukan pelatihan
pelatihan keterampilan yang difasilitasi
dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga
diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencanaakan mampu membangun kehidupannya
kedepan lewat kemampuanyang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yangharus dimiliki oleh
seorang mahasiswa keperawatan, diantaranya:
a. Mahasiswa keperawatan harus memilki skill keperawatan
yang baik. Sebagai mahasiswa keperawatan yang akan memberikan pertolongan dalam
penanaganan bencana, haruslah mumpunyai dalam skill keperawatan, dengan bekal
tersebut mahasiswa akanmampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.
b.Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.Pemulihan daerah
bencana membutuhkan kepedulian dari setiapelemen masyarakat termasuk mahasiswa
keperawatan, kepeduliantersebut tercemin dari rasa empati dan mau berkontribusi
secaramaksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan jiwa dansemangat
kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban penderitaan korban bencana.
c. Mahasiswa keperawatan harus memahami managemen siaga bencanaKondisi siaga
bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segalhal yang terkait harus didasarkan
pada managemen yang baik,mengingat bencana datang secara tak terduga banyak hal
yang harusdipersiapkan dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukansalah
dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah bencana,mahasiswa keperawatan
dituntut untuk mampu memilki kesiapandalam situasi apapun jika terjadi bencana alam.
Segala hal yang berhubungan
dengan peralatan bantuan dan pertolongan medis harus bisa dikoordinir dengan baik dala
m waktu yang mendesak. Oleh karena itu mahasiswa keperawatan harus memahami
konsep siaga bencana.
J.INTERVENSI KRISIS

Tujuan intervensi krisis adalah resolusi, berfokus pada pemberian dukungan terhadap
individu sehingga individu mencapai tingakat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada
tingkat fungsi yang lebih tinggi, Selain itu juga untuk membantu individu memecahkan
masalah dan mendapatkan kembali keseimbangan emosionalnya.
Peran intervener adalah membantu individu dalam :
1. Menganalisa situasi yang penuh stress
2. Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian
3. Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan
4. Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan
5. Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas
6. Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance
Intervensi dilakukan dengan pendekatan proses perawatan yaitu melalui pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

K.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan yang diarahkan pada orang lain diri sendiri
2. Koping individu inefektif
3. Cemas
4. Gangguan proses pikir
5. Resiko bunuh diri
6. Harga diri rendah situasional
7. Koping keluarga inefektif
8. Post-trauma respons

L.Tatalaksana untuk Intervensi Krisis dan Bencana

Bencana dapat terjadi kapan pun dan dimana pun. Perawat tinggal dan bekerja dalam tatanan
dimana mereka sering melihat orang dalam krisis. Perawat di rumah sakit (hospitalizations)
dalam bentuk apapun merupakan siatuasi yang penuh dengan stress bagi klien dan keluarganya
dan merupakan faktor presipitasi krisis. Klien menjadi tergantung atau menarik diri atau
pasangan yang mengganggu staf keperawatan merupakan calon kadidat untuk intervensi krisis.
Diagnosis suatu penyakit, keterbatasan dalam beraktivitas, dan perubahan citra tubuh karena
tindakan pembedahan dapat dipandang sebagai kehilangan atau ancaman yang dapat
mencetuskan krisis situasional. Secara sederhana stress akbat tergantung pada perawat untuk
setiap kebutuhan dapat mencetuskan suatu krisis untuk klien yang dirawat inap. Unit gawat
darurat dan perawatan krisis selalu dibanjiri dengan kasus krisis. Seseorang dengan percobaan
bunuh diri, klien psikosomatik, penyintas serangan jantung mendadak, dan korban kriminalitas
serta kecelakaan merupakan kandidat untuk intervensi krisis. Jika perawat tidak dapat merawat
klien maka harus dilakukan rujukan.
Pada akhirnya, perawat diperawatan primer, puskesmas, rumah perawatan, sekolah, pusat
keschatan okupasi, fasiilitas perawat jangka panjang, dan perawat keschatan rumah juga dapat
menemukan klien dalam keadaan krisis, seperti klien yang mengalami depresi, ansietas, konflik
pernikahan, ide bunuh diri, penggunaan obat-obatan terlarang, dan respons traumatic. Itervensi
krisis dapat dimplementasikan pada tatanan apapun dan menjadi kompetensi keterampilan untuk
semua perawat, termasuk area spesialis.

Anda mungkin juga menyukai