Disusun Oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada kami. Sholawat
beserta salam juga kami haturkan kepada kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga kita
semua mendapat syafaat Beliau di Yaumil Akhir kelak. Amin ya Robbal ‘Alamin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Dalam Keperawatan II dan dengan judul makalah ini adalah “Pelayanan
Keperawatan Jiwa Pada Situasi Bencana”.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J selaku
dosen pengajar dan kepada teman-teman anggota kelompok yang sudah membantu dalam
penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih dapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai
pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
layak sebagaimana mestinya.
Makalah pelayanan keperawatan dalam keadaan bencana
A. Definisi bencana
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan definisi bencana Secara umum pengertian mengenai beberapa istilah
bencana dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.
b. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
c. Bencana Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic
dan wabah penyakit.
d. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
dan antar komunitas masyarakat serta terror.
A. Jenis-jenis bencana
a. Jenis-jenis bencana alam
Gempa bumi Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi yang disebabkan oleh tumbukan antarlempeng bui, patahan aktif, aktvitas gunung
api atau runtuhan batuan.
Erupsi gunung berapi Letusan gunung api atau gunung meletus adalah bagian dari
aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat
berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami
dan banjir lahar.
Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan.
Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
Tanah longsor Tanah longsor adalah salah satu gerakan massa tanah atau batuan, atau
gabungan keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng.
Banjir Banjir adalah peristiwa atau keadaan di mana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yan datang
secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai
pada alur sungai.
C. Fase-fase bencana
Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu
fase pre impact,impact,dan post impact
1. Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari bencana.Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan
dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.
2. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus berlanjut hingga tejadi
kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap respons
fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah (angry),tawar – menawar
(bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).
1. Permasalahan dalam penanggulangan bencana secara umum masyarakat Indonesia termasuk
aparat pemerintah didaerah memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti
berikut :
b) Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya
c) Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA
d) Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan
e) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya
Secara umum, upaya pengurangan risiko bencana dapat dilaksanakan melalui beberapa
langkah berikut:
5. Pengkajian potensi dan risiko bencana. Upaya ini merupakan sebuah pendekatan
untuk memperlihatkan potensi negatif yang mungkin timbul akibat suatu bencana
yang melanda. Hal ini perlu dilakukan secara sistematis dan akademis, sehingga
hasil kajian tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Hasil kajian akan menjadi
acuan dan berperan penting dalam menentukan kebijakan dasar dalam upaya
pengurangan risiko di suatu wilayah yang sistematis dan terencana. Pengkajian
ini tercakup di dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), yang terdapat
baik dalam lingkup nasional ataupun lingkup daerah kabupaten/kota.
G. Pencegahan Bencana
Perka BNPN No. 4 tahun 2008 membagi pasif dan aktif dalam tindakan pencegahan
bencana:
H. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana
Tujuan mitigasi
1. Mengurangi dampak yang ditimbulkan
2. Menjadi landasan untuk perencanaan pembangunan
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi risiko
bencana.
Waktu mitigasi bencana ,Kegiatan mitigasi bencana harus dilakukan pada saat 4 waktu:
1. Sebelum terjadi bencana: mitigasi dan kesiapsiagaan
2. Saat terjadi bencana: perlindungan dan evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
Selain itu, pada saat terjadi bencana, harus melakukan tanggap darurat bencana.
3. Tepat setelah terjadi bencana: pencarian dan penyelamatan korban
Pasca bencana: merupakan fase pemulihan dan rehabilitasi, baik secara fisik, psikologis,
dan sarana.
I.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan
dalam situasi tanggap bencana. Mahasiswa keperawatan tidak hanya dituntut memiliki
pengetahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan saja, Lebih dari itu,
kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini
diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa keperawatan untuk bisa terjun memberikan
pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat
tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan
dengan mahasiswa keperawata, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.
Tujuan intervensi krisis adalah resolusi, berfokus pada pemberian dukungan terhadap
individu sehingga individu mencapai tingakat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada
tingkat fungsi yang lebih tinggi, Selain itu juga untuk membantu individu memecahkan
masalah dan mendapatkan kembali keseimbangan emosionalnya.
Peran intervener adalah membantu individu dalam :
1. Menganalisa situasi yang penuh stress
2. Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian
3. Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan
4. Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan
5. Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas
6. Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance
Intervensi dilakukan dengan pendekatan proses perawatan yaitu melalui pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
K.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan yang diarahkan pada orang lain diri sendiri
2. Koping individu inefektif
3. Cemas
4. Gangguan proses pikir
5. Resiko bunuh diri
6. Harga diri rendah situasional
7. Koping keluarga inefektif
8. Post-trauma respons
Bencana dapat terjadi kapan pun dan dimana pun. Perawat tinggal dan bekerja dalam tatanan
dimana mereka sering melihat orang dalam krisis. Perawat di rumah sakit (hospitalizations)
dalam bentuk apapun merupakan siatuasi yang penuh dengan stress bagi klien dan keluarganya
dan merupakan faktor presipitasi krisis. Klien menjadi tergantung atau menarik diri atau
pasangan yang mengganggu staf keperawatan merupakan calon kadidat untuk intervensi krisis.
Diagnosis suatu penyakit, keterbatasan dalam beraktivitas, dan perubahan citra tubuh karena
tindakan pembedahan dapat dipandang sebagai kehilangan atau ancaman yang dapat
mencetuskan krisis situasional. Secara sederhana stress akbat tergantung pada perawat untuk
setiap kebutuhan dapat mencetuskan suatu krisis untuk klien yang dirawat inap. Unit gawat
darurat dan perawatan krisis selalu dibanjiri dengan kasus krisis. Seseorang dengan percobaan
bunuh diri, klien psikosomatik, penyintas serangan jantung mendadak, dan korban kriminalitas
serta kecelakaan merupakan kandidat untuk intervensi krisis. Jika perawat tidak dapat merawat
klien maka harus dilakukan rujukan.
Pada akhirnya, perawat diperawatan primer, puskesmas, rumah perawatan, sekolah, pusat
keschatan okupasi, fasiilitas perawat jangka panjang, dan perawat keschatan rumah juga dapat
menemukan klien dalam keadaan krisis, seperti klien yang mengalami depresi, ansietas, konflik
pernikahan, ide bunuh diri, penggunaan obat-obatan terlarang, dan respons traumatic. Itervensi
krisis dapat dimplementasikan pada tatanan apapun dan menjadi kompetensi keterampilan untuk
semua perawat, termasuk area spesialis.