propagandanya. Bermodalkan peralatan sederhana tak henti-hentinya dia mendengungkan bahwa kita harus peduli lingkungan. Baginya sederhana saja, indah dan bersih itu adalah sifat Allah karena itu kita harus mencintai keindahan dan kebersihan. Dialah pria berusia 69 tahun pensiunan PNS yang sehari-hari berkeliling kota untuk bersih-bersih. Senjatanya adalah sapu dan onthel yang dilengkapi atribut-atribut bertuliskan “PEDULI LINGKUNGAN”, “JAGALAH KEBERSIHAN." Tak lupa juga menyertakan sapu lidi, keranjang sampah, sekop sampah, linggis, tang, dan palu dan selalu menyematkan bendera merah putih kecil di sepedanya. Jadi setiap ia menyusuri Bandung, bendera kecil itu akan terkibas-kibas oleh angin. Suasana yang heroic sekali. Musuh utamanya adalah : SAMPAH. Menurutnya, kota ini tak lagi seindah dulu ketika pertama kali dia menginjakkan kaki, udaranya pun kian lama kian gerah. Sampah menumpuk di mana-mana. Bahkan tak sedikit ‘polusi visual’ yang disebabkan poster, spanduk, papan reklame yang ditempelkan sekenanya. Berdasarkan keinginannya untuk mengembalikan suasana kota ini ke masa yang bersih dulu maka seorang pria itu berinisiatif “membersihkan” kota ini. Dimulai dengan karya nyata dari diri sendiri untuk kemudian menularkan kecintaan akan kebersihan kepada orang lain. Setidaknya itulah harapannya, agar warga kota yang lain juga cinta kebersihan. Setiap hari ia berkeliling bersama senjata-senjata setianya menuju “medan perang pembersihan sampah.” Sesekali Pria itu juga berorasi mengenai pentingnya kebersihan lingkungan dengan menggunakan peralatan pengeras suara seadanya dan meneriakkan “ Ayo jaga kebersihan, ayo jaga lingkungan”.
ِ النَّظَافَةُ ِمنَ اإْل ْي َم
ان “Kebersihan adalah Sebagian dari Iman” Kepeduliannya yang begitu besar telah mencuri perhatian warga kota, walau tak semua ingat namanya. Namun jika diingatkan saja mengenai sosoknya ataupun mengenai cerita pekerjaannya sehari-hari warga kota biasanya akan manggut-manggut dan ingat. Kabar mengenai Pria juga sampai ke telinga para penyelenggara pemerintahan. Berbagai penghargaan sudah diberikan, namun tak membuat seorang pria berpuas diri, tetap saja bersih-bersih kota dilakukan setiap hari termasuk mencabuti paku-paku yang tertambat di pohon-pohon. Lama kelamaan, sosoknya bertransformasi menjadi salah satu ikon kota, banyak stasiun televisi lokal dan nasional yang menjadikannya profil dalam berita. Pada beberapa event yang diselenggarakan di kota seorang pria tak pernah ketinggalan diundang. Festival Braga dan Car Free Day merupakan panggung utamanya untuk memberikan inspirasi. Berseragam kuning lengkap dengan topi capingnya dan senyum sumringah setiap saat mulailah ia menggencarkan perjuangannya untuk kebersihan lingkungan kota. Dengan ramah dia akan melayani semua pertanyaan yang dihadapkan padanya termasuk menyanggupi permintaan “foto bareng”. Saya sendiri termasuk yang beruntung merasakan keramahan dan kebaikannya. Lebih membanggakan lagi ketika saya mengetahui bahwa kegiatan membersihkan kota, bukanlah kegiatan yang dilakukannya setelah pensiun, dulu ketika masih aktif sebagai PNS Pria itu selalu membagi waktu bekerja dan bersih-bersih ini. Bahkan ketika bulan puasa, Pria tua tak berhenti berkarya. Betapa sebuah pengabdian.
بني الدين على النظافة
“Agama dibangun di atas kebersihan”. Dalam era sekarang, dialah salah satu sosok pahlawan. Berjuang tanpa pamrih dan tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri. Karena yang disebut pahlawan adalah mereka-mereka yang rela berkorban untuk orang lain. Terimakasih Pria tua . Semoga warga kota ketularan semangat cinta akan kebersihannya.