PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ada banyak negara yang hendak menjajah Indonesia. Namun, tidak seperti
Belanda yang menjajah Indonesia selama sekitar 350 tahun. Para pejuang-pejuang tanah
air tak pernah pantang semangat menghalau Belanda, meski sejenak setelah kemerdekaan
Indonesia.??
Salah satunya adalah Lettu Suyitno. Lettu Suyitno merupakan salah satu
pahlawan lokal yang sangat berjasa bagi bangsa Indonesia terutama kota Bojonegoro,
sehingga dapat dikategorikan sebagai tokoh lokal yang memiliki nama besar. Lettu
Suyitno ini adalah salah satu tokoh nasional dari Bojonegoro yang berjuang melawan
Belanda dalam pertempuran di Palagan Temayang. Oleh sebab itu pemerintah daerah
Bojonegoro membangun monumen R.M. Soejitno Koesoemobroto sebagai bentuk
penghargaannya yang sudah berani dan mengorbankan dirinya dalam melawan penjajah
yang ada di kota minyak ini. Dengan berdirinya monumen tersebut pemerintah
Bojonegoro berharap agar seluruh generasi muda tau sosok R. M. Soejitno
Koesoemobroto serta mengerti betapa beratnya dalam mengusir penjajah.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terkait dengan latar belakang diatas yakni,
“Bagaimana lettu suyitno mengahalu kedatangan Belanda di Bojonegoro?”
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan menurut rumusan masalah yang terkait yakni untuk
mengetahui bagaimana Lettu Suyitno menghalau kedatangan Belanda di Bojonegoro.
4. Metodologi Penelitian
1. Heuristik
1) Sumber Primer
2. Kritik Sumber
Dalam bahasan kali ini kami mengangkat seorang tokoh nasional dari Bojonegoro
yang bernama Lettu Suyitno beliau seorang putra dari R.M.A.A. Koesoemobroto Bupati
Tuban ke-37 (1927-1944). Nama asli beliau adalah Letnan Satu (Anumerta) Raden Mas
Soejitno Koesoemobroto.
Pada 1 Januari 1949, pertahanan Kaliketek, yakni regu Sudarsi dihujani martir
dan menerima serangan lagi dari seberang Bengawan Solo. Setelah tak terdengar suara
tembakan, Sudarsi berangkat ke komando Batalyon untuk mengurus peralatan senjata
yang perlu diganti dan mengambil peluru tambahan untuk cadangan. Namun, Sudarsi
yang dalam perjalanan dari daerah pecinan Desa Karangpacar, tertembak dari atas loteng
sebuah rumah dan mengenai kepalanya. Karena lukanya yang parah itu, Sudarsi dibawa
ke rumah sakit dan gugur disana.
Bersamaan dengan itu, sebuah peluru ditembakkan dari pesawat. Pecahan peluru
mengenai Basuki Rahkmat pada pantatnya. Segera, perawatan diberikan dan diangkut ke
komando bataliyon di barat alun-alun dan selanjutnya dikirim ke luar kota untuk
menerima perawatan lanjutan.
Sore hari setelah peristiwa tersebut, Letnan Satu (Lettu) Suyitno, berangkat
menuju pertahanan di Kaliketek untuk menemui komandan pertahanan kota, Letnan Satu
Bambang Sumantri. Setelah mengetahui kondisi dan situasi kota keseluruhan, maka
kepada Suwolo beserta seksinya, malam hari untuk kembali menduduki Desa Glendeng.
Keesokan harinya, tanggal 15 Januari 1949, Sumantri dan Suyitno dikawal regu
Haryono, serta Sersan Nurwulan bintara kelompok komando kompi berangkat menyusul
Suwolo ke Glendeng. Sesampainya di Dukuh Ngangkatan, barat Glendeng, tampak di
seberang, kesibukan musuh, yakni Belanda sedang mengatur konstruksi jembatan untuk
dilewati melintasi Bengawan Solo. Lettu Suyitno bersama pejuang terus berusaha
mengahalau seadanya. Pada waktu itu, pejuang di sini hanya mempunyai empat senapan
mesin dengan alat seadanya seperti bambu runcing. Yang berbeda jauh di banding
pasukan marbrix dengan senjata lengkap. Memanfaatkan kondisi musuh, Suyitno
mengambil senapan mesin Lewis yang dibawa Harjono dan menembakkannya ke arah
tentara Belanda di seberang.
Esoknya, tanggal 16 Januari 1949, pasukan Belanda dengan tenaga pasukan yang
masih segar dan diperkuat kendaraan-kendaraan panser dan brencarrier serta dukungan
pesawat terbang, terjadi pertempuran-pertempuran kecil dan terpencar. Sehingga, Kota
Bojonegoro berhasil diduduki. Akibatnya, selain Lettu Suyitno yang gugur sebelumnya,
kemudian Sersan Sudarsi menyusul. Sedangkan Komandan Batliyon XVI mengalami
luka ringan, karena terkena senjata serta peralatan perang, juga banyak penduduk yang
menjadi korban dengan identitas yang tidak diketahui.
Serta berdirinya monumen tersebut telah diresmikan oleh Pandam VIII Brawijaya
Mayjen Wijoyo Suyono tepatnya pada tanggal 3 February 1975, dan bangunannya masih
terlihat kokoh dan kuat di bagian tengah taman kota . dan kini nama beliau juga d
abadikan menjadi nama sebuah jalan di Kabupaten Bojonegoro yaitu Jalan Lettu
Suyitno.