Anda di halaman 1dari 11

KISI-KISI SEJARAH PEMINATAN KELAS X IPS

1. Sifat Sumber Sejarah: Sumber primer dan sumber sekunder :


Sumber Primer Sumber Sekunder
Sumber primer disebut juga sumber utama Sumber sekunder disebut juga dengan sumber
atau sumber asli. Contoh sumber primer kedua. Contoh sumber sekunder tertulis
tertulis adalah arsip-arsip. Arsip dikatakan adalah surat kabar sumber yang ditulis oleh
sebagai sumber primer karena ditulis pada sejarawan berdasarkan sumber primer atau
saat terjadinya peristiwa yang dilaporkan. sumber yang bukan merupakan kesaksian
Dalam sumber lisan yang disebut sumber langsung pada periode sejarah yang diteliti
primer adalah informasi yang diberikan oleh sejarawan.
langsung oleh pelaku sejarah.
Sumber Primer adalah kesaksian dari Sumber Sekunder adalah sumber yang berisi
seorang saksi dengan mata kepala sendiri informasi yang tidak langsung atau bukan dari
atau dengan alat indera yang lain. pelaku maupun saksi mata.
Sumber Primer dihasilkan oleh orang pada
zaman yang sama dengan peristiwa yang
dikisahkan.
Contoh: Contoh:
Kerajaan Mataram Islam diteliti melalui Meneliti mengenai Kerajaan Mataram Islam
Babad Tanah Jawi. melalui Jurnal, Thesis, atau Disertasi para
peneliti/sejarawan.

2. Jenis Sumber Sejarah:


Sumber Terulis Sumber Lisan Sumber Benda
Sumber tertulis adalah Data atau sumber sejarah tidak Sumber benda disebut
keterangan tentang peristiwa semuanya ditulis. Banyak juga juga sebagai sumber
masa lalu yang disampaikan data atau sumber sejarah yang corporal , yaitu sumber
secara tertulis dengan tidak tertulis. Jenis data atau sejarah yang diperoleh
mengguakan media tulis sepeti sumber sejarah ini disebut dari peninggalan benda-
batu dan kertas. Sumber terulis sbagai data atau sumber lisan. benda kebudayaan,
dengan menggunakan batu Cara memperolehnya melalui misalnya, alat-alat atau
disebut prasasti. teknik wawancara kepada benda budaya, seperti
pelaku atau skasi sejarah. kapak, gerabah,
perhiasan, manik-manik,
Pelaku sejarah adalah orang candi, dan patung.
yang secara langsung terlibat Sebagian sumber benda
dalam peristiwa sejarah. ini terdapat di museum,
Sebagai contoh pelaku sejarah dan sebagiannya dapat
dalam perjuangan disaksikan langsung di
kemerdekaan, proklamasi lokasi, seperti Candi
kemerdekaan, peristiwa Prambanan, Candi
Gerakan 30 September 1965, Borobuduru, dan lain
ataupun peristiwa reformasi sebagainya.
pada tahun 1998.

Saksi sejarah ialah orang yang


mengetahui suatu peristiwa
Sumber Terulis Sumber Lisan Sumber Benda
sejarah, tetapi tidak terlibat
secara langsung. Misalnya
petani yang menyaksikan
pertempuran pada masa perang
kemerdekaan, atau masyarakat
sekitar tempat tinggal Presiden
Sekarno di jalan Pegangsaan
Timur yang menyaksikan
pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, atau orang-
orang yang menyaksikan
sekitar peristiwa Gerakan 30
September 1965 maupun
Reformasi tahun 1998.

Arsip Nasional Republik


Indonesia memiliki banyak
rekaman hasil wawancara
mereka terhadap pelaku
sejarah. Hasil wawancara itu
dapat dimanfaatkan untuk
pelajaran sumber lisan.
Kelebihan dari penelitian
sejarah lisan :
1) Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan adanya
komunikasi dari dua
arah/wawancara (antara
peneliti dengan tokoh)
sehingga jika ada hal yang
kurang jelas bisa langsung
ditanyakan pada nara
sumber.
2) Penulisan sejarah menjadi
lebih demokratis (terbuka)
karena memungkinkan
sejarawan untuk mencari
informasi dari semua
golongan masyarakat (baik
rakyat biasa sampai
pejabat)
3) Melengkapi kekurangan
data atau informasi yang
belum termuat dalam
sumber tertulis atau
Sumber Terulis Sumber Lisan Sumber Benda
dokumen.

3. Bentuk-Bentuk Sumber Sejarah


Sumber sejarah adalah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Jenis-jenis Sumber Sejarah:
1) Sumber Sejarah Zaman Pra-Aksara
a) Artefak: Benda hasil cipta manusia
b) Fosil: Sisa/bekas makhluk hidup yang membatu.
2) Sumber Sejarah Zaman Aksara
a) Sumber Tekstual (tertulis): buku, prasasti, dll.
b) Sumber Lisan: cerita dari mulut ke telinga, wawancara, dll.
c) Sumber Kebendaan dan Visual: candi, dll.
d) Sumber Audiovisual: video, film, dll.

4. Tipe Data dalam Penelitian Sejarah


1) Bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan objektif dengan
mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti (data) untuk
menetapkan fakta dan mencapai konklusi (kesimpulan) yang dapat dipertahankan.
2) Tipe-Tipe Data dalam Penelitian Sejarah
Peneliti sejarah berhadapan dengan 4 tipe data sejarah, yaitu:
a) sumber primer,
b) sumber sekunder;
c) rekaman berseri (running record);
d) recollection.
3) Running Records atau Rekaman Berjalan
Yaitu file atau dokumen statistik yang dipelihara oleh suatu organisasi atau kantor.
Misalnya kita bisa menemukan buku register di Kantor Urusan Agama yang merekam
data dari tahun 1950-an hingga sekarang. Buku Stambuk tanah (Letter C) di Kantor
kelurahan. Buku Directory Perguruan Tinggi di Dikti Kemendikbud.
4) Recollections
Yaitu penuturan atau tulisan orang tentang pengalaman masa lalunya atau kesaksian atas
suatu peristiwa di masa lalu berdasarkan ingatan belaka.
Contohnya adalah otobiografi, atau wawancara sejarah lisan.
Recollection mengandung kelemahan, karena ingatan orang itu terbatas dan karenanya
tidak semua pengalaman masa lalu dapat diingat seluruhnya.
Ada kemungkinan terdapat kesalahan, karena bias oleh masa sekarang, atau bias
kepentingan. Misalnya seorang tapol PKI, dia akan menutup-nutupi kesaksian tertentu,
atau pengalaman tertentu, mengingat sampai sekarang orang PKI masih berkonotasi
negatif dalam masyarakat kita.

5. ARSIP
1) Berasal dari kata Yunani Arche yang berarti permulaan. Kemudian dalam bahasa latinnya
disebut archivium (tempat untuk menyimpan)
2) Menurut Pasal 1 UU Nomor 7 tahun 1971, yang dimaksud dengan Arsip adalah: a)
Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembaga Negara dan badan-
badan pemerintah dalam bentuk dan corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun
berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah. b) Naskah-naskah yang
dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta dan atau perorangan dalam bentuk corak
apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan
kegiatan kebangsaan.

6. Fakta Sejarah
1) Dalam sejarah, terdapat Fakta sejarah yang benar benar terjadi, 1 Fakta, dapat
melahirkan Jutaan Narasi sejarah.
2) Fakta : keadaan yang sebenarnya, kebenaran, kenyataan.
3) Fakta Sejarah: kejadian yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa sejarah.
4) Fakta adalah hasil dari seleksi data yang terpilih. Fakta menunjukkan terjadinya suatu
peristiwa di masa lampau. Fakta berasal dari bahasa latin, factus dan facerel, yang artinya
selesai atau mengerjakan. Fakta sejarah adalah fakta – fakta yang berhubungan langsung
dengan peristiwa sejarah yang kita teliti. F. J. Tigger mendefinisikan fakta adalah sebagai
hasil penyelidikan secara kritis yang ditarik dari sumber – sumber dokumenter (Sidi
Gazalba, 1981).
Sementara Louis Gottchalk mengartikan fakta sebagai suatu unsur yang dijabarkan
secara langsung atau tidak langsung dari sumber sejarah yang dipandang kredibel, setelah
diuji secara seksama dengan metode sejarah. Dari pandangan sejarah itu menunjukkan
bahwa fakta dalam sejarah adalah rumusan atau kesimpulan yang diambil dari sumber
sejarah atau dokumen. Fakta sejarah dibagi menjadi fakta lunak, fakta keras, inferensi dan
opini.
a) Fakta Lunak
Fakta lunak merupakan fakta yang masih perlu dibuktikan dengan dukungan fakta –
fakta lain. Para sejarawan melalui penelitian sumber – sumber sejarah mencoba
mengolah sehingga bisa dimengerti. Tetapi bisa saja bahwa apa yang dianggap
sebagai fakta belum tentu diterima oleh orang lain, sehingga tidak jarang masih
mengundang perdebatan. Contohnya peristiwa supersemar merupakan fakta lunak
karena masih dalam perdebatan.
b) Fakta Keras
Fakta keras adalah fakta – fakta yang biasanya sudah diterima sebagai sesuatu
peristiwa yang benar, yang tidak lagi diperdebatkan. Fakta ini sering disebut “fakta
keras”, fakta yang sudah mapan (established) dan tidak mungkin dipalsukan lagi.
Contohnya peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan faakta yang tidak bisa
diubah lagi.
c) Inferensi
Inferensi merupakan ide – ide sebagai benang merah yang menjembatani antara fakta
yang satu dengan fakta yang lain. Ide atau gagasan ini dapat dimasukkan dalam
kategori fakta, tetapi masih cukup lemah. Karena inferensi tidak lebih dari suatu
pertimbangan logis yang menjelaskan pertalian antara fakta – fakta.
d) Opini
Opini mirip dengan inferensi, tetapi opini ini lebih bersifat pendapat
pribadi/perorangan. Karena pendapat pribadi maka tidak didasarkan pada konsideran
(pertimbangan) umum. Sedangkan salah satu bentuk informasi sejarah, opini
merupakan penilaian (value judgment) atau sangkaan pribadi.
5) Menurut bentuknya: a) Fakta Mental: fakta yang masih ada dalam pikiran manusia,
berupa ingatan atau kenangan, b) Fakta Sosial: kondisi yang menggambarkan keadaan
sosial, c) Artefak: Artefak adalah semua benda baik secara keseluruhan atau sebagian
hasil garapan tangan manusia, contohnya candi, patung, dan perkakas.

7. Jenis-jenis penelitian Sejarah


Penelitian Sejarah Penelitian Sejarah Penelitian Sejarah Penelitian Sejarah
Komparatif Yurisdis Biografis Bibliografis
Penelitian sejarah Penelitian sejarah Penelitian sejarah Penelitian sejarah
komparatif Yurisdis merupakan biografis merupakan bibliografis
merupakan penelitian penelitian penelitian merupakan
menggunakan metode menggunakan menggunakan penelitian
sejarah yang metode sejarah yang metode sejarah yang menggunakan
digunakan untuk digunakan untuk digunakan untuk metode sejarah yang
membandingkan menyelidiki hal-hal meneliti kehidupan digunakan untuk
(compare) faktor- yang menyangkut seseorang dan mencari,
faktor dari fenomena- dengan hukum pada hubungannya dengan menganalisis,
fenomena sejenis masa lalu. masyarakat. membuat
pada suatu periode interpretasi serta
masa lampau. membuat
generalisasi dari
fakta-fakta yang
merupakan
pendapat para ahli
dalam suatu masalah
atau suatu organisasi.
Penelitian ini
mencakup hasil
pemikiran dan ide
yang telah ditulis
oleh pemikir-pemikir
dan ahli-ahli.

8. Langkah-Langkah Penelitian Sejarah (LENGKAP)


1) Mencari Topik
Sebelum memulai sebuah penelitian, tentu pertama kali yang harus kita lakukan adalah
memilih dan menetapkan topik. Topik ini harus layak untuk dijadikan penelitian dan
usahakan bukan duplikasi dari penelitian lain.
Tujuannya apa?
Tujuan pemilihan topik ini supaya nantinya penelitian kita itu lebih terarah dan fokus
pada masalah-masalahnya. Nah untuk menemukan masalah-masalah tersebut bisa
menggunakan :
What? Who? Where? When? Why? How?
Apa Siapa saja Yang mau When di sini Menunjuk Menunjukan
yang yang akan kamu teliti? berarti: kapan keterkaitan bagaimana
akan kamu teliti? yang sebab peristiwa
kamu menyangkut akibat sejarah itu
teliti? waktu. peristiwa. bisa terjadi
Contohnya di masa
What? Who? Where? When? Why? How?
adalah lampau.
suatu sebab
peristiwa
itu sendiri
dan apa
menjadi
akibat dari
sebab yang
ditimbulkan
dalam suatu
peristiwa
sejarah
Contoh Meskipun Dalam ciri dari
kamu pertanyaan ini langkah-langkah
meneliti digunakan penelitian
sejarah untuk sejarah yang
rumah tua melakukan bagus, ialah
yang penelitian adanya konteks
angker. sejarah, namun waktu. Contoh
Kamu kalau dilihat saja kalau ada
harus dari ciri data perubahan
mencari disiplin ilmu sosial di kota
orang yang sejarah ini bisa pada tahun
terlibat menjadi aspek 2006-2017.
dalam spasial atau
rumah itu, kekurangannya. Penetapan
entah juru Spasial yang waktu ini harus
kunci, dimaksud dini dipertimbangkan
masyarakat sini ialah dengan data
setempat, berupa tempat. akademis.
ketua RT Jadi tempat
dan lain atau geografis
sebagainya. yang akan kita
teliti harus jelas Dari pertanyaan
secara real. diatas, nanti
akan
mengarahkan
kita mencari
sumber yang
akan dijadikan
sebagai bahan
penelitian.
2) Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan. Jadi yang
dimaksud dengan langkah heuristik adalah tahap untuk mencari, menemukan, serta
mengumpulkan sumber-sumber atau berbagai data yang relevan dengan topik penelitian,
guna untuk mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau.
Untuk menemukan sumber tersebut seorang sejarawan harus bisa mencarinya di
berbagai dokumen dengan :
a) menggunakan metode kepustakaan atau arsip nasional
b) bisa juga sejarawan mengunjungi situs sejarah
c) melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan
lengkap juga dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran.
Sejarah yang terjadi pada masa lalu memiliki begitu banyak periode dan bagian
(seperti politik, ekonomi, social, dan budaya) sehingga memiliki sumber data yang
beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.
Dokumen dokumen yang berhasil dikumpulkan merupakan data yang sangat
berharga. Dokumen tersebut yang digunakan sebagai dasar untuk menelusuri peristiwa
peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lalu.
Menurut sifatnya sumber sejarah terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Sumber sejarah primer
Sumber primer adalah sumber asli atau sumber yang dibuat pada saat peristiwa
terjadi, atau yang dibuat oleh tangan pertama, misalnya seperti dokumen laporan
kolonial.
b) Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber
utamanya, atau yang dibuat oleh tangan atau pihak kedua seperti buku, skripsi, dan
tesis.
Jika sumber tertulis yang didapat dibuat sezaman dan setempat dengan kejadian
sejarah tersebut biasanya memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, sedangkan sumber
tertulis yang dibuat tidak sezaman dan tidak setempat lebih memerlukan kejelian para
penelitinya.
Dan untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata
dari suatu kejadian.
Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa
sejarah tersebut tidak dapat dijadikan narasumber lisan.
3) Verifikasi atau kritik
Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah
memiliki arti pemeriksaan atau pengujian terhadap kebenaran laporan tentang suatu
peristiwa sejarah.
Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut pada 2 aspek, yaitu :
a) aspek ekstern
b) aspek intern
Aspek ekstern membahas mengenai apakah sumber itu asli atau palsu sehingga
sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, seperti
waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen.
Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat
memberikan informasi yang diperlukan, misalnya berupa proses analisis terhadap suatu
dokumen.
Aspek ekstern harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
a) Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?
b) Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
c) Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (integritas)?
Setelah mendapat kepastian bahwa sumber itu adalah sumber yang benar diperlukan
dalam bentuk asli dan masih utuh, kemudian dilakukan kritik intern.
Kritik intern dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung dalam
sumber dapat dipercaya.
Kritik ini dilakukan dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan
membandingkan kesaksian-kesaksian dari berbagai sumber.
Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik pertama adalah menentukan sifat
sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal).
Dalam penelitian sejarah, sumber yang tidak resmi/informal dinilai lebih berharga
daripada sumber resmi karena sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca
orang banyak (untuk kalangan bebas). Dengan demikian isinya pada umumnya lebih
bersifat apa adanya, terus terang, tidak banyak yang disembunyikan, dan objektif.
Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik kedua adalah menyoroti penulis
sumber tersebut sebab dia yang memberikan informasi yang dibutuhkan.
Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu,
harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan harus dapat menjelaskan mengapa ia
menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan karena ia
berkepentingan di dalamnya.
Langkah ketiga dalam penelitian sejarah intrinsik ketiga adalah membandingkan
kesaksian dari berbagai sumber.
Hal ini dilakukan dengan menyejajarkan kesaksian para saksi yang tidak
berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh
menjadi lebih objektif.
Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern
maupun ekstern, dianggap sebagai fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang
dianggap benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai
sumber-sumber yang terpilih.
4) Interpretasi
Setelah di verifikasi, data lalu di interpretasi. Interpretasi adalah menafsirkan fakta
sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk
akal. Interpretasi dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa
atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Interpretasi yang dimaksud
dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai
suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal.
Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga
berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu
kesatuan yang masuk akal.
Bagi kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang
objektif, harus dihindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya cenderung
bersifat subjektif.
Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para akademisi juga dituntut
untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan.
Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta
dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik
yang ada dan mendukung kebenaran sejarah.
5) Historiografi
Historiografi berasal dari bahasa latin historiographia : historia berarti sejarah, narasi ;
dan graphia berarti penulisan.
Pada tahap historiograpi, fakta-fakta yang telah dikumpulkan, dikritik, dan
diinterpretasi kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang logis, sistematis, dan
bermakna. Menulis cerita sejarah bukan sekedar menyusun dan merangkai fakta-fakta
hasil penelitian tetapi juga menyampaikan ide, gagasan, serta emosi kita melalui
interpretasi sejarah. Oleh karena itu dibutuhkan kecakapan dan kemahiran dalam
menulis.
Dewasa ini, ada tuntutan baru agar historiograpi lebih dari sekedar narasi peristiwa,
kendati narasi peristiwa tetap dianggap sebagai tuntutan minimal asalkan lengkap dan
komprehensif.
Menurut sifatnya, terdapat dua model penulisan historiografi, yaitu :
1. Historigrafi diskriptif-naratif, yaitu penulisan sejarah hanya berisi barasi
kronologisfakta peristiwa yang telah diinterpretasikan tanpa ada suatu analisis yang
lebih mendalam terhadap peristiwa tersebut. Jadi model ini bersifat informatif.
Menurut R.Moh.Ali, dalam model penulisan diskriptif-naratif ini, rangkaian kejadian
dan peristiwa dibuat berjajar dan berderet-deret (kronologis) tanpa menjelaskan latar
belakangnya, kesalingterkaitan peristiwa, serta hubungan sebab akibat di antaranya.
2. Historiografi deskriptif-eksplanatif atau deskritif-argumentatif, yaitu narasi
peristiwa diberi bobot tambahan, yaitu analisis peristiwa. Analisis itu terutama
berfokus pada hubungan sebab akibat (kausalias) serta dampak peristiwa bagi
generasi pada peristiwa itu terjadi serta bagi generasi setelahnya.
Untuk menambah ketajaman dan bobot analisis sejarah, dewasa ini pendekatan
interdisipliner yang melibatkan ilmu-ilmu sosial sangat diperlukan. Pendekatan ini
terutama untuk penelitan serta model penulisan sejarah diskriptif-eksplanasi. Ilmu-ilmu
sosial itu diantaranya sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi, dan demografi.
Penggunaan ilmu-ilmu sosial ini hanya sebagai ilmu bantu dalam rangka
mempertajam analisis bukan untuk dijadikan sejarah sebagia ilmu sosial. Sebab tidak
seperti ilmu-ilmu sosial,peristiwa sejarah itu bersifat diakronis (memanjang dalam waktu
atau bekesinambungan dan dalam ruang yang terbatas atau sempit) dan idiografis (unik).
Bedasarkan cakupan temanya, para sejarawan membagi historigrafi menjadi :
1. Historiografi sejarah dunia, yaitu suatu peristiwa yang terjadi dapat mempengaruhi
perkembangan dunia internasional. Misalnya, karya yang berjudul From World to
Cold War.;Churchill, Roosevelt, and the Internastional History of the 1940’s, karya
David Reynolds.
2. Historiografi Sejarah regional, yaitu suatu peristiwa yang dapat dirasakan oleh
kawasan tertentu, atau suatu peristiwa yang terjadi dapat mempengaruhi
perkembangan di wilayah tertentu.contoh, historiografi yang berjudul Asia Tenggara
dalam Kurun Waktu 1450-1680, oleh ASnthoni Reid.
3. Historiografi sejarah nasional, yaitu sejarah yang dapat dirasakan oleh suatu negara
atau dapat mempengaruhi tatanan kehidupan bangsa dan negara. Contoh, historiografi
karya M.C. Ricklefs yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia Modern 1200-2008.
4. Historiografi Sejarah lokal, yaitu peristiwa yang terjadi hanya berpengaruh pada suatu
daerah tertentu saja dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Conoth, historiografi
karya Robert B. Cribb yang berjudul Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949.

Selanjutnya, perkembangan historiografi di Indonesia dibagi menjadi:


1. Historiografi tradisional,
Historiografi tradisonal adalah tradisi penulisan sejarah setelah masyarakat Indonesia
mengenal tulisan,baik pada zaman Hindu dan Budha maupun Islam. Hasil tulisan
sejarah pada masa itu disebut naskah. Contoh historiografi tradisional adalah Babad
Tanah Jawi, Babad Kraton, Babad Diponegoro, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-
Raja Pasai, Hikayat Silsilah Raja Perak, Hikayat Tanah Hitu, dan Kronik
Banjarmasin. Adapun sifat-sifat penulisan historiografi tradisional adalah :
a) Istana sentris, yaitu penulisan sejarah untuk kepentingan kerajaan (raja dan
keluarganya) yang dominan ditampilkan atau dituliskan. Kehidupan yang
digambarkan seolah-olah hanya untuk kalangan istana dan sekitarnya.
Kebanyakan historiografi tradisional kuat dalam silsilah tetapi lemah dalam hal
kronologis dan detail-detail biografi.
b) Feodalisme sentris, yaitu penulisan yang menggambarkan kehidupan para
bangsawan feodal, tidak membicarakan peran masyarakat, segi-segi sosial, dan
ekonomi dari rakyatnya
c) Religi magis, yaitu penulisan sejarah yang dihubungkan dengan kepercayaan dan
hal-hal yang gaib
d) Tidak membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata
e) Sumber datanya sulit ditelusuri kembali bahkan terkadang mustahil untuk
dibuktikan
f) Besifat region sentris (kedaerahan) , yaitu penulisan sejarah banyak dipengaruhi
oleh factor kedaerahan. Misal tentang cerita gaib dan magic yang terjadi di
daerah itu
g) Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kolonial yang
tinggi, bertuah dan sakti
Tujuan penulisan sejarah tradisional adalah untuk menghormati dan meninggikan
kedudukan raja.

2. Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah warisan para penjajah. Penulisan
peristiwa dilakukan untuk kepentingan kolonial. Penulisan, lebih menjolkan peran
bangsa Belanda serta memberi tekanan pada aspek politik dan ekonomi. Kata-kata
yang mereka gunakan sangat merugikan bangsa Indonesia, misal untuk menyebut
perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan kata pemberontak. Berikut
ciri-ciri historiografi kolonial:
a) Bersifat mitologis
b) Mengangung-agungkan peran orang-orang Belanda, semua peristiwa dilihat dari
sudut pandang bangsa kolonial.
c) Mengabaikan sumber lokal
d) Bersifat diksriminatif
e) Bersifat Eropasentris, yaitu menceritakan aktivitas bangsa-bangsa Eropa-Belanda
di Hindia-Belanda.
f) Meninggikan kehebatan bangsa kolonial dengan tujuan melemahkan semangat
perjuangan rakyat Indonesia
Contoh historiografi kolonial; Beknopt Leerboek Gerschiedenis van Nederlandsch
Oos Indie Karya A.J.Eijkman dan F.W. Stapel, Schets eener Economische
Geschiedenis van Bederlands-Indie karya G.Gonggrijp, Geschiedenis ban den
Indischen Archipel karya B.H.M. Vlekke, Geschiedenis van Indonesie karya H.J. de
Graaf, dan History of Java (1817) karya Thomas S. Raffles.

3. Historiografi Modern
Historiografi modern muncul akibat tuntutan ketepatan teknik untuk mendapatkan
fakta-fakta sejarah. Fakta sejarah didapat melalui penetapan metode penelitian,
memakai ilmu-ilmu bantu, adanya teknik pengarsipan, dan rekonstruksi melalui
sejarah lisan. Masa ini dimulai dengan munculnya studi sejarah kritis, yang
menggunakan prinsip- prinsip metode penelitian sejarah. Contoh historiografi modern
adalah Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo dan
Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.
Historiografi modern tentunya berkembang sesuai dengan zaman.
Historiografi masa kini sudah semakin objektif dan kritis terhadap satu peristiwa
sejarah. Adapun ciri-cirinya adalah:
a) Bersifat metodologis: sejarawan diwajibkan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
b) Bersifat kritis historis: artinya dalam penelitian sejarah menggunakan pendekatan
multidimensional.
c) Sebagai kritik terhadap historiografi nasional: lahir sebagai kritik terhadap
historiografi nasional yang dianggap memiliki kecenderungan menghilangkan
unsur asing dalam proses pembentukan keindonesiaan.
d) Munculnya peran-peran rakyat kecil
Meskipun demikian, historiografi modern tidak lepas dari berbagai kelebihan dan
kekurangan, seperti:

Anda mungkin juga menyukai