5. ARSIP
1) Berasal dari kata Yunani Arche yang berarti permulaan. Kemudian dalam bahasa latinnya
disebut archivium (tempat untuk menyimpan)
2) Menurut Pasal 1 UU Nomor 7 tahun 1971, yang dimaksud dengan Arsip adalah: a)
Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembaga Negara dan badan-
badan pemerintah dalam bentuk dan corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun
berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah. b) Naskah-naskah yang
dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta dan atau perorangan dalam bentuk corak
apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan
kegiatan kebangsaan.
6. Fakta Sejarah
1) Dalam sejarah, terdapat Fakta sejarah yang benar benar terjadi, 1 Fakta, dapat
melahirkan Jutaan Narasi sejarah.
2) Fakta : keadaan yang sebenarnya, kebenaran, kenyataan.
3) Fakta Sejarah: kejadian yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa sejarah.
4) Fakta adalah hasil dari seleksi data yang terpilih. Fakta menunjukkan terjadinya suatu
peristiwa di masa lampau. Fakta berasal dari bahasa latin, factus dan facerel, yang artinya
selesai atau mengerjakan. Fakta sejarah adalah fakta – fakta yang berhubungan langsung
dengan peristiwa sejarah yang kita teliti. F. J. Tigger mendefinisikan fakta adalah sebagai
hasil penyelidikan secara kritis yang ditarik dari sumber – sumber dokumenter (Sidi
Gazalba, 1981).
Sementara Louis Gottchalk mengartikan fakta sebagai suatu unsur yang dijabarkan
secara langsung atau tidak langsung dari sumber sejarah yang dipandang kredibel, setelah
diuji secara seksama dengan metode sejarah. Dari pandangan sejarah itu menunjukkan
bahwa fakta dalam sejarah adalah rumusan atau kesimpulan yang diambil dari sumber
sejarah atau dokumen. Fakta sejarah dibagi menjadi fakta lunak, fakta keras, inferensi dan
opini.
a) Fakta Lunak
Fakta lunak merupakan fakta yang masih perlu dibuktikan dengan dukungan fakta –
fakta lain. Para sejarawan melalui penelitian sumber – sumber sejarah mencoba
mengolah sehingga bisa dimengerti. Tetapi bisa saja bahwa apa yang dianggap
sebagai fakta belum tentu diterima oleh orang lain, sehingga tidak jarang masih
mengundang perdebatan. Contohnya peristiwa supersemar merupakan fakta lunak
karena masih dalam perdebatan.
b) Fakta Keras
Fakta keras adalah fakta – fakta yang biasanya sudah diterima sebagai sesuatu
peristiwa yang benar, yang tidak lagi diperdebatkan. Fakta ini sering disebut “fakta
keras”, fakta yang sudah mapan (established) dan tidak mungkin dipalsukan lagi.
Contohnya peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan faakta yang tidak bisa
diubah lagi.
c) Inferensi
Inferensi merupakan ide – ide sebagai benang merah yang menjembatani antara fakta
yang satu dengan fakta yang lain. Ide atau gagasan ini dapat dimasukkan dalam
kategori fakta, tetapi masih cukup lemah. Karena inferensi tidak lebih dari suatu
pertimbangan logis yang menjelaskan pertalian antara fakta – fakta.
d) Opini
Opini mirip dengan inferensi, tetapi opini ini lebih bersifat pendapat
pribadi/perorangan. Karena pendapat pribadi maka tidak didasarkan pada konsideran
(pertimbangan) umum. Sedangkan salah satu bentuk informasi sejarah, opini
merupakan penilaian (value judgment) atau sangkaan pribadi.
5) Menurut bentuknya: a) Fakta Mental: fakta yang masih ada dalam pikiran manusia,
berupa ingatan atau kenangan, b) Fakta Sosial: kondisi yang menggambarkan keadaan
sosial, c) Artefak: Artefak adalah semua benda baik secara keseluruhan atau sebagian
hasil garapan tangan manusia, contohnya candi, patung, dan perkakas.
2. Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah warisan para penjajah. Penulisan
peristiwa dilakukan untuk kepentingan kolonial. Penulisan, lebih menjolkan peran
bangsa Belanda serta memberi tekanan pada aspek politik dan ekonomi. Kata-kata
yang mereka gunakan sangat merugikan bangsa Indonesia, misal untuk menyebut
perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan kata pemberontak. Berikut
ciri-ciri historiografi kolonial:
a) Bersifat mitologis
b) Mengangung-agungkan peran orang-orang Belanda, semua peristiwa dilihat dari
sudut pandang bangsa kolonial.
c) Mengabaikan sumber lokal
d) Bersifat diksriminatif
e) Bersifat Eropasentris, yaitu menceritakan aktivitas bangsa-bangsa Eropa-Belanda
di Hindia-Belanda.
f) Meninggikan kehebatan bangsa kolonial dengan tujuan melemahkan semangat
perjuangan rakyat Indonesia
Contoh historiografi kolonial; Beknopt Leerboek Gerschiedenis van Nederlandsch
Oos Indie Karya A.J.Eijkman dan F.W. Stapel, Schets eener Economische
Geschiedenis van Bederlands-Indie karya G.Gonggrijp, Geschiedenis ban den
Indischen Archipel karya B.H.M. Vlekke, Geschiedenis van Indonesie karya H.J. de
Graaf, dan History of Java (1817) karya Thomas S. Raffles.
3. Historiografi Modern
Historiografi modern muncul akibat tuntutan ketepatan teknik untuk mendapatkan
fakta-fakta sejarah. Fakta sejarah didapat melalui penetapan metode penelitian,
memakai ilmu-ilmu bantu, adanya teknik pengarsipan, dan rekonstruksi melalui
sejarah lisan. Masa ini dimulai dengan munculnya studi sejarah kritis, yang
menggunakan prinsip- prinsip metode penelitian sejarah. Contoh historiografi modern
adalah Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo dan
Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.
Historiografi modern tentunya berkembang sesuai dengan zaman.
Historiografi masa kini sudah semakin objektif dan kritis terhadap satu peristiwa
sejarah. Adapun ciri-cirinya adalah:
a) Bersifat metodologis: sejarawan diwajibkan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
b) Bersifat kritis historis: artinya dalam penelitian sejarah menggunakan pendekatan
multidimensional.
c) Sebagai kritik terhadap historiografi nasional: lahir sebagai kritik terhadap
historiografi nasional yang dianggap memiliki kecenderungan menghilangkan
unsur asing dalam proses pembentukan keindonesiaan.
d) Munculnya peran-peran rakyat kecil
Meskipun demikian, historiografi modern tidak lepas dari berbagai kelebihan dan
kekurangan, seperti: