Anda di halaman 1dari 40

Pengertian Sejarah

Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan
peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan itu disebut sumber
sejarah.

Dalam bahasa Inggris, kata sejarah disebut history, artinya masa lampau; masa lampau umat
manusia.

Dalam bahasa Arab, sejarah disebut sajaratun (syajaroh), artinya pohon dan keturunan. Jika
kita membaca silsilah raja-raja akan tampak seperti gambar pohon dari sederhana dan
berkembang menjadi besar, maka sejarah dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja yang
berarti peristiwa pemerintahan keluarga raja pada masa lampau.

Dalam bahasa Yunani, kata sejarah disebut istoria, yang berarti belajar. Jadi, sejarah adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa
lampau dalam kehidupan umat manusia.
Dalam bahasa Jerman, kata sejarah disebut geschichte yang artinya sesuatu yang telah
terjadi, sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Adapun
menurut Sartono Kartodirdjo, sejarah adalah rekonstruksi masa lampau atau kejadian yang
terjadi pada masa lampau.

Ada tiga aspek dalam sejarah, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Masa lampau dijadikan titik tolak untuk masa yang akan datang sehingga sejarah
mengandung pelajaran tentang nilai dan moral.
Pada masa kini, sejarah akan dapat dipahami oleh generasi penerus dari masyarakat yang
terdahulu sebagai suatu cermin untuk menuju kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Peristiwa yang terjadi pada masa lampau akan memberi kita gambaran tentang kehidupan
manusia dan kebudayaannya di masa lampau sehingga dapat merumuskan hubungan sebab
akibat mengapa suatu peristiwa dapat terjadi dalam kehidupan tersebut, walaupun belum
tentu setiap peristiwa atau kejadian akan tercatat dalam sejarah.

Sejarah terus berkesinambungan sehingga merupakan rentang peristiwa yang panjang. Oleh
karena itu, sejarah mencakup

masa lalu yang dilukiskan berdasarkan urutan waktu (kronologis);

ada hubungannya dengan sebab akibat;

kebenarannya bersifat subjektif sebab masih perladanya penelitian lebih lanjut untuk mencari
kebenaran yang hakiki;

peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masakini, dan masa yang akan dating
Sumber-sumber sejarah dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Sumber tertulis (dokumen)


Keterangan dalam bentuk laporan tertulis yang memuat fakta-fakta sejarah secara
jelas. Biasanya terdapat dalm buku harian, arsip notule, resolusi, naskah perjanjian dll.
contohnya pada peristiwa arsip nasional kerajaan belan menyimpan dokumen selama
dengan konfilk belanda.
2. Sumber lisan (Oral)
Merupakan sumber tradisional, cerita sejarah yang hidup ditengah masyarakat,
diceritakan dari mulut kemulut. Dapat dialkukan dengan wawancara.
3. Benda peninggalan (artefak)
Segala keterangan yang dapat diperoleh dari benda-benda tertentu atau benda
peninggalan yang sering disebut benda purbakala/kuno. Contohnya letkol Soeharato
pada tahun 19940. Membangun gerobak keris, baju abdi dalem dll, hal ini
membuktikan kekuasaan soeharto saat itu.
4. Sumber kuantitatif (perhitungan)
Biasanya digunakan untuk meneliti perokonomian saat itu. Contohnya, pada masa
yogya sedang menghadapi penduduk belanda, harga beras, ketela dll. Hal ini
membuktikan secara kuantitatif dapat diperhitungkan beberapa persedian beras untuk
kota dll.

Ditinjau dari wujudnya, secara umum sumber sejarah dibedakan menjadi dua,
yaitu, sumber primer dan sumber sekunder.

1.Sumber primer
Yaitu sumber yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang diceritakan. Atau saksi
dengan mata kepala sendiri bisa juga saksi panca indra yang lain, dan alat-alat yang
canggih(tape, recorder,photo,kamer dll), terlibat langsung. Sumber primer ini dapat
berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah (sumber lisan), dokumen-dokumen,
naskah perjanjian, arsip (sumber tertulis), dan benda atau bangunan sejarah atau
benda-benda arkeologi (sumber benda).

2.Sumber sekunder
Yaitu kesaksian dari siapa pun yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni
orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Disamping berupa kesaksian
dari orang yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa sejarah, yang termasuk dalam
sumber sekunder lainnya adalah buku-buku tangan kedua dari penulis sejarah lain.

Bukti Sejarah
1. Bukti tertulis
Bukti tertulis mirip dengan sumber tertulis pada sumber sejarah yang memuat fakta-
fakta sejarah secara jelas, berwujud benda yang kongkret.seperti benda-benda yang
ada atau peninggalan.
2. Bukti tidak tertulis
Bukti tidak tertulis mengandung unsur-unsur sejarah. bukti tidak tertulis dapat berupa
cerita atau tradisi.

Beberapa tempat untuk mencari sumber-sumber sejarah:


Museum: tempat untuk menyimpan benda-bendakuno untuk bahan-bahan yang tidak
terdapat dalam buku bahan bersifat arkeologis, epigrafis, dan numistis.
Perpustakaan: tempat untuk menyimpan dan bacaan buku-buku usaha mendapatkan
keterangan mengenai subyek sejarah juga keterangan emnjadi pengarah.
Arsip Negara: tempat menyimpan dokumen-dokumen resmi
Arsip: tempat menyimpan informasi subyek sejarah misalnya dokumen pribadi
antiquary, kantor-kantor pemerintah, perusahaan dan sbg.

Kritik sumber (vertivikasi,otentitas, valliditas)


Dokumen disebut terpecaya jika setelah dilakukan uji ulang hasilnya sama. Otentitas
sumber bukan hanya berlaku bagi dokumen tetappai juga berlaku bagi sumber-sumber
lainnya. Keaslian ini biasanya diburu oleh peneliti sajarah atas otentitas dan valid
tidaknya factor dalam dan luar.

E. Sumber-sumber sejarah dapat dibantu dengan ilmu lain seperti, ilmu purbakala
(arkeologi), ilmu tulisan kuno (paleografi), ilmu hitung waktu (kronologi), ilmu mata
uang (numismatik), ilmu keturunan(genelogi) dll. Ilmu social yang perlu dipelajari
seperti, geografi, antropologi, ekonomi, hokum dan sbg.

Ruang Lingkup Sejarah

Ruang Lingkup sejarah mencakup empat hal yaitu sejarah sebagai peristiwa, sejarah
sebagai kisah, sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai seni. Bagaimana penjabaran ruang
lingkup sejarah ini?, kita akan membahasnya disini.

1. Sejarah sebagai peristiwa

Apabila kita melihat masa lampau, maka kita akan menemukan banyak sekali peristiwa yang
telah terjadi. Namun kita harus bisa membedakan peristiwa-peristiwa tersebut -apakah
penting untuk dipelajari atau tidak?-. Sebuah peristiwa dikatakan penting apabila peristiwa
tersebut menjadi sangat berpengaruh terhadap terjadinya peristiwa-peristiwa lainnya atau
berpengaruh terhadap kehidupan berikutnya. Bisa jadi, sebuah peristiwa itu dianggap tidak
penting pada masanya namun akan dirasa sangat penting pengaruhnya pada masa yang akan
datang.

Berbicara tentang sejarah sebagai peristiwa, kita dihadapkan dengan sebuah kejadian penting,
kenyataan dan aktualitas yang telah terjadi pada masa lampau yang tidak akan terulang lagi.
Peristiwa atau kejadian penting inilah yang menjadi pokok pembicaraan dalam sejarah.
Dengan kata lain, sejarah hanya akan membahas terkait peristiwa-peristiwa penting di masa
lampau yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Nah, dari peristiwa-peristiwa yang
telah lalu ini kemudian diharapkan kita dapat mengetahui hubungan sebuah sebab-akibat
antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain dalam konteks pelaku, waktu dan
tempat sehingga terbentuklah susunan rangkaian peristiwa yang terjadi di masa lampau
hingga masa saat ini. Akan tetapi perlu kita ketahui bahwa sejarah sebagai peristiwa yang
telah terjadi pada masa lampau mengakibatkan kita saat ini kesulitan dalam mengamati
peristiwa tersebut sehingga yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yakni
penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa.

2. Sejarah sebagai kisah

Berbicara terkait sejarah sebagai kisah tidak bisa dilepaskan dengan peristiwa masa lampau
yang disajikan ke dalam berbagai bentuk narasi maupun tafsiran. Kisah yang disajikan pun
dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Secara lisan, kisah dapat disampaikan dalam
bentuk ceramah, pidato dan sebagainya. Sedangkan secara tertulis, kisah dapat dituangkan
dalam bentuk cerpen, majalah atau buku. Oleh karena dikisahkan, maka sejarah dapat bersifat
subjektif tergantung si penulis misalnya tentang perang kemerdekaan Indonesia melawan
Belanda. Di perang kemerdekaan ini, bila yang mengisahkan sejarah adalah orang Belanda,
maka perang ini menjadi berisi tentang perang tentara Belanda melawan pemberontakan
namun bila yang mengisahkan merupakan rakyat Indonesia, maka perang ini berarti sebagai
perang melawan penjajahan Belanda. Subjektivitas seperti ini terjadi lebih banyak disebabkan
oleh faktor-faktor kepribadian si penulis atau penutur sejarah. Adapun faktor-faktor tersebut
antara lain (Dikutib dari Tarunasena,hal.15-20):

a. Kepentingan atau interes dan nilai-nilai

Kepentingan dan nilai-nilai dalam penulisan sejarah sangat ditentukan oleh tujuan dari
penulisan sejarah itu sendiri. Dalam penulisan tersebut berbagai kepentingan akan
muncul, entah itu kepentingan individu, kelompok ataupun lembaga formal seperti
negara. Hal inilah yang menyebabkan kisah sejarah menjadi tidak objektif, dengan
kata lain bersifat subjektif. Subjektivitas ini ditentukan pula oleh nilai-nilai yang
dimiliki si penulis sejarah seperti agama, keyakinan, moral, etika dan sebaginya.

b. Kelompok sosialnya

Dalam kelompok sosial, pada umumnya seorang individu akan berhubungan dengan orang
lain yang memiliki status atau pekerjaan yang sama misalnya wartawan, guru, sejahrawan
dan lain sebagainya. Inilah yang dinamakan sebagai kelompok sosial. Nah, seorang guru bisa
saja ia menuliskan kisah sejarah untuk digunakan sebagai bahan pengajaran di sekolah atau
seorang wartawan yang menuliskan kisah sejarah untuk mengkritisi suatu kebijakan
pemerintah saat ini. Dari kedua orang tersebut (guru dan wartawan) bisa saja akan
menghasilkan tulisan sejarah yang berbeda tergantung dari interpretasinya masing-masing.

c. Perbendaharaan pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh si penulis akan mempengaruhi hasil tulisannya. Pengetahuan
tersebut dapat berupa pengetahuan fakta dimana seorang penulis yang memiliki pengetahuan
fakta lebih banyak tentunya akan dapat mengkisahkan peristiwa sejarah jauh lebih detail,
lengkap dan informasinya lebih banyak.

d. Kemampuan berbahasa
Seorang penulis yang memiliki kemampuan berbahasa dengan baik, ia akan dapat
menyampaikan fakta-fakta terkait peristiwa sejarah sehingga orang lain dengan mudah dapat
memahaminya. Namun sebaliknya, meskipun fakta-fakta yang dikuasai oleh seorang penulis
sangatlah banyak bila ia tidak memiliki kemampuan berbahasa dengan baik, maka orang lain
tidak akan mudah mengerti terkait fakta sejarah yang dipaparkan.

Nah, untuk meminimalisir pengaburan sejarah atau dengan kata lain untuk membuat
penafsiran sejarah dapat mendekati kebenaran (sesuai dengan peristiwa yang terjadi), maka
pembuatan kisah sejarah harus dapat dipertanggungjawabkan dimana motode serta
analisisnya menggunakan pendekatan tertentu. Dalam merangkai suatu kisah sejarah, seorang
sejahrawan harus mengumpulkan jejak-jejak sejarah yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai
peristiwa lalu melakukan penelaahan dengan sangat teliti, bijaksana serta dapat
dipertanggungjawabkan.

3. Sejarah sebagai ilmu

Sejarah bisa dikatakan sebagai ilmu dikarenakan merupakan pengetahuan masa lampau
(objek) yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah, menggunakan
pemikiran yang rasional serta bersifat objektif untuk mendapatkan kebenaran dan fakta
mengenai peristiwa masa lampau (Wardata, hal.5).

4. Sejarah sebagai seni

Sejarah tidak hanya dapat dipandang dari segi etika dan logika saja melainkan dapat pula
dipandang dari segi estetika. Menurut pemikiran seorang sejahrawan dan filsuf modern
-Dithley- bahwa sejarah merupakan pengetahuan tentang cita rasa. Ketika kita
mengumpulkan jejak-jejak sejarah kemudian menyeleksinya secara ilmiah, maka data dari
hasil seleksi itu belum bisa dikatakan sebagai sejarah melainkan hanya berupa sumber lepas
atau kronik yang kita gunakan untuk menyusun sejarah sebagai kisah. Semuanya baru bisa
dikatakan sejarah setelah dirangkai atau disusun oleh seorang sejarawan atau peminat sejarah
dengan menggunakan metode sejarah. Nah, inilah yang menyebabkan meskipun beberapa
orang menulis suatu kisah sejarah berdasarkan sumber-sumber yang sama belum tentu akan
memperoleh hasil yang sama.

Meski sejarah disusun berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah namun penyajiannya


menyangkut soal keindahan bahasa dan seni penulisan sehingga kita pada umunya cenderung
untuk menyimpulkan bahwa sejarah termasuk juga sebagai karya seni. Tetapi sejarah tidak
benar-benar seni secara mutlak sebab proses penelitiannya dilakukan secara ilmiah.

Teori Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

1. Teori Nusantara

Dalam teori Nusantara dinyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah
Nusantara ini tidak berasal dari luar, melainkan dari wilayah Nusantara itu sendiri. Mengikuti
sudut pandang Multiregional Evolution Model, teori nusantara menyatakan bahwa manusia
purba menjadi nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Pendukung
teori Nusantara adalah Mohammad Yamin, J. Crawford, K. Himly, Sutan Takdir
Alisjahbana dan Gorys Keraf.

Berikut adalah argumen yang melandasi teori Nusantara.

1. Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban tidak


mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan
sebelumnya.

2. Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja),


namun persamaan tersebut hanyalah suatu kebetulan saja.

3. Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homo soloensis
dan Homo Wajakensis.

4. Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara


dengan bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian Gregorius Keraf (Gorys Keraf) mengenai bahasa-bahasa


Nusantara sebagai mana dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan
Historia (1984) membuahkan teori baru mengenai asal usul bahasa dan bangsa Indonesia.
Menurut teori keraf, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri
bukan dari mana-mana, bukan pulau dari Asia Tenggara Daratan atau dari Semenanjung
Malaka.

Teori Keraf ini didasarkan pada tiga landasan tinjau sebagai berikut.

1. Situasi geografis masa lampau.

2. Pertumbuhan dan penyebaran umat manusia.

3. Teori migrasi bahasa dan leksikostatistik.

2. Teori Yunan

Dalam teori yunan disebutkan bahwa manusia-manusia purba di Indonesia yang menjadi
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina bagian selatan. Beberapa ahli yang
mendukung teori Yunan adalah Dr. J.H.C. Kern, Robert Barron van Heine Geldern, Prof.
Dr. N.J Krom, dan Moh. Ali.
Menurut Moh. Ali bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan
oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Menurut pendukung teori Yunan, pendapat mereka
didasari oleh dua hal berikut.

1. Ditemukan kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan kapak
tua yang ada di kawasan Asia Tengah.

2. Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan bahasa


Champa yang ada di Kamboja. Hal tersebut membuka kemungkinan bahwa penduduk
di Kamboja berasal dari daratan Yunan dengan menyusuri Sungai Mekong. Arus
perpindahan tersebut selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka melanjutkan
perpindahan dan sampei ke Nusantara. Kedatangan manusia dari Yunan ke kepulauan
Nusantara ini dengan melalui tiga gelombang utama (perpindahan orang Negrito,
Proto-Melayu, dan Deutro Melayu).

Orang Negrito, Diperkirakan orang Negrito sudah memasuki Nusantara sejak 1000 SM.
Orang Negrito ini diyakini sebagai penduduk paling awal di kepulauan Nusantara. Hal
tersebut dibuktikan dengan penemuan arkeologi di Gua Cha, Malaysia. Dalam
perkembangannya orang Negrito menurunkan orang Semang. Ciri fisik orang Negrito yaitu
berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar, dan bibir tebal. Di Indonesia ras negrito ini
sebagian besar mendiami daerah papua. Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu
suku Siak (Sakai) serta suku Papua Melanesoid yang mendiami Pulau Papua dan Pulau
Melanesia.

Proto-Melayu, Diperkirakan migrasi Proto-Melayu ke kepulauan Nusantara sekitar pada


2500 SM. Sebutan Proto-Melayu adalah untuk menyebutkan orang-orang yang melakukan
migrasi pada gelombang pertama ke Nusantara. Keturunan Proto-Melayu yaitu suku Toraja,
Dayak, Sasak, Nias, Rejang, dan Batak. Dalam hal bercocok tanam, orang Proto-Melayu
memiliki kemahiran yang lebih baik daripada orang Negrito.

Deutro Melayu, Deutro Melayu adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan migrasi
pada gelombang kedua. Diperkirakan kedatangan Deutro Melayu ke Indonesia pada 1500
SM. Suku bangsa yang termasuk Deutro Melayu antara lain Minangkabau, Aceh, Jawa,
Melayu, Betawi, dan Manado.

3. Teori Out of Taiwan

Menurut teori Out of Taiwan, bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan bukan
dari daratan Cina. Pendukung teori Out of Taiwan adalah Harry Truman Simanjuntak.
Menurut pendekatan linguistik, bahwa dari keseluruhan bahasa yang digunakan suku-suku di
Nusantara memiliki rumpun yang sama yaitu rumpun Austronesia. Akar dari keseluruhan
cabang bahasa yang digunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal dari rumpun
Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan, selain hal tersebut menurut
riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola
genetika dengan wilayah Cin

4. Teori Out of Afrika

Menurut teori Out of Afrika, manusia modern yang hidup sekarang ini berasal dari Afrika.
Dasar teori ini adalah dukungan ilmu genetik melalui penelitian DNA mitokondria gen
perempuan dengan gen laki-laki. Menurut Max Ingman (ahli genetika dari Amerika Serikat),
manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu
tahun lalu.

Dari Afrika mereka menyebar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian Max Ingman tersebut,
tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gen manusia modern bercampur dengan gen
spesies manusia purba.
Diperkirakan manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika melakukan migrasi ke luar
Afrika sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuan migrasi tersebut menuju Asia Barat. Jalur
yang ditempuh ada dua yaitu mengarah ke lembah Sungai Nil, melintas Semenanjung Sinai
lalu ke utara melewati Arab Levant dan jalur kedua melewati Laut Merah.

Setelah memasuki Asia ada beberapa kelompok yang tinggal sementara di Timur Tengah,
sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung
Arab menuju ke India, Asia timur, Indonesia. bahkan sampai ke barat daya Australia. Bukti
mengenai keberadaan manusia Afrika telah sampai ke Australia adalah dengan ditemukan
bahwa manusia Afrika telah berimigrasi hingga ke Australia adalah dengan jejak genetika.

Ciri-ciri masyarakat praaksara di Indonesia

dapat kita telusuri dari jejak-jejak sejarah yang menggambarkan kemampuan masyarakat
pada saat itu yang kemudian diwariskan secara turun-temurun. Kemampuan nenek moyang
Indonesia zaman praaksara (sebelum adanya pengaruh Hindu-Budha) dapat kita kelompokan
sebagai berikut:

a. Kemampuan dalam berlayar

Sebelum masehi, nenek moyang Indonesia yang berasal dari Yunan datang ke Indonesia.
Kemampuan dan keahliannnya dalam berlayar memudahkan bagi mereka untuk mengarungi
bumi nusantara ini. Salah satu perahu yang digunakan pada saat itu yakni berupa perahu
candik yang merupakan perahu dimana pada bagian sisi kanan-kiri diberi bambu atau kayu
untuk menjaga keseimbangan.

Pada relief yang terdapat di Candi Borobudur (abad ke-8) menceritakan tentang jenis perayu
yang digunakan masyarakat pada saat itu. Jenis perahu tersebut antara lain; 1) Perahu besar
bercandik, 2) Perahu besar tidak bercandik dan 3) Perahu lesung. Kemampuan berlayar ini
kemudian berkembang menjadi cara masyarakat dalam berdagang. Nenek moyang Indonesia
yang merupakan seorang pelaut tercatat dalam sejarah telah mengarungi samudera hingga ke
pulau Madagaskar (Benua Afrika), Selandia Baru dan ke Jepang.

b. Kemampuan bersawah

Sistem persawahan sudah dikenal di Indonesia sejak zaman neolitikum yakni zaman dimana
masyarakatnya telah hidup menetap di suatu tempat. Sistem ini mendorong semangat nenek
moyang dalam memproduksi sumber daya alam untuk digunakan sebagai bahan makanan.
Kemampuan dan keahlian dalam bersawah bermula dengan membangun sistem ladang yang
sangat sederhana. Akan tetapi cara sederhana ini lambat laun akan mengalami kemajuan
dimana masyarakatnya kemudian mengenal teknologi perairan hingga kemudian berkembang
lagi menjadi sistem persawahan.

Sistem irigasi digunakan untuk mengaliri sawah. Kemudian dari waktu ke waktu ilmu
masyarakat semakin berkembang sehingga mampu membuat terasering atau persawahan
berundak-undak di dataran miring dan bendungan sederhana. Pada saat itu tanaman padi,
kacang-kacangan, jemawut dan tanaman kering lainnya menjadi hasil pertanian yang populer.

c. Mengenal ilmu astronomi


Yang gak kalah menariknya yakni nenek moyang di Indonesia ternyata telah mengenal ilmu
perbintangan. Mereka menggunakan ilmu ini untuk memprediksi musim sehingga masyarakat
pada saat itu dapat menentukan tanaman apa yang cocok dan harus di tanam pada saat-saat
tertentu. Nah, selain itu (di dunia pelayaran) nenek moyang telah menggunakan ilmu
perbintangan sebagai petunjuk arah atau kompas dan angin yang digunakan sebagai tenaga
gerak atau dorong perahu tradisional.

d. Sistem mocopat

Sistem mocopat adalah sebuah kepercayaan tentang hal-hal magis atau supranatural yang
dibagi menjadi empat penjuru mata angin yakni barat, timur, utara dan selatan. Nah, oleh
karena adanya kepercayaan ini membuat masyarakat banyak mengkaitkan ini dalam hal
pendirian bangunan, tata kota, pasar, tempat usaha dan sebagainya. Skema peletakan
bangunan dibuat dalam bentuk segiempat dimana tiap-tiap sudut memiliki arti magis yang
berbeda-beda.

e. Kesenian wayang

Ciri masyarakat praaksara selanjutnya adalah terkait kesenian wayang. Wayang berasal dari
kepercayaan masyarakat dalam pemujaan nenek moyang. Roh nenek moyang diyakini akan
masuk ke dalam tubuh sang dalang yang kemudian suaranya berubah menjadi orang tua yang
senantiasa memberi nasehat atau petuah baik. Pada saat datang agama hindu dan budha
fungsi wayang berubah menjadi kisah-kisah ramayana dan mahabarata. Kemudian fungsinya
berubah dari yang semula merupakan pemujaan kepada roh nenek moyang kemudian berubah
menjadi tontonan masyarakat.

f. Kesenian gamelan

Seni gamelan tak lepas dari seni wayang, dengan kata lain saling berkaitan. Saat musim
bercocok tanam tiba, nenek moyang mengembangkan alat musik gamelan, kerajinan batik
dan mengadakan pertunjukan wayang kulit sebagai hiburan masyarakat.

g. Kesenian membatik

Ciri masyarakat praaksara selanjutnya yaitu kesenian membatik. Seni membatik merupakan
kegiatan menggambar pada sebuah kain dengan motif-motif tertentu. Nenek moyang
membuat motif di kain menggunakan canting yang diisi dengan lilin cair yang telah
dipanaskan (malam). Lilin akan melindungi kain saat kain direndam di air soga sehingga
bagian yang tertutup malam akan bewarna putih sedangkan bagian yang tidak tertutup akan
bewarna merah atau coklat.

h. Pengaturan di masyarakat

Masyarakat tempo dulu hidupnya sangat teratur dan dipimpin oleh seorang kepala suku atau
pemuka adat yang dipilih oleh masyarakat dari yang terbaik sesuai dengan aturan adat
masing-masing. Mereka hidup dalam kebersamaan, saling bergotong royong, bantu-
membantu dan hidup dalam sistem yang demokratis. Pada umumnya pemimpin adat atau
seorang kepala suku dipilih dengan kriteria khusus dimana dipercaya oleh masyarakat
memiliki kemampuan magis atau supranatural sehingga diharapkan dapat melindungi
warganya dari gangguan roh-roh halus yang jahat. Cara pemilihan pemimpin yang demikian
disebut primus inter pares.

i. Sistem perdagangan

Ciri masyarakat praaksara yang kesembilan yaitu adanya sistem perdagangan. Perlu
diketahui bahwa disetiap tempat atau daerah hanya mampu menghasilkan barang dan bahan
makanan berbeda. Oleh karenanya, guna memcukupi kebutuhan hidup, nenek moyang
melakukan perdagangan dengan cara barter yang harganya ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama. Nah, cara barter ini dilakukan baik oleh masyarakat antar daerah atau
dalam daerah itu sendiri karena pada saat itu masyarakat belum mengenal sistem pertukaran
uang.

j. Sistem kepercayaan

Ciri-ciri masyarakat praaksara yang terakhir yaitu adanya sebuah sistem kepercayaan. Sejak
zaman perundagian masyarakat telah mengenal kepercayaan tentang roh nenek moyang.
Orang yang telah meninggal diartikan bahwa ia telah hidup abadi dimana rohnya telah
mampu berpisah dengan raganya. Roh-roh tersebut dipercayai akan bersemayam di batu-batu
besar, pohon-pohon tua atau bersemayam di tempat-tempat keramat lainnya. Selain itu
masyarakat juga percaya dengan dewa.

Para sejarawan berbeda pendapat mengenai proses awal masuknya agama islam di
Indonesia. Namun, ada 3 teori besar yang berkembang, teori itu ialah:

Teori Gujarat
Teori ini dikemukakan oleh seorang professor Snouck Hurgronje, seorang pria berkebangsaan
Belanda yang ditugaskan oleh pemerintah colonial untuk meneliti dan masuk ke dalam
kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Dia berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada awal abad ke 13 M, yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India. Para pedagang
dari Gujarat masuk untuk berdagang ke Indonesia sembari mengenalkan paham Islam di
tengah kehidupan bermasyarakat.

Namun, teori ini dibantah oleh beberapa ahli sejarah. Mereka berpendapat, jika Islam datang
dari Gujarat, maka otomatis Islam yang berkembang di Indonesia merupakan Islam dengan
paham Syiah. Hal ini karena, di Gujarat pada waktu itu, Islam yang berkembang disana
adalah Islam dengan paham Syiah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku di Indonesia, yang
mayoritas penduduknya menganut Islam dengan mazhab Syafi`i.

Teori Mekkah
Menurut teori ini, Islam masuk ek Indonesia melalui peran lanmgsung dari para
pedagang muslim asal Timur Tengah yang sembari berdagang, menyebarkan agama Islam din
Indonesia. Teori ini berpendapat bahwa, agama Islam masuk ke Indonesia berawal dari abad
ke 7 M.
Teori ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah naskah berita asal China, yang
mengemukakan bahwa pada tahun 625 M, sudah mulai terdapat perkampungan bangsa Arab
di Sumatera tepatnya di daerah Barus.
Teori Persia
Seorang sejarawan yang bernama P.A. Husein Hidayat mengatakan bahwa Islam
masuk ke Indoenesia berawal dari masuknya para pedagang yang berasal dari Persia pada
tahun ke-7 M. Mereka singgah ke Gujarat sebelum melanjutkan perjalanan ke nusantara. Hal
ini juga diperkuat dengan terdapatnya kesamaan budaya Islam antara Indonesia dengan Persia
(Iran).
Proses masuknya agama Islam di Indonesia menempuh berbagai cara, termasuk
diantaranya adalah melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan kesenian.
Indonesia seperti yang telah disebutkan sebelumnya merupakan suatu Negara yang letaknya
sangat strategis. Di Indonesia juga banyak terdapat rempah-rempah yang sangat diburu oleh
bangsa luar. Oleh karena itu, Indonesia menjadi lokasi yang sering disinggahi oleh pera
pedagang dunia, termasuk pedagang-pedagang dari Arab yang Bergama Islam. Sambil
berdagang, mereka juga menyebarkan paham-paham agala Islam di masyarakat. Islam yang
tidak mengenal kasta dan tingkat, menjadi agama yang sangat berkembang pada saat itu. Para
pedagang tersebut juga membangun perkampungan, dan sering mendatangkan ulama ulama
dari negerinya untuk bersama-sama menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Para pedagang Muslim tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam kehidupan
masyarakat Indonesia saat itu. Para penduduk pribumi memandang para pedagang tersebut
secara terhormat. Hal itu pula yang menyebabkan para pengusaha local banyak yang ingin
menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang Arab itu. Syaratnya, gadis tersebut
haruslah memeluk agama Silam terlebih dahulu, barulah pedagang tersebut mau menikahi
anak-anak mereka.

Setelah menetap dan membuat perkampungan, mereka mulai mendirikan fasilitas-fasilitas


pendidikan seperti madrasah atau pesentren. Melalui fasilitas ini, diharapkan anak-anak
nusantara dapat mengetahui dengan benar agama Islam secara kaffah.
Para wali atau ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di nusantara sangat
menghormati adat masyarakat Indonesia pada saat itu. Salah satu cara untuk menarik minat
masyarakat ialah dengan digagasnya penggunaan wayang sebagai media untuk berdakwah.
Diharapkan dengan adanya kehadiran kesenian dalam berdakwah, menambah minat
masyarakat untuk belajar agama Islam.

Kehidupan Masyarakat Zaman Praaksara Indonesia

Zaman Praaksara. Pada awalnya, manusia purba hidup dengan cara berpindah-pindah atau
nomaden. Mereka mencari makan dengan berburu hewan di hutan dan meramu. Mereka
mengandalkan alam 100% untuk bertahan hidup. Lama kelamaan manusia purba mampu
mengolah alam dan hidup menetap. Kehidupan merekapun terus berkembang. Untuk lebih
jelasnya, marilah kita pelajari materi berikut ini.

Zaman Praaksara

A. Masa berburu dan mengumpulkan makanan Tingkat sederhana

Masa berburu dan mengumpulkan makanan yaitu masa di mana manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan berburu dan mencari makanan dari hasil-hasil hutan.

Masa berburu dan mengumpulkan makanan ini disebut food gathering. Pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan ini kehidupan masyarakatnya masih sangat sederhana. Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya tergantung dari alam karena mereka belum mampu membuat
makanan sendiri.

1. Ciri-ciri kehidupan masa berburu dan meramu

Ciri-ciri dari kehidupan masa berburu dan meramu sebagai berikut ini:

a. Tidak memiliki tempat tinggal yang pasti karena hidupnya berpindah-pindah (nomaden).
Hal ini dikarenakan manusia masih sangat tergantung dari alam.

b. Dalam berkomunikasi mereka menggunakan bahasa yang masih sangat sederhana.

c. Masyarakat masa ini telah menemukan cara membuat api.


d. Hidup dalam kelompok-kelompok antara 10 sampai 15 orang.

e. Perkembangan kebudayaannya masih sangat lambat karena masa berburu dan


mengumpulkan makanan ini keadaan alam masih labil dan liar.

f. Terdapat pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.

g. Manusia masa ini sudah memilih hewan dan tumbuhan yang menjadi bahan makanannya.

h. Masa ini terjadi pada zaman palaeolitikum.

i. Manusia pendukungnya antara lain Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus soloensis, dan


Homo wajakensis.

2. Peralatan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Berikut ini adalah alat-alat yang terbuat dari batu dan tulang pada masa berburu dan meramu.

a. Kapak perimbas digunakan untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah
tulang.

b. Alat serpih digunakan sebagai gurdi, penusuk dan pisau.

c. Kapak genggam digunakan untuk menggali ubi dan memotong daging binatang buruan.

d. Mata tombak digunakan untuk berburu dan menggali ubi.

e. Tangkai tombak.

B. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

Coran kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut masih
dipengaruhi oleh corak kehidupan pada masa sebelumnya, yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Kehidupan mereka masih sangat tergantung
kepada alam. Adapun ciri kehidupan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjut antara lain sebagai berikut ini.

1. Dalam Bidang Ekonomi

a. Masih berburu binatang di hutan dan mengumpulkan makanan berupa umbi-umbian, buah-
buahan, biji-bijan, daun-daunan dan menangkap ikan di laut atau danau.

b. Manusia masa ini telah mampu menyimpan makanan dan mengawetkannya; yaitu ketika
mereka mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah cukup banyak.

c. Di antara kelompok-kelompok manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan


tingkat lanjut ada yang hidup di daerah pesisir.

d. Makanan pokok mereka adalah kerang dan ikan di laut.


e. Di bekas tempat tinggal mereka ditemukan tumpukan kulit kerang yang menggunung.

f. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, bercocok tanam mulai
dikerjakan namun masih amat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah atau
berhuma.

2. Dalam Bidang Sosial

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, kehidupan berburu masih
dilakukan secara berkelompok. Tiap kelompok merupakan keluarga kecil dengan membagian
kerja yang jelas. Kaum laki-laki bertugas melakukan perburuan. Kaum wanita yang tidak
banyak terlibat dalam kegiatan perburuan lebih banyak berada di sekitar gua-gua tempat
tinggal mereka.
Pembagian tugas tersebut berdampak pada kemampuan wanita. Wanita pada zaman ini
memiliki kesempatan untuk berkembang. Mereka memperluas wawasan mengenai tumbuhan
saat ditinggal berburu oleh kaum laki-laki. Para wanita mampu membudidayakan tanaman di
sekitar mereka.

3. Dalam Bidang Budaya

a. Kemahiran membuat alat masih sederhana. Alat itu digunakan untuk berburu dan meramu
makanan. Alat bantu yang dihasilkan dari masa ini berciri palaeolitik kemudian mesolitik.

b. Kesenian masih terbatas pada seni lukis.

c. Corak kepercayaan tampak dari lukisan dan penguburan. Corak kepercayaan baru terlihat
pada tingkat lanjut. Lukisan dinding gua mengungkapkan kepercayaan masyarakat praaksara
akan kekuatan magis.

C. Masa Bercocok Tanam

Pada masa ini, timbul revolusi peradaban yang menyangkut kehidupan manusia purba.

Perubahan pada masa bercocok tanam:

a. Kehidupan berubah menjadi bercocok tanam di ladang atau sawah.

b. Cara hidup berubah menjadi menetap atau sedenter.

c. Cara pembuatan peralatan hidup makin halus.

d. Mulai mengenal kepercayaan.

Ciri-ciri kehidupan bercocok tanam:

a. Sudah mulai menetap, biasanya mereka memilih gua sebagai tempat tinggal.

b. Mereka sudah memelihara hewan ternak dan mengolah lahan untuk ladang dan huma.

c. Mereka lebih bisa mengawetkan dan menyimpan makanan.


D. Masa Perundagian

Undagi adalah sekelompok orang yang memiliki keahlian menciptakan suatu barang,
misalnya teknik cetak, pandai besi, samapi kostruksi. Sedangkan tempat mengolah logam
disebut perundagian. Jadi, pada zaman ini banyak masyarakat yang pandai mengolah logam.

PROSES MASUK DAN PERKEMBANGAN PENJAJAHAN BANGSA


BARAT DI INDONESIA

Bangsa-bangsa barat melalui penjlajahan samudra, berhasil mencapai Indonesia. Bangsa apa
sajakah yang berhasil mendarat di Indonesia ? Bangsas barat yang berhasil mendarat di
indonesia antara lain bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Kedatangan bangsa-
bangsa eropa di indonesia pada awalnya melalui persekutuan dagan. Persekutuan dagang
bangsa eropa berusaha menguasai pedagangan rempah-rempah di Indonesia melalui praktik
monpoli.

1. Bangsa Portugis
Melalui penjelajahan samudra, bangsa Portugis berhasil mencapai India (Calcuta) tahun
1498 dann berhasil mendirikan kantor dagangnya di Goa (1509). Tahun 1551, Portugis
berhasil menguasai malaka, selanjutnya Portugis mengadakan hubungan dagang dengan
Maluku yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia.

Tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengurumkan beberapa buah kapal ke Maluku.


Awalnya masyarakat Maluku menyambut baik dan saling berebut menanamkan pangaruh
kepada Portugis agar dapat membeli rempah-rempah dan membantu masyarakat Maluku
menghadapi musuh-musuhnya.
Pada saat itu, kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus. Sultan ternate itu
meminta bantuan Portugis untuk mendirikan benteng di Ternate dengan tujuan agar ternate
terhindar dari kemungkinan serangan dari daerah lain. Tahun 1522 Portugis mengabulkan
pemintaan Sultan Ternate dengan mendirikan benteng Saint jhon. Pendirian benteng tersebut
ternyata harus dibayar mahal oleh Ternate karena Portugis menuntut imbalan berupa hak
monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Sultan ternate terpaksa harus
menandatangani perjanjian monopoli pendagangan dengan Portugis.
Perjanjian monopoli pendagangan rempah-rempah tersebut ternyata menimbulkan
kesengsaraan. Rakyat tidak dapat menjual rempah-rmpah secara bebas, rakyat ternate harus
menjual rempah-rempah kepada Portugis. Hal itu merugikan rayat
Oleh karena itu tejadi permusuhan antara rakyat ternate dan Portugis. Selain mengadakan
monopoli pendagangan rempah-rempah di maluku, portugis juga aktif menyebarkan agama
katolik dengan tokohnya Franciscus Xaverius.

2. Bangsa Spanyol
Tahun 1521 bangsa spanyol berhasil untuk pertama kali mendara di Tidore (Maluku)
kemundian siggah di Bacan dan Jailolo. Mereka tergabung dlam ekspedisi megelhaens-del
cano. Kedatangan bansa spanyol di sambut baik oleh masyarakat setepat karena pada saat itu
rakyat Maluku sedang bersengketa dengan Portugis.

Kedadatang spanyol di Maluku merupakan keberhasilan bangsa spanyol dalam mencapai


daerah yang di idam-idamkan, yaitu daerah penghasil rempah-rempah. Orang-oran g spanyol
senang berdagan di malukusehingga jumlahnya semakin banyak. Bagi portugis kehadiran
spanyol merupakan pelanggaran atas hak monopolinya. Akibatnya timbul persaingan antara
Portugis dan Spanyol. Persaingan tersebut sejalan dengan pertentangan antara sultan Ternate
dan Sultan tidore. Sultan ternate bersekutu dengan portugis, sendangkan sultan tidore
bersekutu dengan Spanyol. Puncaknya Portugis dan Spanyol menempuh jalan perundingan
yang di laksanakan di Saragosa (Spanyol) tahun 1529
Perundigan itu menghasilkan kesepakatan yang disebut dengan Pejanjian Saragosa yang
berisi :
1. Spanyol harus meninggalkan maluku dan melakukan perdagangan di Filipina
2. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kep Maluku.

Dengan perjanjian teresebut, Spanyol segera melinggalkan Maluku, bangsa portugis


berusaha keras menguasai pedangangan rempah-rempah di Maluku dengan praktik monopoli

3. Bangsa Belanda
Sebelum datang ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah, para pedagang Belanda
membeli rempah-rempah hasil kekayaan alam indonesia di Lisabon (ibukota Portugis) Pada
masa itu, Belanda masih dalam penjajahan Spanyol. Tahun 1585 Belanda tidak lagi
mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis di kuasai oleh bangsa Spanyol.
Putusnya pendagangan rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis di Kuasai oleh bangsa
Spanyol banyak menderita kerugia, Sejak saat itu bangsa Belanda meulai mengadakan
penjelajahan samudra untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah, yaitu Indonesia.
Bulan April 1595 Belanda memulai pelayaranya menuju nusantara dengan empat buah kapal
dibawah pimpinan Cornelis de houtman dan De Keyzer, Pelayaran bangsa Belanda ke
Indonesia melaui jalur palayaran Portugis, Pelayaran de houtman memasuki wilayah
Nusantara melalui selat sunda

Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat

Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi


keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan
agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :
Mencari kekayaan termasuk berdagang
Menyalurkan jiwa penjelajah
Meyakini Keberadaan Prester John
Menyebarkan agama
Mencari kemuliaan bangsa
Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang
sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari
harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan
adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama
untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan
Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke
tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin
bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen).
Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan
orang-orang seagama.
Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa yang sebagian
besar beragama Kristen terdorong pula untuk pergi ke mana pun
guna mewartakan Injil (Gospel). Mereka percaya bahwa mewartakan Injil kepada
orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu panggilan hidupnya.
Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari kekayaan (Gold) dan
kebanggaan serta kejayaan (Glory) bagi negaranya.
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk
membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin
meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian
mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di
tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan
rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini.
Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan
pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui
suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka
selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang
mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah
satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi
penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
2.3. Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia
Sejarah datangnya bangsa Eropa ke Indonesia atau dahulu disebut dengan
Hindia Timur tidak lepas dari niat mereka menemukan Negeri penghasil rempah-
rempah.
Kedatangan Bangsa Portugis Di Indonesia

Awal Proses Kedatangan Bangsa Portugis Ke Indonesia


Tahun 1487, Bartolomeus Dias mengitari Tanjung Harapan dan memasuki
perairan Samudra Hindia. Selanjutnya pada tahun 1498, Vasco da Gama sampai di
India. Namun, orang-orang Portugis ini segera mengetahui bahwa barang-barang
dagangan yang hendak mereka jual tidak dapat bersaing di pasaran India yang
canggih dengan barang-barang yang mengalir melalui jaringan perdagangan Asia.
Karena itu, mereka sadar harus melakukan peperangan di laut untuk mengukuhkan
diri.

Alfonso de Albuquerque merupakan panglima angkatan laut terbesar pada masa itu.
Pada tahun 1503 Albuquerque berangkat menuju India, dan pada tahun 1510, dia
menaklukan Goa di Pantai Barat yang kemudian menjadi pangkalan tetap Portugis.
Pada waktu itu telah dibangun pangkalan-pangkalan di tempat-tempat yang agak ke
barat, yaitu di Ormuzdan Sokotra. Rencananya ialah untuk mendominasi
perdagangan laut di Asia dengan cara membangun pangkalan tetap di tempat-tempat
krusial yang dapat digunakan untuk mengarahkan teknologi militer Portugis yang
tinggi. Pada tahun 1510, setelah mengalami banyak pertempuran, penderitaan, dan
kekacauan internal, tampaknya Portugis hampir mencapai tujuannya. Sasaran yang
paling penting adalah menyerang ujung timur perdagangan Asia di Maluku.
Setelah mendengar laporan-laporan pertama dari para pedagang Asia
mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar, Raja Portugis mengutus Diogo Lopez
de Sequiera untuk menekan Malaka, menjalin hubungan persahabatan dengan
penguasanya, dan menetap disana sebagai wakil Portugis di sebelah timur India.
Tugas Sequiera tersebut tidak mungkin terlaksana seluruhnya saat dia tiba di Maluku
pada tahun 1509. Pada mulanya dia disambut dengan baik oleh Sultan Mahmud Syah
(1488-1528), tetapi kemudian komunitas dagang internasional yang ada di kota itu
meyakinkan Mahmud bahwa Portugis merupakan ancaman besar baginya. Akhirnya,
Sultan Mahmud melawan Sequiera, menawan beberapa orang anak buahnya, dan
membunuh beberapa yang lain. Ia juga mencoba menyerang empat kapal Portugis,
tetapi keempat kapal tersebut berhasil berlayar ke laut lepas. Seperti yang telah
terjadi di tempat-tempat yang lebih ke barat, tampak jelas bahwa penaklukan adalah
satu-satunya cara yang tersedia bagi Portugis untuk memperkokoh diri.
Gambar: Alfonso de Albuquerque

Pada bulan April 1511, Albuquerque melakukan pelayaran dari Goa menuju
Malaka dengan kekuatan kira-kira 1200 orang dan 17 buah kapal. Peperangan pecah
segera setelah kedatangannya dan berlangsung terus secara sporadis sepanjang bulan
Juli hingga awal Agustus. Pihak Malaka terhambat oleh pertikaian antara Sultan
Mahmud dan putranya, Sultan Ahmad yang baru saja diserahi kekuasaan atas Negara
namun dibunuh atas perintah ayahnya.

Malaka akhirnya berhasil ditaklukan oleh Portugis. Albuquerque menetap di Malaka


sampai bulan November 1511, dan selama itu dia mempersiapkan pertahanan Malaka
untuk menahan setiap serangan balasan orang-orang Melayu. Dia juga
memerintahkan kapal-kapal yang pertama untuk mencari Kepulauan Rempah.
Sesudah itu dia berangkat ke India dengan kapal besar, dia berhasil meloloskan diri
ketika kapal itu karam di lepas pantai Sumatera beserta semua barang rampasan yang
dijarah di Malaka.
Setelah satu kapal layar lagi tenggelam, sisa armada itu tiba di Ternate pada
tahun itu juga. Dengan susah payah, ekspedisi pertama itu tiba di Ternate dan
berhasil mengadakan hubungan dengan Sultan Aby Lais. Sultan Ternate itu berjanji
akan menyediakan cengkeh bagi Portugis setiap tahun dengan syarat dibangunnya
sebuah benteng di pulau Ternate.
Hubungan dagang yang tetap dirintis oleh Antonio de Abrito. Hubungannya
dengan Sultan Ternate yang masih anak-anak, Kacili Abu Hayat, dan pengasuhnya
yaitu Kacili Darwis berlangsung sangat baik. Pihak Ternate tanpa ragu mengizinkan
De Brito membangun benteng pertama Portugis di Pulau Ternate (Sao Joao Bautista
atau Nossa Seighora de Rossario) pada tahun 1522. Penduduk Ternate menggunakan
istilah Kastela untuk benteng itu, bahkan kemudian benteng itu lebih dikenal dengan
nama benteng Gamalama. Sejak tahun 1522 hingga tahun 1570 terjalin suatu
hubungan dagang (cengkih) antara Portugis dan Ternate.
Portugis yang sedang menguasai Malaka, terbukti bahwa mereka tidak
menguasai perdagangan Asia yang berpusat disana. Portugis tidak pernah dapat
mencukupi kebutuhannya sendiri dan sangat tergantung kepada para pemasok bahan
makanan dari Asia seperti halnya para penguasa Melayu sebelum mereka di Malaka.
Mereka kekurangan dana dan sumber daya manusia. Organisasi mereka ditandai
dengan perintah-perintah yang saling tumpang tindih dan membingungkan,
ketidakefisienan, dan korupsi. Bahkan gubernur-gubernur mereka di Malaka turut
berdagang demi keuntungan pribadi di pelabuhan Malaya, Johor, pajak dan harga
barang-barangnya lebih rendah, dan hal tersebut telah merusak monopoli yang
seharusnya mereka jaga. Para pedagang Asia mengalihkan sebagian besar
perdagangan mereka ke pelabuhan-pelabuhan lain dan menghindari monopoli
Portugis yang mudah.
Begitu cepat Portugis tidak lagi menjadi suatu kekuatan yang revolusioner.
Keunggulan teknologi mereka yang terdiri atas teknik-teknik pelayaran dan militer
berhasil dipelajari dengan cepat oleh saingan-saingan mereka dari Indonesia. Seperti
meriam Portugis yang dengan cepat berhasil direbut oleh orang-orang Indonesia.
Portugis menjadi suatu bagian dari jaringan konflik di selat Malaka, dimana Johor
dan Aceh berlomba-lomba untuk saling mengalahkan Portugis agar bisa menguasai
Malaka.
Kota Malaka mulai sekarat sebagai pelabuhan dagang selama berada dibawah
cengkeraman Portugis. Mereka tidak pernah berhasil memonopoli perdagangan Asia.
Portugis hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap kebudayaan orang-orang
Indonesia yang tinggal di nusantara bagian barat, dan segera menjadi bagian yang
aneh di dalam lingkungan Indonesia. Portugis telah mengacaukan secara mendasar
organisasi sistem perdagangan Asia. Tidak ada lagi satu pelabuhan pusat dimana
kekayaan Asia dapat saling dipertukarkan, tidak ada lagi negara Malaya yang
menjaga ketertiban selat Malaka dan membuatnya aman bagi lalu lintas perdagangan.
Sebaliknya komunitas dagang telah menyebar ke beberapa pelabuhan dan
pertempuran sengit meletus di Selat.
Segera setelah Malaka ditaklukan, dikirimlah misi penyelidikan yang pertama
ke arah timur dibawah pimpinan Francisco Serrao. Pada tahun 1512, kapalnya
mengalami kerusakan, tetapi dia berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara).
Disana dia mempertunjukkan keterampilan perang melawan suatu pasukan
penyerang yang membuat dirinya disukai oleh penguasa setempat. Hal ini
mendorong kedua penguasa setempat yang bersaing (Ternate dan Tidore) untuk
menjajaki kemungkinan memperoleh bantuan Portugis. Portugis disambut baik di
daerah itu karena mereka juga dapat membawa bahan pangan dan membeli rempah-
rempah. Akan tetapi perdagangan Asia segera bangkit kembali, sehingga Portugis
tidak pernah dapat melakukan suatu monopoli yang efektif dalam perdagangan
rempah-rempah.
Sultan Ternate, Abu Lais (1522) membujuk orang Portugis untuk
mendukungnya dan pada tahun 1522, mereka mulai membangun sebuah benteng
disana. Sultan Mansur dari Tidore mengambil keuntungan dari kedatangan sisa-sisa
ekspedisi pelayaran keliling dunia Magellan di tahun 1521 untuk membentuk suatu
persekutuan dengan bangsa Spanyol yang tidak memberikan banyak hasil dalam
periode ini.
Hubungan Ternate dan Portugis berubah menjadi tegang karena upaya yang
lemah Portugis melakukan kristenisasi dan karena perilaku orang-orang Portugis
yang tidak sopan. Pada tahun 1535, orang-orang Portugis di Ternate menurunkan
Raja Tabariji (1523-1535) dari singgasananya dan mengirimnya ke Goa yang
dikuasai Portugis. Disana dia masuk Kristen dan memakai nama Dom Manuel, dan
setelah dinyatakan tidak terbukti melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya, dia
dikirim kembali ke Ternate untuk menduduki singgasananya lagi. Akan tetapi dalam
perjalanannya dia wafat di Malaka pada tahun 1545. Namun sebelum wafat, dia
menyerahkan Pulau Ambon kepada orang Portugis yang menjadi ayah baptisnya,
Jordao de Freitas.
Akhirnya orang-orang Portugis yang membunuh Sultan Ternate, Hairun
(1535-1570) pada tahun 1570, diusir dari Ternate pada tahun 1575 setelah terjadi
pengepungan selama 5 tahun. Mereka kemudian pindah ke Tidore dan membangun
benteng baru pada tahun 1578. Akan tetapi Ambon-lah yang kemudian menjadi pusat
utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku sesudah itu. Ternate sementara itu
menjadi sebuah negara yang gigih menganut Islam dan anti Portugis dibawah
pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya Sultan Said ad-Din Berkat
Syah (1584-1606).
Pada waktu itu juga Portugis terlibat perang di Solor. Pada tahun 1562, para
pendeta Dominik membangun benteng dari batang kelapa disana. Pada tahun
berikutnnya dibakar para penyerang beragama Islam dari Jawa. Namun orang-orang
Dominik tetap bertahan dan segera membangun ulang benteng dari bahan yang lebih
kuat dan mulai melakukan kristenisasi pada penduduk lokal.
Pada tahun sesudahnya, muncul serangan-serangan dari Jawa. Masyarakat
Solor sendiri pun tidak secara keseluruhan senang terhadap orang-orang Portugis dan
agama mereka, sehingga seringkali muncul perlawanan. Pada tahun 1598-1599,
pemberontakan besar-besaran dari orang Solor memaksa pihak Portugis
mengirimkan sebuah armada yang terdiri dari 90 kapal untuk menundukkan para
pemberontak itu. Namun Portugis tetap menduduki benteng-benteng mereka di Solor
sampai diusir oleh Belanda pada tahun 1613 dan setelah itu Portugis melakukan
pendudukan kembali pada tahun 1636.
Diantara para petualang Portugis tersebut ada seorang Eropa yang tugasnya
memprakarsai suatu perubahan yang tetap di Indonesia Timur. Orang ini bernama
Francis Xavier (1506-1552) dan Santo Ignaius Loyola yang mendirikan orde Jesuit.
Pada tahun 1546-1547, Xavier bekerja di tengah-tengah orang Ambon, Ternate, dan
Moro untuk meletakkan dasar-dasar bagi suatu misi yang tetap disana. Pada tahun
1560-an terdapat sekitar 10.000 orang katolik di wilayah itu dan pada tahun 1590-an
terdapat 50.000-an orang. Orang-orang Dominik juga cukup sukses mengkristenkan
Solor. Pada tahun 1590-an orang-orang Portugis dan penduduk lokal yang beragama
Kristen di sana diperkirakan mencapai 25.000 orang.

Pengaruh Bangsa Portugis Di Indonesia


Selama berada di Maluku, orang-orang Portugis meninggalkan beberapa
pengaruh kebudayaan mereka seperti balada-balada keroncong romantis yang
dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis. Kosa kata
Bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa Portugis yaitu pesta, sabun,
bendera, meja, Minggu, dll. Hal ini mencerminkan peranan bahasa Portugis
disamping bahasa Melayu sebagai lingua franca di seluruh pelosok nusantara sampai
awal abad XIX. Bahkan di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga
yang berasal dari Portugis seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza,
Rodriguez, da Silva, dll. Pengaruh besar lain dari orang-orang Portugis di Indonesia
yaitu penanaman agama Katolik di beberapa daerah timur di Indonesia.

Kedatangan Bangsa Spanyol Di Indonesia


Kedatangan Persekutuan dengan Cebu ini harus dibayar mahal Spanyol sebab
dalam peperangan ini Magelhaen terbunuh.
Pelopor berkebangsaan Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia
adalah Christopher Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah dua bulan, ia sampai
di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai
India.
Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke
daerah rempah-rempah dipelopori oleh Ferdinand Magelhaens. Berbeda dengan
armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik.
Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di
Filipina pada tahun 1521. bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera
diikuti oleh bangsa Spanyol. Ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan
Magelhaen, pada tanggal 7 April 1521 telah sampai di Pulau Cebu. Rombongan
Magelhaen diterima baik oleh Raja Cebu sebab pada waktu itu Cebu sedang
bermusuhan dengan Mactan. Ketika mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu,
Magelhaens terbunuh. Posisinya kemudian digantikan oleh Del Cano. Dalam
perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin
kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam hal
perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di Tidore.
Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagangnya di Ternate merasa
terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan
kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan tersebut,
Portugis yang didukung pasukan Tidore. Berhasil merebut Benteng Spanyol di
Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya
mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa. Berdasarkan perjanjian itu,
Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina dikuasai Spanyol.
Isi Perjanjian Saragosa:
1. Daerah kekuasaan dan pelayaran Portugis adalah dari Brazilia ke Timur sampai
Halmahera (Maluku).
2. Spanyol berkuasa atas Mexico ke Barat terus sampai Phillipina.
Kedatangan Bangsa Inggris Di Indonesia
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di daerah
India. Di India timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni East
India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah India. Pusat
kekuatan EIC adalah Kalkuta (India), dan dari kota inilah Inggris meluaskan
wilayahnya ke Asia Tenggara.
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan
Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579
Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah
dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya
dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan
pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol,
menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I
kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk
mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke
Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan
Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang
Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah,
sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor
dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta
dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda yang ada
di wilayah Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffes telah berhasil
merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia.
pada tahun 1811, inggris mampu menguasai daerah jajahan belanda, maka
belanda harus menandatangani kapitulasi tuntang tanggal 18 september 1811, yang
isinya:
daerah jajahan belanda diserahkan kepada inggris
tentara belanda menjadi tawanan inggris
orang-orang belanda dapat menjadi pegawai inggris
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang
Belanda. dan Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan
mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun 1816
Inggris melaksanakan kewajibannya itu.
Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka
berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.

Tujuan kedatangan bangsa inggris di Indonesia :


Bangsa inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang
bernama East India Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh kekuasaan belanda
yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara (tidak hanya ternate)
Dampak kedatangan bangsa inggris di Indonesia :
Dengan datangnya bangsa inggris, inggris membuat kebijakan kebijakan,
seperti :

1. memperbaiki dalam bidang pemerintahan. Caranya :


a. Indonesia (pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
b. Para bupati diangkat menjadi pegawai negri
c. Daerah keratin jogjakarta dan surakarta dipersempit
d. Mengurangi kekuasaan raja
2. memperbaiki dalam bidang keuangan. Caranya :
a. Melaksanakan system perdagangan bebas
b. Melaksanakan system sewa tanah / land-rente
c. Melanjutkan system perdagangan perkebunan kopi
d. Memonopoli perdagangan garam
3. memperbaiki dalam bidang social. Caranya :
a. Menghapuskan system perbudakan
b. Mengurangi pengaruh kekuasaan tradisional serta jasa2 yang di berikan Raffles
selama memerintah Indonesia
c. Mendukung lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama
Bataviaasch Genootschop di harmoni
d. Menulis buku the history of java-
e. Menemukan bunga rafflesia arnoldi-
f. Istrinya, Olivia Marianne, -merintis kebun raya bogor-
g. Mengembalikan sultan sepuh menjadi sultan yogyakarta

Kedatangan Bangsa Belanda Di Indonesia


Larangan terhadap bangsa Belanda mengambil rempah-rempah di Lisabon,
mendorong bangsa tersebut datang sendiri ke Indonesia. Pelayaran pertama dipimpin
oleh Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer. Pada tahun 1596 mereka sampai di
Banten, tetapi belum mendapat keuntungan . Pelayaran kedua dipimpin Van Neck
dan Warwijk (1598) dengan membawa keuntungan yang besar. Keberhasilan ini
memacu perusahaan-perusahaan Belanda untuk melakukan pelayaran ke Indonesia.
Untuk menghindari terjadinya persaingan di antara mereka, atas anjuran Johan Olden
Barneveld dibentuklah VOC (1602) dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menghindari persaingan antarpedagang Belanda
b. Memperkuat diri menghadapi persaingan dengan pedagang asing yang lain
c. Monopoli perdagangan untuk mendapatkan keuntungan yang besar
d. Membantu pemerintah Belanda yang sedang perang menghadapi Spanyol
Modal pertama VOC sebesar 6,5 miliar gulden. VOC dipimpin oleh 17
direktur yang dikenal dengan sebutan Heren Zeventien. VOC memiliki hak-hak
khusus, antara lain:
a) Hak monopoli.
b) Hak memiliki tentara, pengadilan, dan pengumuman perang.
c) Hak mencetak mata uang sendiri.
d) Hak mengadakan perjanjian dengan pengusaha setempat atas nama pemarintah
Belanda.
Dengan hak khusus tersebut, VOC menjadi lembaga pemerintahan sekaligus
perdagangan yang otonom di wilayah jajahan, dipimpin oleh seorang gubernur
jenderal, yang sekaligus termasuk Heren Zeventien. Gubernur jenderal menjalankan
dua peran sekaligus, yaitu sebagai direktur perusahaan dan pimpinan pemerintahan.
Setelah berjalan kurang lebih 200 tahun, VOC mulai mengalaami
kebangkrutan. Hingga pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. Beberapa
faktor yang mendorong kebangkrutan VOC, antara lain:
a) Pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi.
b) VOC banyak menanggung utang karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
perang.
c) Kemerosotan moral di kalangan para pengusaha akibat sistem monopoli
perdagangan.
d) Tidak berjalannya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh VOC akibat
banyaknya korupsi.
Setelah VOC bubar, Indonesia dikuasai oleh kolonial Belanda. Sejalan
dengan perubahan kekuasaan di Indonesia, terjadi pula di negari Belanda. Untuk
mengelola wilayah Indonesia, maka diangkatlah Daendels sebagai gubernur jenderal.
Tugas yang diberikan kepadanya sebagaai berikut:
a) Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
b) Mengatur pemerintahan di Indonesia termasuk membereskan keuangan
Untuk menjalankan tugas tersebut, Daendels mengambil langkah-langkah antara lain:
1) Bidang politik pemerintah
a. Membagi pulau Jawa menjadi 9 daerah prefecture.
b. Membentuk pengadilan keliling.
c. Membentuk sekretariat Negara.
2) Bidang ekonomi
a. Mengeluarkan uang kertas.
b. Mengadakan penyerahan wajib (upeti).
c. Mengadakan Prianger Stelsel.
3) Bidang pertahanan
a. Menambah jumlah prajurit.
b. Membangun benteng-benteng baru.
c. Membangunn jalan dari Anyer sampai Panarukan.
4) Bidang social
a. Rakyat dipaksa kerja rodi.
b. Menghapus upacara penghormatan residen kepada Sunan atau Sultan.
Tindakan yang dilakukan Daendels tersebut tidak berhasil dalam bidang
pertahanan. Hal itu terbukti pada tahun 1811 Inggris dapat menguasai Pulau Jawa,
berdasarkan Kapitulasi Tuntang.
Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia (Lengkap)

Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia - Tahun 1908 merupakan titik
permulaan bangkitnya kesadaran nasional. Pada tahun tersebut lahirlah Budi Utomo,
organisasi tersebut merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama, yang kemudian
disusul oleh organisasi-organisasi lainnya. Organisasi pergerakan nasional merupakan
sebagian kecil dari Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional di Indonesia, Berikut
Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya pergerakan Nasional di Indonesia.

Faktor Internal Lahirnya Pergerakan Nasional

1. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan


Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa
Portugis. Politik devide et impera, sistem tanam paksa, monopoli perdagangan dan kerja rodi
merupakan bencana yang telah irasakan rakyat Indonesia. penderitaan dan kesengsaraan
tersebut menimbulkan tekad untuk bersatu dan menentang penjajahan.
2. Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit.
Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit yang merupakan kerajaan yang besar dan
memainkan peranan penting sebagai calon negara nasional dimana wilayahnya hampir seperti
wilayang indonesia sekarang. Kebesaran ini membawa pikiran serta angan-angan rakyat
Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran tersebut. Hal tersebut kemudian
menggugah perasaan nasionalisme Rakyat Indonesia
3. Pengaruh Perkembangan Pendidikan di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda menghasilkan beberapa kaum
intelektual yang kemudian menjadi pemimpin pergerakan nasional, berkat pendidikan yang
tinggi para intelektual bangsa indonesia sadar, bahwa mereka sedang dijajah dan dibodohi
belanda. Hal tersebut kemudian menggugah perasaan Para kaum Intelektual Indonesia untuk
menrdeka.
4. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda telah menghasilkan kaum
terpelajar. Namun karena ada diskriminasi dalam pendidikan kolonial yaitu tidak adanya
kesempatan bagi penduduk pribumi dari golongan bawah untuk mengenyam pendidikan,
menyebabkan kaum terpelajar berinisiatif mendirikan sekolah untuk mengajar kaum pribumi.
Sekolah tersebut kemudian dikenal sekolah kebangsaan karena bertujuan untuk menanamkan
rasa nasionalisme di kalangan rakyat / pelajarnya. Tokoh-tokoh pribumi yang membuat
sekolah kebangsaan antara lain Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, Ki Hajar
Dewantoro dengan Taman Siswa nya, serta Moh. Syafei dengan Indonesische Nederlandsche
School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam).

5. Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia


Kaum pedagang khususnya keturunan Cina sering kali membuat kesal para pedagang
pribumi. salah satunya terjadi pada tahun 1901 ketika pedagang Cina mendirikan perguruan
sendiri yaitu Tionghoa Hwee Kwan. Kekesalan tersebut didukung oleh Belanda sehingga
menimbulkan rasa iri kaum pribumi pada keturunan Cina. saat itu keturunan Cina diberi
kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, serta menjadi kolektor pajak dari pemerintah
kolonial. hal tersebut kemudian membangkitkan persatuan di antara sesama pribumi untuk
menghadapi penjajahan belanda serta pengaruh dari pedagang Cina.
Faktor Eksternal Lahirnya Pergerakan Nasional

6. Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di Turki.


Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dikomandoi oleh Mustafa Kemal Pasha.
Gerakan ini dinamakan Gerakan Turki Muda. garakan ini menuntut adanya modernisasi serta
pembaruan di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan
pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-
pembaruan dan modernisasi.

7. Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India.


Merupakan gerakan yang perjuangannya kemerdekaan India dengan cara melawan dan
menentang Imperium Britania. Hal tersebut memberikan inspirasi para pelopor pergerakan
nasional di Indonesia untuk berjuang melawan penjajah.

Baca Juga: Kumpulan Informasi Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

8. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia,


seperti liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme mempercepat timbulnya nasionalisme
Indonesia.
Paham baru yang berkembang di Eropa seperti demokrasi, nasionalisme serta liberalisme
juga masuk ke negara jajahannya di Afrika dan Asia. Pengaruh dari paham baru inilah yang
membuka pola pikir rakyat untuk melawan penjajahan sehingga ada kebangkitan melawan
penindasan guna mewujudkan kehidup yang merdeka.

9. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905)


menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa Barat.
Sejarah dunia mempertontonkan bahwa ketika terjadi peperangan pada tahun 1904-1905
antara Rusia dengan Jepang, ternyata Jepang keluar sebagai pemenang dalam peperangan
tersebut. Hal ini kemudian memberi semangat juang kepada para pelopor pergerakan nasional
di Indonesia untuk mengikuti langkah jepang dalam melawan bangsa barat (Rusia).

10. Pengaruh dari gerakan nasional di negara Tetangga.


Misalnya gerakan nasional di India dan Filipina. Hal tersebut berhasi memberikan inspirasi
para pejuang pergerakan nasional di Indonesia untuk berjuang melawan penjajah.

Peristiwa-peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan

Adapun peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Proklamasi Kemerdekaan antara lain:

a. Jepang menyerah kepada Sekutu

Akibat pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika mengakibatkan Jepang
kehilangan kekuatan, sehingga Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945.
Pada pertemuan di Saigon (Vietnam) tanggal 11 Agustus 1945 pukul 11.40 waktu setempat
kepada para pemimpin bangsa Indonesia (Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman
Wediodiningrat), Jenderal Besar Terauchi menyampaikan hal-hal berikut.

1. Pemerintah Jepang memutuskan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

2. Untuk melaksanakan kemerdekaan dibentuk PPKI sebagai pengganti BPUPKI.

3. Pelaksanaan kemerdekaan segera dilakukan setelah persiapan selesai dilakukan dan


secara berangsur-angsur dari Pulau Jawa, baru disusul oleh pulau lainnya.

4. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.

5. Pada tanggal 7 Agustus 1945 diumumkan pembentukan Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Docuritsu Junbi Inkai. PPKI diketuai Ir.
Soekarno dan wakil ketuanya Drs. Moh. Hatta.

b. Peristiwa Rengasdengklok

Setelah mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu, bangsa Indonesia mempersiapkan
dirinya untuk merdeka. Waktu yang singkat itu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Perundingan-
perundingan diadakan di antara para pemuda dengan tokoh-tokoh tua, maupun di antara para
pemuda sendiri.

Walaupun demikian, di antara tokoh pemuda dengan golongan tua sering terjadi perbedaan
pendapat, akibatnya terjadilah Peristiwa Rengasdengklok.

Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Hatta dan Bung Karno beserta Ibu
Fatmawati dan Guntur Soekarno Poetra dibawa pemuda ke Rengasdengklok, kota kawedanan
di pantai utara Kabupaten Karawang, tempat kedudukan cudan (kompi) tentara Peta.

Tujuan peristiwa ini dilatarbelakangi oleh keinginan pemuda yang mendesak golongan tua
untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pemuda membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh oleh Jepang.

Setelah melalui perdebatan dan di tengah-tengahi Ahmad Soebardjo, menjelang malam hari,
kedua tokoh itu akhirnya kembali ke Jakarta. Rombongan SoekarnoHatta sampai di Jakarta
pada pukul 23.30 waktu Jawa zaman Jepang (pukul 23.00 WIB).

c. Perumusan Teks Proklamasi

Soekarno Hatta setelah singgah di rumah masing masing, kemudian bersama rombongan
lainnya menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. (tempat
Ahmad Soebardjo bekerja) untuk merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Malam itu juga segera diadakan musyawarah. Tokoh tokoh yang hadir saat itu ialah Ir.
Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, para anggota PPKI, dan para tokoh
pemuda, seperti Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah, dan Sudiro.
Tokoh-tokoh yang merumuskan teks proklamasi berada di ruang makan. Adapun tokoh yang
menulis teks proklamasi adalah Ir. Soekarno, sedangkan Drs. Mohammad Hatta dan Ahmad
Soebardjo turut mengemukakan ide-idenya secara lisan.
Perumusan teks proklamasi sampai dengan penandatanganannya baru selesai pukul 04.00
WIB pagi hari, tanggal 17 Agustus 1945.
Pada saat itu juga telah diputuskan bahwa teks proklamasi akan dibacakan di halaman rumah
Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada pagi hari pukul 10.00 WIB.

d. Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan

Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada hari Jumat


tanggal 17 Agustus 1945. Sejak pagi telah dilakukan persiapan di rumah Ir. Soekarno, untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin
menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia
menjelang pukul 10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau 10.00 WIB telah berdatangan ke
rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno itu, antara lain sebagai berikut:
a. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b. Pengibaran bendera Merah Putih.
c. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.

Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi


aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap
sempurna.

Suasana menjadi sangat hening. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dipersilakan maju beberapa
langkah dari tempatnya semula. Ir. Soekarno mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang
mantap, Ir. Soekarno dan didampingi Drs. Moh. Hatta membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

Sesaat setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dilanjutkan upacara pengibaran bendera


Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno.

Suhud mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan
mengibarkannya dengan bantuan Shodanco Latief Hendraningrat.

Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair
lagu Indonesia Raya.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo
dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh
tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Sukarni, dr. Samsi,
Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, dan Mr. Sujono.

Peran Para Tokoh Perjuangan Pada Masa 1948 - 1965

Tokoh perjuangan - Sebelum menjadi negara yang merdeka seperti sekarang ini, Indonesia
telah berjuang untuk menegakkan keamanan, perdamaian dan menjaga keutuhan wilayah
bangsa Indonesia. Banyak orang yang gugur untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ternyata perjuangan mereka tidak sampai disitu saja karena setelah Indonesia merdeka,
mereka masih harus berjuang mengatasi ancaman dari luar dan melawan ancaman dari dalam.
Inilah beberapa nama tokoh yang berperan dalam perjuangan bangsa pada masa 1948 1965.

1. Jenderal Gatot Soebroto

Jenderal Gatot Soebroto merupakan tokoh yang lahir di Banyumas Jawa Tengah, 10 Oktober
1907 dan Beliau meninggal di Jakarta, 11 Juni 1962. Semasa hidupnya, Gatot Seobroto
mempunyai peranan besar bagi bangsa Indonesia. Di tahun 1923, Gatot Seobroto yang
awalnya hanya pegawai masuk sekolah militer KNIL Magelang. Kemudian, saat Jepang
menduduki Indonesia Gatot Soebroto mengikuti pendidikan PETA di Bogor.

Setelah kemerdekaan, Gatot Soebroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan
pekerjaannya pun berlanjut sampai dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Coprs
Polisi Militer hingga menjadi Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Namanya dikenal sebagai penggagas akan perlunya sebuah Akademi Militer gabungan seperti
AD,AU, dan AL guna untuk membina para perwira muda. Kemudian, gagasan tersebut
diwujudkan dengan dibentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau
AKABRI di tahun 1965.

2. Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution

Abdul Haris Nasution merupakan tokoh yang lahir di Kotanopan, Sumatera Utara pada 3
Desember 1918 dan meninggal di Jakarta, 6 September 2000 saat umur 81 tahun. Ketika
Belanda membuka sekolah perwira cadangan Indonesia pada tahun 1940, Abdul Haris
Nasution ikut masuk dan mendaftar di sana. Kemudian, Nasution diangkat sebagai pembantu
Letnan di Surabaya.

Di tahun 1942, beliau mengalami pertamanya di Surabaya melawan Jepang. Setelah berhasil
mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II bersama dengan eks-PETA, Nasution
mendirikan Badan Keamanan Rakyat.

Pada tahun 1946, Nasution dilatik oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi
Siliwangi. Sebagai seorang tokoh militer Nasution dikenal dengan ahli perang Gerilya dan
dikenal sebagai penggagas dwifungsi ABRI. Semua gagasan perang Gerilya Nasution,
dituangkan ke dalam buku yang berjudul Fundamentals of Guerilla Warfare.
3. Letkol Slamet Riyadi

Slamet Riyadi merupakan tokoh yang lahir di Surakarta pada 26 Juli 1927 dan meninggal di
Ambon pada 4 November 1950 saat berumur 23 tahun. Setelah diangkat sebagai Komandan
Batalyon Resimen I Devisi X.

Selamet Riyadi berhasil menggalang para pemuda, menghimpun kekuatan perjuangan dari
pemuda-pemuda terlatih eks-Peta/Heiho/Kaigun dan merekrutnya dalam kekuatan Batalyon
yang dipersiapkan bermaksud untuk mempelopori perebutan sebuah kekuasaan politik serta
militer di kota Solo dari tangan Jepang.

Kemudian, Slamet Riyadi diangkat menjadi Komandan Batalyon XIV dan pasukannya sangat
aktif melakukan serangan Gerilya terhadap kedudukan militer Belanda.

Ketiga tokoh tersebut mempunyai peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia, mulai
dari perjuangan hingga pemikirannya. Itulah yang membuat nama ketiga tokoh tersebut
sebagai nama jalan di kota-kota besar di Indonesia

Peran Indonesia di Dunia Internasional

Setiap negara di dunia memiliki falsafah hidup, struktur pemerintahan, tata masyarakat,
kepentingan nasional dan potensi ekonomi yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang
menjadi alasan perlu dilakukannya hubungan kerjasama dengan Negara lain. Singkatnya,
antara Negara yang satu dengan yang lain terdapat hubungan saling kebergantungan.

Agar hubungan antarnegara dapat mendatangkan manfaat bagi kelangsungan hidup dan
kedaulatan suatu Negara, maka suatu Negara harus memiliki kebijakan sebagai suatu
landasan keterlibatan Negara dalam menjalin hubungan antarnegara. Landasan atau pedoman
penting dilakukan karena berdampak pada bangsa dan Negara yang bersangkutan.

Hubungan luar negeri yang dilakukan oleh Indonesia berdasar atas berbagai sumber-sumber
hukum yaitu Pancasila dan UUD 1945, RPJM, berbagai kebijakan yang bersifat operasional
seperti Keppres dan Kebijakan Menteri Luar Negeri.

Sikap Politik Luar Negeri Indonesia

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta
hasil dinamika ketatanegaraan Indonesia sejak Indonesia merdeka. Politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan aktif pertama kali dinyatakan pada tanggal 2 September 1948
sebagai sikap politik pemerintah saat memberikan keterangan di depan Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat.

Sikap politik luar negeri bebas aktif mengandung prinsip-prinsip :

Kebebasan menetukan nasib dan memperjuangkan kepentingan sendiri;


Tidak memihak kepada salah satu blok kekuatan dunia namun aktif mewujudkan
perdamaian dunia.

Menentang penjajahan dalam segala bentuknya dan bekerja secara saling


menguntungkan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial;

Hidup berdampingan secara damai dan bertetangga baik dengan menghormati


keadaulatan masing-masing serta tidak saling mencampuri urusan dalam negeri
masing-masing Negara.

Memajukan hubungan dan kerjasama internasional sebagai perwujudan kebijaksanaan


politik luar negeri yang bebas aktif yang diabadikan untuk kepentingan nasional.
(Affandi, 1997 : 130)

Kelima prinsip itulah yang menjadi pedoman keterlibatan Indonesia dalam hubungan
antarbangsa. Bagi Indonesia, yang menjadi landasan atau pedoman keterlibatan Indonesia
dalam menjalin hubungan dengan negara lain adalah prinsip-prinsip politik luar negeri
Indonesia. Keterlibatan ini dimanifestasikan melalui keikutsertaan Indonesia dalam berbagai
kerjasama internasional dan organisasi internasional.

Berikut adalah beberapa contoh peran indonesia di dunia internasional dalam kerjasama
regional terkini-khususnya ASEAN- dalam rangka menunjang kepentingan nasional di
berbagai bidang dan sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian dunia.

Peran Indonesia dalam ASEAN terkini


Indonesia bersama-sama dengan Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand
mendeklarasikan pendirian ASEAN dan ditandatangani oleh lima Negara tanggal 8 Agustus
1967 di Bangkok. Sebagai soko guru politik luar negeri Indonesia, ASEAN menjadi prioritas
utama bagi kebijakan luar negeri Indonesia berdasarkan visi Melalui penguatan peran dan
kepemimpinan Indonesia dalam kerja sama ASEAN, ikut mendorong proses integrasi
Komunitas ASEAN 2015 yang memberikan manfaat bagi Indonesia yang mandiri, maju,
bersatu, demokratis, aman, adil, makmur dan sejahtera.

Artikel terkait :

Tujuan ASEAN

Fungsi ASEAN

Peran Indonesia dalam ASEAN

Peran Indonesia dalam ASEAN terkini yang disarikan dari laman Kementerian Luar Negeri
Indonesia adalah :

1. Indonesia berperan aktif dalam kerjasama regional di berbagai bidang seperti


ASEAN, APEC, FEALAC, Asia Cooperation Dialogue (ACD), Asia Middle-East
Dialogue (AMED), New Asian-African Strategic Partnership (NAASP), Southwest
Pacific Dialogue (SwPD), dan Indian Ocean Rim Association (IORA).
2. Indonesia kembali menjadi tuan rumah APEC dan terpilih sebagai ketua pada tahun
2013. Indonesia pernah menjadi ketua APEC sebelumnya pada tahun 1994.

3. Indonesia menjadi tuan rumah FEALAC The 6th FEALAC Foreign Ministers
Meeting yang diselenggarakan di Bali Tahun 2013.

4. Berpartisipasi aktif dalam kerja sama ASEAN di bidang politik-keamanan, ekonomi,


sosial budaya dan pembangunan.

5. Prakarsa pembentukan ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) oleh
Indonesia telah direalisasikan oleh seluruh negara anggota ASEAN dan saat ini
Sekretariat AIPR berkedudukan di Jakarta.

6. Indonesia memprakarsai pembentukan Badan HAM ASEAN (ASEAN


Intergovernmental Committee on Human Rights/AICHR).

7. Gagasan Indonesia mengenai Indo-Pacific Treaty, yaitu treaty yang mencakup


kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas dan bertujuan untuk menciptakan kawasan yang
memiliki mutual trust and confidence

8. Indonesia menjadi Ketua ASEAN tahun 2011

9. Meyakinkan berbagai negara bahwa Myanmar mampu menjadi Ketua ASEAN.

10. Amerika Serikat dan Rusia bergabung dalam East Asia Summit atas upaya Indonesia.

11. Terkait upaya pengembangan hubungan eksternal ASEAN, Indonesia mengusulkan


adanya kemitraan yang lebih sejajar dan saling menguntungkan antara ASEAN
dengan mitra wicaranya, maupun dengan pihak eksternal lainnya (Second Generation
Partnership).

12. Untuk memastikan keberlanjutan pembangunan Masyarakat ASEAN, Indonesia


mengusulkan elemen-elemen pokok ASEAN Communitys Post 2015 Vision yang
menjadi dasar penyusunan Visi Masyarakat ASEAN Pasca 2015.

13. Di bidang kerja sama ekonomi ASEAN, Indonesia menggagas dibentuknya ASEAN
Framework on Equitable Economic Development (AFEED) dan Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

14. Indonesia menggagas penyusunan Declaration on ASEAN Unity in Cultural


Diversity: Towards Strengthening ASEAN Community.

15. Indonesia berperan aktif dalam kerja sama penanggulangan bencana alam di ASEAN
melalui pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on
Disaster Management (AHA Centre) di Jakarta.

Baca juga : Peran Indonesia dalam Organisasi ASEAN dan PBB Keuntungan Indonesia
dengan Bergabung dalam ASEAN. Peran Indonesia Dalam Gerakan Non Blok Manfaat
AFTA bagi Negara-negara Anggotanya Manfaat AFTA bagi Perekonomian Indonesia
Masyarakat ASEAN 2015

Masyarakat ASEAN 2015 dibentuk dengan tujuan :

untuk menciptakan sebuah masyarakat yang berpandangan maju,

hidup dalam lingkungan yang damai, stabil, dan makmur, yang dipersatukan oleh
hubungan kemitraan secara dinamis serta menciptakan masyarakat yang saling peduli.

Pembentukan Masyarakat ASEAN dilandasi oleh tiga pilar, yaitu Pilar Politik-Keamanan,
Pilar Ekonomi, dan Pilar Sosial Budaya guna mempererat ASEAN dalam menghadapi
perkembangan politik internasional.

Koordinasi kerja sama ketiga pilar tersebut dilakukan melalui Dewan Koordinasi ASEAN
(ASEAN Coordinating Council/ACC) yang terdiri dari Menteri Luar Negeri ASEAN. ACC
bertemu sekurang-kurangnya dua kali setahun dengan tugas mengoordinasikan tiga Dewan
Masyarakat ASEAN yang terdiri dari Dewan Masyarakat Politik-Keamanan (ASEAN
Political Security Community Council/APSCC), Dewan Masyarakat Ekonomi (ASEAN
Economic Community Council/AECC) dan Dewan Masyarakat Sosial Budaya (ASEAN
Socio-Cultural Community Council/ASCCC).

Tugas Dewan Koordinasi ASEAN

Adapun tugas Dewan Koordinasi ASEAN, antara lain:

menyiapkan KTT ASEAN,

mengoordinasikan pelaksanaan perjanjian dan keputusan KTT ASEAN,

berkoordinasi dengan Dewan Masyarakat ASEAN untuk meningkatkan keterpaduan


kebijakan, efisiensi, dan kerja sama antarDewan,

mengoordinasikan laporan Dewan Masyarakat ASEAN kepada KTT ASEAN,

mempertimbangkan laporan tahunan Sekretaris Jenderal mengenai hasil kerja


ASEAN,

mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal mengenai fungsi dan kegiatan


Sekretariat ASEAN serta badan relevan lain,

menyetujui pengangkatan dan pengakhiran masa jabatan para Deputi Sekretaris


Jenderal ASEAN berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal, dan

menjalankan tugas lain yang diatur dalam Piagam ASEAN atau fungsi lainnya seperti
yang ditetapkan oleh KTT ASEAN.

Kehidupan Politik Pada Masa Orde Baru


A.Penataan politik dalam negeri
1. Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA
dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera yaitu untuk
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet
AMPERA adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.
2. Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.
3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.
4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya.
Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk
masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet
Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi :
*Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi
*Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama
*Pelaksanaan Pemilihan Umum
*Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 3o September
*Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.

2. Pembubaran PKI dan Organisasi masanya


Suharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin keamanan, ketenangan, serta
kestabilan jalannya pemerintahan maka melakukan :
*Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan dikukuhkannya
Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966..
*Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di
Indonesia.
*Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat
Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak
hendak membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.

3. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik


Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti
menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai.
Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas
persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik,
yaitu :
a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai
Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam)
b.Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba,
IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis).
c.Golongan Karya (Golkar)

4. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali
yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa
demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan
dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).Kenyataannya pemilu
diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu
mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut
sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR.
Perimbangan tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama
enam periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang,
dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa
catatan.

6. Peran Ganda ABRI


Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda bagi
ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan
Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa TNI adalah
tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan
adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi dengan
pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi stabilisator
dan dinamisator.
6. Pemasyarakatan P4
Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman
untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan Ekaprasetia Pancakarsa.
Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR dalam sidang umum tahun
1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau biasa dikenal
sebagai P4.
Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4 secara
menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi
Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan
nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan
mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru.
Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh
pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun
1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran
P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari
sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
7. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan
oleh wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969.

B. Penataan politik luar negeri


Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, Pemerintah Orde Baru juga mengadakan
perubahan-perubahan dalam politik luar negeri. Berikut ini upaya-upaya pembaharuan dalam
politik luar negeri:
1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi
bidang pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada
tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota
PBB dan badan-badan internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional
yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa
ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-
1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28
Desember 1966.
Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan dari pihak
PBB sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua Majelis
Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB
dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan sejumlah negara seperti India,
Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat remggang akibat
politik konfrontasi Orde Lama.
2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)
Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik dengan RRC
disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam melaksanakan kudeta
tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

3. Normalisasi hubungan dengan beberapa negara


a. Pemulihan hubungan dengan Singapura
Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan
dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar).
Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada
tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya
pemerintah Singapurapun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan
hubungan diplomatik.
b.Pemulihan hubungan dengan Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di
Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:
*Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil
mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
*Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
*Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun
Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan
Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di
masing-masing Negara.
Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara pelopor berdirinya
ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik bersama menteri luar negeri/perdana
menteri Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand menandatangi kesepakatan yang disebut
Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Deklarasi tersebut menjadi awal berdirinya
organisasi ASEAN.

D. Kehidupan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Orde Baru


Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh
kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta.
Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha
penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan
pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang
menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang
lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu
pemerintah menempuh cara sebagai berikut:
1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
2. Kerja Sama Luar Negeri
3. Pembangunan Nasional
Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan
jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling
berkaitan/berkesinambungan.Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :
1. Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal
pembangunan Orde Baru.Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan
sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya dengan sasaran
dalm bidang Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani.
2. Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah
tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan
memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi
rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai
60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat
Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.
3. Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan
masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi
pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
*Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan
perumahan.
*Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
*Pemerataan pembagian pendapatan
*Pemerataan kesempatan kerja
*Pemerataan kesempatan berusaha
*Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan kaum perempuan
*Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air
*Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
4. Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal
sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.
5. Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor
pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan
pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri
memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding
sebelumnya.
6. Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada
pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor
ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis
moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis
moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan
rezim Orde Baru runtuh.
Kehidupan sosial
No Praaksara Masa Hindu-Buddha Masa Islam
.
Pemerintahan
Pemimpin ditentukan
Dalam kehidupan Pada sistem pemerintahan
secara turun-temurun
berkelompok biasanya ada yang bercorak Islam, rajanya
1. berdasarkan hak waris
seorang pemimpin bergelar sultan atau sunan
sesuai dengan peraturan
didalamnya seperti halnya para wali.
hukum kasta.
Sosial
2. Masyarakat Indonesia pada Masuknya kebudayaan Dalam ajaran Islam, tidak
masa Praaksara, tidak Hindu menjadikan mengenal kasta, yaitu
pernah menetap di suatu masyarakat Indonesia penggolongan pemeluk
tempat, Masyarakat mengenal aturan kasta, agama berdasarkan derajat
praaksara hidup dalam yaitu: (1) Kasta Brahmana, atau status sosial. Semua
kelompok-kelompok dan (2) Kasta Ksatria, (3) Kasta orang, semua pemeluk
membekali dirinya untuk Waisya. (4) Kasta Sudra dalam agama ini dipandang
menghadapi lingkungan sama status derajatnya.
sekelilingnya.
Ekonomi
3. Selain berburu, mereka juga Masyarakat mengutamakan Pada masa Islam, kegiatan
mengumpulkan tumbuhan bidang pertanian sebagai perekonomian terutama
yang mereka temukan di sumber mata pencaharian menyangkut perdagangan
alam seperti umbi-umbian, mereka. Mereka berladang sudah maju dengan pesat.
daun-daunan, dan buah- secara berpindah-pindah. Berdirinya bandar-bandar
buahan. tempat transaksi.
Pendidikan
4. Pendidikan hanya Lembaga-lembaga Pendidikan di mulai dari
dilakukan di keluarga pendidikan semacam mushola atau
karena saat itu belum asrama merupakan salah langgar. Dengan semakin
dikenal tulisan. Keluarga satu bukti pengaruh dari banyaknya warga yang
yang terdiri atas bapak dan kebudayaan Hindu- memeluk agama Islam,
ibu memberikan Buddha. Lembaga kemudian muncul lembaga
ketrampilan untuk berburu pendidikan tersebut pendidikan yang lebih besar,
dan mengumpulkan mempelajari satu bidang yaitu pondok pesantren.
makanan saja, yaitu keagamaan
Teknologi
5. Mereka membuat peralatan Mereka telah menghasilkan Perkembangan teknologi
dari batu yang masih kasar, peninggalan berupa candi masa kerajaan islam
tulang, dan kayu, seperti Borobudur, prambanan dan meliputi berbagai bidang,
kapak perimbas, alat-alat lain-lain. Pembangunan antara lain penggunaan air
serpih, dan kapak genggam Borobudur dan prambanan dan angin sebagai sumber
untuk menguliti binatang. sulit terwujud bila tidak energi, irigasi dan
didukung kemampuan yang bendungan, dan pembuatan
tinggi bidang teknologi kapal laut
Arsitektur
6. Masyarakat praaksara telah Punden berundak Islam telah memperkenalkan
mendirikan bangunan merupakan salah satu tradisi baru dalam teknologi
bangunan yang terbuat dari arsitektur Zaman arsitektur seperti masjid dan
batu, diantaranya : Menhir, Megalitikum. Arsitektur istana. Juga diperkenalkan
dolmen, sarkofagus, punden tersebut berpadu dengan dengan seni kaligrafi
berundak dan waruga budaya India yang
mengilhami pembuatan
bangunan candi yang
disertai patung induk
berupa arca.

Anda mungkin juga menyukai