Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha-usaha untuk menerapkan ideologi komunis di Indonesia tidak


pernah berhenti walaupun mendapat tantangan dan rintangan. Para kader
PKI melakukan berbagai cara, baik legal maupun illegal untuk mencapai
cita-cita mereka yaitu masyarakat Indonesia yang komunis. Cara illegal
dilakukan dengan mengadakan pemberontakan-pemberontakan, teror,
pembunuhan-pembunuhan yang menelan banyak korban bangsa sendiri. Cara
legal pun dilakukan dengan menguasai Komite Nasional Indonesia (KNI)
baik di pusat maupun daerah untuk menduduki parlemen melalui organisasi
politik dan organisasi massa. Pemberontakan-pemberontakan PKI bertujuan
menggantikan dasar negara Pancasila menjadi komunis. Pemberontakan
pertama dilancarkan pada tanggal 18 September 1948 di Madiun.
Pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya cabinet Amir
Syarifuddin tahun 1948, yaitu ditandatanganinya perundingan Renville,
ternyata perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Setelah
gagal dalam pemberontakan pertama, PKI kembali melancarkan
pemberontakan kedua pada tanggal 30 September 1965 yang dikenal dengan
nama Gerakan Tiga Puluh September (G30 S/PKI). Sebagai langkah pertama
mereka menculik dan kemudian membunuh beberapa orang perwira dan
pejabat teras TNI-AD yang dianggap sebagai lawan politik. Dalam waktu
yang relative singkat pemberontakan itu berhasil ditumpas oleh ABRI dan
rakyat yang Pancasilais. Hal ini membuktikan keampuhan dan kesaktian
Pancasila dalam melawan ideologi yang tidak sesuai dengan Pancasila
sebagai dasar negara. Dari pemberontakan-pemberontakan PKI 1948 dan
1965 itu, maka kita sepakat bahwa komunis merupakan bahaya yang perlu
kita waspadai secara terus menerus terutama pada keadaan seperti saat ini.

Bertolak dari kewaspadaan itulah kemudian dibangun Monumen


Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) yang
menyajikan berbagai kegiatan makar dan pengkhianatan PKI sejak tahun
1945 serta penumpasannya oleh rakvat Indonesia bersama ABRI. Dengan
memvisualisasikan kisah pemberontakan itu, baik berupa relief pada museum
maupun dalam bentuk diorama serta melestarikan tempat-tempat yang ada
hubungannya dengan pemberontakan, para pengunjung diharapkan dapat
mengetahui tragedi yang pernah menimpa bangsa kita yang dilakukan oleh

1
komunis. Dengan Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan
PKI (Komunis) diharapkan kewaspadaan terhadap bahaya komunis lebih
meningkat.

Berdasarkan dari usaha-usaha untuk merubah Pancasila menjadi


komunis maka penulis merasa perlu untuk melakukan kajian tentang
Monumen G30 S/PKI sebagai bukti sejarah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui:

1. Sejarah terjadinya peristiwa pemberontakan G30 S/PKI.


2. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa pemberontakan G30 S/PKI.
3. Peninggalan-peninggalan yang ada di Museum Pengkhianatan
Komunis (PKI).
4. Penumpasan pemberontakan PKI.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian perumusan masalah di atas, peneliti bertujuan:

1. Mengetahui bagaimana terjadinya peristiwa pemberontakan G30


S/PKI.
2. Mendapatkan informasi tentang siapa saja tokoh yang terlibat di
dalamnya.
3. Mencari tahu peninggalan-peninggalan peristiwa pemberontakan G30
S/PKI.
4. Mengetahui bagaimana cara penumpasan pemberontakan PKI.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapakan


dapat bermanfaat, yaitu:

1. Sebagai literature yang dapat memberikan informasi tentang peristiwa


pemberontakan G30 S/PKI.

2
2. Wisatawan, dapat menambah wawasan tentang sejarah terjadinya
pesitiwa pemberontakan G30 S/PKI dan menghargai pengorbanan
pahlawan yang ikut serta dalam peristiwa tersebut.
3. Melalui penelitian ini diharapkan hasilnya dapat dipakai sebagai
penampah wawasan pendidikan tentang peristiwa pemberontakan G30
S/PKI.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sejarah

Sejarah (bahasa Yunani: historia, yang berarti penyelidikan,


pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian) adalah studi tentang masa
lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia.

J.V. Bryce

Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan
diperbuat oleh manusia.

W. H. Walsh

Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja
bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-
pengalaman manusia pada masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga
merupakan cerita yang berarti.

Patrick Gardiner

Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh
manusia.

Roeslan Abdulgani

Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan
menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta
kemanusiaan pada masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud
untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut,
untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan
penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.

Moh. Yamin

Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan
beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.

4
Ibnu Khaldun

Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia


atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.

Aristoteles

Sejarah adalah satu sistem yang meneliti satu kejadian sejak awal dan
tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau
juga sejarah adalah peristiwa-peristiwa masalalu yang mempunyai catatan,
rekod-rekod, atau bukti-bukti yang konkret.

Herodotus

Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh


bangunnya seseorang tokoh, masyarakat, dan peradaban.

Patrick Gardiner

Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh
manusia.

2.2 Pengertian Gerakan 30 September/PKI (G30 S/PKI)

Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G30 S/PKI), Gestapu


(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah
sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai
di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia
beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta
yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.

Peristiwa (G30 S/PKI) adalah salah satu pemberontakan komunis


yang terjadi di bulan September tahun 1965. Dalam kudeta ini, setidaknya
7 perwira tinggi militer yang terbunuh. Hingga saat ini, peristiwa (G30
S/PKI) tetap menjadi perdebatan antara benar atau tidaknya partai komunis
Indonesia yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut.

Masyarakat curiga karena adanya isu yang menyatakan bahwa PKI


adalah dalang di balik terjadinya peristiwa 30 September, yang mana pada
saat itu parlemen sedang dibubarkan dan Soekarno sendiri justru
menetapkan bahwa konstitusi harus berada di bawah dekrit presiden.

5
Kronologi peristiwa (G-30 S/PKI) bermula pada tanggal 1 Oktober.
Dimulai dengan kasus penculikan 7 jenderal dan anggota staff tentara oleh
sekelompok pasukan yang bergerak dari lapangan udara menuju Jakarta
daerah selatan.

Tiga dari tujuh jenderal tersebut dibunuh di rumah mereka masing-


masing yakni antara lain seperti:

1. Ahmad Yani
2. M. T. Haryono
3. D. I. Panjaitan

Sementara itu, ketiga target lainnya yaitu Soeprapto, S. Parman, dan


Sutoyo ditangkap secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi
target utama berhasil kabur setelah melompati dinding batas Kedubes Irak.

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang


terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada
tahun 1965 anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari
pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang
mempunyai 3,5 juta anggota dan pergeakan petani Barisan Tani Indonesia
yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk Pergerakan Wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai
lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.

2.3 Pengertian Museum

Kata museum berasal dari bahasa Yunani yaitu mouseion yang


berarti tempat para muse. Muse adalah sembilan anak wanita Dewa Zeus
yang memberikan inspirasi pada seniman. Yang kemudian mouseion tersebut
dijadikan nama kuil tempat memuja dewi-dewi tersebut. Pada
perkembangannya, mouseion dipakai sebagai tempat penyimpanan hadiah
dan persembahan untuk dewa dari para umat.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan


manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah
kebudayaan.

Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan


koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang

6
disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau
kumpulan benda alam dan artefak arkeologi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Museum/museum/n gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran


tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan
sejarah, seni dan ilmu, tempat menyimpan barang kuno.

Council International Council of Museum

Museum adalah suatu lembaga yang memelihara dan memamerkan


kumpulan benda-benda koleksi yang bernilai budaya dan ilmiah untuk
tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan. Peranan museum yang utama
adalah menyajikan koleksinya kepada masyarakat untuk membantu
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan rasa senangnya.

Caleb Setiawan

Museum adalah bangunan untuk menempatkan koleksi objek untuk diteliti,


dipelajari dan dinikmati. Museum mengumpulkan berbagai material dari
berbagai tempat dan waktu yang berbeda ke dalam sebuah bangunan. Di
samping itu, museum merupakan lembaga tetap tempat memelihara,
menyelidiki, mengajar, memamerkan dan memeragakan benda konservasi
kepada masyarakat luas untuk tujuan publikasi, informasi, edukasi, dan
rekreasi.

2.4 Pengertian Pemberotakan

Pemberontakan, dalam pengertian umum, adalah penolakan terhadap


otoritas. Pemberontakan dapat timbul dalam berbagai bentuk, mulai dari
pembangkangan sipil (civil disobedience) hingga kekerasan terorganisir yang
berupaya meruntuhkan otoritas yang ada. Istilah ini sering pula digunakan
untuk merujuk pada perlawanan bersenjata terhadap pemerintah yang
berkuasa, tetapi dapat pula merujuk pada gerakan perlawanan tanpa badan
keker. Orang-orang yang terlibat dalam suatu pemberontakan disebut sebagai
"pemberontak".

7
Pemberontakan merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh
perseorangan atau kelompok tujuannya melawan pihak penguasa atau
otoritas yang sah, yang ada dalam sistem pemerintahan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pemberontakan adalah proses, cara, perbuatan memberontak, penentangan


terhadap kekuasaan yang sah. Pemberontak adalah orang yang melawan atau
menentang kekuasaan yang sah, pendurhaka.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada karya tulis ini, penulis menggunakan penelitian


kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya
menggunakan pendekatan dedukatif-indukatif. Pendekatan ini berangkat dari
suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman penelitian
berdasarkan pengalamannya yang kemudian dikembangkan menjadi
permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk
memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris
laporan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian karya tulis ini di Museum Pengkhianatan Komunis


(PKI) di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Sedangkan, waktu penelitiannya pada Hari Selasa, 27 Desember 2017 pukul
10.00 - 11.00 WIB.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data tersebut


adalah:

1. Observasi, yaitu metode yang didapat dengan cara pengamatan secara


langsung.
2. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
penelusuran melalui buku-buku dan media internet.

9
BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Terjadinya Peristiwa Pemberontakan G30 S/PKI

Sebelum terjadinya peristiwa G30 S/PKI, Partai Komunis Indonesia


(PKI) tercatat sebagai partai komunis yang paling besar di dunia tanpa
menghitung partai komunis yang ada di Uni Soviet maupun Tiongkok.
Ketika dilakukan audit pada tahun 1965, tercatat bahwa anggota aktif dari
partai ini melebihi angka 3,5 juta, belum termasuk 3 juta jiwa yang
menjadi anggota pergerakan pemuda. Selain itu, PKI juga memiliki kontrol
penuh akan pergerakan buruh, menambahkan 3,5 juta orang lagi di bawah
pengaruhnya. Hal tersebut belum berhenti, karena masih ada 9 juta anggota
dari pergerakan petani, serta beberapa gerakan lain seperti pergerakan
wanita, organisasi penulis, dan pergerakan sarjana yang membuat total
anggota PKI mencapai angka 20 juta anggota termasuk pendukung-
pendukungnya.

Yang membuat masyarakat mencurigai bahwa PKI adalah dalang di


balik terjadinya Gerakan 30 September dimulai dengan kejadian di Bulan
Juli 1959, dimana pada saat itu parlemen dibubarkan, dan Soekarno
menetapkan bahwa konstitusi ada di bawah dekrit presiden, dengan PKI
berdiri di belakang, memberikan dukungan penuh. PKI juga menyambut
gembira sistem baru yang diperkenalkan oleh Soekarno, yaitu demokrasi
terpimpin yang menurut PKI mampu menciptakan persekutuan konsepsi
NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Pada masa demokrasi
terpimpin ini sayangnya kolaborasi pemimpin PKI dengan kaum-kaum borju
yang ada di Indonesia gagal menekan pergerakan independen dari buruh
dan petani, menyebabkan banyak masalah yang tidak terselesaikan di bidang
politik dan ekonomi.

Peristiwa G30 S/PKI baru dimulai pada tanggal 1 Oktober pagi,


dimana kelompok pasukan bergerak dari Lapangan Udara Halim Perdana
Kusuma menuju daerah selatan Jakarta untuk menculik 7 jenderal yang
semuanya merupakan anggota dari staf tentara. Tiga dari seluruh korban
yang direncanakan, mereka bunuh di rumah mereka yaitu Ahmad Yani, M.
T. Haryono, dan D. I. Panjaitan. Ketiga target lain yaitu Soeprapto, S.
Parman, dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup, sementara target utama mereka,
Jendral Abdul Harris Nasution berhasil kabur setelah melompati dinding

10
yang berbatasan dengan taman di kedutaan besar Iraq. Meski begitu, Pierre
Tendean yang menjadi ajudan pribadinya ditangkap, dan anak gadisnya yang
berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak oleh regu sergap
dan tewas pada 6 Oktober. Korban tewas bertambah ketika regu penculik
menembak dan membunuh seorang polisi yang menjadi penjaga rumah
tetangga Nasution, Karel Satsuit Tubun. Korban tewas terakhir adalah
Albert Naiborhu, keponakan dari Pandjaitan, yang tewas saat menyerang
rumah jenderal tersebut. Mayat dan jenderal yang masih hidup kemudian
dibawa ke Lubang Buaya, dan semua dibunuh serta mayatnya dibuang di
sumur dekat markas tersebut.
Ketika matahari mulai terbit, sekitar 2.000 pasukan diturunkan untuk
menduduki tempat yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Merdeka,
sebuah taman yang ada di Monumen Nasional. Meski begitu, mereka tidak
berhasil menundukkan bagian timur dari area ini, karena pada saat itu
merupakan daerah markas KOSTRAD yang dipimpin oleh Soeharto. Pada
jam 7 pagi, RRI menyiarkan pesan yang berasal dari Untung Syamsuri,
komandan Cakrabiwa, regimen penjaga presiden, bahwa Gerakan 30
September telah berhasil mengambil alih beberapa lokasi strategis di Jakarta
dengan bantuan anggota militer lainnya. Mereka berkeras bahwa gerakan ini
didukung oleh Central Intelligence of America (CIA) yang bertujuan untuk
menurunkan Soekarno dari posisinya.
Yang menuliskan tinta kegagalan dalam sejarah peristiwa G30 S/PKI
kemungkinan besar adalah karena mereka melewatkan Soeharto yang mereka
kira diam dan bukan tokoh politik pada masa itu. Soeharto diberitahu oleh
tetangganya tentang hilangnya para jenderal dan penembakan yang terjadi
pada pukul 5:30 pagi, dan karena ini ia segera bergerak ke markas
KOSTRAD dan berusaha menghubungi anggota angkatan laut dan polisi,
namun tidak berhasil melakukan kontak dengan angkatan udara. Ia
kemudian mengambil alih komando angkatan darat. Kudeta ini juga gagal
karena perencanaan yang amat tidak matang dan menyebabkan para tentara
yang ada di Lapangan Merdeka menjadi kehausan di bawah impresi bahwa
mereka melindungi presiden di istana. Soeharto juga berhasil membujuk
kedua batalion pasukan kudeta untuk menyerah dimulai dari pasukan
Brawijaya yang masuk ke area markas KOSTRAD dan kemudian pasukan
Diponegoro yang kabur kembali ke Landasarn Udara Halim Perdana
Kusuma.
G30 S/PKI baru berakhir ketika pada pukul 7 malam, pasukan yang
dipimpin oleh Soeharto berhasil mengambil kembali kontrol atas semua
fasilitas yang sebelumnya direbut oleh Gerakan 30 September. Ketika sudah

11
berkumpul bersama Nasution, pada pukul 9 malam Soeharto mengumumkan
bahwa ia sekarang mengambil alih tentara dan akan berusaha
menghancurkan pasukan kontra-revolusioner dan menyelamatkan Soekarno.
Ia kemudian melayangkan ultimatum lagi yang kali ini ditujukan kepada
pasukan yang berada di Landasan Udara Halim Perdana Kusuma. Tidak
berapa lama, Soekarno meninggalkan Lanud Halim Perdana Kusuma dan
tiba di istana presiden lainnya yang berada di Bogor. Untuk jasad ke-7
orang yang terbunuh dan dibuang di Lubang Buaya sendiri baru ditemukan
pada tanggal 3 Oktober, dan dikuburkan secara layak pada tanggal 5
Oktober.

4.2 Tokoh-Tokoh yang Terlibat dalam Peristiwa Pemberontakan G30 S/PKI

Peristiwa pemberontakan G30 S/PKI yang terjadi pada tanggal 30


September 1965 hingga 1 Oktober 1965 menyebabkan terbunuhnya tujuh
perwira tiggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya.

Ketujuh jenderal TNI tersebut adalah:

1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri / Panglima Angkatan Darat / Kepala


Staf Komando Operasi Tertinggi).
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri / Panglima Angkatan
Darat bidang Administrasi).
3. Mayjen TNI M. T. Haryono (Deputi III Menteri / Panglima Angkatan
Darat bidang Perencanaan dan Pembinaan).
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri / Panglima
Angkatan Darat bidang Intelijen).
5. Brigjen TNI D. I. Panjaitan (Asisten IV Menteri / Panglima Angkatan
Darat bidang Logistik).
6. Brigjen TNI Sutoyo Sistomiharjo (Inspektur Kehakiman / Oditur
Jenderal Angkatan Darat).
7. Letnan Satu Pieree Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A. H.
Naution).

Dalam peristiwa ini juga, ada beberapa tokoh penting di Indonesia


yang hilang, terbunuh atau dihukum mati pada masa pembantaian komunis
1965-1966 di Indonesia setelah terjadinya gerakan G30 S/PKI tahun 1965.

12
Tokoh Non-PKI

1. Chaerul Saleh
Chaerul Saleh merupakan pejuang dan tokoh politik Indonesia yang
pernah menjabat sebagai menteri, wakil perdana menteri, dan ketua
MPRS antara tahun 1957 sampai 1966. Salah satu pemuda yang
menculik Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok.
(meninggal 1967 sebagai tahanan)
2. Muhammad Arief
Muhammad Arief merupakan pencipta lagu “Genjer-genjer”. (dibunuh)
3. Brigjen Soepardjo
Brigjen Soepardjo merupakan Komandan TNI Divisi Kalimantan
Barat yang memiliki peran penting dalam peristiwa Gerakan 30
September. (dihukum mati)
4. Letkol Untung Syamsuri
Letkol Untung Syamsuri merupakan Komandan Batalyon I
Tjakrabirawa yang memimpin Gerakan 30 September pada tahun
1965. (dihukum mati 1969)
5. Trubus Soedarsono
Trubus Soedarsono merupakan pematung dan pelukis naturalis
Indonesia. (dibunuh)
6. Wikana
Wikana merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, bersama
Chaerul Saleh dan Sukarni termasuk dalam pemuda yang menculik
Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok. (hilang)

Tokoh PKI

1. D. N. Aidit
D.N. Aidit merupakan ketua PKI. (meninggal dibunuh 1965)
2. Lettu Doel Arif
Lettu Doel Arif merupakan tokoh kunci dalam penculikan jenderal-
jenderal Angkatan Darat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal
oleh PKI dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. (hilang)
3. Lukman Njoto
Lukman Njoto merupakan Menteri Negara pada masa pemerintahan
Soekarno dan wakil ketua CC PKI yang sangat dekat dengan D. N.
Aidit. (ditangkap 1966 dan hilang)
4. Ibnu Parna

13
Ibnu Parna merupakan politisi fraksi PKI, pemimpin Partai Acoma,
dan aktivis buruh. (dibunuh)
5. M. H. Lukman
M. H. Lukman merupakan Wakil Ketua CC Partai Komunis
Indonesia. (dihukum mati 1965)
6. Ir. Sakirman
Ir. Sakirman merupakan petinggi Politbiro CC PKI dan kakak
kandung dari Siswondo Parman, salah satu korban yang diculik
meninggal dalam peristiwa G30 S/PKI. (hilang)
7. Sudisman
Sudisman merupakan anggota Politbiro CC PKI. (dihukum mati)
8. Syam Kamaruzzaman
Syam Kamaruzzaman merupakan tokoh kunci Gerakan 30 September
dan orang nomor satu di Politbiro PKI yang bertugas membina
simpatisan PKI dari kalangan TNI dan PNS. (dijatuhi hukuman mati
1968, dieksekusi 1986)

4.3 Peninggalan yang Ada di Museum Pengkhianatan Komunis (PKI)

Di awal tahun 1965 PKI dengan 3 juta anggota merupakan partai


komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas,
antara lain: SOBSI [Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia], Pemuda
Rakjat, Gerwani, BTI [Barisan Tani Indonesia], LEKRA [Lembaga Kebudayaan
Rakjat] dan HSI [Himpunan Sardjana Indonesia].

(Gambar 4.1 Aidit sedang berbicara di depan anggota PKI)

14
(Gambar 4.2 Barang peninggalan Jend. Ahmad Yani)

(Gambar 4.3 Rumah yang digunakan sebagai dapur umum bagi pasukan PKI
yang bertugas menculik 7 Jenderal TNI Angkatan Darat pada 30 September
1965)

15
(Gambar 4.4 Rumah yang digunakan sebagai pos komando bagi pasukan PKI
yang bertugas menculik 7 Jenderal TNI Angkatan Darat pada 30 September
1965)

(Gambar 4.5 Barang milik Mayjen S. Parman, salah satu korban dalam peristiwa
pemberontakan G-30 S/PKI)

16
(Gambar 4.6 Diorama penyiksaan Mayjen S. Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen
Sutoyo, dan Lettu Pierre Tendean di serambi rumah dalam kompleks Monumen
Lubang Buaya)

(Gambar 4.7 Sumur sedalam 12 meter dan berdiameter 75 cm yang digunakan


PKI untuk mengubur jenazah Jenderal dan korban G-30 S/PKI)

17
(Gambar 4.8 Baju berdarah dan barang milik Mayjen R. Suprapto)

(Gambar 4.9 Pakaian dan barang-barang milik Letkol Sugiyono (kiri) dan
Kolonel Katamso)

18
(Gambar 4.10 Celana berdarah dan barang-barang milik Jend. Ahmad Yani)

(Gambar 4.11 Celana berdarah dan barang-barang milik Jend. D. I. Pandjaitan)

19
(Gambar 4.12 Pakaian dan barang-barang milik Brigjen Sutoyo Sistomiharjo)

4.4 Penumpasan Pemberontakan PKI

Penumpasan G30S/PKI 1965 dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini,


semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka yang dianggap sebagai
anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui dan
ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau
dimasukkan ke camp-camp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi.
Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa
Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember). Berapa jumlah orang
yang dibantai tidak diketahui dengan persis - perkiraan yang konservatif
menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai
tiga juga orang. Namun diduga setidaknya satu juta orang menjadi korban
dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.

Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari


organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan
Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal,
terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa
Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di
tempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung mayat". Pada akhir 1965,
antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung

20
PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya
dipenjarakan di camp-camp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama
sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA menangkapi
semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan
pembantaian keji.

a. Penumpasan di Jakarta

Usaha penumpasan G30 S/PKI sedapat mungkin di lakukan tanpa


bentrokan senjata. Anggota pasukan Batalyon 530/Brawijaya minus 1
Kompi, berhasil diinsafkan dari pemberontakan dan berhasil ditarik ke
markas Kostrad di Medan Merdeka Timur. Anggota Batalyon
545/Diponegoro sekitar pukul 17.00 ditarik mundur oleh pihak pemberontak
ke Lanuma Halim Perdanakusuma. Sekitar pukul 19.15 pasukan RPKAD
sudah berhasil menduduki RRI dan Gedung Telekomunikasi dan
mengamankan pemberontakan tanpa bentrokan senjata. Sementara itu
pasukan-pasukan yang lain berhasil pula mengamankan pemberontakan.
Setelah diketahui bahwa pusat pemberontakan di sekitar Lanuma Halim
Perdana Kusuma, langkah selanjutnya adalah membebaskan Pangkalan Udara
Halim. Banyak kejadian penting terjadi pada penumpasan G30 S/PKI.
Sekalipun peranan PKI makin terungkap sebagai dalang peristiwa
G30 S/PKI dan demonstrasi menuntut pembubaran PKI semkain memuncak,
namun presiden Soekarno belum mengambil langkah–langkah ke arah
penyelesaian politik daripada masalah G30 S/PKI sebagaimana dijanjikannya.
D. N Aidit dalam pelariannya, tanggal 1 Oktober 1965 mengirim surat
kepada Presiden, yang mengusulkan supaya melarang adanya pernyataan-
pernyataan yang bersifat mengutuk G30 S/PKI serta melarang adanya tuduh
menuduh serta salah menyalahkan, diharapkan amarah rakyat terhadap PKI
reda, namun aksi-aksi terus berjalan. Saat itu, Papelrada (Penguasa
Pelaksana Dwikora Daerah) yakni Kodam, berturut–turut membekukan PKI
dan Ormas-ormasnya.

b. Penumpasan Di Jawa Tengah

Di antara pemberontakan G30 S/PKI daerah yang paling gawat


keadaannya adalah Jakarta dan Jawa Tengah. Di Jawa Tengah dan D. I.
Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso
(Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala
Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober

21
1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan
dengan Dewan Revolusi. Pemberontakan PKI ini juga terjadi di Solo,
Salatiga, Klaten, Boyolali, Semarang dengan menguasai beberapa tempat
penting seperti RRI dan gedung telekomunikasi.

Jawa Tengah merupakan basis PKI yang kuat, oleh karena itu Aidit
memilih Jawa Tengah sebagai tempat pelariannya. Akan tetapi dengan usaha
dari komando ABRI berturut-turut kota yang pernah dikuasai oleh pihak
G30 S/PKI berhasil direbut kembali. Sebelum tertangkap tanggal 22
November 1965 di Jawa Tengah, D. N Aidit mengeluarkan “Instruksi
Tetap” pada tanggal 10 November 1965 yang ditujukan kepada seluruh
CDB PKI seluruh Indonesia. Setelah dikeluarkannya Instruksi Tetap Aidit
gerakan pengacauan PKI mulai melemah dan pembubaran serat pembakaran
Bendera PKI dilakukan. Namun, alasan kurang jelas karena keinsafan atau
taktik semata sesuai dengan Istruksi Tetap Aidit. Terbukti PKI masih
mendirikan SPR (Sekolah perlawanan Rakyat), KKPR (Kursus Kilat Perang
Rakyat), serta menyusun Kompro-Kompro (Komite Proyek) sebagai Basis
menuju kembalinya PKI. Dengan pembentukan badan-badan di atas terbukti
PKI juga tetap melancarkan usaha pengukuhan kembali. Tetapi penumpasan
PKI di berbagai daerah tetap dilaksakan. Misalnya di Blitar Selatan PKI
menpengaruhi rakyat dengan 3T (tidak tahu, tidak mengerti, tidak kenal)
dan operasi penumpasan ini diberi nama operasi Trisula dilaksakan pada
tanggal 3 juli 1965 dan mengimbangi 3T dengan 3M (Menyerah,
Membantu, atau Mati) penumpasan PKI dan ormas-ormasnya pun terus-
menerus dilakukan.

Penyelesaian aspek politik sebagaimana diputuskan dalam sidang


kabinet Dwikora 6 Oktober 1965 akan ditangani langsung oleh presiden
Soekarno. Dan aksi penghapusan terhadap PKI terus meningkat, yang
dipelopori oleh KAPPI, KAMI, KAPI, KABI, KASI, KAWI, KAGI, dan
lainnya. Dan kemudian membulatkan kesatuan dalam barisan dan
membentuk Front Prancasila.

Setelah lahirnya Front Pancasila tuntutan pembubaran PKI terus


meningkat. Konflik politik makin menjurus dan situasi ekonomi semakin
memburuk. Lalu tercetuslah Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat (Tritura).
Pada tanggal 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan
Front Pancasila ini mendatangi gedung DPR-GR mengajukan 3 buah
tuntutan yaitu:

22
1. Pembubaran PKI
2. Pembersihan Kabinet dari unsur-unsur G-30 S/PKI
3. Penurunan harga/perbaikan ekonomi.

Perkembangan selanjutnya mengenai masalah tuntutan pembubaran


PKI, dilaksanakan oleh Letnan Jendral Soeharto tanggal 12 maret 1966
sehari setelah menerima Surat Perintah 11 Maret (SP 11 Maret/Supersemar).
Sejak itu dimulailah koreksi total atas segala penyelewengan yang dilakukan
Orde Lama. Karena itu tanggal 11 maret 1966 sebagai permulaan Orde
Baru.

23
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Peristiwa pemberontakan G30 S/PKI adalah sebuah peristiwa yang


terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965
ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya
dibunuh dalam suatu usaha kudeta.

Tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya antara lain: Letjen Ahmad


Yani, Mayjen R. Suprapto, Mayjen M. T. Haryono, Mayjen S. Parman,
Brigjen D. I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo Sistomiharjo, Letnan Satu Pierre
Andreas Tendean. Mereka disiksa dan dibunuh, kemudian mayatnya diseret
dan dimasukkan ke lubang yang berdiameter 75cm yang disebut lubang
buaya.

Peninggalan-peninggalan peristiwa pemberontakan masih disimpan dan


tersusun rapi di dalam Museum Pengkhianatan Komunis (PKI). Salah satu
contohnya yaitu masih terdapat baju dan barang milik Jend. Ahmad Yani.
Di sana juga terdapat diorama penyiksaan ke tujuh jenderal yang dilakukan
di serambi rumah yang ada di Kompleks Lubang Buaya.

Cara-cara yang dilakukan oleh partai komunis dalam usaha kudeta


yaitu merebut kekuasaan dari tangan pemerintah sangat kejam. Oknum PKI
ini melancarkan isu yaitu isu dewan jendral yakni yang mengungkapkan
bahwa adanya beberapa petinggi angkatan darat yang tidak puas terhadap
Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Hal ini dilakukan untuk
mencari kambing hitam atas rencana kudeta G30 S/PKI terhadap
pemerintah. G30 S/PKI 1965 sampai saat ini masih menyisakan misteri
yang membingungkan, dan kejadian tersebut juga masih sangat terasa begitu
mengerikan. Isu bahwa adanya keterlibatan Soeharto pun mencuak setelah
berjalannya orde baru sampai pada keruntuhannya. Sejarah panjang terjadi
di Indonesia yang membuat bangsa lebih dewasa dalam menyikapi peristiwa
yang dapat menjadi catatan sejarah bangsa.

24
5.2 Saran

Pelaksanaan karya wisata memiliki tujuan yang sangat strategis


dalam upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena
itu, disarankan agar kegiatan karya wisata ini terus dilakukan dengan
mengambil objek yang lebih menantang sehingga upaya meningkatkan daya
nalar kemampuan dan keterampilan di kalangan siswa pada umumnya dan
siswa MAN 1 Bandar Lampung pada khususnya terus dikembangkan. Selain
itu, penyelenggaraan karya wisata perlu dilakukan persiapan yang lebih
matang. Oleh karena itu, disarankan agar dalam menyelenggarakan kegiatan
tersebut dengan waktu yang lebih lama sehingga siswa dapat merencanakan
dengan baik dan benar yang berakibta pada hasil yang lebih baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.thearoengbinangproject.com/museum-pengkhianatan-pki-jakarta/

http://globallavebookx.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-museum-menurut-para-
ahli.html

http://www.portalsejarah.com/sejarah-peristiwa-g30spki.html

http://pojoksatu.id/news/2015/09/30/50-tahun-g30s-pki-14-daftar-tokoh-penting-
indonesia-terbunuh-pada-masa-pembantaian-komunis/

http://dickyrachmadie.blogspot.co.id/2013/06/penumpasan-pemberontak-pki-
madiun.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_tokoh_yang_meninggal_dalam_pembersihan_anti-
komunis_Indonesia

http://www.frewaremini.com/2014/12/barang-peninggalan-korban-g-30-spki.html

http://munggukskd.blogspot.co.id/

http://everlastinglee.blogspot.co.id/2013/01/ilmu-kita-contoh-penutup-dalam-karya.html

http://www.fauzulmustaqim.com/2015/12/makalah-gerakan-g30spki.html

http://asmara-canda.blogspot.co.id/2012/10/mengenang-g-30-spki.html

26

Anda mungkin juga menyukai