Anda di halaman 1dari 4

RESUME OUTING CLASS MONUMEN NASIONAL PANCASILA

NAMA : SATRIO ADITYA AFFAREL


KELAS : X-1

A. Outing Class
Pada hari Rabu, 30 Januari 2024, kami siswa/siswi kelas 10 melaksanakan kegiatan outing
class di Gedung Nusantara DPR RI dan Monumen Pancasila. Tempat pertama yang kami
kunjungi, yaitu Gedung Nusantara DPR RI. Kami mengunjungi Gedung Nusantara DPR RI
dari pukul 11.00 sampai pukul 14.00. Kemudian, setelah dari Gedung DPR RI, kami
melanjutkan perjalanan ke tempat kedua, yaitu Monumen Pancasila Sakti. Sebelum memasuki
Monumen Pancasila, Ibu Any Maryati S. Pd melakukan registrasi terlebih dahulu.
Seluruh siswa/siswi diperintahkan untuk mengumpul di depan Gedung Paseban untuk
menunggu pemandu lokal dan pembagian kelompok. Siswa/siswi kelas 10 dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B. Setelah pembagian kelompok, kami diarahkan
menuju gapura museum untuk dijelaskan latar belakang monumen Pancasila Sakti atau Lubang
Buaya. Kemudian, kami dipandu menuju Museum Pengkhianatan PKI, Museum Paseban, 3
Rumah Bersejarah, Sumur Maut, Tugu Pahlawan Revolusi, dan yang terakhir beberapa deret
mobil bersejarah.

B. Monumen Pancasila Sakti


1. Latar Belakang Berdirinya Monumen Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti merupakan sebuah museum yang dibangun di Jl. Raya Pd.
Gede, RT.4/RW.12, Daerah Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Usulan
mengenai berdirinya monumen ini lahir dari gagasan Presiden Soeharto. Monumen inni
dibuat oleh seniman Indonesia, Edhi Sunarso. Bangunan tersebut didirikan di atas tanah
seluas 14,6 hektar pada pertengahan Agustus 1976 dan diresmikan pada 1 Oktober 1973.
Sebelum menjadi sebuah museum, tempat ini mulanya merupakan tanah atau kebun
kosong yang dijadikan sebagai tempat penimbunan para jenderal dari Gerakan 30
September 1965.
Monumen Pancasila Sakti dalam sejarahnya dibangun untuk menyatakan bahwa
Pancasila tidak berhasil digoyahkan oleh usaha pemberontakan apa pun dan akan tetap
tegak berdiri sebagai ideologi negara yang sah. Pemberontakan PKI dapat ditumpas dalam
waktu singkat yang menunjukkan bahwa Pancasila tidak dapat diganggu gugat.

2. Tujuan Didirikannya Monumen Pancasila Sakti


Tujuan berdirinya museum ini adalah untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan
khususnya pahlawan revolusi yang telah mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya
ideologi Pancasila, mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang
mempertahankan ideologi Pancasila dari ancaman ideologi komunis, dan menjadikan
tempat ini sebagai peringatan buat kita semua agar kejadian semacam itu tidak terulang
kembali.
C. Gerakan 30 September 1965 PKI
1. Sejarah G30S PKI
Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN
Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata
walaupun diperoleh melalui sistem parlementer. G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi
Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era Demokrasi
Terpimpin diterapkan, yakni tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno. Hal lain
yang menyebabkan mencuatnya gerakan ini adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan
PKI.

2. Tujuan G30S PKI


Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan
mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI disebut
memiliki lebih dari 3 juta anggota dan membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga
di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet. Selain itu, beberapa tujuan lainnya dari G30S PKI,
yaitu:
a. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
menjadikannya sebagai negara komunis.
b. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.
c. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam
membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk
mewujudkan masyarakat komunis.
d. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
e. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian
kegiatan komunisme internasional.

3. Kronologi Peritiwa G30S PKI


G30S PKI terjadi pada tengah malam, pergantian hari Kamis, 30 September 1965
menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965. Peristiwa ini dimotori oleh pemimpin terakhir PKI,
yakni DN Aidit. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI ini mengincar perwira
tinggi TNI AD Indonesia.
Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan oleh PKI menimbulkan
kecurigaan dari kelompok anti-komunis. Tindakan tersebut juga mempertinggi persaingan
antara elit politik nasional. Kecurigaan semakin mencuat dan memunculkan desas-desus
di masyarakat, terlebih menyangkut kesehatan Presiden Soekarno dan Dewan Jenderal
Angkatan Darat. Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan Kolonel Untung, Komandan
Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa, yakni pasukan khusus pengawal Presiden,
memimpin sekelompok pasukan dalam melakukan aksi bersenjata di Jakarta. Pasukan
tersebut bergerak meninggalkan daerah Lubang Buaya.
Kudeta yang sebelumnya dinamakan Operasi Takari diubah menjadi Gerakan 30
September. Mereka menculik dan membunuh para perwira tinggi Angkatan Darat. Tiga
dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sementara itu,
beberapa lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya. Keenam perwira tinggi yang
menjadi korban G30S PKI antara lain, yaitu Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani,
Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor
Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, dan Brigadir
Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, serta gugur pula ajudan dari Jenderal Nasution,
yaitu Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.
FOTO-FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai