1. Sebelum perjalanan untuk melihat area-area bersejarah di monumen pancasila sakti dijelaskan terlebih dahulu tentang kejadian yang terjadi disana dengan tour guide yang bernama pak Nanan. Setelah di jelaskan pak Nanan mengarahkan untuk melihat rumah penyiksaan yaitu tempat di siksanya pahlawan yang masih hidup ketika di culik. Lalu ke sumur maut yaitu sumur yang digunakan PKI untuk mengubur 7 pahlawan. Lalu berfoto di patung 7 pahlawan dan burung Garuda. Lalu ke dapur umum yaitu rumah milik ibu Amroh seorang janda yang bekerja berdagang pakaian, lalu melihat mobil PN. ARTHA YASA yaitu salah satu mobil yang digunakan PKI untuk membawa para pahlawan ke desa Lubang Buaya. Setelah itu melihat mobil dinas bapak Jendral Ahmad Yani berwarna hijau dengan plat AD – 1. Setelah itu masuk ke museum PASEBAN yaitu museum yang di dalamnya terdapat ilustrasi beberpa kejadian yaitu ketika 7 jendral diculik di rumah mereka masing – masing, wilayah yang dikuasai oleh PKI, ketika Ade Irma atau anak bungsu dari A.H Nasution dipelukan sang ibunda setelah tertembak dan dikelilingi PKI. 2. Pak Nanan atau tour guide menjelaskan tentang Lubang Buaya itu adalah nama sebuah desa tempat di siksanya 7 pahlawan oleh PKI dan juga tempat di kuburnya 7 pahlawan di sumur maut, lalu dijelaskan juga bagaimana 7 pahlawan diculik dari rumah mereka masing – masing, Jendral Ahmad Yani yang sedang berada di rumahnya pada dini hari para kelompok PKI berbincang – bincang dengan pengawal Ahmad Yani dan mengatan ada pesan dari presiden saat pengawal lengah mereka disekap dan senjata dilucuti saat Ahmad Yani muncul didepan pintu Ruswad mengatakan bahwa presiden membutuhkan dirinya Ahmad Yani meminta untuk mandi dan berganti baju akan tetapi permintaanya ditolak lalu meminta untuk mencuci muka dan berganti baju tetap ditolak Ahmad Yani pun kesal lalu menampar salah satu dari kelompok PKI tersebut saat Ahmad Yani membalikan badan dan menutup pintu ditembak Letjen Ahmad Yani dari balik pintu sampai bolong bagian kaca di pintu itu, lalu penculikan Mayjen Soeprapto yang tidak bisa tidur malam itu diketuk pintunya oleh kelompok PKI mengatakan bahwa dirinya presiden ingin bertemu denganya dengan menggunkan baju oblong, sarung, dan sandal dibawa ke truk untuk di bawa ke desa lubang buaya, lalu penculikan Mayjen M. T. Haryono yang mendengar suara pasukan PKI menyuruh anak – anaknya dan istrinya ke halaman belakang lalu diketuk pintu rumahnya M. T. Haryono pun menjawab “kalau mau ketemu besok pagi saja di kantor jam 08.00” saat itu juga kelompok PKI masuk ke rumah M. T. Haryono dengan mendobrak pintunya di dalam rumah gelap karena semua lampu dimatikan seketika sekelebat bayangan bergerak di tembaklah bayangan yang ternyata adalah M. T. Haryono, lalu penculikan Mayjen S. Parman yaitu pada dini hari dirinya mengira itu adalah perampokan di rumah tetangganya langsung terjaga bersama istrinya Mayjen S. Parman pun bertanya kepada pasukan PKI apa yang terjadi lalu dijawab bahwa ada perintah dari presiden untuk menjemput dirinya setelah berganti pakaian Mayjen S. Parman membisikan kepada istrinya untuk menghubungi Letjen Ahmad Yani ternyata pasukan PKI mendengar perintah tersebut segera pasukan PKI merampas telepon itu dan membawa pergi Mayjen S. Parman, lalu prnculikan Brigjen D. I. Panjaitan saat pasukan PKI tiba di rumah Beliau mereka pun membuka pagar dengan paksa kedua kerabat Brigjen D. I. Panjaitan mendengar suara kelompok PKI mereka bergegas mempersiapkan senjata api untuk melawan namun naas kedua kerabat Panjaitan tertembak terlebih dahulu lalu Panjaitan diminta untuk turun dari lantai 2 jika tidak seluruh keluarga akan dibunuh ketika ingin menghubungi polisi sambungan telepon sudah diputus lebih dulu setelah berganti baju Panjaitan pun turun ketika di halaman rumahnya Panjaitan dipukul dan ditembak sampai tewas ditempat, penculikan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo ketika pasukan penculik datang langsung melumpuhkan penjaga sipil lalu pergi ke kamar Brigjen Sutoyo membujuk untuk membukakan pintu kamarnya dengan alasan ingin menyampaikan surat dari Presiden ketika sudah di buka pintunya Brigjen Sutoyo diringkus di kamarnya tanganya diikat, matanya ditutup, dan dibawa ke truk menuju ke desa lubang buaya, lalu penculikan Jendral Nasution yang gagal dalam penculikan inu Lettu Pierre Tendean yang merupakan ajudan Jendral Nasution menjadi korban penculikan. Kematian Ade Irma atau anak bungsu dari Jendral Nasution karena ditembak karena mnanjadi tameng saat ayahnya ditembak oleh pasukan PKI yang langsung dibawa ke rumah sakit bertahan selama 6 hari lalu meninggal di rumah sakit. Saat 6 Jendral dan 1 Perwira dengan keadaan 3 dalam keadaan meninggal dan 4 dalam keadaan masih hidup, 4 pahlawan yang masih hidup di siksa di rumah penyiksaan dan setelah meninggal 7 pahlawan dimasukan ke sumur maut depan posisi kepala terlebih dahulu lalu ditembak beberapa kali sumur itu pun ditutup dengan sampah – sampah yang ada di sana lalu ditanam pohon pisang. Lalu pada tanggal 3 oktober ditemukan sumur maut yang di atasnya ditanami pohon pisang dengan keadaan hujan rintik – rintik sebelum maghrib dan tanggal 4 oktober jenazah ke 7 pahlawan di evakuasi lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.