Pada pukul 03.00 dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Pasukan Cakrabirawa yang
ditugaskan untuk menculik Jenderal A.H. Nasution berangkat dari desa Lubang
Buaya menggunakan 3 truk dan 2 jeep. Pasukan penculik ini dipimpin oleh
Pelda Djahurub.
Istri Nasution membawa anak mereka, namun pasukan PKI menembaki anak
Nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution. Istri Nasution pun
menyuruh Nasution agar melompat tembok rumah dan melarikan diri.
Istri Nasution : Pak Nasution ada di Bandung, kalian kesini hanya ingin
membunuh anak saya.
Pada dini hari pukul 03.00 tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Cakrabirawa yang
bertugas untuk menculik Letjen Ahmad Yani berangkat dari desa Lubang
Buaya. Pasukan penculik ini dipimpin oleh Peltu Mukidjan dengan
menggunakan 2 truk dan 2 bus. Pasukan ini sangat besar jumlahnya karena
Letjen Ahmad Yani merupakan target utama penculikan G30S/PKI.
Letjen Ahmad Yani : baiklah kalau begitu, saya akan mandi terlebih dahulu.
Letjen Ahmad Yani : paling tidak cuci muka dan berganti pakaian.
Letjen Ahmad Yani : LANCANG KAUU!!! TAU APA KALIAN SEMUA!! (sambil
menampar Sersan Raswad)
Letjen Ahmad Yani menutup pintu dan kembali kedalam rumah. Saat itulah
Sersan Raswad memerintahkan Kopda Gijadi untuk menembak tubuh Letjen
Ahmad Yani hingga tewas. Mereka menyeret tubuh Letjen Ahmad Yani keluar
dari rumah dan dilemparkan ke salah satu truk yang mereka bawa. Mereka
semua kembali ke desa Lubang Buaya.
Dini hari pukul 03.00 tanggal 1 Oktober 1965, Pasukan penculik mendatangi
rumah Mayjen Soeprapto di Jalan Besuki no.19 Jakarta Pusat. Pasukan
Cakrabirawa ini terbagi menjadi 2 regu. Regu 1 dipimpin Serka Sulaiman dan
regu 2 dipimpin Serda Sukiman.
Serda Sukiman : tidak usah ganti pakaian Jenderal, ikut saja dengan kami
sekarang jugaa!
Serka Bungkus : Jenderal Haryono dipanggil oleh istana dan diminta untuk
segera menghadap Presiden.
(dikamar..)
Istri Mayjen Haryono : pak, Cakrabirawa datang dan kata mereka kau diminta
ke istana untuk menghadap Presiden.
Mayjen Haryono : suruh mereka kembali kesini lagi jam 08.00 pagi.
Istri Mayjen Haryono pun menyampaikan itu kepada para pasukan penculik,
namun mereka menolak. Merasa curiga, Mayjen M.T.Haryono pun menyuruh
istri dan anaknya untuk pindah kekamar sebelah.
Serka Bungkus : CEPAT KELUAR JENDERAL, ATAU TIDAK PINTU KAMAR INI
AKAN DIDOBRAK DAN AKAN KAMI TEMBAKI!!!
Karena permintaannya tidak dipenuhi, para pasukan PKI pun mendobrak dan
menembaki pintu kamar sehingga pintu kamar terbuka dan kamar dalam
keadaan gelap. Salah seorang penculik membakar surat kabar sebagai
penerang. Disaat saat yang mencekam, Mayjen M.T.Haryono mencoba
merebut senjata salah satu penculik, namun gagal. Saat Mayjen M.T.Haryono
mencoba berlari meninggalkan kamar, Serka Bungkus menembaknya hingga
tewas. Jenazahnya dibawa ke salah satu truk dan mereka membawanya ke
desa Lubang Buaya.
PENCULIKAN MAYOR JENDERAL TNI SISWONDO PARMAN.
Serma Satar : tidak usah banyak bicara Jenderal, ayo cepat ikut kami!!
Para pasukan PKI membawa Mayjen S.Parman ke salah satu truk dan mereka
kembali ke ke desa Lubang Buaya.
Pada dini hari 1 Oktober 1965 pukul 03.00, pasukan penculik berangkat dari
desa Lubang Buaya. Pasukan ini dibagi menjadi 3 regu. Regu 1 dipimpin oleh
Serda Soedibjo, regu 2 dipimpin oleh Serda Ngatidjo, dan regu 3 dipimpin oleh
Kopda Dasuki. Sesampainya di kediaman Brigjen Soetojo S., mereka menyebar
sesuai rencana. Regu 1 yang bertugas menculik Brigjen Soetojo S. masuk dari
arah depan dan belakang.
Serda Soedibjo : kau ini lancang sekali, bodoh!!!
Setelah menerima kunci dari pembantu rumah tangga Brigjen Soetojo S.,
selanjutnya para penculik menggedor pintu kamar dan dibuka oleh Brigjen
Soetojo S.
Dini hari 1 Oktober pada pukul 03.00, pasukan Cakrabirawa penculik Brigjen
D.I.Panjaitan bergerak dari desa Lubang Buaya. Pasukan penculik ini dipimpin
oleh Serma Sukardjo. Sesampainya di kediaman Brigjen D.I.Panjaitan, mereka
langsung mengepung rumah tersebut dengan cara melompat pagar kiri
menuju ke pavilyun. Mereka membuka paksa pavilyun dan mengancam
seluruh anggota keluarga serta menembak ke segala arah yang menyebabkan
salah seorang anggota keluarga tewas dan perabotan rumah hancur. Para
penculik berteriak, memerintahkan agar Brigjen D.I.Panjaitan untuk segera
turun.
Serma Sukardjo : turun kau, Jenderal bajingan!!
Serma Sukardjo : tidak usah banyak omong kau Jenderal keparat, cepat ikut
kami!!!
Para pasukan PKI membawa Lettu Czi P.A.Tendean dengan tangan diikat dan
mendorongnya ke salah satu kendaran. Mereka kembali ke desa Lubang Buaya.