Anda di halaman 1dari 7

Gerakan 30 September/PKI

Pada pukul 03.00 dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Pasukan Cakrabirawa yang
ditugaskan untuk menculik Jenderal A.H. Nasution berangkat dari desa Lubang
Buaya menggunakan 3 truk dan 2 jeep. Pasukan penculik ini dipimpin oleh
Pelda Djahurub.

Istri Jenderal Nasution : (mengintip keluar kamar) Pak, pasukan Cakrabirawa!


Jenderal Nasution : jaga anak anak!!

Jenderal Nasution membuka pintu, namun ia langsung ditembaki pasukan PKI.


Jenderal Nasution menjatuhkan diri kebawah untuk menghindari tembakan.

Jenderal Nasution : bawa anak anak kekamar sebelah bu, cepat!!!

Istri Nasution membawa anak mereka, namun pasukan PKI menembaki anak
Nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution. Istri Nasution pun
menyuruh Nasution agar melompat tembok rumah dan melarikan diri.

Pelda Djahurub : mana Nasution?

Istri Nasution : Pak Nasution ada di Bandung, kalian kesini hanya ingin
membunuh anak saya.

Pelda Djahurub : semua pasukan berkumpul, sekarang!!

Jendera A.H.Nasution akhirnya berhasil melarikan diri tanpa sepengetahuan


pasukan PKI. Para pasukan PKI pun kembali ke desa Lubang Buaya.

PENCULIKAN LETNAN JENDERAL TNI AHMAD YANI.

Pada dini hari pukul 03.00 tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Cakrabirawa yang
bertugas untuk menculik Letjen Ahmad Yani berangkat dari desa Lubang
Buaya. Pasukan penculik ini dipimpin oleh Peltu Mukidjan dengan
menggunakan 2 truk dan 2 bus. Pasukan ini sangat besar jumlahnya karena
Letjen Ahmad Yani merupakan target utama penculikan G30S/PKI.

Letjen Ahmad Yani : ada apa ini?


Sersan Raswad : bapak diminta menghadap Presiden, sekarang juga!!

Letjen Ahmad Yani : baiklah kalau begitu, saya akan mandi terlebih dahulu.

Sersan Raswad : Tidak usah mandi, Jenderal!!

Letjen Ahmad Yani : paling tidak cuci muka dan berganti pakaian.

Sersan Raswad : tidak perlu!!

Letjen Ahmad Yani : LANCANG KAUU!!! TAU APA KALIAN SEMUA!! (sambil
menampar Sersan Raswad)

Letjen Ahmad Yani menutup pintu dan kembali kedalam rumah. Saat itulah
Sersan Raswad memerintahkan Kopda Gijadi untuk menembak tubuh Letjen
Ahmad Yani hingga tewas. Mereka menyeret tubuh Letjen Ahmad Yani keluar
dari rumah dan dilemparkan ke salah satu truk yang mereka bawa. Mereka
semua kembali ke desa Lubang Buaya.

PENCULIKAN MAYOR JENDERAL TNI RADEN SOEPRAPTO.

Dini hari pukul 03.00 tanggal 1 Oktober 1965, Pasukan penculik mendatangi
rumah Mayjen Soeprapto di Jalan Besuki no.19 Jakarta Pusat. Pasukan
Cakrabirawa ini terbagi menjadi 2 regu. Regu 1 dipimpin Serka Sulaiman dan
regu 2 dipimpin Serda Sukiman.

Serka Sulaiman : bapak diminta ke istana dan menghadap Presiden sekarang!

Mayjen Soeprapto : baiklah, saya akan mengganti pakaian dulu.

Serda Sukiman : tidak usah ganti pakaian Jenderal, ikut saja dengan kami
sekarang jugaa!

Para penculik memaksa Mayjen Soeprapto keluar sambil menodongkan senjata


mereka. Beberapa orang memegang tangan Mayjen Soeprapto dan
memaksanya naik kedalam salah satu truk yang mereka bawa. Mereka semua
kembali ke desa Lubang Buaya.
PENCULIKAN MAYOR JENDERAL TNI MAS TIRTODARMO HARYONO.

Operasi penculikan Mayjen M.T.Haryono dilaksanakan dini hari 1 Oktober 1965


yang dipimpin oleh Serka Bungkus. Setibanya dirumah Mayjen M.T.Haryono,
para penculik berpencar menjadi 3 kelompok sesuai rencana yang sudah
mereka susun. Mereka mengetuk pintu rumah dan dibukakan oleh istri Mayjen
M.T.Haryono.

Serka Bungkus : mana suamimu???

Istri Mayjen Haryono : tunggu sebentar, ada apa ini sebenarnya?

Serka Bungkus : Jenderal Haryono dipanggil oleh istana dan diminta untuk
segera menghadap Presiden.

Istri Mayjen Haryono : tunggu sebentar, akan saya bilang ke suamiku.

(dikamar..)

Istri Mayjen Haryono : pak, Cakrabirawa datang dan kata mereka kau diminta
ke istana untuk menghadap Presiden.

Mayjen Haryono : suruh mereka kembali kesini lagi jam 08.00 pagi.

Istri Mayjen Haryono pun menyampaikan itu kepada para pasukan penculik,
namun mereka menolak. Merasa curiga, Mayjen M.T.Haryono pun menyuruh
istri dan anaknya untuk pindah kekamar sebelah.

Serka Bungkus : CEPAT KELUAR JENDERAL, ATAU TIDAK PINTU KAMAR INI
AKAN DIDOBRAK DAN AKAN KAMI TEMBAKI!!!

Karena permintaannya tidak dipenuhi, para pasukan PKI pun mendobrak dan
menembaki pintu kamar sehingga pintu kamar terbuka dan kamar dalam
keadaan gelap. Salah seorang penculik membakar surat kabar sebagai
penerang. Disaat saat yang mencekam, Mayjen M.T.Haryono mencoba
merebut senjata salah satu penculik, namun gagal. Saat Mayjen M.T.Haryono
mencoba berlari meninggalkan kamar, Serka Bungkus menembaknya hingga
tewas. Jenazahnya dibawa ke salah satu truk dan mereka membawanya ke
desa Lubang Buaya.
PENCULIKAN MAYOR JENDERAL TNI SISWONDO PARMAN.

Pasukan penculik pimpinan Serma Satar yang bertugas menculik Mayjen


S.Parman berangkat dari desa Lubang Buaya pada dini hari 1 Oktober 1965
pukul 03.00. sesampainya dirumah Mayjen S.Parman, mereka melompat pagar
dan masuk ke pekarangan rumah.

Serma Satar : bapak diminta menghadap Presiden sekarang juga!!!!

Mayjen S.Parman : baik, saya ganti pakaian saya dulu.

Mayjen S.Parman kembali kekamar dan mengganti pakaiannya diikuti oleh


para penculik dengan todongan senjata. Melihat perlakuan yang tidak wajar,
Istri Mayjen S.Parman menanyakan surat perintah mereka. Mayjen S.Parman
berpesan agar istrinya melaporkan kepada Letjen Ahmad Yani.

Mayjen S.Parman : bu, coba telepon pak Ahmad Yani sekarang.

Istri Mayjen S.Parman : iya pak.

Serma Satar : (berlari kearah telepon dan memutuskan kabelnya)

Mayjen S.Parman : Lohh, kenapa telepon saya diputus????

Serma Satar : tidak usah banyak bicara Jenderal, ayo cepat ikut kami!!

Para pasukan PKI membawa Mayjen S.Parman ke salah satu truk dan mereka
kembali ke ke desa Lubang Buaya.

PENCULIKAN BRIGADIR JENDERAL TNI SOETOJO SISWOMIHARDJO

Pada dini hari 1 Oktober 1965 pukul 03.00, pasukan penculik berangkat dari
desa Lubang Buaya. Pasukan ini dibagi menjadi 3 regu. Regu 1 dipimpin oleh
Serda Soedibjo, regu 2 dipimpin oleh Serda Ngatidjo, dan regu 3 dipimpin oleh
Kopda Dasuki. Sesampainya di kediaman Brigjen Soetojo S., mereka menyebar
sesuai rencana. Regu 1 yang bertugas menculik Brigjen Soetojo S. masuk dari
arah depan dan belakang.
Serda Soedibjo : kau ini lancang sekali, bodoh!!!

ART Brigjen Soetojo S. : (tetap diam dan tidak memberikan jawaban)

Serda Soedibjo : KATAKAN CEPAT!! MAU MATII KAU? MAUU DITEMBAKK??


AYOO KATAKANN CEPATTT!!!!

ART Brigjen Soetojo S. : bapak ada di kamar.

Serda Soedibjo : cepat berikan kunci ruang tengah, sekarang juga.

Setelah menerima kunci dari pembantu rumah tangga Brigjen Soetojo S.,
selanjutnya para penculik menggedor pintu kamar dan dibuka oleh Brigjen
Soetojo S.

Pratu Sumardi : bapak diminta menghadap presiden sekarang, karena keadaan


negara sedang genting.

Brigjen Soetojo S. : sekarang juga?

Pratu Sumardi : Siap, Jenderal!

Pratu Sumardi dan Serda Soedibjo mengapit Brigjen Soetojo S. dan


membawanya keluar serta dinaikkan ke salah satu kendaraan. Selanjutnya
mereka kembali ke desa Lubang Buaya.

PENCULIKAN BRIGADIR JENDERAL TNI DONALD ISACCUS PANJAITAN.

Dini hari 1 Oktober pada pukul 03.00, pasukan Cakrabirawa penculik Brigjen
D.I.Panjaitan bergerak dari desa Lubang Buaya. Pasukan penculik ini dipimpin
oleh Serma Sukardjo. Sesampainya di kediaman Brigjen D.I.Panjaitan, mereka
langsung mengepung rumah tersebut dengan cara melompat pagar kiri
menuju ke pavilyun. Mereka membuka paksa pavilyun dan mengancam
seluruh anggota keluarga serta menembak ke segala arah yang menyebabkan
salah seorang anggota keluarga tewas dan perabotan rumah hancur. Para
penculik berteriak, memerintahkan agar Brigjen D.I.Panjaitan untuk segera
turun.
Serma Sukardjo : turun kau, Jenderal bajingan!!

Brigjen D.I.Panjaitan : (turun kebawah) ada apa ini sebenarnya?

Serma Sukardjo : anda diminta menghadap Presiden sekarang juga!!!

Brigjen D.I.Panjaitan : apakah harus sekarang?

Serma Sukardjo : tidak usah banyak omong kau Jenderal keparat, cepat ikut
kami!!!

Dibawah todongan senjata pasukan PKI, Brigjen D.I.Panjaitan berjalan keluar


rumah dengan menggunakan seragam lengkap dihiasi tanda jasanya. Dalam
kondisi yang sangat mencekam, dia menyempatkan diri untuk berdoa. Setelah
selesai berdoa, tiba-tiba Brigjen D.I.Panjaitan mencabut pistol dan mencoba
untuk menembak, namun terlambat. Brigjen D.I.Panjaitan sudah lebih dahulu
ditembak kepalanya hingga tewas. Merasa belum puas, para pasukan PKI
menembaki tubuh Brigjen D.I.Panjaitan. Jenazahnya dilempar ke salah satu
truk dan selanjutnya dibawa ke desa Lubang Buaya.

Istri Brigjen D.I.Panjaitan menyaksikan langsung pembunuhan suaminya di


halaman rumah mereka. Setelah para pasukan PKI pergi membawa jenazah
Brigjen D.I.Panjaitan, istri Brigjen D.I.Panjaitan berlari keluar rumah menuju
genangan darah suaminya yang tercecer ditanah. Sambil menangis histeris, dia
mengusap wajahnya dengan darah suaminya tersebut sambil meneriakkan
kata “BAPA, BAPAA, BAPAA”

PENCULIKAN LETNAN SATU CZI TNI PIERRE ANDREAS TENDEAN.

Pada saat terjadinya peristiwa G30S/PKI, Lettu P.A.Tendean menjabat sebagai


ajudan Jenderal A.H.Nasution. Ketika mendengar letusan senjata dikediaman
Jenderal Nasution, Lettu P.A.Tendean terbangun di pavilyunnya. Dengan
mengenakan celana hijau dan jaket coklat serta bersenjata garand, Lettu
P.A.Tendean pergi keluar untuk memeriksa keadaan. Sesaat sampai di halaman
rumah, dia langsung disergap oleh pasukan PKI.
Pelda Djahurub : mana Nasution?

Lettu Czi P.A.Tendean : Saya Nasution..

Pelda Djahurub : (meniup peluit) cepat bawa dia.

Para pasukan PKI membawa Lettu Czi P.A.Tendean dengan tangan diikat dan
mendorongnya ke salah satu kendaran. Mereka kembali ke desa Lubang Buaya.

HANYU NUNTI PRODUCTION :

-WILLIE GREAL PHILF


-NADYA EMANUELLA CHRISTY
-TOPAN TEAH KAHARAPEN
-STEVEN DOKTORIAN
-NIKOLAUS SINURAT
-IMANUEL NATA PRIWANTO
-RADITIA MARCHELO
-KIREYVANA SERONI ALIK

Anda mungkin juga menyukai