Anda di halaman 1dari 6

G30SPKI

Kisah kelam Sejarah Indonesia, pemberontakan G30S/PKI. Peristiwa dimana 6 Jendral


dan 1 Perwira menjadi korban dari Tindakan keji yang dilakukan oleh orang orang yang
terkait dengan peristiwa tersebut. Awal kejadian sebelum G30S/PKI Meletus ada beberapa
konflik antara anggota PKI dan juga Angkatan Darat. PKI memiliki cita cita untuk merintis
berdirinya negara Komunis, sedangkan Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara
berkepentingan mengamankan Pancasila sebagai dasar negara.
Pada awal agustus tahun 1965, Soekarno selaku presiden Indonesia jatuh sakit, kondisi
Soekarno yang kritis dimanfaatkan oleh DN. Aidit atau Dipa Nusantara Aidit selaku pemimpin
PKI untuk melakukan rencananya yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara Komunis. Isu-
isu mengenai dewan Jendral terus dihembuskan, mereka mendesak Soekarno untuk
membungkam lawan-lawan mereka.
Pada tanggal 21 sampai 27 september PKI melakukan pertemun, mereka melakukan
beberapa pemberantasan mengenai susunan rencana, antara lain, para jendral yang menjadi
sasaran adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen M.T Haryono, Mayjen R. Suprapto, Mayjen S.
Parman, Bridgjen Sutoyo Siswomiharjo, Brigjen Donald Ifak Pandjaitan, Lettuk Pierre.
Pada tanggal 30 September 1965, di markas PKI yang terletak di daerah dekat Lubang
Buaya, para pasukan PKI Bersiap-siap untuk melancarkan aksinya, penculikan 7 jendral
dimulai pada pukul 04.00 dini hari.

Lettu Dul Arief : Pasukan dengan sasaran Jendral Nasition, dipimpin oleh Raja Pedut.
(Istirahat ditempat)
Raja Pedut : SIAP! (tegak lalu Kembali istirahat di tempat)
Lettu Dul Arief : Pasukan dengan sasaran Jendral Ahmad Yani, dipimpin oleh Lettu Mukijan.
Lettu Mukijan : SIAP!
Lettu Dul Arief : Pasukan yang menculik Jendral Soeprapto, dipimpin oleh Sulaiman.
Sulaiman : SIAP!
Lettu Dul Arief : Untuk jendral Haryono, dipimpin oleh Serjaent Bungkus
Serjent Bungkus : SIAP!
Lettu Dul Arief : Untuk sasaran jendral S. Parman dipimpin oleh Serjent Satar
Serjent Satar : SIAP!
Lettu Dul Arief : Untuk sasaran Bridgjen Pandjaitan, dipimpin oleh Serjent Sukardjo
Sukardjo : SIAP!
Lettu Dul Arief : Pasukan yang harus menculik Bridgjen Soetoyo, dipimpin oleh Soerono
Soerono :SIAP!
Pada satu oktober 1965 dini hari, pasukan penculikan 7 Jendral dilakukan secara serentak
dengan membagi 7 pasukan yang dikerahkan ke kediaman para Jendral, mereka harus
membawa para Jendral ke markas PKI di lubang buaya dalam keadaan hidup atau mati.

Di kediaman Jendral A.H Nasution

Cakraburawa : Permisi, Bapaknya ada Bu?


Istri Jendral Nasution : Oh ada, Pak ada Cakrabirawa
Jendral Nasution : Cakra?
Cakrabirawa : Jendral dipanggil untuk menghadap Presiden, tolong cepat Jendral!
Para Anggota Cakrabirawa menembaki pintu kamar Jendrak Nasution.
Ade Irma : Ayahhh!
Pasukan Cakrabirawa : Buka pintinya! Cepat Jendral! Buka!! (sambil menembaki pintu)
Istri Jendral Nasution : Pak cepat kamu lari! Mariah pegang adek
Mariah : Ibu adek kena (menyerhkan Ade Irma ke Istri Jendral Nasution)
Istri Jendral Nasution : Cepat! Pergi! (memandang Nasution sambil menggendong Ade Irma)

Jendral Nasuiton berhasil melarikan diri dengan memanjat tembok, namun kaki kirinya
terkena tembakan saat memanjat, Pierre Tendean menemui Pasukan Pasopati dan mengakui
dirinya sebagai Jendral Nasution.

Cakrabirawa : Jangan Bergerak! Letakkan senjata! Dimana Nasution?! (menodongkan


senjata)
Pierre Tendean : (meletakkan senjata) Saya Nasution

Pierre Tendean yang mengakui dirinya sebagai Nasution dibawa ke markas besar PKI.

Di kediaman Ahmad Yani


Cakrabirawa : (mengetuk pintu, dibukakan oleh pembantu rumah tangga) Bapak mana
Mbok?
Pembantu : Sedang tidur
Anak Ahmad Yani (Eddy) : (berjalan kearah Pembantu) Eddu mau Ibu Mbok?
Pembantu : Ibu di Rumah Taman Suropati
Cakrabirawa : (berbicara kepada Eddy) Mana Bapak Sayang?
Eddy : Bobok
Cakrabirawa : (menunduk kearah Eddy) Coba bangunkan Bapak ya, bilang ada tamu, ayo
Eddy : (eddy kedalam memanggil Ahmad Yani)
Cakrabirawa : Mbok ke belakang saja
Ahmad Yani : (keluar menemui pasukan Cakrabirawa) Ada apa?
Cakrabirawa : Bapak diminta menghadap Presiden, sekarang juga!
Ahmad Yani : Sekarang? Kalau begitu saya mandi dulu (berjalan ke dalam)
Cakrabirawa : (maju mengikuti Ahmad Yani) Sebaiknya tidak usah mandi Jendral
Ahmad Yani : (berbalik) Paling tidak cuci muka toh, berpakaian
Cakrabirawa : Tidak berpakaian Jendral!
Ahmad Yani : Lancang kalian! (mengambil senjata kemudian memukul Cakrabirawa,
mendorong Cakrabirawa memakai senjata)
Ahmad Yani : Tau apa kalian?! (menutup pintu)
Cakrabirawa : Giyadi, tembak! (menembak ke arah pintu dan mengenai Ahmad Yani)
Cakrabirawa : Cepat bereskan! (menyeret jenazah Ahmad Yani)

Ahmad Yani meninggal di keidamannya, jenazah diseret ke mobil PKI untuk dibawa ke
Markas Besar PKI di Lubang Buaya.

Di kediaman Brigdjen Soetoyo

Cakrabirawa : Permisi!! (sambil mengetuk pintu)


Brigdjen soetoyo : Ada apa?
Cakrabirawa : Bapak diminta untuk menghadap Presiden sekarang juga!
Brigdjen Soetoyo : Malam-malam begini? Mendadak begini?
Cakrabirawa : Maaf Jendral, tidak ada penjelasan, waktu terbatas Jendral!
Brigdjen Soetoyo : Apa artinya semua ini?
Cakrabirawa : kami hanya menjalankan perintah Jendral
Brigdjen Soetoyo : Perintah siapa?
Cakrabirawa : Atasan kami
Brigdjen Soetoyo : Siapa dia?
Cakrabirawa : Silahkan jalan Jendral!
Brigdjen Soetoyo : Apa tidak sebaiknya saya berpakaian?
Cakrabirawa : Tidak usah Jendral, Jalan! (Soetoyo berjalan keluar Bersama Cakrabirawa)

Soetoyo pun dibawa ke Markas Besar PKI di Lubang Buaya dalam keadaan hidup.

Di kediaman Mayjen S.Parman

Cakrabirawa : Permisi Jendral


Mayjen S.Parman : Ada apa?
Cakrabirawa : Keadaan Negara genting Pak, Bapak Presiden meminta agar menghadap Bapak
sekarang juga!
Mayjen S.Parman : Baik (masuk ke dalam untuk berganti pakaian)
Cakrabirwa masuk ke dalam rumah Mayjen S.Parman
Istri S.Parman : Loh kenapa ikut masuk? Mana surat perintah? (masuk ke dalam kamar)
Istri S.Parman : Kok aneh Mas, NRP mereka Cuma 4 angka?
Mayjen S.Parman : Itu memang NRP Cakra (keluar ruangan)
Mayjen S.Parman : (diam sejenak, memperhatikan Cakrabirawa) Coba hubungi Pak Yani Bu
Istri S.Parman : (berjalan ke arah telepon) (Cakrabirawa memjutus telepon) Loh?
Mayjen S.Parman : Loh kok telpon saya diputus? Kalo begitu saya pasti sedang di fitnah!
Cakrabirawa : Bapak Presiden sedang menunggu Jendral!
Mayjen S.Parman dibawa oleh Pasukan Cakrabirawa ke Markas Besar PKI di Lubang Buaya
dalam kedaan hidup.
Dikediaman Mayjen Haryono
Cakrabirawa : (mengetuk pintu)(Istri Haryono Membukakan pintu) Malam Bu
Istri Haryono : malam,ada apa?
Cakrabirawa : bapak diminta menghadap presiden
Istri Haryono : Tunggu sebentar,bapak masih tidur ( masuk kedalam,memanggil Haryono)
Haryono : Suruh saja mereka kembali jam 8
Istri Haryono : (Keluar menemui Cakrabirawa) bapak bilang,suruh kembali jam 8
Cakrabirawa : Tidak bisa bu,keadaan genting, kami harus membawa bapak sekarang!
Istri haryono : kalau begitu tungu sebentar (masuk kedalam) (Cakrabirawa mengikuti masuk
kedalam)
Cakrabirawa : Jendral! Jendral!!ini peringatan terakhir jendral!(menembak kearah pintu
kamar Haryono)
Haryono : Aduh (mengumpat dibalik lemari) (mematikan lampu kamar)
Cakrabirawa : bakar kertas (Haryono mendorong Cakrabirawa) (Cakrabirawa menembak
Haryono)
Cakrabirawa : Cepat bawa! (Cakrabirawa menyeret haryono)
Haryono mati tertembak jenazahnya dibawa kelubang buaya oleh pasukan Pasopati
Dikediaman Brigjen Panjaltan
Cakrabirawa : mana ndoromu?
Pembantu : Ampun pak
Cakrabirawa : Katakan cepat! Mana ndoromu? Mau mati ya! Mau ditembak ya!
Pembantu : Dikamar atas pak
Cakrabirawa : Keluar jenderal! Keluar!! (sambil menembak)
Cakrabirawa : Segera turun jendral!! Atau saya ledakan rumah ini segera Panjaitan turun
kebawahmenemui Cakrabirawa )
Cakrabirawa :Angkat tangan jendral (Panjaitan dibawa keluar menuju mobil yang membawa
Panjaitanmenuju Lubang Buaya)(tapi sebelum itu Panjaitan meminta berdoa terlebih
dahulu)
Cakrabirawa : Ayo cepat jendral!Kita tidak punya banyak waktu (Cakrabirawa menembak
jendralPanjaitan)
Jendral Panjaitan tewas didepan rumahnya,beliau menyempatkan berdoa
terlebihdahulu,namun PKI marah karena Pajaitan mengulur-ngulur waktu,merekapun
menembak panjaitanhingga mati Jenazahnya dibawa ke Lubang Buaya.

Ketujuh Jendralpun dibawa kelubang buaya 4orang dalam keadaan hidup dan 3 orang dalam
keadaan Mati, Mereka yang hidup disuruh menandatangani sebuah pernyataan mengenai
dewan jendral.
PKI 2 : ini ada surat pernyataan tentang dewan jendral,Ayo!Akui dewan jendral itu ada!
PKI 1 : darah itu merah jendral! seperti amarah!
PKI 2 : mana Nasution? Jawab!!!
PKI 1 : Penderitaan itu pedih Jendral! Sekarang coba rasakan siletan ini! Belum mau bicara?
Bicara!Ayolah bicara setan!
PKI 2 : belum juga
PKI 1 : masih mau tutup mulut,masih ga mau ngomong!
PKI 2 : silahkan taken surat pernyataan ini atau Arit yang bicara!
(Jendral yang hidup teriak teriak)
Para jenderal yang masih hidup disiksa habis-habisan sambil ditanya dimana nasution dan
dipaksa membuat surat pernyataan tetapi para jenderal tersebut tetap tutup mulut dan
tidak mau melaksanakan perintah-perintah tersebut. Lalu pada akhimya jenderal-jenderal
tersebut tewas karena disiksa habis-habisan kemuadian jasadnya pun dibuang ke sumur kecil
di Lubang Buaya "Jakarta" Setelah disiksa hingga mati para jendralpun diseret, dimasukan
dan dikubur kedalam satu lubang berukuran 12 meter dan Panjang diameternya
75centimeter, kemudian dari atas sumur itu, bagaikan manusia tak bersimpati, para Jendral
tetap ditembaki. PKI lalu menutup lubang tersebut dan kemudian diatasnya ditaruh pohon
pisang untuk penyamaran…

Hingga kini peristiwa itu masih tetap di kenang sebagai Sejarah kelam bangsa Indonesia. Dan
tempat peristiwa tersebut pun dikenal dengan nama Lubang Buaya, serta Peristiwa tersebut
masih senantiasa membekas kisah nya yang dikenal sebagai kisah Gerakan 30 September
oleh Partai Komunis Indonesia atau biasa disebut G30S/PKI.

Anda mungkin juga menyukai