Anda di halaman 1dari 8

MUSIKALISASI DRAMATISASI PUISI

by REVOGIX

Judul Drama:

“Gugurnya Pahlawan Revolusi”


(Peristiwa G30S PKI)

Produser: Kirani Anggita Wahyudi


Sutradara: Janitra Firman Wicaksono
MUSIKALISASI DRAMATISASI PUISI
by REVOGIX

Judul Drama: Gugurnya Pahlawan Revolusi


Pembagian Peran:
Narator : Naura, Firman
Puisi : Naura
Menyanyi : Firman

Aktor:
1. Jenderal Achmad Yani : Andro PKI - PASUKAN CAKRABIRAWA (9):
2. Mayjen Raden Soeprapto : Noddy 15. Mayla
3. Mayjen M. T. Haryono : Bima 16. Catherine (Anak Brigjen Panjaitan) : Keyna
4. Mayjen S. Parman : Andhika 17. Lettu Dul Arief : Rizky
5. Brigjen D. I. Pandjaitan : Kemas 18. Raja Pedut : Dhaniar
6. Brigjen Sutoyo : Dhika 19. Lettu Mukijan : Wike
7. Lettu Pierre A. Tendean : Robbi 20. Sulaiman : Lusi
8. Jenderal A. H. Nasution : Rasya 21. Serjaen Bungkus : Keisha
9. Sunarti : Kirani 22. Satar : Syarifah
10. Sumirahayu : Nisa 23. Serjaen Sukardjo : Nanda
11. Mariatni : Aura 24. Soerono : Savril
25. Ade Irma (Anak A. H. Nasution) : Izza
PKI 26. Mariah (Anak A. H. Nasution) : Yola
12. D. N. Aidit : Rizky 27. Eddy (Anak Ahmad Yani) : Alif
13. Syam Kamaruzaman : Andhika 28. Pembantu Ahmad Yani : Umi
14. Waluyo : Bayu 29. Pembantu Brigjen Pandjaitan : Talitha
Intro:
1. Para warga bersorak gembira ketika mendengarkan proklamasi Indonesia melalui radio
2. Terdengar suara tembakan, dan warga berlari masuk ke dalam rumah masing-masing
3. Narator

Pemberontakan G30S/PKI adalah salah satu peristiwa kelam bangsa Indonesia pada masa-masa awal
setelah kemerdekaan. Peristiwa dimana para jenderal menjadi korban dari tindakan-tindakan keji
yang dilakukan oleh orang-orang yang terkait dengan peristiwa tersebut. Awal kejadian sebelum
G30S/PKI meletus ada beberapa konflik antara anggota PKI dan juga Angkatan Darat. PKI memiliki
cita-cita untuk merintis berdirinya negara komunis, sedangkan Angkatan Darat sebagai kekuatan
pertahanan negara berkepentingan mengamankan Pancasila sebagai dasar negara. Pada awal agustus
tahun 1965, Soekarno selaku presiden Indonesia jatuh sakit, kondisi Soekarno yang kritis
dimanfaatkan oleh DN. Aidit selaku pemimpin PKI untuk melakukan rencananya menjadikan
Indonesia menjadi negara komunis. lsu-isu mengenai dewan jendral terus dihembuskan, mereka
mendesak Soekarno untuk membungkam lawan-lawan mereka

Tanggal 8-12 Agustus 1965 Syam dan Aidit melakukan pertemuan dikediaman Aidit
(Rizky) Aidit : Kawan Syam, sekarang kita telah memasuki tahap yang menentukan, kontak semua perwira
yang berpikiran maju yang mendukung kita, segera menyusun kekuatan, kumpulkan semua anggota biro
khusus baik di Pusat maupun daerah.
(Andhika) Syam : Saya optimis, saya yakin sekali segala sesuatu dimuka bumi ini medukung kita, Perwira-
perwira yang saya didik juga mempunyai optimis yang sama, pemuda pemuda kita sedang berlatih keras
dilubang buaya, tapi saya ragu, apa benar aja! bung karno semakin dekat seperti yang dikatakan Tim dokter
(Rizky) Aidit : Cepat atau lambat ajal itu pasti datang, cepat atau lambat jendral-jendral itu akan
menghimpun kekuatan, dan saya tidak ingin kalah cepat, sekarang hubungi kawan-kawan

Rumah syam 14 Agustus tahun 1965

(Bayu) Waluyo : Kawan ketua Aidit berpesan agar gerakan yang kita lancarkan bersifat terbatas dan akan
berupa gerakan militer, kedua sasaran utama gerakan adalah para jendral, ketiga gerakan ini harus
menguasai instalasi vital seperti Telkom, RRI, dan lain sebagainya, untuk pemimpin gerakan kita sepakat
mengajukan tiga nama calon yang terdiri dari perwira berpikiran maju, Yaitu Letnan Kolonel Untung,
Kolonel latief, dan Major Suryono.

Pada tanggal 21, 23, 26, dan 27 September, PKI melakukan pertemuan mereka melakukan beberapa
pembahasan mengenai susunan rencana Syam, antara lain Para Jendral yang menjadi sasaran adalah
Letjen Ahmad Yani, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen R. Suprapto, Mayjen S. Parman, Brigjen Sutoyo
Siswomiharjo, Brigjen Donald Ifak Panjaitan, dan Lettu Pierre Tendean.

Pada tanggal 30 September 1965, dimarkas PKI yang terletak di daerah dekat lubang buaya, para
pasukan PKI bersiap-siap untuk melancarkan aksinya, penculikan 7 jendral dimulai pada pukul 4
dini hari.
(Rizky) Lettu Dul Arief : Pasukan Dengan sasaran Jendral Nasution Dipimpin oleh Raja Pedut
(Dhaniar) Raja Pedut : Siap

(Rizky) Lettu Dul Arief : Pasukan dengan sasaran Jendral Ahmad Yani dipimpin oleh Lettu Mukijan
(Wike) Lettu Mukijan : Siap
(Rizky) Lettu Dul Arief : Pasukan yang menculik Jendral Soeprapto dipimpin oleh Sulaiman

(Lusi) Sulaiman : Siap


(Rizky) Lettu Dul Arief : Untuk Jendral Haryono dipimpin oleh Serjaent Bungkus

(Keisha) Serjaen Bungkus : Siap


(Rizky) Lettu Dul Arief : Untuk sasaran jendral S.Parman dipimpin oleh Serjeant Satar

(Syarifah) Satar : Siap

(Rizky) Lettu Dul Arief : Untuk sasaran Bridjen Pandjaitan dipimpin oleh Serjaent Sukardjo
(Nanda) Serjaent Sukardjo : Siap

(Rizky) Lettu Dul Arief : Pasukan yang harus menculik Bridjen Sutoyo dipiimpin oleh Soerono

(Savril) Soerono : Siap

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan penculikan 7 Jendral dilakukan secara serentak
dengan membagi 7 Pasukan yang dikerahkan ke Kediaman Ketujuh para Jendral mereka harus
membawa para Jendral ke Markas PKI Dilubang Buaya dalam keadaan hidup atau mati.

Dikediaman Jendral A.H Nasution

(Dhaniar) Cakrabirawa : Permisi, Bapaknya ada bu?


(Kirani) Istri Jendral Nasution : oh ada, Pak ada pasukan Cakrabirawa
(Rasya) Jendral Nasution : Cakra?
(Dhaniar) Cakrabirawa : Jenderal dipanggil untuk menghadap presiden, tolong cepat jendral

Para Anggota Menembaki pintu kabar jenderal Nasution


(Izza) Ade Irma : Ayahhhhhhhhhhhhhhh
Pasukan Cakrabirawa : Buka pintunya! Cepat jenderal! Buka!!! (sambil menembaki pintu)

(Kirani) Istri Jendral Nasution : Pak Cepat kamu lari! Mariah Pegang adek

(Yola) Mariah : Ibu Adek kena (Menyerahkan Ade Irma ke Istri nasution)
(Kirani) Istri Nasution : Cepat! Pergi (memandang Nasution sambil menggendong ade Irma)

Jendral Nasution berhasil melarikan diri dengan memanjat tembok, namun kaki kirinya terkena
tembakan saat memanjat, Pierre Tendean menemui Pasukan Pasopati dan mengakui diri sebagai
Nasution

(Dhaniar) CakraBirawa : Jangan Bergerak! Letakan Senjata! Dimana Nasution! (menodongkan senjata)

(Robbi) Piere Tendean : (meletakan senjata) Saya Nasution


Tendean yang mengakui diri sebagai Nasution dibawa ke markas besar PKI
Dikediaman Ahmad Yani

(Wike) CakraBirawa : (Mengetuk pintu, dibukakan oleh pembantu rumah tangga) Bapak mana mbok?
(Umi) Pembantu : Sedang Tidur

(Alif) Anak Ahmad Yani (eddy) : (berjalan kearah Pembantu) Eddy mau ibu mbok?
(Umi) Pembantu : Ibu dirumah taman suropati

(Wike) CakraBirawa : Mana bapak sayang?

(Alif) Eddy : bobok


(Wike) CakraBirawa : (menunduk kearah eddy) coba bangunkan bapak ya, bilang ada tamu, Ayo (eddy
kedalam memanggil ahmad Yani)

(Wike) Cakrabirawa : Mbok kebelakang saja


(Andro) Ahmad Yani : (keluar menemui pasukan Pasopati) ada apa?

(Wike) Cakrabirawa : Bapak diminta menghadap presiden,sekarang juga!


(Andro) Ahmad Yani : sekarang?

(Andro) Ahmad yani : kalau begitu tunggulah, saya mandi dulu (berjalan kedalam)
(Wike) Cakrabirawa : (maju mengikuti ahmad Yani) sebaiknya Tidak usah mandi Jendral
(Andro) Ahmad Yani : (berbalik) paling tidak cuci muka toh,berpakaian
(Wike) Cakrabirawa : Tidak usah berpakain jendral!
(Andro) Ahmad Yani : Lancang kalian!
(Andro) Ahmad Yani : Tau apa kalian (meninggalkan cakrabirawa)
(Wike) Cakrabirawa : Giyadi,tembak! (menembak kearah pintu dan mengenai ahmad Yani)
(Wike) Cakrabirawa : Cepat bereskan (menyeret jenazah Ahmad Yani)

Ahmad Yani meninggal dikediamannya, jenazah diseret ke mobil PKI untuk dibawa ke markas besar
PKI dilubang buaya.

Dikediaman Brigjen Sutoyo


(Savril) Cakrabirawa : permisi!! (sambil mengetuk pintu)

(Dhika) Brigjen sutoyo : Ada apa?

(Savril) Cakrabirawa : Bapak diminta untuk menghadap presiden sekarang juga!


(Dhika) Brigjen Sutoyo : Malam-malam begini? mendadak begini?

(Savril) Cakrabirawa : maaf Jendral,tidak ada penjelasan,waktu terbatas jendral!

(Dhika) Brigjen Sutoyo : Apa artinya ini semua?

(Savril) Cakrabirawa : Kami hanya menjalani perintah jendral


(Dhika) Brigjen Sutoyo : Perintah siapa?
(Savril) Cakrabirawa : Atasan kami
(Dhika) Brigjen Sutoyo : Siapa dia?

(Savril) Cakrabirawa: Silahkan jendral,Jalan!


(Dhika) Brigjen Sutoyo : Apa tidak sebaiknya saya berpakaian?

(Savril) Cakrabirawa : Tidak usah jendral, Jalan! (Sutoyo berjalan keluar Bersama Pasopati)
Sutoyo pun dibawa ke markas bekas PKI dilubang buaya dalam keadaan hidup

Dikediaman Mayjen S. Parman


(Syarifah) Cakrabirawa : Permisi jendral

(Andhika) S. Parman : Ada apa?

(Syarifah) Cakrabirawa : Keadaan negara genting pak, pak presiden meminta agar menghadap bapak
sekarang juga

(Andhika) S. Parman : Baik (masuk kedalam untuk mengganti pakaian)

Cakrabirawa masuk kedalam rumah Mayjen S.Parman


(Nisa) Istri S. Parman : Loh kenapa ikut masuk,mana surat perintah? (masuk kedalam kamar)
(Nisa) Istri S. Parman : Kok aneh ya, NRP mereka Cuma 4 angka
(Andhika) S. Parman : itu memang NRP Cakra (keluar ruangan)
(Andhika) S. Parman : (diam sejenak,memperhatikan cakrabirawa) Coba hubungi pak Yani bu
(Nisa) Istri S. Parman : (berjalan kearah telepon)(cakrabirawa memutus telepon) Loh
(Andhika) S. Parman : Loh kok telpon saya diputus,kalo begitu saya pasti sedang difitnah!
(Syarifah) Cakrabirawa : Bapak presiden sedang menunggu Jendral!

S. Parman dibawa oleh pasukan pasopati ke markas besar PKI dilubang buaya dalam keadaan hidup.

Dikediaman Mayjen Suprapto


(Lusi) Cakrabirawa : Permisi jendral

(Lusi) Cakrabirawa : pak presiden meminta agar menghadap bapak sekarang juga
(Noddy) Suprapto : dipanggil Presiden?

(Lusi) Cakrabirawa : begitu perintah yang kami terima pak!

(Noddy) Suprapto : malam-malam begini?jam berapa ini?!


(Lusi) Cakrabirawa : hampir pagi pak

(Noddy) Suprapto : Hampir pagi,tidak salah dengar kamu!


(Lusi) Cakrabirawa : kami kira tidak,situasi gawat Jendral,Bapak presiden menunggu di Istana

(Noddy) Suprapto : kalau begitu tunggu sebentar,saya berpakaian sebentar


(Lusi) Cakrabirawa : tidak usah jendral!
(Lusi) Cakrabirawa : Jalan! (berjalan sambal Menodong Suprapto)

Suprapto dibawa oleh pasukan Pasopati ke Lubang buaya dalam keadaan masih hidup

Dikediaman Mayjen Haryono


(Keisha) Cakrabirawa : (mengetuk pintu) (Istri Haryono Membukakan pintu) Malam Bu

(Aura) Istri Haryono : malam,ada apa?

(Keisha) Cakrabirawa : bapak diminta menghadap presiden


(Aura) Istri Haryono : Tunggu sebentar,bapak masih tidur (masuk kedalam,memanggil Haryono)

(Aura) Istri Haryono : Pakk!! Itu diluar ada pasukan Cakra!!

(Bima) Haryono : Suruh saja mereka kembali jam 8


(Aura) Istri Haryono : (Keluar menemui Cakrabirawa) bapak bilang,suruh kembali jam 8

(Keisha) Cakrabirawa : Tidak bisa bu,keadaan genting, kami harus membawa bapak sekarang!
(Aura) Istri haryono : kalau begitu tungu sebentar (masuk kedalam) (Cakrabirawa mengikuti masuk kedalam)

(Keisha) Cakrabirawa : Jendral! Jendral!!ini peringatan terakhir jendral!(menembak kearah pintu kamar
Haryono)
(Bima) Haryono : Aduh (mengumpat dibalik lemari) (mematikan lampu kamar)
(Keisha) Cakrabirawa : bakar kertas (Haryono mendorong Cakrabirawa) (Cakrabirawa menembak Haryono)
(Keisha) Cakrabirawa : Cepat bawa! (Cakrabirawa menyeret haryono)
Haryono mati tertembak jenazahnya dibawa kelubang buaya oleh pasukan pasopati

Dikediaman Brigjen Panjaitan

(Nanda) Cakrabirawa : mana ndoromu?


(Talitha) Pembantu : Ampun pak

(Nanda) Cakrabirawa : Katakan cepat! Mana ndoromu? Mau mati ya! Mau ditembak ya!
(Talitha) Pembantu : Dikamar atas pak

(Nanda) Cakrabirawa : Keluar jenderal! Keluar!! (sambil menembak)


(Nanda) Cakrabirawa : Segera turun jendral!! Atau saya ledakan rumah ini segera

(Panjaitan turun kebawah menemui Cakrabirawa )

(Nanda) Cakrabirawa : Angkat tangan jendral


(Panjaitan dibawa keluar menuju mobil yang membawa Panjaitan menuju Lubang Buaya) (tapi sebelum itu
Panjaitan meminta berdoa terlebih dahulu)

(Kemas) Panjaitan : (Angkat tangan) Baik, biarkan saya berdoa terlebih dahulu
(Nanda) Cakrabirawa : Ayo cepat jendral! Kita tidak punya banyak waktu (Cakrabirawa menembak jendral
Panjaitan)
Anak Brigjen Panjaitan (Catherine) datang dan menjerit sambil menangis ketika mengetahui ayahnya
terkena tembakan, sehingga anaknya membasuhi mukanya menggunakan darah ayahnya sambil
berkata ”Papiiiii!!!”
Jendral Panjaitan tewas didepan rumahnya, beliau menyempatkan berdoa terlebih dahulu, namun
PKI marah karena Panjaitan mengulur-ngulur waktu, merekapun menembak Panjaitan hingga mati
dan Jenazahnya dibawa ke Lubang Buaya

Ketujuh Jendral pun dibawa kelubang buaya, 4 orang dalam keadaan hidup dan 3 orang dalam
keadaan Mati, Mereka yang hidup disuruh menandatangani sebuah pernyataan mengenai dewan
jendral.
(Wike) PKI 2 : ini ada surat pernyataan tentang dewan jendral, Ayo! Akui dewan jendral itu ada!

(Keisha) PKI 1 : darah itu merah jendral! seperti amarah!

(Wike) PKI 2 : mana Nasution? Jawab!!!


(Keisha) PKI 1 : Penderitaan itu pedih Jendral! Sekarang coba rasakan siletan ini! Belum mau bicara?
Bicara! Ayolah bicara setan!

(Wike) PKI 2 : belum juga


(Keisha) PKI 1 : masih mau tutup mulut, masih ga mau ngomong!
(Wike) PKI 2 : silahkan taken surat pernyataan ini atau Arit yang bicara!

Outro 1:
1. Narator
2. Firman menyanyikan lagu ”Gugur Bunga” dan Naura membacakan puisi

Para jenderal yang masih hidup disiksa habis-habisan sambil ditanya dimana Nasution dan dipaksa
membuat surat pernyataan, tetapi para jenderal tersebut tetap tutup mulut dan tidak mau
melaksanakan perintah-perintah tersebut. Lalu pada akhirnya jenderal-jenderal tersebut tewas
karena disiksa habis-habisan, kemudian jasadnya pun dibuang ke sumur kecil di Lubang Buaya
"Jakarta". Setelah disiksa hingga mati, para jendral pun diseret dan dimasukan dan dikubur
kedalam satu lubang berukuran 12 meter dan panjangnya diameternya 75 centimeter, kemudian
mereka ditembaki dari atas lubang, PKI menutup lubang kemudian diatasnya ditaruh daun pohon
pisang untuk penyamaran

Outro 2:
1. Para jenderal dimasukkan ke dalam lubang buaya oleh pasukan PKI sambil memutar
lagu ”Genjer Genjer”
2. Penyergapan pasukan PKI oleh para warga
3. Perobekan bendera PKI di markas PKI

Anda mungkin juga menyukai