Istri A.H Nasution:”Cepat pergi, dari rumah ini ada seseorang diluar sana aku merasa
khawatir”
A.H Nasution: “Baiklah”
Serma Surono: “Jendral keluar keadaan negara sedang genting, Jendral ditunggu segera
menghadap presiden”
Istri A.H Nasution: (keluar dari kamar) ada urusan apa malam-malam ke sini?
Serma Surono: “Presiden mengutus kami membawa jenderal menemui beliau”
Istri A.H Nasution: “A.H Nasution tidak ada di rumah dia sudah di Bandung selama tiga
hari”
Serma Surono: (tidak percaya)
Istri A.H Nasution: (memeluk anaknya yang masih bayi)
Serma Surono:(menembak anak A.H Nasution sampai mati)
Istri A.H Nasution:”Teganya kau menari Nasution tapi anakku yang kau bunuh”
Serma Surono:(senyum sinis)
(Ajudan Jendral A.H Nasution mencoba melindungi istri A.H Nasution namun justru dia
malah diculik oleh pasukan PKI dan dibawa ke markas PKI)
Pasukan PKI berhasil menyusup ke dalam rumah A.Yani dan menemuinya di ruang tamu
Pel tu bugijan:”Keluar kau jenderal!”
Letjen A.Yani:”Ada apa malam-malam begini?”
Pel tu bugijan:”Tidak usah banyak omong langsung keluar mengikutiku”(sambil menodong
pistol ke Letjen
A.Yani)
(Letjen A.Yani ingin mengganti baju tidurnya dengan seragam tapi tak diijinkan oleh
Pel tu bugijan)
Istri Letjen A.Yani dan anaknya: (menangis sambil berteriak A.Yani di dalam kamar)
Setelah menenangkan anaknya Istri Mayjen Haryono keluar dari kamar dan menemui Semar
Sattar di ruang Tamu...
(Serma Surono menembak mati Brigjen Panjaitan, dan membawa mayatnya pergi. Setelah
Brigen Panjaitan dibawa pergi oleh PKI Istri Brigjen Panjaitan keluar dari rumah dan pergi ke
lokasi penembakan suaminya yang penuh dengan darah. Melihat darah suaminya dia
menyeka mukanya dengan darah suaminya dengan menangis tersedu-sedu)
Epilog
“Hari ini, 4 Oktober 1965, kita menyaksikan pembongkaran jenazah para jenderal kita
dengan satu perwira pertama dalam satu lubang sumur lama. Jenderal-jenderal kita dan
perwira pertama ini telah menjadi korban kebiadaban dari Gerakan 30 September. Kalau
melihat daerah ini, berada di Kawasan Lubang Buaya yang termasuk Lapangan Halim. Di
dekat sumur ini telah menjadi pusat latihan dari sukwan dan sukwati yang dilaksanakan oleh
Angkatan Udara. Mereka melatih anggota Pemuda Rakyat dan Gerwani.
Jadi, kalau melihat fakta tersebut, apa yang diamanatkan Presiden dan Pemimpin Besar
Revolusi yang sangat kita cintai, bahwa Angkatan Udara tidak terlibat mungkin ada
benarnya. Tapi, tidak mungkin, tidak ada hubungan peristiwa ini dengan oknum-oknum
Angkatan Udara. Saya sebagai anggota dari Angkatan Darat mengetuk perasaan dari Patriot
Angkatan Udara apabila benar ada oknum yang terlibat dengan pembunuhan kejam ini, agar
dapat bersihkan.
Saya berterima kasih pada satuan-satuan khususnya resimen Parako, KKO dan satuan lainnya
serta rakyat, yang membantu menemukan bukti ini dan turut serta mengangkat jenazah.
Sehingga seluruh korban dapat ditemukan.”