Dari penuturan Ratna diketahui sang anak APA masih melakukan aktivitas di rumah pelaku siang
hari.Sejak pagi sampai sore dan waktu siang hari Kamis (5/3/2020) APA dan Ratna berada di rumah
pelaku."Anak saya di situ masih main, masih dikasih makan sama ibu pelaku, saya masih di situ," kata
Ratna kepada Karni Ilyas di acara (11/3/2020).
Cerita Ratna, ibu korban yang anaknya dibunuh siswi SMP. (Youtube channel Indonesia
Lawyers Club)
Menurut pemaparannya, diketahui kediaman Ratna dan rumah pelaku bersebelahan.
Ratna dan ibu pelaku memilki usaha yang dijalankan bersama.
"Setengah empat sore saya nganter orderan lagi, itu terakhir kali saya dengar suara anak saya," tuturnya.
"Dia teriak-teriak 'Ibu ada anteran', karena saya masih di kamar mandi, 'Iya sebentar ibu masih di kamar
mandi'," terangnya.
"Setelah saya keluar dari kamar mandi, saya ke tempat, ke rumah pelaku untuk mengambil orderan, untuk
diantar," jelasnya.
"Setalah itu saya engga tahu lagi, engga ada anak saya," ucapnya.
Dari , Jakarta, Ratna mengantar orderan makanan ke Kelapa Gading.
Ratna menuturkan, ia pergi dari pukul 15.45 hingga 17.00 WIB.
"Saya takut dia mengikuti ondel-ondel atau topeng monyet itu, saya ngiter (berkeliling) mencari. Setelah
dari situ jam 10-an polisi sudah sampai ke rumah pelaku," katanya.
Ratna menerangkan, Jumat pagi pukul 10.00 WIB, rumah pelaku terlihat ramai dan polisi sudah ada di
tempat kejadian.
Pelaku Menyerahkan Diri
"Kata orang sih begitu, kalau bagi saya ,saya kurang tahu," tuturnya.
Saat Karni Ilyas menanyakan apakah tidak ada tanda-tanda keberadaan APA, Ratna mengatakan ada
sandal di rumah pelaku.
"Memang sandal ada, anak saya memang seperti itu, suka meninggalkan sandal di situ. Terus dia ambil
lagi sandal di rumah," terangnya.
Dalam pemikiran Ratna, hal tersebut sudah biasa saja.
Ia mengaku tidak memiliki prasangka atau pun pikiran negatif dengan rumah pelaku.
"Jadi saya enggak punya pikiran yang negatif atau gimana sama rumah itu, jadi saya pikir ya sudah dia
main atau ke mana," terangnya.
Polisi Datang
Soal kedatangan aparat kepolisian ke rumah pelaku, Ratna mengaku tidak mengetahui sama sekali bahwa
buah hatinya telah meninggal dunia.
"Belum (tahu) sama sekali, saya engga tahu kalau anak saya ada di situ, saya engga tahu," terangnya.
Menurut pemaparan Ratna, setelah polisi mendatangi rumah pelaku, ada satu warga yang mengatakan 'di
lantai dua'.
Namun, saat Ratna mencari tahu lebih dalam, tidak ada yang memberinya penjelasan sama sekali.
"Tapi orang itu engga ngasih tahu, jadi saya kesal, langsung blank," katanya.
"Karena ada yang bilang 'mati' atau apa gitu di (lantai) atas itu," tambahnya.
"Pikiran saya, engga tahu harus bagaimana," katanya.
APA Ditemukan Meninggal
Karni Ilyas lantas menanyakan apakah Ratna tahu APA meninggal di rumah pelaku.
"Saya engga tahu juga, karena saya sudah blank pas jam 10 itu, karena ada yang bilang anaknya begini,
begini, sudah ramai semua di rumah,"
"Saya engga bisa berpikir apa-apa lagi. Hanya saja dalam hati saya, anak saya masih hidup pada saat itu,
anak saya masih hidup pada saat itu saya pikirnya," terangnya.
Mengenal Pelaku?
Saat ditanya soal apakah Ratna mengenal akrab pelaku yang membunuh anakya, Ratna mengaku tidak
mengenal akrab.
"Dibilang kenal dekat sampai akrab juga engga sama pelaku tapi saya kenal dia.
Ratna menuturkan, selama ini, di matanya sang pelaku dikenal cukup baik.
"Kalau selama ini di mata saya dia cukup baik, dibilang kurang ajar engga. Tapi untuk nongkrong-
nongkrong di lingkungan sekitar, dia engga. Di sekitar rumah jarang," terangnya.
Ratna mengaku, sang anak bahkan tidak dekat dengan pelaku.
Saat Ratna dan anaknya di rumah pelaku, APA bermain bersama adik tirinya yang seusia dengan APA.
"Kalau di mata saya biasa saja sama anak saya engga ada yang mencurigakan," terangnya.
Korban memang cukup dekat dengan pelaku, karena APA berteman baik dengan
adik NF.
Saat berada di rumah pelaku, APA diminta untuk mengambil sebuah mainan yang
ada di dalam bak kamar mandi.
Tidak hanya menenggelamkan bocah itu saja, NF juga mencolok bagian leher APA
saat berada di dalam bak kamar mandi.
Setelah itu, NF mengikat dan memasukkan korban di dalam ember yang ditutupi
kain sprei agar orang-orang di rumahnya tidak curiga.
Baca Juga:
Ember tersebut sebenarnya ada di dalam kamar mandi, namun orang tua NF yang
sejak siang hari sudah bolak-balik ke kamar mandi tidak menaruh curiga dengan
ember tersebut.
Karena hari sudah sore, NF yang hendak ingin membuang korban memutuskan
untuk memindahkan jasad korban ke dalam lemari.
Jumat pagi, pelaku mulai kebingungan mencari lokasi untuk membuang jasad
korban.
Laporan NF sempat dianggap candaan. Sampai akhirnya Polisi Polsek Metro Taman
Sari membawa NF ke Polsek Sawah Besar untuk mengecek kebenaran laporan NF
ini.
Akhirnya, Polsek Sawah Besar menemukan jasad APA di dalam rumahnya dan
menetapkan NF sebagai tersangka.
Selain Chucky, NF juga senang menonton film Slender Man yang mengisahkan
seorang karakter fiksi yang suka menculik dan melukai orang, terutama anak-anak.
Selama penyelidikan di rumah pelaku, polisi juga menemukan banyak kertas yang
berisi gambar-gambar dan kalimat-kalimat sadis yang dibuat oleh NF.
Salah satu gambarnya ada sosok perempuan yang diikat di bagian tubuhnya dan
mengenakan kalung hitam.
Di dalam gambar tersebut, NF menulis sebuah kalimat ‘Keep Calm and Give Me
Torture’.
Selain gambar tersebut, polisi juga menemukan secarik kertas yang berisi tulisan
“Mau Siksa Baby?” dengan kalimat pilihan, “Dengan Senang Hati” dan “Tidak Tega”.