Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Dengan senantiasa memanjatkan syukur kehadirat, Tuhan Yang Maha Esa,


Alhamdulillah telah disusun Buku Panduan ini. Dalam proses penyusunan Buku Panduan ini,
tim penyusun telah berupaya untuk memenuhi standar proses, pedoman dan peraturan yang
menjadi acuan penyusunan.
Dengan tetap berpedoman pada peraturan tesebut, kami mengembangkan penyusunan
Buku Panduan ini berdasarkan pada kebutuhan. Dengan disusunnya buku pedoman ini,
semoga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Kami
menyadari penyusunan
Buku Panduan ini, belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan yang
konstruktif sangat diharapkan guna perbaikan dan penyempurnaan buku pedoman ini
dikemudian hari. Atas kerjasama kami mengucapkan terima kasih, semoga Buku Panduan ini
dapat bermanfaat.

Palangka Raya, Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................
1.2 RUANG LINGKUP.......................................................................................
1.3 GAMBARAN UMUM.................................................................................2
BAB II CORONA VIRUS.....................................................................................6
2.1 PENGERTIAN.............................................................................................6
2.2 GEJALA KLINIS.........................................................................................8
2.3 FAKTOR RESIKO......................................................................................9
BAB III PENYEBARAN CORONA VIRUS DI INDONESIA........................10
3.1 CORONA VIRUS DI INDONESIA..........................................................10
3.2 KONFIRMASI PENYEBARAN VIRUS CORONA DI INDONESIA....11
BAB IV PENANGANAN DAN PENCEGAHAN CORONA VIRUS.............12
4.1 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DI MASYARAKAT............12
4.2 PERLINDUNGAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT..................13
4.3 PENERAPAN ETIKA BATU DAN BERSIN..........................................16
4.4 ISOLASI MANDIRI/PERAWATAN DI RUMAH...................................16
BAB V EDUKASI TENTANG VIRUS CORONA...........................................18
5.1 PEMBUATAN HAND SANITIZER.........................................................18
5.2 PEMBUATAN DESINFEKTAN..............................................................19
5.3 CARA MEMAKAI MASKER YANG BENAR.......................................20
5.4 TATA CARA PENGGUNAAN MASKER DOUBLE.................................
5.5 RAMUAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS
TUBUH......................................................................................................21
5.6 CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR....................22
BAB VI PENUTUP .............................................................................................24
6.1 KESIMPULAN..........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember dunia dihebohkan dengan berita
munculnya wabah pneumonia yang tidak diketahui sebab pastinya. Wabah ini pertama kali
ditemukan di kota Wuhan Provinsi Hubei China. Kebanyakan pasien pneumonia ini berawal
dari pedagang di pasar Huanan yang menjual hewan hidup yang terletak di kota Wuhan.
Pada 7 Januari 2020 para peneliti berhasil mengidentifikasi penyebab pneumonia ini yakni
jenis novel coronavirus. Secara resmi, WHO menamakan penyakit ini Covid-19 (Corona
Virus Disease 2019) dan nama virus tersebut adalah SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2. Pada tanggal 2 Januari 2020, penderita meningkat menjadi 41
orang yang dirawat dirumah sakit teridentifikasi positif Covid-19 setelah hasil tes keluar dari
laboratorium di kota Wuhan. Sebagian dari penderita memiliki penyakit bawaan seperti
kardiovaskular, diabetes melitus, dan hipertensi.Penyebaran virus ini semakin meningkat dan
telah menyebar hampir ke seluruh Negara di dunia sehingga pada tanggal 11 Maret 2020,
WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi. Hingga 15 Juni 2020 tercatat 7.805.148
kasus tersebar di seluruh dunia. Dimulai dari penularan hewan ke manusia, diikuti
penyebaran dari manusia ke manusia. Beberapa pasien yang telah menjalani tes radiografi
memiliki perubahan di paru-parunya. Selain itu, rata-rata jumlah sel limfosit dan trombosit
pasien menunjukkan hasil yang lebih rendah dan disertai hipoksemia. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah pemberian obat simptomatik, pemasangan oksigenasi, dan menjaga
tandatanda vital agar tetap normal. Hingga saat ini, pengobatan khusus Covid-19 belum
ditemukan. Lu H tahun (2020) merekomendasikan beberapa obat terapi antivirus untuk
Covid-19 yaitu IFN-Alfa (5 juta U), lopinavir dan ritonavir (400 mg/100mg bid po).
Penyebaran kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020 yang
terkonfirmasi sebanyak 2 penderita yang berasal dari Jakarta. Tanggal 15 Juni 2020,
sebanyak 38.277 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan terkonfirmasi meninggal sebanyak
2.134 kasus. Di Jawa Timur, pada tanggal 19 Juni 2020 terkonfirmasi penderita Covid-19
sebanyak 9.046 +209 kasus baru, terkonfirmasi sembuh sebanyak 2.763 kasus, dan
terkonfirmasi meninggal sebanyak 721 kasus.

1
1.2 RUANG LINGKUP
Pedoman ini meliputi beberapa pokok bahasan yaitu: strategi dan indikator
penanggulangan, surveilans epidemiologi, diagnosis laboratorium, manajemen klinis,
pencegahan dan pengendalian penularan, komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat,
penyediaan sumber daya, dan pelayanan kesehatan esensial.
1.3 GAMBARAN UMUM
a. Epidemiologi
Corona virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 (Li
et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga
berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah
China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis
baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan
MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular
dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses - 9 -
penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC
pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan
tergantung pada populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan
ketersediaan pemeriksaan laboratorium. Thailand merupakan negara pertama di luar China
yang melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang
melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian
berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan
10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara
yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia,
India, dan United Kingdom. Sementara, negara dengan angka kematian paling tinggi adalah
Amerika Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol.

b. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid),
glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus

2
tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus,
betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus.
c. Penularan
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1
dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari
pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang
terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi Du Zet. al,
(2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk
mengetahui periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet
atau kontak dengan benda yang terkontaminasi.
Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala
(asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan
kecil untuk terjadi penularan. Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini
membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan
partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang
berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan
(misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung)
atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak
tidak langsung dengan permukaan atau - 13 - benda yang digunakan pada orang yang
terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer). Dalam konteks COVID-19, transmisi
melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan
suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction
terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah
pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif,
trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai transmisi melalui udara.

3
d. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% kasus akan
mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia,
15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis.
Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan
mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal
multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang
lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar
mengalami keparahan.
e. Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga
terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan - 14 - adalah metode deteksi
molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR.
f. Tata Laksana
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah atau
mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif. Ada
beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis.

4
BAB II
CORONA VIRUS
2.1 PENGERTIAN
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa
muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit
Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Corona virus atau Covid-19 termasuk dalam genus betacoronavirus, hasil anasilis
menunjukkan adanya kemiripan dengan SARS. Pada kasus Covid-19, trenggiling diduga
sebagai perantaranya karena genomnya mirip dengan coronavirus pada kelelawar (90,5%)
dan SARS-CoV2 (91%). Coronavirus disease 2019 Covid-19 atau yang sebelumnya disebut
SARS-CoV2. Covid-19 pada manusia menyerang saluran pernapasan khususnya pada sel
yang melapisi alveoli.
Corona virus termasuk virus yang menyerang saluran pernapasan. Virus yang
berhubungan dengan infeksi pada saluran pernapasan akan menggunakan sel epitel dan
mukosa saluran napas sebagai target awal dan menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan
atau kerusakan organ. Virus corona merupakan virus RNA rantai tunggal dan rantai positif
yang masuk keluarga coronaviridae yang dibagi menjadi subfamili menurut serotip dan
genotip karakteristik yang meliputi a, β, γ dan δ. Coronavirus pada umumnya menyerang
hewan khususnya kelelawar dan unta. Coronavirus mempunyai sampul (enveloped), dengan
partikel bulat dan seringkali berbentuk pleomorfik. Dinding coronavirus dilapisi oleh protein
S sebagai protein antigenik utama yang dapat berikatan dengan reseptor yang ada di tubuh
hostnya. Terdapat enam jenis coronavirus yang ditemukan di saluran napas pada manusia
yaitu 229E, NL63 dari genus Polygonum, OC43 dan HPU dari genus beta, Middle East
Respiratory Syndrome-associated Coronavirus (MERS-CoV), and Severe Acute Respiratory
Syndrome-associated Coronavirus (SARS-CoV). Coronavirus jenis baru atau SARS-CoV2
penyebab Covid-19 dapat diklasifikasikan dalam kelompok betacoronavirus yang menyerupai
SARS-CoV dan MERS-CoV tetapi tidak sama persis.
Faktor virus dengan respon imun menentukan keparahan dari infeksi Covid-19 ini.
Efek sitopatik virus dan kemampuannya dalam mengalahkan respon imun merupakan faktor

5
keparahan infeksi virus. Sistem imun yang tidak adekuat dalam merespon infeksi juga
menentukan tingkat keparahan, di sisi lain respon imun yang berlebihan juga ikut andil dalam
kerusakan jaringan.(18) Saat virus masuk ke dalam sel selanjutnya antigen virus akan
dipresentasikan ke Antigen Presentation Cell (APC). Presentasi sel ke APC akan merespon
sistem imun humoral dan seluler yang dimediasi oleh sel T dan sel B. (18) IgM dan IgG
terbentuk dari sistem imun humoral. Pada SARS-CoV IgM akan hilang pada hari ke 12 dan
IgG akan bertahan lebih lama. (18) Virus dapat menghindar dari sistem imun dengan cara
menginduksi vesikel membran ganda yang tidak mempunyai pattern recognition receptors
(PRRs) dan dapat bereplikasi di dalam vesikel kerusakan paru terbentuknya jaringan fibrosis
sehingga dapat terjadinya kegagalan fungsi.

2.2 GEJALA KLINIS


Rata-rata masa inkubasi adalah 4 hari dengan rentang waktu 2 sampai 7 hari. Masa
inkubasi dengan menggunakan distribusi lognoral yaitu berkisar antara 2,4 sampai 15,5 hari.
Periode bergantung pada usia dan status imunitas pasien. (22) Rerata usia pasien adalah 47
tahun dengan rentang umur 35 sampai 58 tahun serta 0,9% adalah pasien yang lebih muda
dari umur 15 tahun. Gejala umum di awal penyakit adalah demam, kelelahan atau myalgia,
batuk kering. Serta beberapa organ yang terlibat seperti pernapasan (batuk, sesak napas, sakit
tenggorokan, hemoptisis atau batuk darah, nyeri dada), gastrointestinal (diare,mual,muntah),
neurologis (kebingungan dan sakit kepala). Namun tanda dan gejala yang sering dijumpai
adalah demam (83-98%), batuk (76-82%), dan sesak napas atau dyspnea (31-55%).Pasien
dengan gejala yang ringan akan sembuh dalam watu kurang lebih 1 minggu, sementara pasien
dengan gejala yang parah akan mengalami gagal napas progresif karena virus telah merusak
alveolar dan akan menyebabkan kematian.
Kasus kematian terbanyak adalah pasien usia lanjut dengan penyakit bawaan seperti
kardiovaskular, hipertensi, diabetes mellitus, dan parkinson. Seperempat pasien yang dirawat
di rumah sakit Wuhan memiliki komplikasi serius berupa aritmia, syok, cedera ginjal akut
dan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Pasien yang menjalani pemeriksaan
penunjang karena keadaan imunosupresif sistemik mereka disebabkan kemoterapi dan
pembedahan. Karenanya, pasien kanker memiliki risiko tinggi terkena Covid-19 dan
prognosisnya buruk. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), faktor
risiko yang paling penting adalah kontak langsung dengan penderita Covid-19. Baik itu
tinggal serumah, atau memiliki riwayat berpergian ke tempat pandemik. Tenaga medis adalah
salah satu risiko paling tinggi tertular SARS-CoV-2 ini. Hingga saat ini, belum ada obat yang

6
spesifik dan vaksin untuk pasien Covid-19. Penanganan yang dapat dilakukan adalah
pemberian obat simptomatik, pemasangan oksigenasi, dan menjaga tanda-tanda vital agar
tetap normal. Chen N dkk (2020) telah melakukan penelitian pada 99 kasus penderita Covid-
19 di Kota Wuhan, mengatakan bahwa 75 pasien yang dirawat dirumah sakit di Kota Wuhan
telah diberikan obat antivirus berupa oseltamivir 75 mg setiap 12 jam, lopinavir dan ritonavir
500 mg diberikan oral sebanyak dua kali sehari, serta pemberian ganciclovir 25 gram tiap 12
jam secara intravena. Pemberian antivirus terus dilakukan hingga 3-14 hari. Hampir semua
pasien diberikan terapi antibiotik, 25 pasien diobati dengan antibiotik dosis tunggal dan 45
pasien kombinasi. Antibiotik diberikan ketika terjadi infeksi sekunder dari bakteri. Antibiotik
yang diberikan adalah cephalosporin, quinolons, carbapenem, dan tigecycline. Lu H tahun
(2020) merekomendasikan beberapa obat terapi antivirus untuk COVID-19 yaitu IFN-Alfa (5
juta U), lopinavir dan ritonavir (400 mg/100mg bid po). IFN-alfa adalah obat antivirus
spektrum luas yang dapat mengobati hepatitis B, sedangkan lopinavir dan ritonavir adalah
salah satu jenis protease inhibitor yang digunakan untuk pengobatan HIV. Saat ini, WHO
dan beberapa negara sedang melaksanakan uji klinis untuk menemukan obat yang cocok pada
Covid-19, uji trial ini bernama SOLIDARITY. Uji ini terdapat 4 kelompok, yaitu kelompok
LPV/r dan Interferon-beta (IFN-beta), remdesivir, serta CLQ dan HCQ.(10) Di bawah ini
adalah beberapa obat yang dianggap mampu menangani Covid-19:
a) Remdesivir (RDV) Remdesivir adalah antivirus spektrum luas yang akhir-akhir ini
telah efektif digunakan pada virus RNA seperti SARS-CoV dan MERS. Pada kasus
pertama novel coronavirus disease 2019 di Amerika Serikat yang memberikan
remdesivir untuk penggunaan antivirus pada hari ke 11, mengakibatkan penurunan
viral load pada nasofaring dan orofaring, serta kondisi klinis pasien membaik.
Remdesivir adalah obat terbaik untuk saat ini.
b) Klorokuin (CLQ) dan Hidroksiklorokuin (HCQ) Klorokuin adalah obatautoimun dan
obat antimalaria. Obat ini dapat menghambat infeksi virus dengan cara
meningkatkan pH endosomal serta mengganggu glikosilasi seluler reseptor SARS-
CoV. Selain itu, klorokuin mempunyai aktivitas permodulasi imun yang dapat
meningkatkan efek antivirus in vivo.
c) Ritonavir dan Lopinavir ( LPV/r) Lopinavir dan ritonavir tidak begitu berefek pada
Covid-19 ini.(38)Lopinavir dan ritonavir memiliki kemampuan inhibisi replikasi,
bukan mensupresi jumlah virusnya.

7
2.3 FAKTOR RESIKO
Laki-laki perokok aktif adalah faktor risiko dari infeksi Covid-19. Begitu pula dengan
pasien yang sudah ada penyakit bawaan seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit
kardiovaskular (perokok, diabetes mellitus, serta hipertensi) terdapat peningkatan pada
reseptor ACE2. Pasien lanjut usia yang memiliki komorbiditas seperti penyakit
kardiovaskular, hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan diabetes mellitus memiliki faktor risiko
lebih besar terkena SARS-CoV-2. Pengguna (ARB) angiotensin receptor blocker berisiko
tinggi terkena Covid-19. Pasien dengan kanker lebih rentan terhadap infeksi daripada orang
yang tidak memiliki kanker, karena keadaan imunosupresif sistemik mereka disebabkan
kemoterapi dan pembedahan. Karenanya, pasien kanker memiliki risiko tinggi terkena Covid-
19 dan prognosisnya buruk. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
faktor risiko yang paling penting adalah kontak langsung dengan penderita Covid-19. Baik
itu tinggal serumah, atau memiliki riwayat berpergian ke tempat pandemik. Tenaga medis
adalah salah satu risiko paling tinggi tertular SARS-CoV-2 ini.

8
BAB III
PENYEBARAN CORONA VIRUS DI INDONESIA

3.1 CORONA VIRUS DI INDONESIA


Penyebaran kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020 yang
terkonfirmasi sebanyak 2 penderita yang berasal dari Jakarta. Tanggal 15 Juni 2020,
sebanyak 38.277 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan terkonfirmasi meninggal sebanyak
2.134 kasus. Di Jawa Timur, pada tanggal 19 Juni 2020 terkonfirmasi penderita Covid-19
sebanyak 9.046 +209 kasus baru, terkonfirmasi sembuh sebanyak 2.763 kasus, dan
terkonfirmasi meninggal sebanyak 721 kasus.

Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 bisa menyerang siapa saja. Menurut
data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia,
jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 06 Agustus 2021 adalah 3.568.331 orang dengan
jumlah kematian 102.375 orang. Tingkat kematian (case fatality rate) akibat COVID-19
adalah sekitar 2,9%.Jika dilihat dari persentase angka kematian yang di bagi menurut
golongan usia, maka kelompok usia >60 tahun memiliki persentase angka kematian yang
lebih tinggi dibandingkan golongan usia lainnya. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin,
53,1% penderita yang meninggal akibat COVID-19 adalah laki-laki dan 46,9% sisanya
adalah perempuan.

9
3.2 KONFIRMASI PENYEBARAN VIRUS CORONA DI INDONESIA
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan model penularan virus
Corona di Indonesia telah masuk tahapan penularan komunitas. Klasifikasi ini berarti
Indonesia sudah mengalami penyebaran yang lebih besar dari penularan lokal
atau community transmission.

10
BAB IV
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN CORONA VIRUS

4.1 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DI MASYARAKAT


Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan COVID-19
agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara penularannya berdasarkan
droplet infection dari individu ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah,
perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat
orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di masyarakat
dilakukan dengan:
1. Pencegahan penularan pada individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus
SARSCoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu
pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan beberapa
tindakan, seperti:
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol
(handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan
mulut dengan tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan
mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan
jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan
teknis lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui
status kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian sebelum
kontak dengan anggota keluarga di rumah.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari,
istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan

11
kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan dengan melaksanakan asuhan
mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga
(TOGA) dan akupresur, yang meliputi;
1) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
2) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan nafsu makan
3) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi susah tidur
4) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol h. Mengelola
kesehatan jiwa dan psikososial Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal
dari psikososial dapat tingkatkan melalui:
a) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan hobi
yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman dengan
mempertimbangkan aturan pembatasan sosial berskala besar di daerah
masing-masing;
b) Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal yang
positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi) terhadap kejadian, dan
selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi;
c) Hubungan sosial yang positif: memberi pujian, memberi harapan antar
sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan ikatan emosi
dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif, tetap
melakukan komunikasi secara daring dengan keluarga dan kerabat.
Ketentuan teknis peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial merujuk pada
pedoman dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pandemi COVID-
19 yang disusun oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan NAPZA.
5) Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera
berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.
6) Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan
dalam setiap aktivitas.
4.2 PERLINDUNGAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT
COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup tinggi, sehingga
perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan masyarakat yang dilakukan secara
komprehensif. Perlindungan kesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan
dalam skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadap fasyankes. Tingkat

12
penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhi oleh adanya pergerakan orang, interaksi
antar manusia dan berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat
harus dilakukan oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha,
aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya. Adapun perlindungan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui,
1. Upaya pencegahan (prevent)
a) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi, edukasi,
dan penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan pengertian dan
pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh
masyarakat, dan melalui media mainstream.
b) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui penyediaan
sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan memenuhi standar atau
penyediaan handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan masuk
ke tempat dan fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap
permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan
pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya
COVID-19 seperti berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di tempat
dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
2. Upaya penemuan kasus (detect)
a) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat dilakukan
semua unsur dan kelompok masyarakat melalui koordinasi dengan dinas
kesehatan setempat atau fasyankes.
b) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang yang berada di lokasi
kegiatan tertentu seperti tempat kerja, tempat dan fasilitas umum atau kegiatan
lainnya.
3. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih
luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes
untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium serta
penanganan lain sesuai kebutuhan. Penanganan kesehatan masyarakat terkait
respond adanya kasus COVID-19 meliputi:

13
a) Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial Pembatasan fisik harus diterapkan
oleh setiap individu. Pembatasan fisik merupakan kegiatan jaga jarak fisik
(physical distancing) antar individu yang dilakukan dengan cara:
1) Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jaga jarak
minimal 1 meter.
2) Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot)
yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika berpergian.
3) Bekerja dari rumah (Work from Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
4) Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
5) Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat wisata
6) Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi/mengunjungi orang sakit/melahirkan tatap muka
dan menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet,
dan media sosial.
7) Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau
fasilitas lainnya.
8) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda tinggal
satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan mereka
dan pakai masker kain meski di dalam rumah.
9) Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain bersama keluarganya
sendiri di rumah.
10) Dalam adaptasi kebiasaan baru, maka membatasi jumlah pengunjung dan
waktu kunjungan, cek suhu pengunjung, menyediakan tempat cuci tangan
pakai sabun dan air mengalir, pengecekan masker dan desinfeksi secara
berkala untuk mall dan tempat tempat umum lainnya n) Memakai pelindung
wajah dan masker kepada para petugas/pedagang yang berinteraksi dengan
banyak orang. Semua orang harus mengikuti ketentuan ini. Kami
menghimbau untuk mengikuti petunjuk ini dengan ketat dan membatasi
tatap muka dengan teman dan keluarga, khususnya jika Anda:
1) Berusia 60 tahun keatas.
2) Memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes
melitus, hipertensi, kanker, asma dan Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) dan lain- lain.

14
3) Ibu hamil.

3.3 PENERAPAN ETIKA BATUK DAN BERSIN


Menerapkan etika batuk dan bersin meliputi:
1) Jika memiliki gejala batuk bersin, pakailah masker medis. Gunakan masker dengan
tepat, tidak membuka tutup masker dan tidak menyentuh permukaan masker. Bila
tanpa sengaja menyentuh segera cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau
menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol .
2) Jika tidak memiliki masker, saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu langsung buang
tisu ke tempat sampah tertutup dan segera cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.
3) Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas bagian dalam.
3.4 ISOLASI MANDIRI/PERAWATAN DI RUMAH
Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala
ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti (penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi
immunocompromise). Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien dalam pengawasan, orang
dalam pemantauan dan kontak erat yang bergejala dengan tetap memperhatikan kemungkinan
terjadinya perburukan. Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap
tidak tersedia atau tidak aman. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan kondisi klinis
dan keamanan lingkungan pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas
umum, atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Perlu
dilakukan informed consent sebagaimana formulir terlampir terhadap pasien yang melakukan
perawatan rumah. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif
untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang tersebut.
Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk pemantauan harus
diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-
19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat. Selama proses
pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas
kesehatan yang melakukan pemantauan menggunakan APD minimal berupa masker bedah
dan sarung tangan karet sekali pakai (jika harus kontak dengan cairan tubuh pasien). Prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi untuk isolasi di rumah:
1) Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi yang
baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka

15
2) Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan ruangan
bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik.
3) Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan jika tidak
memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur
berbeda).
4) Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idealnya satu orang yang benar-benar
sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan kekebalan.
Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar-benar sehat dan tidak
bergejala.
5) Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan pasien atau
lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan
makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan
kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan handsanitizer,
dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.
6) Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali pakai
direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk bersih dan segera
ganti jika sudah basah.
7) Pisahkan alat makan untuk pasien (cuci dengan sabun dan air hangat setelah
dipakai agar dapat digunakan kembali).
8) Cuci pakaian, seprai, handuk, masker kain pasien menggunakan sabun cuci rumah
tangga dan air atau menggunakan mesin cuci dengan suhu air 60-90 0C dengan
detergen dan keringkan. Menggunakan sarung tangan saat mencuci dan selalu
mencuci tangan sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan.
9) Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harusdibuang
di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum
dibuang sebagai kotoran infeksius.

16
BAB V
EDUKASI TENTANG VIRUS CORONA

5.1 PEMBUATAN HAND SANITIZER


Hand sanitizer merupakan cairan pembersih yang digunakan untuk membersihkan
tangan. Meskipun demikian, penggunaan cairan hand sanitizer sebaiknya digunakan secara
terbatas. Maksudnya, hand sanitizer hanya digunakan jika kamu sulit menemukan air bersih
saja. Pada awal pandemi lalu, kelangkaan hand sanitizer terjadi hampir di seluruh wilayah.
Untuk itulah WHO merilis cara membuat hand sanitizer yang mudah dan dapat dilakukan
sendiri di rumah. Salah satu bahan yang digunakan adalah gel aloe vera atau lidah buaya.
Selain menggunakan alkohol, kamu juga dapat mempraktikkan cara membuat hand
sanitizer alami, yaitu dengan menggunakan lidah buaya atau aloe vera. Lidah buaya memiliki
kandungan desinfektan yang dapat membunuh bibit penyakit. Sebelum membuat hand
sanitizer dari lidah buaya, kamu perlu membuat gel lidah buaya terlebih dahulu. Caranya,
kupas bersih lidah buaya lalu hilangkan lendirnya. Potong lidah buaya menjadi beberapa
bagian lalu campurkan dengan air. Setelah itu saring dan ambil airnya.Gel lidah buaya inilah
yang dijadikan sebagai bahan untuk membuat hand sanitizer.
1. Langkah atau cara membuat hand sanitizer dengan lidah buaya dalam bentuk
spray adalah sebagai berikut:
Bahan yang diperlukan:
 1/4 cup gel lidah buaya
 160 ml alkohol 70%
 10 tetes essential oil tea tree
 10 tetes minyak esensial beraroma lavender
 1/2 sendok teh minyak vitamin E
 1 botol spray ukuran kecil
2. Cara membuat hand sanitizer dari lidah buaya:
 Campurkan gel lidah buaya, minyak vitamin E serta alkohol pada mangkuk
atau wadah kecil.
 Teteskan essential oil.
 Masukkan bahan-bahan tersebut ke botol kecil dengan menggunakan pipet.

17
 Kocok botol sebelum hand sanitizer digunakan.

5.2 PEMBUATAN DESINFEKTAN


Pendemi global COVID-19 atau virus corona yang menyerang di Indonesia dapat
dicegah dengan cara menjaga daya tahan tubuh serta kebersihan diri dan lingkungan. Cara
mencegah kebersihan lingkungan yang paling sederhana adalah dengan mencuci tangan
dengan sabun secara bersih selama 20 detik dan menggunakan hand sanitizer. Selain itu
penggunaan disinfektan juga diperlukan untuk lingkungan sekitar tempat kita tinggal. Hal ini
bertujuan untuk membunuh berbagai jenis virus dan bakteri di sekitar kita, termasuk virus
corona. Penyemprotan disifektan saat ini digalakan oleh pemda dan pemkot ke tempat tinggal
warganya untuk mengurangi penyebaran virus corona.
Disinfektan adalah cairan pembersih terbuat dari campuran hidrogen peroksida,
creosote, atau alkohol yang bertujuan untuk membunuh bakteri, virus, kuman, dan
mikroorganisme berbahaya lainnya yang terdapat pada ruangan atau permukaan benda mati
karena mengandung konsentrasi biosida yang tinggi.Disinfektan umumnya digunakan untuk
membersihkan permukaan benda-benda yang paling sering disentuh orang banyak seperti
lantai, tombol di lift, gagang pintu, meja, kursi, keran wastafel, dan toilet.
Berikut adalah cara membuat disinfektan sendiri di rumah untuk hasil akhir cairan
disinfektan sebanyak 1 liter:
Bahan dan Alat yang diperlukan:
 Cairan pemutih (30 ml)  cth merek Bayclin untuk 1 liter air ATAU cairan
karbol (30 ml) cth merek wipol, SOS untuk 1 liter air
 Air bersih
 Botol semprot plastik atau botol kaca dengan tutup
 Gelas takar / ukur
 Lap flanel atau kain microfiber atau kain lembap
 Sarung tangan karet
 Masker N95 atau penutup hidung mulut
Cara membuat dan menggunakannya:
 Tuang cairan pemutih atau cairan karbol secara hati-hati ke dalam botol kaca
terlebih dahulu. Lalu, tambahkan air bersih dan aduk hingga tercampur dengan
merata.

18
 Jika sudah, tutup botol kaca dengan rapat, lalu kocok secara perlahan agar
cairan pemutih atau cairan karbol dapat tercampur sempurna dengan air.
 Apabila larutan cairan pemutih atau cairan karbol sudah tercampur sempurna,
Anda bisa membagikan larutan cairan tersebut ke dalam botol semprot yang
lebih kecil agar mudah digunakan.
 Cairan disinfektan sudah siap digunakan dengan cara disemprotkan ke daerah
lingkungan atau permukaan benda mati.
Pastikan melakukan langkah-langkah di atas di ruangan dengan ventilasi yang
baik atau idealnya dengan ruangan berjendela terbuka. Pasalnya, cairan
pemutih dengan tingkat konsentrasi yang tinggi dapat mengeluarkan uap
beracun sehingga tidak boleh digunakan di ruangan yang kecil dan
tertutup. Jika ada cairan pemutih yang menyentuh bagian kulit Anda, segera
lap dengan kain lembap.

5.3 CARA MEMAKAI MASKER YANG BENAR


Berikut panduan cara menggunakan masker yang tepat :
 Sebelum memasang masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
(minimal 20 detik) atau bila tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan
(minimal alkohol 60%).
 Pasang masker untuk menutupi mulut dan hidung dan pastikan tidak ada sela
antara wajah dan masker.
 Hindari menyentuh masker saat digunakan; bila tersentuh, cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir minimal 20 detik atau bila tidak ada, cairan pembersih
tangan (minimal alkohol 60%).
 Ganti masker yang basah atau lembab dengan masker baru. Masker medis
hanya boleh digunakan satu kali saja. Masker kain dapat digunakan berulang
kali.
 Untuk membuka masker: lepaskan dari belakang. Jangan sentuh bagian depan
masker; Untuk masker 1x pakai, buang segera di tempat sampah tertutup atau
kantong plastik. Untuk masker kain, segera cuci dengan deterjen. Untuk
memasang masker baru, ikuti poin pertama.
5.4 TATA CARA PENGGUNAAN MASKER DOUBLE YANG BENAR
1. Gunakan masker bedah sebagai lapisan pertama

19
2. Lapis masker bedah dengan masker kain yang terdiri dari 3 lapis kain, pakailah
masker kain yang ukurannya pas
3. Pastikan kawat tipis yang terdapat dibagian atas masker bedah ditekan kearah
wajah,sehingga bentuknya mengikuti bentuk hidung anda
4. Pastikan tali atau karet masker kain dikaitkan dengan baik pada telinga atau
diikat dibagian belakang kepala
5. Coba hembuskan nafas dan rasakan apakah masih ada udara yang mengalir dari
sisi atas dan sisi samping masker
6. Bila masih ada aliran udara, atur kembali posisi dan kekencangan masker,
pastikan tetap bisa bernafas dengan nyaman dan tidak merasa pusing atau
berkunang-kunang karna pemakaian masker double ini

5.5 RAMUAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATAKAN IMUNITAS TUBUH


1. Meniran

Meniran atau Phyllanthus niruri telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk


berbagai macam penyakit di banyak negara. Ada bermacam-macam senyawa kimia yang
dikandungnya, antara lain phyllanthin dan tannin.Senyawa-senyawa ini terbukti bisa
berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba, antidiabetes, dan antikanker, sehingga ampuh
digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Bahkan, penelitian juga menunjukkan
bahwa herba ini efektif dalam mengatasi penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan
tubuh yang lemah.
1. Daun kelor
Dalam daun kelor, terdapat banyak sekali senyawa dan nutrisi penting yang juga
efektif untuk meningkatkan imunitas dan mencegah infeksi, antara lain flavonoid,
anthraquinon, dan vitamin C. Kandungan vitamin C pada daun kelor bahkan 7 kali
lebih banyak daripada yang ada pada jeruk.

20
2. Kunyit
Dalam kunyit, terkandung senyawa aktif bernama kurkumin. Senyawa yang
memberikan warna kuning secara alami ini sangat baik untuk memperbaiki sistem
pencernaan dan meningkatkan sistem penyerapan tubuh kita. Selain itu, kurkumin
juga memiliki manfaat antiinflamasi dan bermanfaat dalam meningkatkan daya
tahan tubuh.Seperti halnya meniran dan daun kelor, kunyit juga kaya akan
antioksidan yang bermanfaat dalam melawan radikal bebas, sehingga tubuh tidak
mudah terserang penyakit.
Bahan-bahan:
 1 ruas ibu jari kunyit
 1 ruas ibu jari lengkuas
 1 buah jeruk nipis
 3 cangkir air
 Gula merah secukupnya
Cara membuat:
 Cuci bersih semua bahan-bahan, untuk kunyit dan lengkuas digeprek.
 Kemudian rebus air hingga mendidih, kecilkan api dan masukan semua bahan.
 Tunggu kira-kira hingga setengahnya, dan matikan.
3. Ramuan Jahe
Bahan-bahan:
 2 ruas ibu jari jahe merah
 1 buah jeruk nipis
 3 jari kayu manis
 Gula merah secukupnya
Cara membuat:
 Cuci bersih semua bahan-bahan, untuk jahe merah dicuci bersih dan digeprek.
 Rebus air hingga mengeluarkan banyak uap.
 Kecilkan api dan rebus semua bahan yang sudah disiapkan dengan gula merah
selama 15 menit.
 Kemudian saring dalam keadaan dingin. 

21
5.6 CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyarankan setiap
orang untuk selalu mencuci tangan demi mencegah penyebaran virus corona COVID-19.
Bersihkan tangan secara teratur dan menyeluruh dengan sabun dan air atau cairan berbasis
alkohol.Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan cairan pembersih berbasis
alkohol bisa membunuh virus yang mungkin ada di tangan Anda.

Menurut WHO, mencuci tangan agar bersih menghabiskan waktu sekitar 20-30 detik. Ikuti 7
langkah mencuci tangan yang benar menurut WHO untuk mencegah infeksi virus, kuman,
dan bakteri.
1. Basahi tangan dan tuangkan atau oleskan produk sabun di telapan tangan.
2. Tangkupkan kedua telapak tangan dan gosokkan produk sabun yang telah dituangkan.
3. Letakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari yang terjalin dan
ulangi untuk sebaliknya.
4. Letakkan telapak tangan kanan ke telapak tangan kiri dengan jari saling terkait.
5. Tangan kanan dan kiri saling menggenggam dan jari bertautan agar sabun mengenai
kuku dan pangkal jari.
6. Gosok ibu jari kiri dengan menggunakan tangan kanan dan sebaliknya.
7. Gosokkan jari-jari tangan kanan yang tergenggam di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.Bilas dan keringkan. Setelah kering, tangan Anda sudah aman dari bakteri
dan kotoran.

22
BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa
muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit
Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala
ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti (penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi
immunocompromise). Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien dalam pengawasan, orang
dalam pemantauan dan kontak erat yang bergejala dengan tetap memperhatikan kemungkinan
terjadinya perburukan. Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap
tidak tersedia atau tidak aman. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan kondisi klinis
dan keamanan lingkungan pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas
umum, atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Perlu
dilakukan informed consent sebagaimana formulir terlampir terhadap pasien yang melakukan
perawatan rumah. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif
untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang tersebut.
Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk pemantauan harus
diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-
19.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://corona.uc.ac.id/membuat-disinfektan-dengan-cara-mandiri-
Surat Edaran Kementerian Kesehatan RI, Nomor: HK.02.02/IV.2243/2020 
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kampus-kita/fkik-membuat-hand-sanitizer-
dari-bahan-alami/
https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/27/130300223/masker-double-itu-
bukan-pakai-2-masker-bedah-begini-cara-pakainya?page=all#page2

24

Anda mungkin juga menyukai