Anda di halaman 1dari 5

Nama:Reyson Exaudi Gultom

NIM :EAA 118 035

Analisis prinsip-prinsip gugatan perdata

1. Harus Ada Dasar Hukum

Melakukan sebuah gugatan atau tuntutan ke pengadilan tentu harus ada dasar
hukumnya, kalau tidak ada bisa saja permohonan atau gugatan itu ditolak. Karena
dasar hukumlah yang menjadi suatu putusan oleh hakim. Melakukan gugatan bisa
saja dilakukan sendiri ataupun memberikan kuasa hukum kepada pihak tertentu yang
dianggap paham dengan hukum, dalam hal ini pengacara atau advocate.

Sebuah contoh kasus yang tidak ada dasar hukumnya: budi meminjam uang
kepada jhony, ternyata jhony tidak mau membayar, karena budi merasa dirugikan dia
mengajukan gugatan kepada jhony ke Pengadilan dimana jhony tinggal. Contoh
diatas bisa saja merupakan kasus yang tidak ada dasar hukumnya, karna hanya
meminjam uang tanpa adanya perjanjian baik tertulis ataupun lisan yang melibatkan
adanya saksi dalam hal perjanjian tersebut.

2. Adanya Kepentingan Hukum

Suatu tuntutan yang diajukan ke pengadilan yang dituangkan dalam surat


gugatan, pihak penggugaat harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup karena
syarat mutlak mengajukan gugatan adalah kepentingan hukum secara langsung dan
melekat pada diri penggugat. bagaimana dengan pengacara yang tidak memiliki
kepentingan hukum dalam permasalahan yang masalahkan, maka dalam hal ini pihak
yang berperkara bisa memberikan kuasa hukum secara penuh baik secara formil
maupun materil.
3. Merupakan Suatu Sengketa

Tuntutan perdata atau bisa disebut dengan burgelijk vordering yaitu tuntutan
hak yang mengandung sengketa. Gugatan yang diajukan tanpa adanya pihak tergugat
bukanlah merupakan kewenangan pengadilan untuk memeriksa dan menyelesaikan
perkara tersebut karena tidak ada pihak lawan. Sengketa bisa saja terjadi tanpa
melibatkan pengadilan, jika para pihak bisa berdamai menyelesaikan
permasalahannnya secara musyawarah atau kekeluargaan.

4. Dibuat dengan Cermat dan Terang

Gugatan secara tertulis harus dibuat ditulis secara jelas dengan bahasa yang
baik tersusun dan rapih, serta menceritakan secara singkat apa yang dipermasalahkan
dan bagaimana pihak tergugat melanggar hukum, serta mencantumkan undang-
undang yang sesuai dengan dengan apa yang disengketakan. Karena bisa saja salah
menempatkan undang-undang bisa mengubah arti.

5. Memahami Hukum Formil dan Materil

Seebuah gugatan dapat dikatakan baik dan benar apabila telah memenuhi
syarat baik secara formil dan materil, karena hukum formil dan materil berkaitan
dengan erat. Penguasaan hukum formal sangat berguna didalam menyusun surat
gugatan kerena menyangkut langsug hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi
pengadilan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pengadilan mana yang berhak
menyelesaikan suatu perkara itu.

Oleh karena itu hukum materil juga harus dikuasai dalam menyusun gugatan,
karena hal ini sangat menentukan dikabukannya atau ditolak suatu gugatan. Hukum
materil bukan hanya menyaangkut hal-hal yang berhubungan dengan peraturan
perundang-undangan, bisa juga doktrin-doktrin, teori-teori hukum, dan kebiasaan
dalam kehidupan masyarakat yang sudah dianggap hukum yang harus dipatuhi.
Proses pengajuan guatan perdata

1.Pendaftaran Gugatan

Tahap pertama yang harus dilakukan calon penggugat adalah mengajukan


gugatan perdata dengan melakukan pendaftaran gugatan ke pengadilan. Menurut
Pasal 118 ayat (1) HIR, pendaftaran gugatan itu diajukan ke Pengadilan Negeri
berdasarkan kompetensi relatifnya.

Kompetisi relatif yang dimaksud yang dimaksud adalah untuk menentukan


pengadilan negeri pada daerah mana yang berwenang menangani perkara perdata
yang ingin diajukan tersebut. Cara menentukan kompetensi relatif tersebut yaitu,
berdasarkan tempat tinggal tergugat (pihak yang digugat dalam perkara) atau
berdomisili hukum yang ditunjuk dalam perjanjian.

Gugatan tersebut hendaknya diajukan secara tertulis, ditandatangani oleh


Penggugat atau kuasanya, dan ditujukan kepada Ketua Pegadilan Negeri. Pendaftaran
gugatan ini dapat dilakukan di kantor kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat.

2.Membayar Panjar Biaya Perkara

Setelah pendaftan gugatan diterima oleh kantor kepaniteraan Pengadilan


Negeri setempat, selanjutnya Penggugat wajib membayar biaya perkara. Biaya
perkara yang dibayarkan pada tahap ini disebut panjar biaya perkara, yang merupakan
biaya sementara yang finalnya akan diperhitungkan setelah diputuskannya putusan
pengadilan.

Umumnya setelah dikeluarkan putusan pengadilan, pihak yang kalah (antara


Penggugat dan Tergugat) adalah pihak yang akan menanggung biaya perkara. Biaya
perkara yang dimaksud termasuk biaya-biaya yang perlu dikeluarkan pengadilan
dalam proses pemeriksaa perkara tersebut, antara lain, biaya kepaniteraan, materai,
pemanggilan saksi, pemeriksaan setempat, pemberitahuan, eksekusi, dan biaya
lainnya yang diperlukan selama proses pemeriksaan dan persidangan. Jika panjar
biaya perkara kurang maka Penggugat wajib menambahkan, dan sebaliknya, apabila
lebih maka biaya sisa harus dikembalikan kepada Penggugat.

Terdapat pengecualian bagi Penggugat dan/atau Tergugat yang tidak mampu


membayar biaya perkara, maka dalam Hukum Acara Perdata juga mengizinkan untuk
berperkara tanpa biaya (prodeo/free of charge). Untuk berperkara tanpa biaya,
Penggugat dapat mengajukan permintaan izin berperka tanpa biaya dengan
melampirkannya dalam surat gugatannya atau dalam surat tersendiri. Selain
Penggugat, Tergugat juga dapat mengajukannya sendiri. Permintaan ini juga disertai
dengan surat keterangan tidak mampu dari camat atau kepala desa tempat tinggal
pihak yang mengajukan.

3.Registrasi Perkara

Registrasi perkara adalah pencatatan gugatan ke dalam Buku Register Perkara


untuk mendapatkan nomor gugatan agar dapat diproses lebih lanjut, dilakukan setelah
melakukan pembayaran panjar biaya perkara.

4.Pelimpahan Berkas Perkara Kepada Ketua Pengadilan Negeri

Setelah mendapatkan nomor perkara berdasarkan nomor urut dalam Buku


Register Perkara, maka perkara tersebut akan dilimpahkan kepada Ketua Pengadilan
Negeri. Pelimpahan tersebut harus dilakukan secepart mungkin agar tidak melanggar
prinsip-prinsip penyelesaian perkara secara sederhana, cepat, dan biaya ringan,
selambat-lambatnya 7 hari dari tanggal registrasi.

5.Penetapan Majelis Hakim Oleh Ketua Pengadilan Negeri

Setelah memeriksa berkas yang dilimpahkan ke Ketua Pengadilan Negeri,


Ketua Pengadilan Negeri akan menetapkan Majelis Hakim yang akan memeriksa dan
memutus perkara selambat-lambatnya 7 hari setelah berkas diterima. Majelis hakim
terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang Hakim, dengan komposisi satu orang Ketua
Majelis Hakim dan 2 orang Hakim Anggota.
6.Penetapan Hari Sidang

Setelah Majelis Hakim yang akan memeriksa dan mengadili perkara tersebut
terpilih, maka Majelis Hakim kemudian menetapkan hari sidang. Penetapan itu
dituangkan dalam surat penetapan selambat-lambatnya 7 hari setelah Majelis Hakim
menerima berkas perkara. Kemudian Majelis Hakim akan memanggil para pihak
(Penggugat dan Tergugat) untuk hadir pada hari sidang yang telah ditentukan.
Kemudian proses persidangan akan dimulai sesuai dengan Hukum Acara Perdata
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai