TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Korporasi
10
hukum maupun bukan badan hukum.
9
Muladi dan Dwidja Priyatno, 2010, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta, Penerbit
Kencana Prenada Media Group, hlm. 23.
10 Lihat Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
12
Menurut Utrecht/Moh. Soleh Djindang tentang korporasi :
12
unit hukum, yang diberikan pribadi hukum, untuk tujuan tertentu.
13
korporasi menjadi subyek hukum, yang mana hal itu terdapat pula
14 Ali Rido, 1986, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung, Penerbit Alumni, hlm. 12.
15 Central bewustzijn merupakan kesadaran pusat.
16 Ali Rido, Op.Cit, hlm. 17.
14
Meskipun demikian, korporasi yang dianggap sebagai
hukum, juga bertujuan untuk memberikan efek jera bagi pelaku tindak
17 Moeljatno, 2008, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta, Penerbit Rieneka Cipta, hlm. 41
18 Ibid, hlm. 23
15
lain juga diperlukan pembinaan kepada pelaku tindak pidana agar tidak
Dalam hal ini tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku dapat
19 Ibid.
16
Pertanggungjawaban pidana erat kaitannya dengan sebuah tindak
pidana karena tanpa didahului oleh sebuah tindak pidana maka tidak ada
hukum, maka lebih lanjut dapat pula dikatakan bahwa terlebih dahulu harus
ada kepastian tentang adanya perbuatan pidana, dan kemudian semua unsur-
20 Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan dan Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta, Penerbit Aksara
Baru, hlm. 75
17
Kemudian dari uraian diatas dapat dibedakan unsur-unsur
kesalahan, yaitu :
1. Kemampuan bertanggungjawab
dasar dapat dipidananya pembuat adalah asas kesalahan. Ini berarti bahwa
18
pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai
22
kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana tersebut.
orang tersebut tidak dapat dipidana. Sehingga dapat dikatakan ada atau
unsur yang fundamental dalam hukum pidana karena dalam hukum pidana
1. Mezger :
“Kesalahan adalah keseluruhan syarat yang memberi dasar
untuk adanya pencelaan pribadi terhadap si pembuat tindak pidana.”
2. Simons :
“Sebagai dasar untuk pertanggungganjawab dalam hukum
pidana. Ia berupa keadaan fisik dari si pembuat dan hubungannya
terhadap perbuatannya dan dalam arti bahwa berdasarkan keadaan
fisik itu perbuatannya dapat dicelakan kepada si pembuat.”
3. Van Hamel :
“Kesalahan dalam suatu delik merupakan pengertian
psikologis, berhubungan antara keadaan jiwa si pembuat dan
terwujudnya unsur-unsur delik karena perbuatannya. Kesalahan
adalah pertanggungan jawab dalam hukum.”
4. Pompe :
“Pada pelanggaran norma yang dilakukan karena
kesalahannya, biasanya sifat melawan hukum itu merupakan segi
luarnya. Yang bersifat melawan hukum itu adalah perbuatannya.
Segi dalamnya, yang bertalian dengan kehendak si pembuat adalah
kesalahan.”
22 Mahrus Ali, 2012, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta, Penerbit Sinar Grafika, hlm. 156.
23 Muladi dan Dwidja Priyatno, Op. cit., hlm. 70-71
19
Kesalahan menentukan akibat dari perbuatan yang dilakukan, yaitu
yang dilarang ini tercapai, maka ada suatu tindak pidana yang hukuman
24
bertanggungjawab harus ada :
20
kemampuan untuk bertanggungjawab. Sebagai konsekuensinya maka
tersebut disebabkan oleh keadaan batin pelaku yang sakit atau cacat dalam
28
sesuai dengan keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendaknya.
21
yang bertindak sebagai wakil dari korporasi. Namun disini korporasi
delinquere non potest yang berarti badan hukum tidak dapat dipidana
29
perbuatan itu dengan sengaja.”
22
Artinya disini bahwa seseorang yang melakukan perbuatan
31
kesengajaan, yaitu :
31 Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Penerbit Rajagrafindo Persada,
hlm.
96
23
apabila kesalahan yang dilakukan berupa kealpaan. Keadaan alpa
tersebut.
24
hukum dan tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana
34
diharuskan oleh hukum.
1. Teori Fictie
35
buatan negara saja. Teori ini dipelopori sarjana Jerman, Fridrich Carl
36
permulaan abad ke-19. Menurut Van Savigny bahwa hanya manusia
hukum adalah suatu Abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang konkrit.
Jadi karena suatu abstraksi, maka menjadi suatu subjek dari hubungan
25
bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa
37
(wilsmacht).
lain, yang mana subyek hukum tersebut tidak memiliki wujud yang
2. Teori Organ
adalah suatu realita.38 Teori ini dikemukakan oleh sarjana Jerman, Otto
Belanda dianut oleh L.G. Polano. Ajarannya disebut leer der volledige
39
realiteit, ajaran realitas sempurna.
37 Munir Fuady, 2007, Dinamika Teori Hukum, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 12
38 R. Ali Ridho, Op.Cit., hlm. 16
39 Ibid., hlm. 32
26
tersebut misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya seperti
bukanlah suatu hal yang abstrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum
hukum itu suatu organismen yang riil, yang hidup dan bekerja seperti
40
manusia biasa.
dan Apeldoorn.41
seluruh anggotanya. Menurut teori ini badan hukum bukan abstraksi dan
40 Ibid., hlm. 32
41 Ibid., hlm. 34
27
ialah harta yang tidak dapat dibagi-bagi dari anggota-anggotanya
42
secara bersama-sama.
pribadi yang disebut badan hukum. Pada hakikatnya badan hukum itu
43
sesuatu yang abstrak.
44
pertanggungjawaban korporasi sebagai subjek tindak pidana, yaitu :
bertanggungjawab
bertanggungjawab.
pelaku atau telah melakukan tindak pidana dan kapan suatu tindak pidana
telah dilakukan atas nama suatu korporasi merupakan hal yang harus
42 Ibid., hlm. 34
43 Ibid., hlm. 34
44 Setiyono, Op. Cit., hlm. 11
28
dirumuskan secara tegas.45 Kedua, kriteria-kriteria apa yang dapat
1. Teori Identifikasi
sendiri.48
45 Ibid., hlm. 99
46 Ibid., hlm. 100
47 Barda Nawawi Arief, 2002, Sari Kuliah Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta, Penerbit
Raja Grafindo Persada, hlm. 154
48 Mahrus Ali, Op. Cit., hlm. 160
49 Mahrus Ali, Op. Cit., hlm. 162
29
Pada teori ini orang yang melakukan perbuatan yang
ketentuan tertentu dan terbatas. Agar lebih jelas apa yang menjadi
lain52 :
30
mengenai kejahatan anti sosial atau yang
membahayakan sosial
2) Perbuatan itu benar-benar bersifat melawan hukum
yang sangat bertentangan dengan kehati-hatian yang
diwajibkan hukum dan kepatutan
3) Perbuatan itu dilarang dengan keras oleh undang-
undang karena dikategorikan sebagai aktivitas atau
kegiatan yang sangat potensial mengandung bahaya
kepada kesehatan, keselamatan, dan moral public
4) Perbuatan atau aktivitas tersebut secara keseluruhan
dilakukan dengan cara tidak melakukan pencegahan
yang sangat wajar.
53
berdasarkan teori ini, yaitu :
31
2) Perbuatan pidana yang dilakukan oleh pekerja
tersebut harus berkaitan atau masih dalam ruang
lingkup pekerjaanya.
1. Vicarious Liability
atas korporasi tersebut. Sebelum itu setidaknya ada dua syarat utama
54
Barda Nawawi Arief, 1994, Perbandingan Hukum Pidana, Penerbit Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 33
32
kerja antara majikan dan pekerjanya. Selanjutnya adalah tindak
2. Identification Doctrine
perusahaan dan mereka tidak sebagai pengganti dan oleh karena itu
56
pertanggungjawaban pribadi.
57
merupakan mens rea korporasi.
56
Sutan Remy Sjahdeni, 2006, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Penerbit Grafitipers,
Jakarta, hlm. 87
33
maka kehendak tersebut juga merupakan kehendak korporasi. Dan
sendiri.
3. Strict Liability
adanya mens rea karena unsur pokok strict liability adalah actus
58
(perbuatan) bukan mens rea (kesalahan).
59
strict liability crimes dapat diberlakukan sebagai berikut:
58
Roeslan Saleh, 1982, Pikiran-Pikiran tentang Pertanggungjawaban Pidana, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm. 21
59 Romli Atmasasmita, 2000, Perbandingan Hukum Pidana, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hlm.
78
34
c. Syarat adanya men rea akan menghambat adanya tujuan
perundang-undangan
d. Kejahatan yang dilakukan secara langsung merupakan paksaan
terhadap hak-hak orang lain
e. Menurut undang-undang yang berlaku mens rea secara
kasuistik tidak diperlukan.
60
korporasi.
35
ensure safety in the management or organisation of the
61
corporations activities).
5. Aggregation Doctrine
62
kesalahan atau kelalaian yang merupakan sikap kalbu.
salah mungkin saja bukan berupa penyatuan dari apa yang telah
63
yang secara kumulatif merupakan suatu tindak pidana.
61 Ibid., hlm. 16
36
kultur, dan hirarki dari organisasi, yang dikombinasikan dengan
64
etos yang mendorong suatu kejahatan. Doktrin ini mengajarkan
tindak pidana telah terbukti dilakukan oleh dan atas nama korporasi,
65
permintaan pengadilan terhadap perbuatan salah satu pegawainya.
65 Ibid., hlm. 12
37
Kelebihan dari doktrin ini adalah korporasi bisa lebih
tenaga, uang, dan waktu. Namun, kelemahan dari doktrin ini adalah
38