untuk
2021
IDENTITAS BUKU
Penyusun:
Editor:
Diterbitkan oleh:
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................... i
Pendahuluan ....................................................................................................... 1
Tagihan/Tugas ..................................................................................................... 6
POKOK BAHASAN 1
2. Ilmu Kepolisian............................................................................................. 14
POKOK BAHASAN 2
POKOK BAHASAN 3
1. Perpolisian Militer......................................................................................... 34
Rangkuman .......................................................................................................... 42
Latihan ................................................................................................................. 43
Pendahuluan
Perjalanan panjang perpolisian disimak dengan mata jernih dan
hati bening, maka selalu saja kita akan dibawa kembali kepada masa-
masa di mana drama kehidupan anak manusia mendorong para pakar
dan para pemerhati atau pengamat untuk berkesimpulan bahwa
Perpolisian ternyata telah sampai di persimpangan jalan. Pada saat
bersamaan, para pembentuk opini, dengan kata lain para petinggi
media, tidak ketinggalan dalam menyajikan potret tentang perpolisian
yang diyakini.
Sampai saat ini, media elektronik utamanya melalui berbagai mata
acara yang bekerjasama dengan Polri masih secara sensasional dalam
menyajikan romantika tugas kepolisian di dalam menyelesaikan segala
bentuk kejahatan. Akibatnya, semakin terpupuklah bentuk-bentuk salah
pengertian awal tentang perpolisian yang cenderung hanya tertuju pada
penegakan hukum (law enforcement) atau bahkan pada pembasmian
kejahatan (crime fighting). Dan semakin terbentuklah kesalah-pahaman
bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas kepolisian semata-mata diukur
melalui naik turunnya tingkat atau laju kejahatan (crime rate).
Dampak lebih jauh dari salah pengertian atau salah paham di atas
adalah semakin dirasakannya tekanan pada pihak Polisi untuk
menunjukkan performance yang sesuai dengan ukuran dimaksud. Demi
memuaskan ekspektasi berbagai pihak yang mengklaim diri mereka
sebagai wakil-wakil masyarakat tersebut Polisi acap kali terjebak di
dalam praktek atau tindak Kepolisian yang tidak patut (inappropriate)
dan bahkan ada pula yang melanggar hukum.
Kemitraan antara polisi dengan masyarakat membutuhkan
diantaranya evaluasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip dan praktik-
praktik perpolisian yang ada. Di sisi lain, kemitraan ini juga menuntut
masyarakat untuk tidak hanya berpangku tangan seraya bermimpi
tentang turunnya tingkat kejahatan. Di sini, masyarakat dituntut untuk
lebih aktif berpartisipasi dan berbagi responsibilitas bersama polisi di
dalam penegakan hukum, pemeliharaan ketertiban, dan pelayanan bagi
masyarakat, dalam rangka pembangunan keamanan dan ketertiban
masyarakat. Jalan yang semestinya ditempuh bersama oleh Polisi dan
masyarakat dengan bergandeng tangan ini memang tidak mudah. Bagi
masyarakat, kepercayaan terhadap polisi yang begitu rendah
merupakan salah satu faktor yang menentukan.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas maka disusunlah Hanjar
PENGANTAR ILMU KEPOLISIAN 1
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI KOMPETENSI KHUSUS PERAWAT DAN BIDAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Standar kompetensi
Memahami pengantar ilmu kepolisian guna mendukung pelaksanaan
tugas Polri.
Kompetensi Dasar
1. Memahami konsep ilmu kepolisian.
Indikator Hasil Belajar:
a. Menjelaskan penelusuran semantik istilah polisi, kepolisian
dan perpolisian.
b. Menjelaskan ilmu kepolisian.
c. Menjelaskan kedudukan, tujuan, peran, fungsi dan tugas
pokok kepolisian.
d. Menjelaskan landasan hukum kepolisian.
2. Memahami gaya pemolisian, kultur dan subkultur kepolisian.
Indikator Hasil Belajar:
a. Menjelaskan gaya pemolisian.
b. Menjelaskan kultur kepolisian.
c. Menjelaskan subkultur kepolisian.
3. Memahami paramiliterisme dalam perpolisian, ketertiban umum dan
issu otonomi daerah.
Indikator Hasil Belajar:
a. Menjelaskan perpolisian militer.
b. Menjelaskan perpolisian ketertiban umum.
c. Menjelaskan perpolisian dengan isu otonomi daerah.
Materi Pelajaran
1. Pokok Bahasan 1
Konsep ilmu kepolisian.
Subpokok Bahasan:
a. Penelusuran semantik istilah polisi, kepolisian dan perpolisian.
b. Ilmu kepolisian.
c. Kedudukan, tujuan, peran, fungsi dan tugas pokok kepolisian.
d. Landasan hukum kepolisian.
2. Pokok Bahasan 2
Ragam gaya perpolisian.
Subpokok Bahasan:
a. Kultur perpolisian.
b. Gaya perpolisian.
c. Gaya pimpinan perpolisian.
3. Pokok Bahasan 3
Paramiliterisme di dalam perpolisian ketertiban umum dan issu
otonomi daerah.
Subpokok Bahasan:
a. Perpolisian militer.
b. Perpolisian ketertiban umum.
c. Perpolisian dengan isu otonomi daerah.
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan tentang konsep Ilmu
kepolisian, ragam gaya perpolisian, paramiliterisme di dalam
perpolisian ketertiban umum dan issu otonomi daerah.
2. Metode Brainstorming
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat
peserta didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan peserta didik
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada
peserta didik berupa resume dari materi yang telah disampaikan.
Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap Awal: 10 menit
Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Pendidik melaksanakan perkenalan.
b. Pendidik menggali pemahaman peserta yang berkaitan
dengan materi.
c. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran.
Tagihan/Tugas
Peserta didik secara individu mengumpulkan hasil penugasan
pembuatan resume berupa tulisan tangan, satu hari setelah
dilaksanakan pembelajaran.
Lembar Kegiatan
Peserta didik secara individu membuat resume dari materi yang telah
disampaikan.
Bahan Bacaan
POKOK BAHASAN 1
KONSEP TERKAIT ILMU KEPOLISIAN
2. Ilmu Kepolisian
Ilmu Kepolisian atau Ilmu Pengetahuan Kepolisian? Ilmu
berarti pengetahuan (knowledge), atau pengetahuan yang
sistematik mengenai sesuatu seperti, Ilmu Al-Qur'an atau Ilmu
Filsafat. Ilmu pengetahuan (science), seperti, sosiologi, kriminilogi,
dan lain sebagainya. Pengetahuan atau ilmu berdasarkan pada
hukum-hukum logika yang tidak empirik, yang tidak memerlukan
pengujian kesahihannya secara empirik, dan tidak mengikuti
hukum-hukum alamiah tetapi mengikuti hukum-hukum keyakinan
atau supra alamiah serta logika.
Ilmu kepolisian adalah ilmu pengetahuan atau science maka
ilmu kepolisian harus mempunyai paradigma yang
membedakannya dari kriminologi, sosiologi, atau ilmu-ilmu
pengetahuan sosial lainnya, membedakannya dari matematika,
ilmu kimia, atau ilmu-ilmu pengetahuan alamiah lainnya. Ilmu
kepolisian adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang bercorak
antar bidang, sama dengan kriminologi atau ilmu Komunikasi.
Bidang ilmu pengetauan seperti ini hanya mungkin ada
berkembang secara mantap karena coraknya yang elektik, yaitu
mempunyai kemampuan untuk menggunakan dan mengambil alih
konsep-konsep, teori-teori, dan bahkan metode-metode yang
dipunyai oleh dan berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan
atau ilmu untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan kajiannya,
serta mampu mengembangkan apa yang telah diambil alihnya
tersebut menjadi bagian dari serta membentuk paradigma-
paradigmanya, konsep-konsepnya, teori-teorinya, serta
metodologinya. Untuk itu maka penggunaan metode ilmiah yang
berlaku dalam ilmu pengetahuan sosial menjadi salah satu
PENGANTAR ILMU KEPOLISIAN 14
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI KOMPETENSI KHUSUS PERAWAT DAN BIDAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
b. Tujuan kepolisian
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 pasal 2
menyatakan bahwa Polri bertujuan untuk menjamin tertib dan
tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman masyarakat
guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri,
terselenggaranya fungsi pertahanan keamanan negara, dan
tercapainya tujuan nasional dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia.
Kemudian pasal 4 dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia.
c. Peran kepolisian
1) Sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat;
2) Sebagai penegak hukum;
3) Sebagai pemberi perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
d. Fungsi kepolisian
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 pasal 3
menyatakan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang penegakan hukum,
perlindungan dan pelayanan masyarakat, serta pembimbingan
masyarakat dalam rangka terjaminnya tertib dan tegaknya
hukum serta terbinanya ketenteraman masyarakat guna
terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat.
Pasal 2 dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
menyatakan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Sedangkan, Menurut Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko
Amelza Dahniel, M.Si. secara aksiologis tujuan hakiki dari
fungsi kepolisian sebagai penjaga peningkatan kualitas hidup
manusia (the guardian to enhance quality of life), penjaga
kemanusiaan (the guardian to humanism), dan penjaga
peradaban umat manusia (the guardian to civilitation).
Sementara itu, menurut P.M. Whisenand dan J.L. Cline
(1971) polisi beroperasi dalam 3 (tiga) kategori gungsional,
yakni:
1) Law enforcement atau penegakan hukum;
2) Order maintenance atau pemeliharaan ketertiban;
3) Government services pelayanan (fungsi pemerintahan
bagi/kepada masyarakat).
Ketiga kategori fungsi tersebut dirinci lagi menjadi:
1) Penumpasan/perlawanan terhadap kejahatan atau crime
fighting;
2) Penjagaan kedamaian/perdamaian atau peace keeping;
3) Bantuan/dukungan terhadap/bagi/kepada masyarakat/
komunitas atau community assistance;
e. Tugas pokok kepolisian
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 pasal 13
menyatakan bahwa Polri bertugas:
1) Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta
meningkatkan tertib hukum;
2) Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam
memberi kan perlindungan dan pelayanan kepada
masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3) Bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan
pertahanan keamanan negara lainnya membina
PENGANTAR ILMU KEPOLISIAN 21
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI KOMPETENSI KHUSUS PERAWAT DAN BIDAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
POKOK BAHASAN 2
GAYA PEMOLISIAN, KULTUR DAN
SUBKULTUR KEPOLISIAN
1. Gaya Pemolisian
Gaya pemolisian atau policing style ini secara umum
menggambarkan atau merepresentasikan cara bagaimana
‘pekerjaan polisi’ (baca: tugas kepolisian) itu dilaksanakan. Secara
lebih spesifik, ‘gaya pemolisian’ mengejawantahkan atau
merealisasikan peran pemolisian. Karena antara gaya dan peran
pemolisian sejatinya terdapat hubungan yang sangat erat, bahkan
cenderung merupakan hubungan satu-satu, artinya, di suatu tempat
dan waktu tertentu, gaya pemolisian yang ada ditentukan oleh
peran pemolisian yang dominan dipraktekkan dan peran pemolisian
yang lain akan mendatangkan gaya pemolisian yang lain pula.
Gaya pemolisian juga menggambarkan dinamika proses
dialektika antara kekuasaan dan wewenang polisi dengan mereka
yang bukan polisi. Dapat dikatakan, gaya pemolisian merupakan
perwujudan negosiasi makna antara kedua belah pihak tentang
polisi, pemolisian, atau kepolisian di dalam suatu konteks tertentu.
Oleh karena gaya pemolisian mempunyai keterkaitan yang
secara spesifik sangat dekat dengan peran pemolisian, serta
secara umum cukup dekat dengan tugas kepolisian, maka gaya
pemolisian yang menonjol atau dipilih di suatu tempat dan waktu
(baca: konteks) tertentu juga akan saling mempengaruhi dengan
prioritas pelaksanaan tugas kepolisian sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan prioritas pelaksanaan tugas
kepolisian sehari-hari, kiranya dapat dimengerti pula bila gaya
pemolisian sesungguhnya secara umum menggambarkan situasi
keamanan dan ketertiban masyarakat atau kamtibmas yang ada.
Bahkan, gaya pemolisian juga dapat dipandang sebagai cermin dari
situasi dan kondisi penegakan hukum, ketertiban umum, maupun
pelayanan masyarakat (lihat pembahasan tentang peran polisi
dalam bab-bab sebelumnya).
Idealnya, gaya pemolisian merupakan perwujudan dari
jawaban atas kebutuhan masyarakat dalam pembangunan
kamtibmas pada umumnya, maupun penegakan hukum,
pemeliharaan ketertiban umum, dan pelayanan masyarakat, pada
khususnya.
2. Kultur Kepolisian
Istilah budaya (culture) pada mulanya populer dalam disiplin
ilmu antropologi. Kata culture berasal dari kata latin colere berarti
mengolah, mengerjakan, biasanya berkaitan dengan kegiatan
pengolahan tanah. Istilah culture berkembang menjadi segala daya
dan upaya manusia untuk mengubah alam (Koentjaraningrat,
1993).
Kata kultur memiliki banyak arti dan konotasi. Schein (1992)
menyarankan bahwa kultur harus digunakan untuk tingkat asumsi
dan keyakinan yang lebih dalam dirasakan bersama oleh para
anggota suatu organisasi yang bekerja tanpa disadari.
a. Teori dan konsep budaya budaya organisasi
Budaya organisasi memiliki dua tingkatan yang berbeda
dilihat dari sisi kejelasan dan ketahanan menghadapi
perubahan. Pada tingkat yang kurang terlihat, budaya
berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut bersama oleh
kelompok dan cenderung tetap bertahan meskipun anggota
kelompok sudah berubah. Pada tingkatan selanjutnya, budaya
menggambarkan pola perilaku suatu organisasi sehingga
anggota baru secara otomatis terdorong untuk mengikuti
perilaku teman kerjanya (Kotter & Heskett, 1992).
Atmosoeprapto (2000) menyimpulkan dari pendapat
Schein bahwa budaya organisasi memiliki pengertian sebagai
aturan main yang ada di dalam organisasi yang akan menjadi
pegangan dari sumber daya manusia dalam menjalankan
kewajiban dan nilai-nilai untuk berperilaku di dalam
organisasi/organisasi tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa
budaya organisasi adalah pola terpadu perilaku manusia di
dalam organisasi/organisasi termasuk pemikiran-pemikiran,
tindakan-tindakan, pembicaraan-pembicaraan yang dipelajari
PENGANTAR ILMU KEPOLISIAN 29
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI KOMPETENSI KHUSUS PERAWAT DAN BIDAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
3. Subkultur Kepolisian
Menurut David Jary dan Julia Jary (1991) di dalam Collins
Dictionary of Sociology, subkultur adalah:
“Segala sistem keyakinan atau belief, nilai, dan norma yang
dipunyai dan yang secara aktif dibangun dan dipelihara bersama
oleh sekelompok orang yang merupakan bagian dari kultur
tertentu”.
Dalam hal ini, kultur dimana sebuah subkultur merupakan
bagian dari kultur dominan. Hubungan antara suatu subkultur
dengan kultur dominan bisa dikatakan bersifat subordinasi dan
ketidakberdayaan relatif atau relative powerlessness. Artinya, kultur
dominan sangat berperan di dalam pembentukan suatu subkultur.
Sehingga dapat dikatakan, kultur dominan merupakan konteks di
dalam sebuah subkultur dibangun dan dipelihara oleh para pemilik,
penganut, atau pemakai subkultur dimaksud.
Hubungan kekuasaan atau power relation, dengan demikian,
merupakan dimensi yang signifikan di dalam kajian multi disipliner
PENGANTAR ILMU KEPOLISIAN 31
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI KOMPETENSI KHUSUS PERAWAT DAN BIDAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
POKOK BAHASAN 3
PARAMILITERISME DALAM PERPOLISIAN, KETERTIBAN
UMUM DAN ISSU OTONOMI DAERAH
1. Perpolisian Militer
Istilah paramilitary policing sering dipadankan dan diterapkan
secara bergantian dengan istilah quasi-military policing. Keduanya
memiliki makna yang hampir serupa dengan sedikit perbedaan
pada penekanannya. Bila paramilitary policing mengandung makna
‘mirip militer’, maka quasi-military policing mempunyai makna
‘bukan militer’.
Paramilitary policing bisa diartikan sebagai gaya perpolisian
yang lebih bersifat militer. Perpolisian bergaya militer ini
mengandung makna adanya aplikasi dari pelatihan, perlengkapan,
filosofi dan organisasi (bahkan teknik) militer di dalam pelaksanaan
tugas polisi.
Paramilitary policing diantaranya ditandai oleh pendekatan
militeristik dan otoriter terhadap penegakan hukum. Seringkali
gaya dingin, keras dan tanpa pandang bulu bagaikan ‘tinju besi’
atau iron fist ini di-claim sebagai modal utama dalam menuju
profesionalisme polisi.
Kegandrungan polisi terhadap gaya militer ini antara lain
dipicu oleh:
a. Kebutuhan akan ketertiban dan disiplin internal.
b. Loyalitas total terhadap. Pimpinan.
c. Hirarki yang dapat menjamin konformitas personilnya.
d. Keseragaman sikap dan perilaku, pelatihan serta pendidikan.
e. Daya pukul.
f. Kesiap-siagaan.
Paramilitary policing bukanlah hasil dari perkembangan
filosofi, organisasi maupun teknik perpolisian mutakhir belakangan
ini. Berlawanan dengan dugaan banyak kalangan, paramilitary
policing justru mempunyai sejarah, walaupun terputus-putus tetapi,
cukup panjang.
Bahkan akar perpolisian dan kepolisian modern, yakni UU
Polisi Metropolitan Tahun 1829 di Inggris, sudah menyiratkan citra
militeristik sejak pertama kali diundangkan. Posisi Kepala Polisi
Metropolitan London pun sejak pertama kali ada pada tahun 1829
sampai tahun 1945 selalu dijabat oleh mantan anggota militer
senior.
Rangkuman
1. Menurut kamus Inggris-Inggris Collins Dictionary and Thesaurus,
police dapat berupa kata kerja (verb) transitif artinya kata kerja
yang memerlukan obyek to police, yang sepadan dengan kata
‘memolisi’ atau ‘mem-polisi’ dengan makna menegakkan hukum (to
enforce the law), atau mengatur (to regulate), atau mengendalikan
(to control), atau menjaga ketertiban (to keep in order), atau
menjaga kedamaian (to keep the peace), atau melayani (to serve),
atau melindungi (to protect), atau menjaga (to guard), sebagai polisi
atau organisasi resmi atau sah yang sejenisnya, berikut kekuasaan
dan wewenangnya.
2. Ilmu kepolisian adalah ilmu pengetahuan atau science maka ilmu
kepolisian harus mempunyai paradigma yang membedakannya dari
kriminologi, sosiologi, atau ilmu-ilmu pengetahuan sosial lainnya,
membedakannya dari matematika, ilmu kimia, atau ilmu-ilmu
pengetahuan alamiah lainnya. Ilmu kepolisian adalah sebuah
bidang ilmu pengetahuan yang bercorak antar bidang, sama
dengan kriminologi atau ilmu Komunikasi.
3. Pasal 4 dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 menyatakan
bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
4. Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisan Negara
Republik Indonesia sebagai landasan hukum Polri sampai saat ini.
5. Dalam kaitannya dengan prioritas pelaksanaan tugas kepolisian
sehari-hari, kiranya dapat dimengerti pula bila gaya pemolisian
sesungguhnya secara umum menggambarkan situasi keamanan
dan ketertiban masyarakat atau kamtibmas yang ada. Bahkan,
gaya pemolisian juga dapat dipandang sebagai cermin dari situasi
dan kondisi penegakan hukum, ketertiban umum, maupun
pelayanan masyarakat.
6. Istilah budaya (culture) pada mulanya populer dalam disiplin ilmu
antropologi. Kata culture berasal dari kata latin colere berarti
mengolah, mengerjakan, biasanya berkaitan dengan kegiatan
pengolahan tanah. Istilah culture berkembang menjadi segala daya
dan upaya manusia untuk mengubah alam.
7. Subkultur adalah Segala sistem keyakinan atau belief, nilai, dan
norma yang dipunyai dan yang secara aktif dibangun dan dipelihara
bersama oleh sekelompok orang yang merupakan bagian dari
kultur tertentu.
PENGANTAR ILMU KEPOLISIAN 42
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI KOMPETENSI KHUSUS PERAWAT DAN BIDAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Latihan
1. Jelaskan penelusuran semantik istilah polisi, kepolisian dan
perpolisian!
2. Jelaskan apa itu ilmu kepolisian!
3. Jelaskan kedudukan, tujuan, peran, fungsi dan tugas pokok
kepolisian
4. Sebutkan landasan hukum kepolisian!
5. Jelaskan kultur perpolisian!
6. Jelaskan gaya perpolisian!
7. Jelaskan gaya pimpinan perpolisian!
8. Jelaskan perpolisian militer!
9. Jelaskan perpolisian ketertiban umum!
10. Jelaskan perpolisian dengan isu otonomi daerah!